Anda di halaman 1dari 64

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

NIFAS KUNJUNGAN KE-4

Dosen Pembimbing :
Nuryani, SST.M.Kes

Anggota Kelompok:
1. Alinda Wahyu N (P27824219002)
2. Bibit Fitriani (P27824219005)
3. Dewi Rika Miranti (P27824319007)
4. Elvi Rahayu (P27824219008)
5. Esti Yulia Permatasari (P27824219010)
6. Maydelyne Aditya Cahyani (P27824219021)
7. Sintia Dyah Kinanty (P27824219026)
8. Yani Setiyaningsih (P27824219030)
9. Armedya Labiba A (P27824219031)
10. Lintang Dwi Ariyanty (P27824219035)
11. Rizky Putri Ajeng Pramesty (P27824219041)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN MAGETAN
TAHUN 2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas kunjungan
ke 4.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga atas bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.

Magetan, 13 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I LANDASAN TEORI 1
1.1 Konsep Dasar Teori Nifas 1
1.1.1 Pengertian Nifas 1
1.1.2 Fisiologi Nifas 1
1.1.3 Ketidaknyamanan Masa Nifas 8
1.1.4 Kelainan Lain Dalam Masa Nifas 11
1.1.5 Tahapan Psikologis Masa Nifas 12
1.1.6 Tata Laksana Asuhan Kebidanan Masa Nifas 13
BAB II TINJAUAN KASUS 15
2.1 Pengkajian 15
2.2 Perumusan Diagnosa Kebidanan atau Masalah Kebidanan 27
2.3 Perencanaan 28
2.4 Pelaksanaan 42
2.5 Evaluasi 43
BAB III TINJAUAN KASUS SEMU 46
3.1 Asuhan Kebidanan Nifas 5 Langkah 46
3.1.1 Pengkajian Data 46
3.1.2 Data Subyektif 46
3.1.3 Data Obyektif 49
3.1.4 Analisis Data 50
3.1.5 Diagnosa Kebidanan 51
3.1.6 Perencanaan 51
3.1.7 Pelaksanaan 51
3.1.8 Evaluasi 52
Asuhan Kebidanan Nifas 4 Langkah 54
DAFTAR PUSTAKA 60

ii
1

BAB 1
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Teori Nifas
1.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.Dalam agama islam,dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari
2. Puerperium intermediet yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat
sempurna,terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul
komplikasi.Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan (Rustam Mochtar,2011:87)
1.1.2 Fisiologi Nifas
Fisiologi pada masa nifas yaitu:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Involusi
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. (Purwanti, 2012 : 45).
Menurut Manuaba (2010 : 200) involusi uterus sebagai berikut:
Involusio TFU Berat Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram
7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
14 hari (2 minggu) Tidak teraba 350 gram
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram
2

Menurut Purwanti (2012: 45-46), involusi uterus terjadi melalui 3 proses


yang bersamaan, antara lain:
1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali
lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik
sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada
otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan yang akan berdegenerasi menjadi
endometrium yang baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar. Hormone oksitosin yang dilepas
dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis.
Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
b. Lokhea
Menurut Purwanti (2012: 47), lokhea dibedakan beberapa jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya, yaitu:
3

1) Lokhea Rubra (Merah)


Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
2) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung
pada hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea Serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7
sampai hari ke-14.
4) Lokhea Alba (Putih)
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
servik, dan serabut jaringan yang mati, lokhea alba ini berlangsung
selama 2-6 minggu post partum.
c. Perubahan pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitam -
hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil
yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi
ke keadaan seperti sebelum hamil. (Sulistyawati, 2009: 77).
d. Vulva dan Vagina
Vulva vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
4

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia


menjadi lebih menonjol. (Purwanti, 2012: 48).
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari
ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil (Purwanti,
2012: 48).
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebi pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas
tubuh (Purwanti, 2012 : 48).
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit buang air kecil
selama 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post
partum. (Sulistyawati, 2009: 78-79).
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi
kendor. (Sulistyawati, 2009: 78-79).
5

5. Perubahan Sistem Endokrin


Menurut Purwanti (2012: 50), perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
yaitu:
a. Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ketujuh
post partum dan sebagian onset pemenuhan mammae pada hari ketiga post
partum.
b. Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi olikuler (minggu ketiga) dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior),
bekerja terhadap otak uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga
persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui
bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini
membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.
d. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena
rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
6

6. Perubahan Tanda Vital


Menurut Sulistyawati (2009: 80-81), perubahan yang terjadi pada tanda vital
meliputi:
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (24) jam post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena pembentukan ASI.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80x/menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi
100x/menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan
infeksi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkankarena ada perdarahan. Tekanandarah
tinggi pada saat ibu post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsi
post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusu pada saluran pernafasan.
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Menurut Purwanti (2012: 51-52) selama kehamilan, volume darah normal
digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan
oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume
plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
7

kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan


vagina kehilangan darah 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC
pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar
haematokrit. setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan dekompensasi kordis pada pasien dengan
vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum.
8. Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih
dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari post partum. Jumlah sel darah masih dapat naik lagi sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan yang lama. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan
darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
hari ketiga sampai hari ketujuh post partum, yang akan kembali normal dalam
4-5 minggu post partum (Sulistyawati, 2009: 82-83).
a. Laktasi
Menurut Mochtar (2011: 117-118), untuk menghadapi masa laktasi, sejak
dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae,
yaitu:
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak
bertambah.
2) Keluar cairan susu jolong dari duktus laktierus disebut kolostrum,
berwarna kuning-putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, di mana vena-
vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
8

4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang.


Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pascapersalinan. Bila bayi mulai disusui,
isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi
ASI akan lebih banyak. ASI adalah untuk anak ibu.
1.1.3 Ketidaknyamanan Masa Nifas
Menurut Purwanti (2012: 89-90), ketidaknyamanan yang terjadi selama
masa nifas antara lain:
a. Nyeri perineum
1) Beri analgesic oral (parasetamol 500 mg tiap 4 jam atau bila perlu).
2) Mandi dengan air hangat (walaupun hanya akan mengurangi sedikit
rasa nyeri).
b. Nyeri berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan.
Lakukan pendekatan kepada pasangan bahwa saat hubungan seksual di
awal post partum akan menimbulkan rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat
dipertimbangkan mengenai teknik hubungan seksual yang nyaman.
c. Nyeri punggung
1) Berikan obat pereda rasa nyeri (misalnya neurobion).
2) Lakukan fisioterapi (massase dan penyinaran).
3) Jaga postur tubuh yang baik (misalnya, duduk selalu tegak, posisi
tidur yang nyaman, bantal tidak terlalu tinggi).
d. Nyeri pada kaki
1) Lakukan kompres air hangat dan garam.
2) Tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari badan.
3) Massase kaki menggunakan minyak kelapa.
e. Nyeri pada kepala (sakit kepala)
1) Berikan obat pereda rasa nyeri.
2) Kompres air hangat di tengkuk.
9

3) Massase pada punggung.


f. Nyeri pada leher dan bahu
1) Kompres air hangat pada leher dan bahu.
2) Massase bahu dan punggung.
3) Usahakan posisi tidur yang nyaman dan istirahat yang cukup.
5. Kelainan-Kelainan dalam Nifas
Menurut Wiknjosastro (2007 : 700 -704), yaitu:
a. Kelainan pada mamae
1) Bendungan ASI
Etiologi :
a) Pada permulaan nifas, bayi belum menyusu dengan baik
b) Kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
c) Puting susu datar, dapat menyukarkan bayi menyusu
d) Pengeluaran susu yang terhalang karena duktuli laktiferi
menyempit sebab pembesaran vena dan pembuluh limfe
Gejala:
a) Mamae panas dan keras
b) Pada perabaan nyeri
c) Suhu badan tidak naik
Penanganan :
a) Menyokong mamae dengan BH yang menopang
b) Sebelum bayi menyusu, pengeluaran air susu dengan pijatan
yang ringan
c) Terapi analgetik stilbestrol 3x1 mg selama 2-3 hari
2) Mastitis
Adalah infeksi dan peradangan pada mamae dalam masa nifas
terutama pada primipara.
Etiologi :
a) Stapylococus aureus
b) Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu dan peredaran
darah
10

