Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA IDE

Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Variasi Metode Berbasis


Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi

DOSEN PENGAMPU : NILA ZUSMITA WASNI S.Pd. M. Pd

DISUSUN OLEH :

CANTIKA AMALIA (4193141017)

ENDANG ERNAWATI SIMANIHURUK (4191141020)

LAVENI SIDABUTAR (4193341024)

MELVA YUSTINA MANURUNG (4193141016)

REGINA KRISTIN MANALU (4193141014)

KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI C 2019

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingg kami masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan Rekayasa Ide ini. Rekayasa Ide ini kami buat guna memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Dalam penulisan Rekayasa Ide ini, kami tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu, Ibu Nila Zusmita Wasni S.Pd. M.
Pd

Kami menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran guna memperbaiki dan
menyempurnakan kedepannya. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca dan semoga
materi yang ada dalam Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.

Medan, 5 Desember 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI….......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………….....................…...……………...

Tujuan …………………………………………………………........................…...

Manfaat ……………………………………….....................……...…..…………...

Identitas Jurnal…………………………………………………..............................

BAB II

Isi RekayasaIde…………………………............…………………….…..………..

BAB III PEMBAHASAN

Pembahasan Rekayasa Ide…………………………………………...............…….

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………….......................………

Saran…………………………………………………………......................……...

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….............…


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan diantaranya adalah
siswa, guru, sarana dan prasarana, laboratorium dan lingkungan serta manajemennya. Guru
merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
karena guru berperan secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dalam mengajar
harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan disamping memberikan
penjelasan mengenai materi pelajaran yang mudah dimengerti oleh siswa. Suasana belajar
yang menyenangkan dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode belajar yang
bervariasi sehingga kegiatan pembelajaran tidak terkesan monoton.
Kurangnya profesionalisme guru dalam pendidikan merupakan masalah utama yang perlu
mendapatkan penyelesaian. Rusman (2011:19) mengatakan bahwa guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Untuk
meningkatkan profesional guru dilakukan beberapa pendekatan yaitu pendekatan internal dan
pendekatan eksternal serta pendekatan kemitraan.
Kebanyakan guru selalu berfikiran bahwa ia paling bisa dan memiliki ego yang tinggi, mereka
malu untuk bertanya kepada teman sejawat mengenai hal-hal yang sulit. Padahal dijaman
sekarang ini perkembangan pendidikan semakin maju, materi pelajaran semakin sulit, adanya
kurikulum baru yang mengharuskan guru menggunakan metode pelajaran yang tepat dengan
materi pelajaran yang disampaikan sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih
antusias dalam belajar. Selain itu guru yang sudah senior kurang fleksibel dalam menanggapi
perkembangan jaman yaitu penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa masalah
diatas perlu mendapatkan penyelesaian guna memperbaiki kualitas dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan yang sering terjadi antara murid dan guru , tindakan yang dapat
ditawarkan yaitu dengan adanya kolaborasi antar guru. Dengan kolaborasi, terdapat banyak
masukan sehingga terciptanya jalan keluar yang terbaik bagi pokok permasalahan yang
sedang dihadapi. Kolaborasi mampu mengubah mindset guru untuk bermusyawarah dan
mengenyampingkan ego mereka dalam memperbaiki kualitas pembelajaran. Konsep
kolaborasi yang digunakan yaitu lesson study. Subadi (2010:29) menjelaskan Lesson Study
suatu model pembinaan profesi guru melalui belajar mengajar (pengkajian pembelajaran)
secara kolaboratif dengan sistem siklus berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas
dan mutual
learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan sebuah metode belajar,
namun lebih pada peningkatan profesionalisme guru.

