MAKALAH
NUTRISI TERNAK DASAR
“Pencernaan Protein Ruminansia”
OLEH:
Nama : Tiwi Hidayah
Nim : G0119312
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pencernaan Protein Ruminansia” ini dengan lancar.
Penulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan materi. Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen
pengajar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Penulis harap,
dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai “Pencernaan Protein Ruminansia”
khususnya bagi penulis. akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang
masih jauh dari sempurna, untuk itu saya dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Tiwi Hidayah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Pencernaan Pada Ruminansia...............................................................3
B. Proses Pencernaan dan Penyerapan Protein pada Ruminansia.........................4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Saluran pencernaan
memberi tubuh persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-menerus. Sapi
adalah ternak ruminansia yang mempunyai 4 bagian perut yaitu rumen,
retilkulum, omasum, dan abomasum.
Ruminansia mempunyai kemampuan yang unik yakni mampu mengkonversi
pakan dengan nilai gizi rendah menjadi pangan berkualitas tinggi. Proses konversi
ini disebabkan oleh adanya proses Microbial fermentation atau fermentasi
mikroba yang terjadi dalam rumen. Proses ini mengekstraksi zat makanan dari
pakan menjadi pangan tersebut melalui berbagai proses metabolisme yang
dilakukan oleh mikroorganisme.
Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator organic atau
yang bias disebut dengan enzim dan bagian penting dari nucleoprotein.Protein
adalah sumber-sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein
merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang kalau terjadi dalam
tubuh dan mempertahankan jaringan yang telah ada.
Di dalam setiap sel yang hidup protein merupakan bagian yang sangat
penting, pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan kompomen
terbesar setelah air. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu
proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Bila
protein dihidrolisa dengan asam, alkali, atau enzim akan di hasilkan campuran
asam amino. Protein yang diserap oleh usus halus dalam bentuk asam amino.
Nutrisi protein ternak ruminansia merupakan hal yang agak kompleks jika
dibandingkan dengan nutrisi protein ternak non-ruminansia. Pada ternak non-
ruminansia, ternak memenuhi kebutuhan proteinnya dari asam-asam amino yang
1
diserap dari saluran pencernaan, dan ketersediaan asam amino tersebut sebagian
besar bisa digambarkan dari konsentrasi protein yang terkandung dalam bahan
pakan.
Pada ternak ruminansia, kondisinya tidak demikian. Ternak ruminansia
memenuhi kebutuhan asam aminonya dari dua sumber, yaitu protein pakan yang
tidak terurai di dalam rumen (Undegraded Dietary Protein) dan protein mikroba.
Kedua sumber protein tersebut dicerna oleh enzim pencernaan ternak di usus
halus menjadi peptida kecil dan asam-asam amino untuk kemudian diserap masuk
ke dalam tubuh. Dalam kondisi pemberian pakan yang normal, di mana protein
pakan hampir semuanya mengalami penguraian di dalam rumen, protein mikroba
memainkan peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan asam amino
ternak. Bahkan, ternak ruminansia mampu hidup dan bertahan dengan kandungan
protein pakan yang rendah karena pasokan protein dalam bentuk protein mikroba
ke usus halus.
Ruminansia mensintesis asam-asam amino dari zat-zat yang mengandung
nitrogen yang lebih sederhana melalui kerja mikroorganisme dalam rumen.
Mikroba rumen mempunyai kemampuan mengubah protein pakan yang
berkualitas rendah dan non-protein nitrogen (NPN) menjadi protein penyusun
tubuh mikroba yang mempunyai komposisi asam amino ideal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip pencernaan ruminansia
2. Bagaimana proses pencernaan dan penyerapan protein pada Ruminansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Abomasum dikenal dengan lambung sejati karena baik anatomis maupun
fisiologisnya sama dengan lambung non-ruminansia. Pencernaan pada ruminansia
terjadi secara mekanis (di dalam mulut), fermentatif (oleh mikroba di dalam
rumen), dan hidrolisis (oleh enzim pencernaan di abomasums dan usus) Rianto
dan Purbowati, (2009).
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan
hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses yaitu secara
mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam
rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati
rumen (Anonim, 2010).