Gejala :
a) Tanda adanya rasa panas dan dingin disertai kenaikan suhu
b) Penderita merasa lesu
c) Tidak ada nafsu makan
d) Mamae membesar, nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit
Pencegahan:
a) Perawatan puting susu waktu laktasi dengan membersihkan
puting susu dengan kapas air hangat sebelum dan sesudah
menyusui untuk menghilangkan kerak-kerak susu yang mongering
b) Pertolongan pada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari
infeksi Stapylococus
c) Bila ada retak atau luka pada puting susu sebaiknya bayi jangan
menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh
dan air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan
3) Kelainan putung susu
a) Puting susu berbentuk bundar, menonjol keluar dari permukaan
mamae, bisa jadi puting mencekung dan memberi kesukaran pada
bayi untuk menyusu
b) Luka pada puting susu
4) Kelainan dalam keluarnya air susu
a) Agalaktia : air susu sama sekali tidak atau hampir tidak
keluar sama sekali.
b) Poligalaktia : pengeluaran berlimpah-limpah.
c) Galaktore : air susu keluar tertus menerus dalam jumlah
yang banyak walau bayi sudah disapih
b. Kelainan uterus
1) Subinvolusi
Adalah proses mengecilnya uterus terganggu
Etiologi :
11

a) Ketinggalan sisa-sisa plasenta dalam uterus


b) Endometritis
c) Mioma uteri
Gejala :
a) Lochea bertambah banyak bisa disertai perdarahan
b) Pada pemeriksaan bimanual uterus lebih besar dan lebih lembek
Penanganan :
a) Pemberian ergometrin IM
b) Kerokan
2) Perdarahan
Adalah perdarahan yang terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan
dan pada minggu ke2 nifas
Etiologi :
a) Subinvolusi
b) Kelainan congenital uterus
c) Inversion uteri
d) Mioma uteri submukosa
e) Penghentian pengobatan dengan estrogen untuk menghentikan
laktasi
1.1.4 Kelainan-kelainan lain dalam nifas
Kelainan pada masa nifas meliputi:
1. Trombosis
Etiologi :
a. Perubahan susunan darah
b. Perubahan laju peredaran darah
c. Perlukaak lapisan intima pembuluh darah
Penanggulangan:
a. Istirahat dengan kaki agak ditinggikan
b. Pemberian obat seperti asidum asetilosilikum
2. Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
12

Sindrom Sheehan/nekrosis lobus depan dari hipofisi karena syok akibat


perdarahan persalinan. Hipofisis ikut berinvolusi setelah persalinan
karena syok akibat perdarahan hebat pada hipofisis terjadilah nekrosis
pada pars anterior. Mungkin pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan
intravaskuler menyebabkan thrombosis pada sinusoid hipofisis. Gejala
timbul agalaksia, amenore dan insufiensi hormone pars anterior hipofisis
(Ambarwati, 2008: 128).
1.1.5 Tahapan Psikologis Masa Nifas
Menurut Ambarwati, 2008: 88-89 terdiri dari:
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti muda
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan ekstra
makanan untuk proses pemulihannya. Di samping nafsu makan ibu
memang meningkat.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-
hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.
3. Fase letting go
13

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyelesaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
1.1.6 Tata Laksana Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Mochtar (2011:116-117) dalam bukunya adalah sebagai berikut
1. Mobilisasi
Karena sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau ke 5
diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan keteterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB
dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans, per
oral atau per rektal. Jika masih belum bisa, lakukan klisma.
5. Perwatan payudara
Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
6. Pemeriksaan pasca salin
Bagi wanita dengan persalinan normal dapat dilakukan setelah 6 minggu,
meliputi:
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan
b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan
14

c. Payudara : ASI, puting susu


d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum
e. Sekret yang keluar, misalnya lochea, flour albus
f. Keadaan alat-alat kandungan
7. Nasehat untuk ibu nifas
a. Fasoterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak
d. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi

BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Sebagai identitas pasien untuk membedakan dengan pasien yang lain.
Nama juga digunakan untuk mengenal pasien dan untuk menjalin
hubungan saling percaya antara petugas dan pasien (Manuaba,
2010:238)
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Seedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas ( Ambarwati, 2010 : 213)
3) Pekerjaan
Wanita karier yang hamil mendapat cuti hamil selama 3 bulan, yang
dapat diambil sebulan menjelang kelahiran dan 2 bulan setelah
persalinan (Manuaba, 2010 : 120).
15

Ibu nifas disarankan untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga


secara perlahan-lahan (Saifuddin, 2011 : N-25).
Pekerjaan terlalu dini dilakukan maka akan memungkinkan terjadinya
komplikasi masa nifas seperti perdarahan, infeksi peyudara, pusing, dll.
4) Agama
Adanya larangan suami istri untuk melakukan hubungan intim pada
masa nifas sampai darah keluar tersebut berhenti. Larangan tersebut
mengandung cukup banyak hikmah seperti jalan lahir anak pada wanita
masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelelahan
bayi. Biasanya setelah 40 hari atau 6 minggu (Soleha, 2009: 75).

5) Status perkawinan
Wanita neurorik dengan kesulitan dalam pernikahan lebih cenderung
untuk menderita kelainan dan penyakit jiwa dalam masa nifas. Wanita
yang telah lama menikah dan baru punya anak akan timbul
kekhawatiran akan bayinya yang sebelumnya sehat. Pada wanita yang
tidak menginginkan kelahiran anaknya akibatnya perkosaan akan
timbul penolakan/keengganan ibu untuk menyusui bayinya sehingga
dapat menghambat produksi ASI (Wiknjosastro, 2007 : 540 - 542).
b. Keluhan Utama
Akibat dari proses involusi akan menimbulkan rasa mules, saat pertama
ASI diproduksi akan menimbulkan rasa nyeri pada payudara, ibu akan
merasa letih karena tenaganya lebih banyak terkuras saat persalinan, ibu
akan mengalami gangguan eliminasi (retensio urine) yang disebabkan ibu
takut untuk melakukan mobilisasi diri (wiknjosastro, 2007) Menurut
Varney (2008: 974-977) keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara
lain sebagai berikut:
1) Sulit Buang Air Kecil (BAK)
16

Menurut Saleha (2009: 88), kadang-kadang wanita mengalami sulit


buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sphincer ani selama persalinan.
2) After pain
Nyeri setelah kelahiran disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus
berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri yang lebih berat
pada paritas tinggi adalah disebabkan karena terjadi penurunan tonus
otot uterus, menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-sebentar)
berbeda pada wanita primipara tonus otot uterusnya masih kuat dan
uterus tetap berkontraksi.
3) Keringat berlebih
Wanita paskapartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan
cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan
intraseluler selama kehamilan.
4) Pembesaran payudara/ Bendungan ASI
Pembesaran payudara disebabkan kombinasi, akumulasi, dan stasis air
susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena.
Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ke 3
paska salin baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui, dan
berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
5) Konstipasi
Konstipasi dapat menjadi berat dengan longgarnya dinding abdomen
dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum.
6) Hemoroid
Wanita yang mengalami hemoroid mungkin merasa nyeri selama
beberapa hari.Padapersalinandapatmenjadi edema selama ibu
mendorong bayi pada kala II persalinan karena tekanan bayi dan
distensi saat melahirkan.
17

7) Puting Susu Lecet


Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-
celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48
jam (Marmi, 2011: 171).
8) Nyeri Perineum
Nyeri luka perineum terjadi akibat laserasi atau episiotomi dan jahitan
laserasi atau episiotomi tersebut (Varney, 2008: 975).
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah di alami, yang lalu, sekarang, baik
penyakit menurun, menahun dan menular.
1) Anemia yang tidak tertangani dengan baik akan berpengaruh pada
masa nifas yang menyebabkan: terjadi subinvolusi uteri, menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae
(Manuaba, 2012: 240).
2) Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI
karena dapat menularkan pada bayi (Manuaba, 2012: 336).
3) Pengaruh penyakit jantung dalam masa paska persalinan/nifas
menurut Manuaba (2012: 334) :
a) Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum
dalam jumlah besar untuk membentuk ASI sehingga menyebabkan
beban jantung meningkat
b) Terjadinya perdarahan post partum, sehingga diperlukan kekuatan
ekstra jantung untuk dapat melakukan kompensasi.
c) Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja
tambahan jantung.
4) HIV/AIDS
18

Tranmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi secara transplasenter, saat
persalinan dan melalui air susu ibu. Kelainan yang dapat terjadi pada janin
adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan
abortus spontan (Saifuddin, 2010: 933).
19

5) Sifilis
Dapat menyebabkan infeksi pada bayi dalam bentuk leus kongenitas
(pemfigus sifilitus, deskuamasi kulit pada telapak tangan dan kaki,
terdapat kelainan pada mulut dan gigi) (Manuaba, 2010: 338).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dari keluarga ibu atau orang yang tinggal bersama ibu ada yang sakit,
terutama penyakit yang sangat menular yang sangat kronis. Bila ada penyakit
menular dapat lekas menular pada ibu dan bayi. Ditanyakan pula mungkin
dari keluarga ibu dan suaminya ada yang berpenyakit keturunan misalnya
jiwa, diabetes, hemofilis karena mungkin ada pengaruh keturunan terhadap
janin (manuaba, 2010 : 86)
e. Riwayat Kebidanan
1) Siklus haid
Dengan memberikan ASI kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum menstruasi, dapat
menjamin bertindak sebagai kontrasepsi (Manuaba, 2012: 203). Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya selama meneteki (Saifuddin, 2009: 129). Kehamilan,
Persalinan dan Nifas
2) Riwayat Kehamilan
Pada trimester I sering ditemukan emisis ringan, fatique, sering BAK.
Pada trimester II mengeluh sulit tidur, pegal didaerah panggul rasa tegang
sewaktu-waktu diperut, oedema kaki yang hilang dipagi hari. Trimester III
mengeluh nyeri pinggang, sering BAK, obstipasi, oedema tungkai dan
kram kaki. ANC ditempat pelayanan kesehatan minimal 4 kali (manuaba,
2010 : 57) ibu mendapat terapi Fe 90 tablet, B6 30 tablet, B12 30 tablet,
dan Iodium 1 buah ( Manuaba, 2010 ; 46)
3) Riwayat Persalinan
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010: 133-134) data diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan keadaan yang diderita ibu nifas dan bayinya
20

meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kehamilan anak,


keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan, kandung kemih, dan
perdarahan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.
4) Riwayat Nifas
Masa nifas yang lalu, dikaji ada atau tidaknya penyakit seperti perdarahan
post partum dan infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga tanpa
penyakit. Ibu menyusui sampai usia anak 2 tahun. Terdapat pengeluaran
lochea rubra sampai hari ketiga berwarna merah. Lochea serosa hari
keempat sampai kesembilan warna kecoklatan. Lochea alba hari kesepuluh
sampai kelima belas warna putih dan kekuningan.
Ibu dengan riwayat pengeluaran lochea tertahan (lochea statis, lochea
purulenta (nanah), infeksi intrauterin, rasa nyeri yang berlebihan, terdapat
sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan, menyusui kurang dari 2
tahun, adanya bendungan ASI sampai terjadi abses payudara, harus
diperhatikan karena kemungkinan riwayat nifas yang lalu dapat terulang
pada nifas yang akan dating (Manuaba, 2012: 201).
5) Keluarga Berencana
Menurut Manuaba (2012: 204), pemeriksaan postpartum merupakan waktu
yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Pelayanan kontrasepsi mantap dapat dilayani
setiap saat dikehendaki. Perlu diketahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
mengunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas dan beralih
ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010: 134).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk
21

minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. Minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASInya (Saifuddin, 2014: 128). Menurut Saifuddin (2011: N26), terapi
yang dianjurkan antara lain:
a) Pil zat besi yang harus diminum dengan dosis 1x1 tablet selama 40 hari
paskasalin.
b) Vit A 200.000 IU sebanyak 2 tablet diminum dengan dosis 1x1 tablet
selama 2 hari. Kapsul vitamin A 200.000 IU yang bertujuan agar bisa
memberikan asupan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2) Eliminasi
Segera setelah postpartum kandung kemih, edema, mengalami kongesti,
dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang
tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan
diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Efek persalinan
pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama
paskapartum, kecuali wanita mengalami infeksi saluran kemih. Diuresis
mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima
paskapartum. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang
kelebihan cairan interstisial dan kelebihan volume cairan (Varney, Kriebs
dan Gegor, 2008: 961). Eliminasi ini menggambarkan pola fungsi sekresi
yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010: 136). Miksi dan defekasi diatur
sehingga kelancaran kedua sistem tersebut dapat berlangsung dengan baik
(Manuaba, 2012: 202).
3) Personal hygiene
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Sarankan pada ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk mencuci tangan
22

dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah


kelaminnya (Saifuddin, 2014: 127).
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochea tidak memberikan iritasi pada sekitarnya. Kassa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochea (Manuaba,
2012: 202).
4) Istirahat
Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
yaitu: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Saifuddin, 2009:
127).
Pada pola istirahat menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur
siang, penggunaan waktu luang, istirahat sangat penting bagi ibu masa
nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010: 136).
5) Aktivitas
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu, seperti mengurangi rasa sakit pada punggung
(Saifuddin, 2014: 127).
g. Latar belakang sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan (Ambarwati dan Wulandari,
23

2010: 134). Menurut Saifuddin (2014: 130-131), kebiasaan yang tidak


bermanfaat bahkan membahayakan, antara lain:
1) Menghindari makanan berprotein, seperti ikan/telur karena ibu
menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500 kalori/hari.
2) Penggunaan bebet perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertama).
3) Penggunaan kantong es batu pada masa nifas (2-4 jam pertama).
4) Penggunaan kantong es batu atau pasir untuk menjaga uterus
berkontraksi karena merupakan perawatan yang tidak efektif untuk
atonia uteri.
5) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam setelah
kelahiran karena masa transisi adalah masa kritis untuk ikatan batin ibu
dan bayi untuk mulai menyusu.
h. Psikososial
Pada masa nifas, psikososial ibu juga mempunyai tahapan-tahapan
perubahan. Menurut Rubin dalam Ambarwati dan Wulandari (2010: 88),
nifas dibagi menjadi 3 tahap :
1) Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
2) Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-
hati.
3) Letting go
24

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
i. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan
yang bersangkutan (Saifuddin, 2014: 128).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum : kesadaran komposmetis (Manuaba, 2012:114).
b. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari
(Varney,2008: 961). Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila
tidak ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan
(Bahiyatun, 2009: 103).
b) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat memengaruhi proses ini.
Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal
dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum
lambat (Varney, 2008: 961).
25

c) Suhu
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak
lebih dari 380C. Bila terjadi peningkatan melebihi 380 C berturut-turut
selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi (Manuaba, 2010: 201). Suhu
maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2008:
961).
d) Pernafasan
Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya
kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan embolus
paru(Varney, 2008: 961). Pernafasan harus berada dalam rentang normal,
yaitu sekitar 20-30 x/menit (Bahiyatun, 2009: 103).
c. Pemeriksaan fisik
1) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia maka ada kaitannya dengan perdarahan yang terjadi
pada masa nifas. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan
ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada
konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre
eklamsia (Romauli, 2011: 174).
2) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011:
174).
3) Payudara
Pada masa nifas pemeriksaan payudara dapat dicari beberapa hal berikut
yaitu puting susu pecah/pendek/rata, nyeri tekan, abses, produksi ASI
terhenti, dan pengeluaran ASI (Saifuddin, 2014:124). Menunjukkan
adanya kolostrum dan perawatan puting susu pada wanita menyusui
(Varney, Kriebs dan Gegor, 2008: 969).
4) Abdomen
26

Pada abdomen kita harus memeriksa posisi uterus atau tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, dan ukuran kandung kemih (Saifuddin, 2014: 124).
Menurut Varney (2008: 1064), pemeriksaan abdomen post partum
dilakukan selama periode postpartum dini (1 jam-5 hari) yang meliputi
tindakan berikut

5) Pemeriksaan kandung kemih


Dalam memeriksa kandung kemih, mencari secara spesifik distensi
kandung kemih yang disebabkan oleh retensi urin akibat hipotonisitas
kandung kemih karena trauma selama melahirkan. Kondisi ini dapat
mempredisposisi wanita mengalami infeksi kandung kemih. Oleh karena
itu bukti dari kandung kemih yang penuh harus dievaluasi dalam
pemeriksaan abdomen. Distensi kandung kemih dapat terlihat sebagai
penonjolan pada kontur abdomen diatas simpisis pubis yang memanjang
ke arah umbilikus.
6) Pemeriksaan uterus
Mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Penentuan lokasi uterus
dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah
umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah abdomen atau
bergeser ke salah satu lokasi dan ukuran saling tumpang tindih, karena
ukuran ditentukan bukan hanya melalui palpasi, tetapi juga dengan
mengukur tinggi fundus uteri. Konsistensi uterus memiliki ciri keras dan
lunak.
1) Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat distasis rekti
Penentukan jumlah diastasis rekti digunakan sebagai alat obyektif untuk
mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis rekti adalah derajat
pemisahan otot rektus abdomen (rektus abdominis) yang diukur ketika otot
abdomen kontraksi dan relaksasi.Pembilang mewakili lebar diastasis
dalam hitungan lebar jari ketika otot-otot mengalami kontraksi dan
pembagi mewakili lebar jari ketika otot-otot relaksasi. Misalnya, diastasis
yang ukurannya 2 lebar jari ketika otot-otot berkontraksi dan 5 lebar jari
27

ketika oto-otot relaksasi dicatat dengan diastasis = 2/5 jari. Rangkaian


pengukuran tersebut berarti diastasis = 2 jari ketika otot-otot berkontraksi
dan 5 jari ketika otot-otot relaksasi (Varney, 2008: 1065-1066).
2) Memeriksa adanya nyeri tekan CVA (Costovertebral Angel)
Nyeri yang muncul di area sudut CVA merupakan indikasi penyakit ginjal.
7) Genetalia
Pemeriksaan tipe, kuantitas, dan bau lokia, pemeriksaan perineum
terhadap memar, edema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan,
inflamasi, supurasi (Varney, 2008: 969). Setelah persalinan, vagina
meregang dan membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang
ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang kembali ke ukuran
nulipara. Kadang-kadang pada persalinan lama, ditemukan edema dan
memar pada dinding vagina. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga.
Himen muncul sebagai jaringan kecil yang selama proses sikatrisasi
diubah menjadi karunkulae mirtiformis yang merupakan ciri khas wanita
yang pernah melahirkan (Bahiyatun, 2009: 104). Selain itu, pada genetalia
yang harus diperiksa adalah pengeluaran lochea. Hal yang perlu dilihat
pada pemeriksaan vulva dan perineum adalah penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakan, luka dan hemoroid (Saifuddin, 2014: 124).
8) Ekstremitas
Pada pengkajian ekstremitas bawah, dilakukan pemeriksaan kaki apakah
ada varises, warna kemerahan pada betis, atau edema (Bahiyatun, 2009:
105). Adakah varikosa, edema, nyeri tekan atau panaspada betis, adanya
tanda Homan, refleks (Varney, 2008: 969). Flegmasia alba dolens yang
merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh
darah vena temoralis yang terinfeksi dan disertai bengkak pada tungkai,
bewarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan pembuluh darah,
suhu tubuh meningkat(Manuaba, 2012: 418). Flegmasia alba dolens ini
bisa terjadi pada hari ke 10 post partum (Saifuddin, 2014: 266).
d. Pemeriksaan penunjang
28

Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin (Hb) dapat dilakukan dengan


menggunakan alat Sahli dan stick ( Manuaba, 2012: 239).
3. Analisa Data
Hasil analisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat (kepmenkes, 2007 : 5)

2.2 Perumusan Diagnosa Kebidanan dan atau Masalah Kebidanan


PAPIAH, post partum hari ke ...., laktasi normal, lochea normal, involusi normal,
keadaan psikologis baik/buruk, keadaan ibu baik, dengan kemungkinan
masalah sulit BAK (Saleha, 2009: 88), after pain, keringat berlebih,
konstipasi, pembengkakan payudara, hemoroid, nyeri perineum (Varney,
Kriebs dan Gegor, 2008: 974-975), puting susu lecet (Marmi, 2011:171),
postpartum blues (Ambarwati dan Wulandari (2010: 89-90), Prognosa
baik/buruk.
2.3 Perencanaan
Diagnosa : PAPIAH, post partum hari ke ...., laktasi normal, lochea normal,
involusi normal, keadaan psikologis baik, keadaan ibu baik, dengan
kemungkinan masalah sulit BAK, after pain, keringat berlebih, konstipasi,
pembengkakan payudara, hemoroid, nyeri perineum, puting susu lecet,
postpartum blues, Prognosa baik/buruk.
Tujuan: Masa nifas berjalan normal tanpa komplikasi bagi ibu dan bayi.
Kriteria:
1. Kesejahteraan ibu
a. Keadaan umum : kesadaran komposmetis (Manuaba, 2012: 114).
b. Kontraksi uterus baik (bundar dan keras)
c. Tanda-tanda vital:
T : 110/70-130/90 mmHg N : 60-80 x/menit
S : 36-37,50C R : 16-24x/menit
29

d. Laktasi normal
e. Involusi uterus normal
f. Lochea normal
2. Kesejahteraan bayi
a) Bayi menyusu kuat dan eksklusif menyusu secara on demand (Walsh,
2007: 375).
3. Intervensi
a. Promotif
1) Jelaskan hasil pemeriksaan ibu nifas dengan pendekatan terapeutik
Rasional: komunikasi terapeutik dapat mengubah cara pandang klien
mengenai dirinya, harga dirinya, dan lain-lain yang berkaitan serta
masa depannya sehingga klien mampu mengambil keputusan atas
tindakan asuhan kebidanan (Tyastuti, 2011: 145)
2) Jelaskan tentang fisiologi nifas meliputi laktasi, involusi, dan lochea
Rasional: komunikasi terapeutik tentang fisiologi masa nifas akan
merubah cara pandang klien terhadap dirinya, sehingga ibu mampu
beradaptasi dengan kondisinya (Tyastuti, 2011: 145)
3) Jelaskan tentang kebutuhan ibu nifas meliputi menjaga kebersihan
diri, istirahat, nutrisi, dan aktifitas.
Rasional: ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembekakan wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh
karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan ibu
akan merasa jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya
(Anggraini, 2010: 57-58). Seorang wanita yang menyusui dalam
masa nifas dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat
karena sedang dalam proses penyembuhan luka terutama untuk
organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusu bayinya
(Bahiyatun, 2009: 82). Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi (Bahiyatun,
2009: 77). Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahan tubuh
30

terhadap, infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses


pemberian ASI eksklusif (Bahiyatun, 2009: 68)
4) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan benar. Menurut
Marmi (2014: 58-59) Posisi menyusui yang benar bertujuan untuk
merangsang produksi susu memperkuat refleks menghisap bayi.
Posisi menyusui ada 3 yaitu posisi menggendong,
football/mengepit, dan berbaring miring. Berikut ini tatalaksana
menyusui yang benar: Posisi badan ibu dan bayi: ibu duduk atau
berbaring santai, ibu memegang bayi pada belakang bahunya, bayi
menghadap ke ibu, rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian
bawah payudara ibu, tempelkan dagu bayi pada payudara ibu,
jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan menekan pantat bayi
dengan lengan ibu bagian dalam. Posisi mulut bayi dan puting susu
ibu: keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola,
pegang payudara seperti huruf C, sentuh pipi bayi untuk merangsang
refleks menghisap, dekatkan bayi ke payudara ibu ketika mulut
terbuka lebar dan lidah menjulur ke bawah, posisikan puting susu di
atas bibir atas bayi, arahkan puting susu ke atas menyusuri langit-
langit mulut bayi, usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut
bayi, lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.
Rasional: posisi menyusui yang tepat memastikan puting dan areola
mamae masuk keseluruh mulut bayi sehingga puting susu tidak lecet
dan metode penghisapan bisa terpenuhi
5) Jelaskan mengenai ASI eksklusif selama 6 bulan
Rasional: ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
sampai dengan 6 bulan (Jannah, 2011:42-43)
6) Jelaskan tentang tanda bahaya pada masa nifas meliputi panas
menggigil, infeksi kandungan dan infeksi bekas luka jahitan.
Rasional: komunikasi terapeutik tentang tanda bahaya nifas dapat
mengubah cara pandang klien mengenai dirinya sehingga klien
31

mampu mengambil keputusan atas tindakan asuhan kebidanan


(Tyastuti, 2011: 145).
7) Jelaskan tentang komplikasi nifas meliputi perdarahan pervaginam
yang lebih dari 500 ml, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur,
bengkak diwajah dan ekstremitas, anoreksia dalam waktu lama,
pembengkakan di kaki (tromboplebitis).
Rasional: komunikasi terapeutik tentang komplikasi nifas dapat
mengubah cara pandang klien mengenai dirinya yang berkaitan serta
masa depannya sehingga klien mampu mengambil keputusan atas
tindakan asuhan kebidanan (Tyastuti, 2011: 145)

(8) Jelaskan tentang perawatan bayi sehari-hari.


Rasional: komunikasi terapeutik tentang perawatan bayi dapat
mengubah cara pandang klien mengenai dirinya yang berkaitan serta
masa depannya sehingga klien mampu mengambil keputusan atas
tindakan asuhan kebidanan (Tyastuti, 2011: 145)
(9)Beri konseling ibu tentang KB pascasalin.
Rasional: pemilihan kontrasepsi disiapkan saat nifas untuk
pertimbangan hubungan dengan produksi ASI (Anggraini, 2010: 62).
Preventif
1) Lakukan pijat oksitosin.
Rasional: pemijatan sepanjang tulang belakang membuat ibu
menjadi rileks sehingga akan merangsang produsi prolaktin
dan oksitosin .
2) Ajari ibu senam nifas
Rasional : senam nifas dapat meningkatkan dilatasi pembuluh
darah sehingga darah lancar dan pasokan O2 keseluruh tubuh
terutama perlukaan pasca sallin semakin baik yang berdampak
pada proses penyembuhan liuka serta membuat jahitan lebih
rapat (Ambarwati, 2010: 76)
32

3) Ajarkan ibu perawatan payudara


Rasional: komunikasi terapeutik tentang perawatan payudara
akan merubah cara pandang klien terhadap dirinya,sehingga ibu
mampu mengambil keputusan terhadap tindakan
kebidanan(Tyastuti, 2011:145)
4) Jelaskan tentang jadwal kunjungan nifas menurut Saifuddin
(2009: 123) yaitu 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari stelah
persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah
persalinan.
Rasional : kunjungan ulang dilakukan untuk mengevaluasi
kondisi ibu dan bayi, deteksi komplikasi dan kegawatdaruratan
serta memberikan intervensi selan jutnya.
Kuratif
1) Melakukan kolaborasi dan rujukan bila terjadi komplikasi seperti
perdarahan berlebih, secret vagina berbau, demam, nyeri perut berat,
kelelahan atau sesak, bengkak (tangan, wajah, tungkai) atau sakit kepala
dan pandangan kabur, dan nyeri payudara, pembengkakan payudara
(Kemenkes RI, 2013: 50)
Rasional: informasi dan tindak lanjut termasuk perlunya rujukan untuk
penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/ penunjang, konsultasi
atau perawatan dan juga jadwal kontrol berikutnya apanila diharuskan
datang lebih cepat (Kemenkes, 2010:19)
2) Melanjutkan pemberian vitamin A, tablet Fe dan multivitamin
seperti vitamin C,E, B6, B12.
Rasional: selain untuk kesehatan mata Vit A sangat dibutuhkan oleh ibu
yang menyusui untuk peningkatan kualitas ASI sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh anak(Bahiyatun, 2009: 69)
Rasional: Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejunum proksimal, makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini diabsorbsi dalam bentuk ion fero. Ion fero yang
sudah diabsorbsi berubah menjadi ion feri. Selanjutnya ion feri akan
33