B. Tujuan
1. Mengetahui kesiapan guru dalam mengajar dimulai dari merencanakan, melaksanakan
dan merefleksi kegiatan pembelajaran
2. Mengetahui antusias dan keaktifan siswa dalam belajar
3. Mengetahui perubahan kualitas pembelajaran yang berimbas pada pemahaman siswa

C. Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan baru pentingnya lesson study dalam
kegiatan pembelajaran
2. Meningkatkan kualitas belajar mengajar yang berimbas pada kualitas pendidikan
di Indonesia
3.Memperbaiki mindset guru tentang pentingnya berkolaborasi sehingga kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik
BAB II
ISI
2.1. Isi Rekayasa Ide
Pembelajaran biologi idealnya berbasis keterampilan sains, sehingga siswa memiliki
pengalaman beraktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, keterampilan manual atau
psikomotor, serta keterampilan social atau afektif.
Maka dari itu penulis menuangkan ide tentang implementasi pendekatan CTL dengan
metode problem solving untuk meningkatkan kualitas belajar pada peserta didik.
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.
Karakteristik pendekatan CTL yang meliputi 7 komponen: konstruktivisme (constructivism),
inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik (authentic assessment), sangat relevan
diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada proses ilmiah. Pengintegrasian
pendekatan CTL dengan berbagai metode pembelajaran berbasis masalah seperti: problem
solving, dimaksudkan untuk mendukung kegiatan pemecahan masalah ke arah kegiatan
penemuan (inkuiri) secara mandiri. Metode problem solving meliputi 6 tahapan: merumuskan
masalah, menelaah masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan mengelompokkan data
sebagai bahan pembuktian hipotesis, menentukan pilihan penyelesaian.
BAB III
PEMBAHASAN
A. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan prosedur yang