B. Proses Pencernaan dan Penyerapan Protein pada Ruminansia
Ruminansia mempunyai kemampuan yang unik yakni mampu mengkonversi
pakan dengan nilai gizi rendah menjadi pangan berkualitas tinggi. Proses konversi
ini disebabkan oleh adanya proses Microbial fermentation atau fermentasi
microbial yang terjadi dalam rumen. Proses ini mengekstraksi zat makanan dari
pakan menjadi pangan tersebut melalui berbagai proses metabolisme yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroba rumen berpengaruh sangat besar
terhadap status nutrisi ternak ruminansia karena selain mencerna pakan juga
merupakan sumberzat nutrisi utama yaitu protein Uhi dkk , (2006)
Ruminansia memerlukan protein sebagai sumber asam amino esensial dan
(pada ruminansia) sebagai sumber nitrogen untuk mikroflora rumen. Kualitas
protein dalam pakan adalah tergantung pada profil asam amino dan daya
cernanya. Bahan pakan protein dikategorikan sebagai dapat terdegradasi dalam
rumen dan tidak dapat terdegradasi dalam rumen pada basis kemampuan mikroba
untuk menghidrolisa protein dalam rumen.
Kebutuhan protein hewan tergantung pada status physiologi dan tingkat
produksi. Asam amino esensial harus disuplai dalam pakan monogastrik, namun
mikroba rumen merupakan sumber utama asam amino untuk ruminansia itu
sendiri. Ruminansia juga mampu mengurangi kehilangan protein dengan mendaur
4
ulang urea, suatu produk metabolisme protein yang secara normal dieksresikan.
Jadi sebagian besar urea dapat didaur ulang ke rumen saat pakan rendah nitrogen.
Surplus asam amino adalah di deaminasi dan nitrogen diekskresikan melalui hati
dan ginjal, utamanya sebagai urea dalam urin. Kelebihan ammonia adalah di
konjugasi ke urea dan kemudian diekresikan. Jadi level urea tinggi adalah
konsisten dengan kelebihan protein intake, mungkin dengan kekurangan energi
bersamaan, dan sepertinya berhubungan dengan level amonia tinggi dalam
sirkulasi (Anonim, 2010).
Protein dalam pakan juga mengalami proses fermentasi dalam retikulo-rumen,
dimana sebagian protein akan terdegradasi dan dirombak menjadi asam amino
dan amonia (NH3). Jika salah satu protein pakan mempunyai kelarutan tinggi
yang memungkinkan terjadinya degradasi oleh mikroba rumen, maka akan
terbentuk amonia yang akan digunakan sebagai bakalan sintesis protein mikroba
rumen atau terserap melalui dinding rumen dan dirubah menjadi urea dalam hati.
Pencernaan fermentatif protein terjadi pada 2 pool pencernaan, yaitu :
retikulo-rumen dan saluran pencernaan pasca rumen dimana hasil sintesis protein
mikroba dapat dimanfaatkan atau dicerna di usus halus dan yang tidak dapat
dicerna akan diekskresikan melalui feses bersama-sama dengan hasil fermentasi
pada saluran pasca rumen. Bahwa pencernaan protein yang lolos dari proses
degradasi mikroba rumen akan menghasilkan asam amino dan peptida rantai
pendek kemudian diabsorbsi oleh vili-vili usus halus masuk ke vena portal dan
masuk pada bagian pool asam amino dalam hati Anonim,( 2010).
Metabolisme nitrogen (protein) pada ruminansia banyak melibatkan peran
mikroorganisme rumen. Protein yang dikonsumsi sebagian akan diubah menjadi
protein mikroba dan sebagian lagi lolos ke organ pasca rumen. Protein tidak tahan
degradasi rumen akan didegradasi menjadi peptida-peptida, asam-asam amino,
amonia (NH3) dan akhirnya menjadi protein mikroba. Khoerunnisa (2006)
Berikut mekanisme atau proses pencernaa protein pada ruminansia sesuai
urutan berikut :
5
1. Ketika pakan memasuki rumen, pencernaan protein akan terjadi. Perlu diingat
bahwa ada dua sumber yaitu Protein Murni dan NPN. NPN juga didapat dari
saliva (air liur) hewan ruminansia.
2. Protein murni yang dapat terdegradasi oleh mikrobia rumen (degradable
protein/Rumen Degradable feed Protein/ RDP). RDP diurai manjadi asam amino
oleh ezim peptidase mikrobia. Asam amino digunakan oleh mikrobia untuk
membentuk badannya atau protein jasad renik. Selain itu dideaminasi juga untuk
membentuk asam organik,amonia, dan CO2 kemudian :
Amonia tadi bergabung dengan senyawa NPN lainnya dikombinasi dengan
asam organik alfa keto menjadi asam amino baru, untuk membentuk badan
mikrobia lagi.