masuk ke dalam plasma degan perantara transferrin, atau diubah


menjadi ferritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Setelah
diabsorbsi, Fe dalam tubuh akan diikat dalam transferrin (siderofilin),
suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke
beberapa jaringan terutama sumsum tulang.
c. Masalah 1 : Gangguan eliminasi
Tujuan : Gangguan eliminasi tidak terjadi
Kriteria :
1) Ibu bisa BAK spontan dalam 6 jam pertama postpartum, warna kuning
jernih, konsistensi encer (Purwanti, 2012: 64)
2) Ibu bisa BAB spontan dalam 3 hari pertama setelah melahirkan, warna
kuning tengguli, konsistensi lunak (Purwanti, 2012: 56)
Intervensi untuk gangguan eliminasi menurut Purwanti (2012: 88) adalah:
1) Promotif
a) Berikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya BAK dan
BAB sedini mungkin setelah melahirkan.
Rasional: kandung kemih dalam puerperium kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah sehingga kandung kemih cepat penuh atau
sesudah buang air kecil masih tertinggal urin residual (normal ±
15cc) sehingga sisa urin dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi (Ambarwati, 2010:81).
Rasional: dalam 24 jam pertama, pasien harus sudah dapat BAB
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin
sulit baginya untuk BAB secara lancar. Feses yang tertahan dalam
usus semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung
dalam feses akan selalu terserap oleh usus (Sulistyawati, 2009: 101).
b) Yakinkan pasien bahwa jongkok dan mengejan ketika BAK/BAB
tidak akan menimbulkan kerusakan pada luka jahitan.
Rasional: luka jahitan tidak akan rusak. Konstipasi dan retensio urine
bisa terjadi jika ibu menahan defekasi dan berkemih karena rasa
takut akan robekan dan rusaknya luka jahitan (Varney, 2007: 961).
34

2) Preventif
a) Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih serta makan yang
tinggi serat
Rasional: air putih dapat merangsang gerak peristaltik usus
(Romauli, 2011:139).

b) Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi dini.


Rasional: ambulasi dini dapat membuat faal usus dan kandung kemih
menjadi lebih baik sehingga melancarkan eliminasi (Purwanti,
2012:63).
3) Kuratif
a) Kolaborasi untuk pemberian obat pencahar dulcolax bila perlu.
Rasional: obat pencahar dapat menstimulus gerakan peristaltik usus
sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan
dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar
(defekasi) dan meredakan sembelit. Penggunaan pelunak feses pada
jangka panjang harus dibatasi untuk menghindari terjadinya
ketergantungan (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008: 977).
b. Masalah 2: After pain atau kram perut
Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan kondisinya
Kriteria hasil:
1) Mules terjadi setelah persalinan berlangsung 2-3 hari postpartum
(Wiknjosastro, 2005: 240)
2) TFU sesuai tabel 2.8
3) Uterus berkontraksi bulat dan keras(Wiknjosastro, 2008: 119)
Intervensi menurut Bahiyatun (2009: 123–124), antara lain:
1) Promotif
a) Jelaskan pada ibu tentang nyeri after pain.
35

Rasional: nyeri lebih berat pada paritas tinggi disebabkan oleh


penurunan tonus otot uterus secra bersamaan, menyebabkan
relaksasi intermitten. Pada wanita menyusui afterpain lebih terasa,
karena isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis
posterior. Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu reflek let down
pada payudara tetapi menyebabkan kontraksin uterus (Varney,
Kriebs dan Gegor, 2008: 974)

2) Preventif
a) Jelaskan pada ibu bahwa mengosongkan kandung kemih.
Rasional: nyeri akan hilang jika uterus berkontraksi dengan baik,
kandung kemih penuh mengubah posisi uterus ke atas sehingga
mengakibatkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri (Varney,
Kriebs dan Gegor, 2008: 974).
b) Sarankan ibu untuk tidur dengan posisi telungkup dan bantal di
bawah perut
Rasional: Posisi ini menjaga kontraksi tetap baik dan melancarkan
oksigen ke pembuluh darah karena penekanan pembuluh darah
terjadi di dekat punggung.
c) Anjurkan ibu untuk menyusui eksklusif pada bayi
Rasional: isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh
hipofisis posterior. Pelepasan oksitosin selain memicu let down
refleks juga dapat menyebabkan kontraksi uterus (Varney, Kriebs
dan Gegor, 2008: 974)
Rasional: dengan bounding attacment akan terjadi kontak secara
langsung antara ibu dan bayi sehingga rasa nyeri mapu
dialihkan(teknik distraksi) (Marmi, 2014: 68)
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan mengenai
mobilisasi dini pada ibu.
36

Rasional: ambulasi awal dilakukan untuk melakukan gerakan dan


jalan-jalan ringan dilakukan secara berangsur sesuai frekuensi dan
intensitas aktivitas pasien. Ambulasi dini dapat menyebabkan faal
usus dan kandung kemih menjadi baik (Sulistyawati, 2009: 101).
3) Kuratif
a) Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
analgesik (bila perlu).
Rasional: analgesik bekerja menghilangkan nyeri dengan cara
menghambat pembentukan prostalgalandin dan mencegah
sensitifitas reseptor sakit terhadap rangsangan mekanik atau
kimiawi (Jordan, 2004: 61)
c. Masalah 3: Konstipasi
Tujuan: Setelah dilakukan penyuluhan, masalah konstipasi dapat teratasi
Kriteria: BAB lancar 1 kali sehari, konsistensi lunak.
Intervensi menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2007: 977) sebagai
berikut:
1) Jelaskan fisiologis konstipasi pada masa nifas
Rasional: Ibu memahami konstipasi adalah hal yang normal dialami
oleh ibu nifas dan ibu tidak cemas lagi.
2) Anjurkan ibu untuk minum air putih minimal 8 gelas/hari
Rasional: Cairan dapat memperlancar kerja peristaltik usus
3) Anjurkan ibu minum air hangat dan makan makanan yang berserat
Rasional: Air hangat dan makanan yang mengandung serat dapat
menstimulasi peristaltik usus
4) Sarankan pada ibu untuk melakukan latihan ringan
Rasional: Kegiatan latihan ringan dapat memfasilitasi sirkulasi vena
sehingga mencegah kongesti pada usus besar.
d. Masalah 4 : Pembengkakan payudara / Bendungan ASI
Tujuan : Laktasi lancar
37

Kriteria : Payudara tidak bengkak, kulit payudara tidak mengkilat dan


tidak merah, payudara tidak nyeri, tidak terasa penuh dan
tidak teraba keras (lembek).
Hari 2-3 post partum terjadi produksi ASI
Intervensi menurut Bahiyatun (2009:124), antara lain:
Preventif
1) Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin atau 2-3 jam sekali
Rasional: Sering menyusui dapat mengurangi pembengkakan pada
payudara.
2) Anjurkan ibu makan minum banyak
3) Anjurkan ibu untuk perawatan payudara dan dipijat oksitosin
4) Anjurkan ibu untuk menyusui di kedua payudara
Rasional: Menyusui di salah satu payudara dapat membuat payudara
yang lain menjadi bengkak.
5) Gunakan air hangat pada payudara, dengan menempelkan kain atau
handuk yang hangat pada payudara.
Rasional: air hangat dapat merelaksasi otot payudara supaya tidak
tegang.
6) Gunakan bra yang kuat untuk menyangga dan tidak menekan payudara.
Rasional: Bra yang terlalu menekan payudara dapat memperparah
pembengkakan dan nyeri yang dialami.
7) Letakkan kantong es pada payudara di antara waktu menyusui.
Rasional: Kantong es yang dingin dapat membuat otot-otot payudara
berkontraksi sehingga rasa nyeri dapat berkurang.
Kuratif
1) Jika payudara masih terasa penuh, lakukan pengeluaran ASI secara
manual.
Rasional: Pengosongan payudara secara manual dapat membantu
mengurangi pembengkakan payudara.
2) Berikan terapi parasetamol/asetaminofen.
Rasional: Terapi parasetamol/asetaminofen dapat mengurangi nyeri.
38

Kolaboratif
1) Jika terjadi mastitis atau abses lakukan rujukan
e. Masalah 5: Hemoroid
Tujuan : Hemoroid tidak terjadi atau tidak bertambah parah/sembuh
Kriteria :
1) BAB 1-2 kali sehari, konsistensi lunak
2) BAB tidak berdarah dan tidak nyeri, serta tidak kesulitan BAB
3) Tidak terdapat hemoroid derajat I (tidak terjadi prolaps), derajat
II hemoroid (terdapat prolaps hemoroid yang dapat masuk
sendiri/reposisi spontan), derajat III (terdapat prolaps hemoroid
yang tidak dapat masuk sendiri/reposisi manual), derajat IV
(terdapat prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk,
meskipun sudah reposisi manual akan keluar lagi).
Intervensi menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2007:977) sebagai berikut:
a) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum
air hangat satu gelas tiap bangun pagi untuk menghindari konstipasi
Rasional: Makanan tinggi serat dan minum air hangat menjadikan
feses tidak terlalu padat/ keras dan akan merangsang peristaltik usus
sehingga dapat merangsang pengosongan kolon lebih cepat.
b) Anjurkan ibu untuk menghindari mengejan saat BAB
Rasional: Mengejan yang terlalu sering akan memicu terjadinya
hemoroid
c) Bila hemoroid derajat 1-2 anjurkan ibu untuk mandi berendam air
hangat ketika ada rasa nyeri
Rasional: Hangatnya air tidak hanya memberikan kenyamanan,
tetapi juga meningkatkan sirkulasi
d) Bila hemoroid derajat 3-4 anjurkan ibu untuk kompres air es atau
garam untuk mengurangi hemoroid ketika ada perdarahan.
Rasional: Air es dan garam dapat membuat pembuluh darah
berkontraksi sehingga menyempit dan hemoroid berkurang.
e) Senam kegel
39