dikembangkan oleh Kemmis & Taggrat (dalam Arikunto, 2011) dengan rancangan bersiklus
yang akan dihentikan jika kelima aspek kualitas pembelajaran (performance guru, fasilitas
pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa) maupun ketuntasan hasil belajar
siswa sebagai data pendukung telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 75%
(Mulyasa, 2006). Prosedur penelitian meliputi 4 tahapan yaitu: perencanaan (planning),
tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).
B. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penerapan pendekatan CTL dengan metode problem solving dan problem posing
terhadap peningkatan aspek kualitas pembelajaran pada ada Pra-Siklus, Siklus I, II, III.
 Berdasarkan Data Sikap Siswa dalam Pembelajaran pada Pra siklus diperoleh P1 = 64,6;
P2 = 50,9. Siklus I, P1 = 69,1; P2 = 65,3. Siklus II, P1 = 82,1; P2 =74,1. Siklus III, P1
= 91,7; P2 = 83. Dari data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan sikap ilmiah siswa
secara bertahap. Hal ini dikarenakan komponen - komponen dalam pendekatan ctl yang
meliputi: konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik, sangat kental dengan kegiatan
keterampilan proses sains (kps). Prinsip konstruktivisme, memungkinkan siswa dapat
membangun sendiri konsep melalui kegiatan penemuan (inkuiri). Melalui kegiatan kps
seperti: merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan
percobaan, mampu mendorong siswa dalam menumbuhkan sikap ilmiah sebagaimana
ilmuwan bekerja seperti: jujur, teliti, tanggung jawab, dll.
 Berdasarkan data motivasi siswa dalam pembelajaran. Pada Pra siklus diperoleh P1
=65,1; P2 = 56,6. Siklus I, P1 = 70,2; P2 = 65,7. Siklus II, P1 = 77,8; P2 = 74,4. Siklus
III, P1 = 86,6; P2 = 85,8. Dari data tersebut menunjukkan bahwa motivasi siswa secara
bertahap mengalami peningkatan. Hal ini karena Penggunaan metode pembelajaran
yang bervariasi (problem solving dan problem posing), memungkinkan siswa dapat
melakukan kegiatan kps. Selain itu, kegiatan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan nyata, memotivasi siswa untuk berpikir menemukan solusi pemecahannya.
Hal ini relevan dengan teori belajar bruner (dalam dahar, 2010), bahwa belajar melalui
keterlibatan aktif melalui penemuan sangat bermakna sehingga mampu memiliki daya
retensi tinggi dalam ingatan siswa. Hal ini didukung fakta seperti tersaji pada tabel 9,
bahwa ketuntasan belajar siswa secara bertahap mengalami peningkatan.
 Berdasarkan data pemanfaatan fasilitas pembelajaran menunjukkan bahwa intensitas
penggunaan fasilitas pembelajaran, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Keberadaan pengamat (observer) secara psikologis mendorong guru untuk dapat tampil
lebih baik dengan cara menggunakan media pembelajaran secara lebih intens. Hal ini
relevan dengan hasil penelitian Hakim (2008), bahwa pengintegrasian media dalam
pendekatan CTL turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar
(Andarini, 2012).
 Berdasarkan Data Ketuntasan Belajar Siswa PADA Siklus I, P1 = 77,8; P2 =66,7.
Siklus II, P1 =92,6; P2 =86, 1. Siklus III, P1 =96,4; P2 = 94,4. Menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar secara bertahap dari siklus I, II dan III, terutama angka
peningkatan ketuntasan belajar siswa pada penggunaan metode problem posing.
Karakteristik sintaks pada metode problem posing menuntut siswa dapat menerapkan
konsep ke dalam situasi yang berbeda berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan
nyata, memungkinkan siswa dapat memahami konsep secara lebih dalam (Smith, 2006;
Silver & Cai, 1996).
 Berdasarkan data perbandingan capaian aspek kualitas pembelajaran biologi pada Pra-
Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III. Pada Penelitian I (P. CTL + M. Problem
Solving) diperoleh Pra Siklus I = 60,6% ; Siklus I = 72,4% ; Siklus II = 83,1%; Siklus
III = 91,1%. Penelitian II (P. CTL + M. Problem Posing) diperoleh Pra Siklus I = 55,7%
; Siklus I = 71,4% ; Siklus II = 80,4%; Siklus III = 89,1. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan pendekatan CTL dengan variasi metode (problem solving dan
problem posing), secara umum dapat meningkatkan kelima komponen kualitas
pembelajaran. Karakteristik komponenkomponen pada pendekatan CTL yang
diintegrasikan dengan metode yang bervariasi (problem solving dan problem posing)
memungkinkan dapat dikembnagkan KPS, sehingga selain dapat melibatkan siswa aktif
dalam pembelajaran juga mehdorong kinerja guru menjadi lebih baik (Wahyuni,S.,
2012). Hal ini didukung dengan data pada Tabel 9 yang menunjukkan terjadinya
peningkatan ketuntasan belajar siswa secara signifikan.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Jadi penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau
dari 5 aspek pembelajaran yang meliputi: performance guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas,
sikap dan motivasi belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode problem
solving.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil beberapa simpulan yaitu: 1)
Implementasi pendekatan CTL dengan metode problem solving di kelas VIII C SMPN 27
Surakarta, secara umum dapat meningkatkan kelima aspek kualitas pembelajaran (meliputi:
performance guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa) dengan
rata-rata persentase capaian secara berturut-turut pada prasiklus (60,605%), siklus I (72,410%),
siklus II (83,098%), siklus III (91,113%); 2) Implementasi pendekatan CTL dengan metode
problem posing di kelas X2 SMAN 2 Karanganyar, secara umum dapat meningkatkan kelima
aspek kualitas pembelajaran (meliputi: performance guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas,
sikap dan motivasi belajar siswa) dengan rata-rata persentase capaian secara berturut-turut pada
pra-siklus (55,690%), siklus I (71,430%), siklus II (80,370%), siklus III (89,090%). Hasil
penelitian menunjukkan implementasi pendekatan CTL dengan metode problem solving dapat
meningkatkan kelima aspek kualitas pembelajaran, meliputi performance guru, fasilitas
pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
S. Sudarisman. (2013). Implementasi Pendekatan Konstektual Dengan Variasi Metode Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Ipa
Indonesia. Volume 2 (1). Hlm 23-30.

Anda mungkin juga menyukai