Amonia karena beracun diabsorbsi oleh dinding rumen dan dibawa ke hati
untuk dinetralisir menjadi urea. Urea hasil tadi dibawa ke ginjal untuk
dikeluarkan bersama urin. Namun sebagian lainnya dibawa darah kedalam
kelenjar saliva ruminansia, sehingga saliva ruminansia mengandung NPN
yang selanjutnya menjadi sumber NPN kembali.
Dalam distribusi tadi, urea juga sebagian menembus dinding rumen dan
masuk kedalam rumen. Urea tadi dirubah oleh mikrobia menggunakan urease
menjadi CO2 dan amonia ( yang dapat digunakan kembali pada proses di
atas).
3. Protein murni yang tidak terdegradasi oleh mikrobia rumen (undegradable
protein/ Rumen Undegradable feed Protein/ RUP). Protein ini kan bertahan
didalam rumen hingga melewati rumen yang selanjutnya masuk kedalam saluran
pencernaan belakang. Baru dalam saluran ini, RUP dapat dicerna saluran
pencernaan. Sehingga disimpulkan bahwa, protein ruminansia diperoleh dan
masuk kedalam abomasum yaitu :
6
o Asam amino dari Rumen Degradable feed Protein/ RDP
o Asam amino hasil dari senyawa NPN pakan
o Asam amino hasil dari Saliva yang mengandung NPN
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam mulut),
fermentatif (oleh mikroba di dalam rumen), dan hidrolisis (oleh enzim pencernaan
di abomasums dan usus) Ruminansia dapat mengubah protein berkualitas rendah
menjadi protein berkualitas tinggi dengan adanya mikroorganisme yang terdapat
di dalam rumen.
Mikroba rumen mempunyai kemampuan mengubah protein pakan yang
berkualitas rendah dan non-protein nitrogen (NPN) menjadi protein penyusun
tubuh mikroba yang mempunyai komposisi asam amino ideal.
Protein tidak tahan degradasi rumen akan didegradasi menjadi peptida-
peptida, asam-asam amino, amonia (NH3) dan akhirnya menjadi protein mikroba.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala),
rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati)
B. Saran
Dari penjelasan di atas tentang pencernaan protein pasti tidak terlepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat serta penyusunannya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan oleh pembaca dan khususnya pembimbing mata kuliah Nutrisi Ternak
Dasat. Oleh karena itu, penulis mengharap kepada para pembaca (mahasiswa/i)
dan dosen pembimbing mata kuliah ini dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sistem Pencernaan Ruminansia. http://file.upi.edu/Direktori/D%20-
%20FPMIPA/JUR.%20PEND.
%20BIOLOGI/197003311997022%20%20HERNAWATI/FILE%2013.pdf. Diakses
pada tanggal 20 Maret 2014.
Anonim. 2010. Sistem Pencernaan Sapi Potong. www. produksi potong\119-sapi-
potong.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.
Anonim. 2010. Proses Pencernaan pada Ruminansia. http://usupress.usu.ac.id/files/
Pengantar%20Ruminologi%20-%20Final_bab%201.pdf. Diakses pada tanggal 20
maret 2014.
Galuh , adi. 2007. Pencernaaan Ayam (asecoris ayam). http://Web Lab
unggas. Pencernaan ayam. htm. Diakses tanggal 20 Maret 2014
Gunawan. 2010. Peranan Nutrisi pada Reproduksi Ternak.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/satya_gunawan.pdf. Diakses pada tanggal
20 Maret 2014.
Hernawati .2000. PERANAN SYARAF DAN HORMON (NEUROENDOKRIN)
DALAM PERGERAKAN LAMBUNG PADA SISTEM PENCERNAAN
HEWAN RUMINANSIA . Biologi : 1-22
Khoerunnisa .2006 . STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN
ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL .Skripsi IPB : 1-52
Rianto, E dan Purbowati, E. 2009. Sapi Potong. Jakarta, Penebar Swadaya.
H.T. Uhi , A. Parakkasi & B. Haryanto . 2006. Pengaruh Suplemen Kataliti