Rasional: Senam kegel dapat membuat hemoroid dapat masuk ke


dalam rektum.
Kuratif
f) Beri obat anti hemoroid jika derajat 3-4
g) Rujuk untuk operasi hemoroid pada derajat 3-4 yaitu operasi
endoskopi saat ibu nifas sudah dalam kondisi stabil.
f. Masalah 6 : Puting susu lecet
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, puting susu lecet teratasi.
Kriteria : Puting susu tidak lecet dan aktivitas menyusui tidak
terganggu.
Intervensi menurut Saifuddin (2011: N24-N27.
Preventif
1) Oleskan kolostrum atau ASI pada sekitar puting setiap selesai
menyusui.
Rasional: Kegiatan menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu
yang tidak lecet.
Kuratif
1) Bila lecet berat, istirahatkan 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
2) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
tiap 4-6 jam.
Rasional : rasa nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang.
g. Masalah 7 : Nyeri pada luka jahitan perineum.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, ibu beradaptasi dengan rasa nyeri
Kriteria :Kriteria menurut Sofian (2012: 87)
1) Rasa nyeri pada ibu berkurang pada skala 0-3 dan ibu tampak rileks
2) Jahitan bertaut bagus
3) Luka jalan lahir jika tidak terinfeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
Intervensi menurut Purwanti (2012: 89), antara lain :
1) Promotif
a) Jelaskan penyebab nyeri pada luka jahitan perineum.
40

Rasional : nyeri pada luka janitan perineum timbul akibat laserasi


atau episiotomi dan jahitan dari laserasi atau episiotomi tersebut
pada saat persalinan (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008: 975).
2) Preventif
1) Observasi luka jahitan perineum.
Rasional: adanya luka di daerah perineum yang bila terkena
kotoran dapat terinfeksi (Anggraini, 2010:59).
2) Anjurkan ibu untuk mandi dengan menggunakan air hangat.
Rasional: meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan
oksigenasi dan nutrisi pada jaringan (Doenges, 2001: 388).
3) Ajarkan ibu tentang perawatan perineum yang benar.
Rasional: penyembuhan luka harus terkena O2 agar tetap kering,
apabila terkena infeksi maka luka jalan lahir akan lama sembuh
(Sofian, 2013: 87).
4) Berikan ibu kompres es pada perineum dengan cara rendam duduk
pada saat nyeri selama 5 menit.
Rasional: memberi anastesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi
dan mengurangi edema dan vasodilatasi (Doenges, 2001: 388).
Rasional : kompres es dapat mengurangi pembengkakan dan
membuat perineum baal pada periode segera pascapartum. Manfaat
optimum dicapai dengan kompres dingin selama 30 menit (Varney,
Kriebs dan Gegor, 2008: 976).
5) Anjurkan ibu banyak makan protein
Rasional: protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian
sel-sel yang rusak atau mati serta proses penyembuhan luka
(Ambarwati, 2010: 98).
3) Kuratif
a) Beri analgesik oral (parasetamol 500 mg tiap 4 jam atau bila perlu)
Rasional: parasetamol merupakan obat pilihan pertama pada
kehamilan dan laktasi karena efek samping yang ditimbulkan oleh
parasetamol tidak lazim terjadi tetapi dapat meliputi ruam kulit,
41

kelainan darah dan kadang-kadang bertambah parahnya penyakit


asma (Jordan, 2004: 418).
4) Rehabilitatif
a) Lakukan latihan kegel
Rasional : latihan kegel dapat memperkuat otot vagina (Saifuddin,
2006: 127).
Latihan kegel meningkatkan sirkulasi ke area perineum sehingga
meningkatkan penyembuhan. Latihan ini juga dapat mengembalikan
tonus otot pada susunan otot panggul (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008:
976).

h. Masalah 8 : Post partum Blues


Tujuan: Ibu bisa melewati masa nifas dengan normal dan tidak terjadi
post partum blues
Kriteria:
1) Ibu tidak menangis, tidak mengalami perubahan perasaan, tidak
cemas, tidak kesepian, tidak khawatir mengenai sang bayi, tidak
terjadi penurunan gairah seks, dan percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2010: 89-90).
2) Ibu sabar, tidak sensitif, tidak mudah tersinggung (Marmi, 2014: 112)
3) Ibu tidak gelisah, tidak menarik diri dari lingkungan (Bahiyatun,
2009: 65).
Intervensi menurut Marmi (2014: 115-118):
1) Promotif
a) Jelaskan penyebab post partum blues
Rasional: post partum blues timbul akibat ibu merasa lelah,
mempunyai masalah dengan suami atau keluarga, menahan rasa
rindu karena jauh dari suami, bayi yang terus menerus menangis dan
masalah lain yang mengganggu ibu.
2) Preventif
a) Lakukan pendekatan komunikasi terapeutik dan support mental
42

Rasional: menciptakan hubungan baik baik antara bidan dengan


pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi, dapat
memahami dan mendukung dirinya.
b) Berikan bimbingan cara perawatan bayi dan dirinya (Sulistyawati,
2015: 87)
Rasional: hari ke 2-4 post partum merupakan waktu yang tepat
untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus
selalu diperhatikan untuk bimbingannya, jangan sampai
menyinggung atau menyakiti perasaannya sehingga memperparah
kondisinya, hal ini dapat merangsang timbulnya rasa percaya diri
dan kemampuan dalam merawat bayi.
3) Kuratif
a) Beritahukan pada klien untuk menyadari bahwa dirinya bukanlah
ibu yang buruk dan dengarkan keluh kesahnya.
Rasional: bukan salah klien memiliki pemikiran atau perasaan
yang berlebihan pada postpartum.
b) Beritahu klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan
cara makan makanan bergizi, banyak istirahat dan tidur, pergi
keluar untuk mendapat sinar matahari, berjalan-jalan selama 20
menit atau lebih secara rutin, menyediakan waktu untuk diri
sendiri (sejenak menghindari tugas dan urusan bayi), melewati
waktu bersama keluarga atau teman.
c) Anjurkan klien memberitahu suami, keluarga atau teman yang
terpercaya mengenai perasaan yang dirasakan.
Rasional: memberitahu suami, keluarga atau teman yang
terpercaya mengenai perasaan yang dirasakan khususnya bila
muncul kekhawatiran akan menyakiti diri sendiri atau bayi akan
mengurangi beban perasaan yang dirasakan klien.
d) Fasilitasi suami dan keluarga dalam memberikan dukungan
kepada ibu (Sulistyawati, 2015: 88)
43

Rasional: setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan


fisiologis yang mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari
psikisnya. Berada di bawah tekanan untuk dapat mempelajari
perawatan bayinya tidak mengherankan bila ibu mengalami
sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Tak
dipungkiri jika pada tahap ini ibu memerlukan dukungan dari
orang-orang terdekatnya.
Kolaboratif
a) Bila perlu, anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter tentang
terapis dan kelompok pendukung yang dapat menolong.
Rasional: menemui dokter spesialis kesehatan mental atau psikolog
dapat membantu klien untuk mendapatkan resep obat atau
konsultasi.
2.4 Pelaksanaan
Pada langkah ini perencanaan asuhan menyeluruh yang telah disusun
secara efisien dan aman.Tindakan yang dilakukan bidan dalam memberikan
asuhan pada ibu nifas sesuai dengan rencana yang telah disusun berdasarkan
diagnosa dan masalah yang telah timbul. Di dalam tahap ini bidan melakukan
observasi sesuai dengan kriteria evaluasi yang direncanakannya.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam tahap pelaksanaan menurut
Wikjosastro, 2007 adalah:
1. Intervensi yang dilakukan berdasarkan prosedur tetap yang lazim
dilakukan.
2. Pengawasan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan kriteria dan
evaluasi yang telah ditetapkan.
3. Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-angsur
mencapai kondisi yang diharapkan.
2.5 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi klasifikasi dari asuhan yang mudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah terpenuhi sesuai
44

dengan kebutuhan sebagaimana telah didefinisikan di dalam masalah/diagnosa


masalah.
Langkah evaluasi dalam asuhan kebidanan didokumentasian dalam bentuk
SOAP menurut Wikjosastro, 2007 :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dalam bentuk
SOAP.
O: Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium dan test diagnosa lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assessment.
A: Assessment
Menggambarkan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan evaluasi
berdasarkan assessment
1. Kedalam alat genetalia dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu
untuk mengadakan konsepsi.
2. Konsepsi yaitu pertemuan inti ovum dengan inti spertmatozoa dan
membentuk zigot.
3. Fertilisasi adalah kelanjutan dari proses konsepsi yaitu sperma bertemu
dengan ovum sampai dengan terjadi fisik kimiawi ovum, sperma sehingga
menjadi buah kehamilan. (sulistyawati, a.2010:77).
4. Nidasi adalah proses penanaman blastula atau implantasi yang terjadi pada
hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi saat tertanamnya blastula kedalam
endometrium mungkin terjadi perdaraha
1.1.1 Pelaksanaan
45

Langkah-langkah pelaksanaan didalam proses manajemen kebidanan


dilakukan oleh bidan dan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pada
langkah pelaksanaan ini bidan melakukan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif,efisien,dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakn secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
(Kepmenkes,2007:6)
1.1.2 Evaluasi
Pada langkah ini, bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan di dalam rencana. Semakin dekat hasil tindakan yang
dilakukan dengan sasaran yang telah ditetapkan di dalam kriteria, maka
tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapkan evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP, yaitu :
S : Data Subyektif, mencatat hasil anamnesa
O: Data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A: Assesment, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi / follow
up dan rujukan.

Petugas

BAB 3
TINJAUAN KASUS
46

3.1 Asuhan Kebidanan Nifas 5 langkah


3.1.1 Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian : 15-8-2020, pukul : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan “A”
3.1.2 Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.Y Tn.G
Umur : 27 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Penghasilan :- Rp. 3.000.00
Lama menikah : 7 Tahun 7 Tahun
Alamat : Jl. Manggis no.12 magetan RT/RW 01/02
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keadaan sudah sehat dan selalu menyusui bayinya dengan
hanya memberikan ASI,sudah tidak ada darah yang keluar dari kemaluanya
dan tidak ada keluhan saat ini.
3. Riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan keluarga
Ibu, suami dan keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
menular (TBC, PMS, IMS, HIV/AIDS), dan penyakit menurun (DM, hemofili,
jantung, hipertensi), penyakit menurun (Asma, Anemia)

4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
47

Ibu haid pertama kali usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, lama menstruasi 5-
7 hari, ganti pembalut 3-4x/hari, konsistensi encer dengan sedikit
gumpalan, selama haid tidak nyeri.
b. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah anak pertama lahir
selama 5 tahun berhenti karena program anak kedua, setelah melahirkan
anak kedua ibu sudah merencanakan mengunakan KB yaitu KB suntik3
bulan.
c. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu
1) Riwayat Kehamilan

Ibu hamil anak kedua, usia kehamilan 9 bulan, selama hamil ibu rutin
melakukan pemeriksaan, minum tablet tambah darah rutin sesuai jadwal
anjuran, ibu merasakan gerakan janin pertama kali pada usia kehamilan 4
bulan
2) Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan anak pada tahun 2013 ,Tempat melahirkan di PMB (Praktik
Mandiri Bidan) Bidan “A” ,Umur Kehamilan bulan ,Bayi menangis keras,
Tubuh bayi kemerahan, Bayi bergerak aktif, Jenis kelamian anak Laki-laki
dengan BB 3000,Panjang Badan 51 cm, Melakukan IMD Bayi menyusu
dari payudara ibu dengan kuat, Ibu tidak mengalami perdarahan
3) Riwayat Nifas

keadaan ibu baik tidak ada infeksi atau perdarahana, Ibu melakukan asi
ekslusif, Ibu menyusui selama 2 th, Makanan tambahan yang diberikan pada
bayi usia 6-8 bulan makanan lumat( bubur dan makanan keluarga yang
dilumatkan) usia 9-11 bulan makanan lembik dicincang yang mudah ditelan
anak dan makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan diantara
waktu makan lengkap, keadaan anak sekarang baik sehat berumur 6 th TK
Besar hidup.
48

5. Pola kebiasaan sehari – hari


a. Nutrisi
Ibu sudah makan 2-3x porsi sedang, yang terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk
dan buah. Ibu sudah minum air putih ± 8-9 gelas / hari. Ibu tidak pantang
atau alergi makanan apapun.
b. Eliminasi
BAB : Teratur, 1x/sehari dengan konsistensi lunak
BAK : 4-5X/sehari warna kuning jernih
c. Personal Hygiene
Ibu belum mandi dengan disibin, ganti pakaiana setiap hari/ bila
berkeringat banyak, gosok gigi 2-3x sehari kramas 2-3x seminggu,
setiap selesai BAK dengan air bersih dari depan ke belakang
menggunakan sabun.
d. Istirahat dan tidur
Ibu tidur pada malam hari tidur 6-7 jam, tidur siang 1-2 jam
e. Aktivitas
Ibu sehari-hari mengurusi rumah seperti menyapu,mencuci, memasak, serta
mengurus anak
f. Riwayat ketergantungan
Ibu, suami dan keluarga tidak mempunyai kebiasaan merokok,
mengonsumsi jamu, obat obatan, dan minum berakohol.
g. Latar belakang social budaya
Dalam keluarga tidak ada kebiasaan minumjamu-jamuan dan tidak ada
pantangan makanan.
h. Psikososial spiritual
Ibu dan suami dan keluarga merasa senang tidak ada keluhan selama nifas
ini.
i. Hubungan seksusal
Ibu melakukan hubungan suami istri 1-2 x seminggu
49

3.1.3 Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Kesadaran ibu composmentis, keadaan umum ibu baik.
b. TTV
T = 120/60 mmHg
N = 72 x/menit
Rr = 20 x/menit
S = 36,5°C
d. Antropometri
BB: 58 kg
TB: 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Rambut Bersih,warna hitam,penyerapan rambut merata,tidak
rontok,tidak ada ketombe,
b. Muka:Tidak pucat,tidak sembab,
c. Mata: Conjungtiva merah muda,sclera putih,
d. Hidung: bersih,tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung ,
e. Mulut : merah muda,tidak kering,tidak pecah-pecah, Gigi dan gusi
tidak ada karies
f. Leher : Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid, tidak ada
pembengkakan kalenjar limfe,dan tidak ada bendungan vena jugularis.
g. Dada : tidak ada benjolan abnormal, menonjol, ASI sudah Keluar
, Paru-paru Pernafasan normal, tidak ada ronchi dan wheezing, Jantung
Irama detak jantung normal
h. Ekstermitas
1) Atas Simetris lengkap, tidak ada cacat (Kelainan,kuku bersih dan
pendek, tidak pucat, tidak oedem
2) Bawah Simetris,lengkap,tidak ada cacat (kelainan,kuku bersih dan
pendek,tidak pucat tidak odema,tidak varises)
50

i. Abdomen TFU normal teraba keras dan bundar,kandung kemih


kosong.
j. Genetalia Bersih , tidak ada varises,tidak ada condiloma akuminata,
tidak ada Pembengkakan kalenjar skene dan bartholini, lochea rubra ,
terdapat jahitan perineum, luka perineum kering tidak bengkak,tidak
meradang (kemerahan) jahitan tertaut rapi dan bagus.
k. Anus Tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan Bayi
Keadaan umum bayi baik
Bayi tampak tenang, gerak aktif tonus otot baik
BB : 4500 gram
TB : 55 cm
Lingkar Kepala : 33cm
51

Lingkar dada : 35 cm
Tali pusat bersih, tidak berbau, tidak bernanah, tidak ada perdarahan,
terbungkus kasa steril, bayi diberi ASI ekslusif, bayi BAK 6-8 x/hari, BAB
3-5 X/HARI .
3.1.4 Analisis Data

Tgl Diagnosa/Masalah Data Dasar


1. Data Subjektif
15-8- P20002, post partum
Ibu mengatakan keadaan sudah sehat dan
2020 spontan 5 Minggu, ASI
selalu menyusui bayinya dengan hanya
keluar lancar, lochea alba
memberikan ASI,sudah tidak ada darah
normal, kondisi patologis
yang keluar dari kemaluanya dan tidak ada
ibu baik,
keluhan saat ini.
2. Data Objektif
1.Pemeriksaan umum
a.Keadaan umum baik, kesadaran
composmentisdan emosional stabil
b.Tanda vital TD : 120/70 mmHg, RR : 20
x/menit, N: 72 x/menit,S: 36,5⁰C ,TFU sudah
tidak teraba
3.Pengeluaran pervaginam berwarna putih,
tidak berbau
c. Antropometri:
BB: 58 kg
TB: 155 cm

3.1.5 Diagnosis Kebidanan


P20002, post partum spontan 5 Minggu, ASI keluar lancar, lochea alba
normal, kondisi patologis ibu baik.
3.1.6 Perencanaan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
52

2. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling


macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu
3. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk
melakukan hubungan seksual
4. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,
karena mempengaruhi produksi ASI.
3.1.7 Pelaksanaan
Tanggal : 15-8-2020, pukul : 16.00 WIB
Tempat : PMB Ny. A
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu.
Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, N: 72 x/menit, RR: 20 x/menit,S:
36,5⁰C.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU
bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau. Ibu
dalam keadaan normal.
3) Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling
macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL,
IUD, suntik 3 bulan dan AKBK.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan memilih ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan.
4) Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk
melakukan hubungan seksual.
Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa aktif kembali berhubungan
seksual.
5) Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan membawa
bayinya untuk imunisasi.
53

6) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,
karena mempengaruhi produksi ASI.
Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola makanan yang sehat
dan bergizi

3.1.8 Evaluasi
Tanggal : 15-8-2020, pukul : 16.30 WIB
Tempat : PMB Ny. A
S : - Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
- Ibu sudah mengetahui bahwa bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan
normal
- Ibu mengetahui macam dari kb dan ingin menggunakan kb suntik 3
bulan
- Ibu mengerti bahwa ibu sudah dapat kembali berhubungan seks dengan
suami
- ibu mengerti konseling mengenai imunisasi
- ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali konseling mengenai
makanan yang bergizi
O : - Ibu dapat menyebutkan kebutuhan dasar ibu nifas
- Ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada masa nifas
- ibu dapat menyebutkan hal hal yang harus dihindari selama masa nifas
A : - P20002, post partum spontan 5 Minggu, ASI keluar lancar, lochea
normal, kondisi patologis ibu baik.

P : - menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan nifas baahwa keadaan


ibu baik
- menjelaskan dan merekomendasikan pada ibu tentang jenis kb
- menjelaskan pada ibu bahwa ibu dapat kembali berhubungan seks
- menjelasskan pada ibu mengenai imunisasi
- menjelaskan pada ibu mengenai makanan yang bergizi
54

KUNJUNGAN ULANG IV (6 MINGGU POST PARTUM)


DENGAN METODE SOAP
Tanggal Pengkajian : 15 Agustus 2020 Waktu:16.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan “A”
A. Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.Y Tn.G
Umur : 27 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Penghasilan :- Rp. 3.000.00
Lama menikah : 7 Tahun 7 Tahun
Alamat : Jl. Manggis no.12 magetan RT/RW 01/02
55

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keadaan sudah sehat dan selalu menyusui bayinya dengan
hanya memberikan ASI,sudah tidak ada darah yang keluar dari
kemaluanya dan tidak ada keluhan saat ini.
3. Riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan keluarga
Ibu, suami dan keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
menular (TBC, PMS, IMS, HIV/AIDS), dan penyakit menurun (DM,
hemofili, jantung, hipertensi), penyakit menurun (Asma, Anemia)
4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Ibu haid pertama kali usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, lama
menstruasi 5-7 hari, ganti pembalut 3-4x/hari, konsistensi encer
dengan sedikit gumpalan, selama haid tidak nyeri.

b. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah anak pertama lahir
selama 5 tahun berhenti karena program anak kedua, setelah
melahirkan anak kedua ibu sudah merencanakan mengunakan KB
yaitu KB suntik3 bulan.
c. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu
1) Riwayat Kehamilan

Ibu hamil anak kedua, usia kehamilan 9 bulan, selama hamil ibu
rutin melakukan pemeriksaan, minum tablet tambah darah rutin
sesuai jadwal anjuran, ibu merasakan gerakan janin pertama kali
pada usia kehamilan 4 bulan
2) Riwayat Persalinan

Ibu melahirkan anak pada tahun 2013 ,Tempat melahirkan di PMB


(Praktik Mandiri Bidan) Bidan “A” ,Umur Kehamilan bulan ,Bayi
menangis keras, Tubuh bayi kemerahan, Bayi bergerak aktif, Jenis
56

kelamian anak Laki-laki dengan BB 3000,Panjang Badan 51 cm,


Melakukan IMD Bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat, Ibu
tidak mengalami perdarahan
3) Riwayat Nifas

keadaan ibu baik tidak ada infeksi atau perdarahana, Ibu melakukan
asi ekslusif, Ibu menyusui selama 2 th, Makanan tambahan yang
diberikan pada bayi usia 6-8 bulan makanan lumat( bubur dan
makanan keluarga yang dilumatkan) usia 9-11 bulan makanan
lembik dicincang yang mudah ditelan anak dan makanan selingan
yang dapat dipegang anak diberikan diantara waktu makan lengkap,
keadaan anak sekarang baik sehat berumur 6 th TK Besar hidup.

5. Pola kebiasaan sehari – hari


a. Nutrisi

Ibu sudah makan 2-3x porsi sedang, yang terdiri dari nasi, sayur, lauk
pauk dan buah. Ibu sudah minum air putih ± 8-9 gelas / hari. Ibu tidak
pantang atau alergi makanan apapun.

b. Eliminasi

BAB : Teratur, 1x/sehari dengan konsistensi lunak

BAK : 4-5X/sehari warna kuning jernih

c. Personal Hygiene

Ibu belum mandi dengan disibin, ganti pakaiana setiap hari/ bila
berkeringat banyak, gosok gigi 2-3x sehari kramas 2-3x
seminggu, setiap selesai BAK dengan air bersih dari depan ke
belakang menggunakan sabun.

d. Istirahat dan tidur


57

Ibu tidur pada malam hari tidur 6-7 jam, tidur siang 1-2 jam

e. Aktivitas
Ibu sehari-hari mengurusi rumah seperti menyapu,mencuci, memasak,
serta mengurus anak

f. Riwayat ketergantungan
Ibu, suami dan keluarga tidak mempunyai kebiasaan merokok,
mengonsumsi jamu, obat obatan, dan minum berakohol.

g. Latar belakang social budaya

Dalam keluarga tidak ada kebiasaan minumjamu-jamuan dan tidak


ada pantangan makanan.

h. Psikososial spiritual
Ibu dan suami dan keluarga merasa senang tidak ada keluhan selama
nifas ini.

i. Hubungan seksusal
Ibu melakukan hubungan suami istri 1-2 x seminggu

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum baik,Kesadaran Komposmentis
b. Tanda-tanda vital :
Td : 120 /70 mmHg
Rr : 20 x/menit
S : 36,5°C
N : 72 x/menit
c. Antropometri:
BB: 58 kg
TB: 155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala :Rambut Bersih,warna hitam,penyerapan rambut merata,tidak
rontok,tidak ada ketombe,
58

2. Muka:Tidak pucat,tidak sembab,


3. Mata: Conjungtiva merah muda,sclera putih,
4. Hidung: bersih,tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung ,
5. Mulut : merah muda,tidak kering,tidak pecah-pecah, Gigi dan gusi
tidak ada karies
6. Leher : Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid, tidak ada
pembengkakan kalenjar limfe,dan tidak ada bendungan vena jugularis.
7. Dada : tidak ada benjolan abnormal, menonjol, ASI sudah Keluar
, Paru-paru Pernafasan normal, tidak ada ronchi dan wheezing, Jantung
Irama detak jantung normal
8. Ekstermitas
9. Atas Simetris lengkap, tidak ada cacat (Kelainan,kuku bersih dan
pendek, tidak pucat, tidak oedem
10. Bawah Simetris,lengkap,tidak ada cacat (kelainan,kuku bersih dan
pendek,tidak pucat tidak odema,tidak varises)
11. Abdomen TFU normal teraba keras dan bundar,kandung kemih
kosong.
12. Genetalia Bersih , tidak ada varises,tidak ada condiloma akuminata,
tidak ada Pembengkakan kalenjar skene dan bartholini, lochea rubra ,
terdapat jahitan perineum, luka perineum kering tidak bengkak,tidak
meradang (kemerahan) jahitan tertaut rapi dan bagus.
13. Anus Tidak ada hemoroid

Keadaan umum bayi baik


Bayi tampak tenang, gerak aktif tonus otot baik
BB : 4500 gram
TB : 55 cm
Lingkar Kepala : 33cm
Lingkar dada : 35 cm
59

Tali pusat bersih, tidak berbau, tidak bernanah, tidak ada perdarahan,
terbungkus kasa steril, bayi diberi ASI ekslusif, bayi BAK 6-8 x/hari, BAB
3-5 X/HARI .
C. Assesment
P20002, post partum spontan 6 Minggu, ASI keluar lancar, lochea normal,
kondisi patologis ibu baik,
D. Penatalaksanaan
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu.
Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, N: 72 x/menit, RR: 20
x/menit ,S: 36,5⁰C.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU
bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak
berbau. Ibu
dalam keadaan normal.
3) Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan
konseling
macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu
MAL,
IUD, suntik 3 bulan dan AKBK.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan memilih ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan.
4) Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk
melakukan hubungan seksual.
Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa aktif kembali
berhubungan
seksual.
5) Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan
imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
60

Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan


membawa
bayinya untuk imunisasi.
6) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan
bergizi,
karena mempengaruhi produksi ASI.
Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola makanan yang
sehat
dan bergizi

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendikia :

Yogjakarta.

Anggraini. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Bina Pustaka : Jakarta.

Doenges, Maryline, 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi, EGC : Jakarta

Manuaba,Ida Bagus Gde, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB Untuk

Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.

Maritalia, Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Pustaka Pelajar :

Yogyakarta.
61

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Purwanti, E, 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas, Cakrawala Ilmu :

Yogyakarta.

Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, YBPSP-Jakarta.

Sulistyawati, Ari, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Andi

Offset : Jogyakarta.

Varney,Helen, 2004. Buku Saku Bidan, EGC : Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan, YBPSP-Jakarta

Anda mungkin juga menyukai