Geothermal
Geothermal
oleh lempeng Indo-australia di bagian selatan, lempeng Samudera Pasifik di bagian timur,
dan lempeng Eurasia di bagian utara yang mengakibatkan adanya jalur gempa bumi dan
rangkaian gunung api aktif di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara sejajar dengan penunjaman kedua lempeng (Krishna,dkk. 2008). Kondisi geografis
ini selain menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung
api, gempa bumi, dan tsunami juga menjadikan Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya
secara hayati.
Selain itu, kondisi geografis ini juga mengakibatkan Indonesia memiliki potensi
energi panas bumi yang sangat besar.
Mengambil energy panas dari dalam permukaan bumi dengan air sebagai medianya.
Energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung (direct use) dan secara tidak langsung
(indirect use)
Tidak langsung
Jumlah tersebut lebih rendah dari usulan Kementerian Energi dan Sumber daya mineral (ESDM)
namun cukup membantu mengurangi beban investor yang tertarik untuk membangun
pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Djoko mengungkapkan pengembangan listrik panas bumi sebagai salah satu jenis energi baru
terbarukan (EBT) memang memiliki karakter risiko dan biaya investasi yang tinggi. Kondisi itu
berimbas pada harga jual yang belum ekonomis.
Oleh karena itu, pemerintah menggelontorkan insentif. Tujuannya, harga EBT di masyarakat
terjangkau dan skala keekonomian bagi pengembang tercapai.
Jika ketentuan ini diimplementasikan dengan baik, maka biaya produksi listrik yang dihasilkan
dapat ditekan dan menambah gairah iklim investasi. Hal ini, juga akan berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat. "Pemerintah dengarkan keluhan para investor geotermal," ucapnya.
Kementerian ESDM sendiri memproyeksikan apbila aturan terkait insentif dan kompensasi
diimplementasikan, akan ada penurunan harga panas bumi sekitar 2,5 hingga 4 sen dolar AS
per kilo Watt hour (kWh)
Rencananya, aturan ini akan masuk dalam draf rancangan Peraturan Presiden (Perpres) terkait
dengan pembelian listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero).
Sebelumnya, eks Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian
ESDM FX Sutijastoto menuturkan pemerintah berencana mengembalikan biaya operasi yang
telah dikeluarkan pengembang dalam kegiatan eksplorasi wilayah kerja (WK) panas bumi.
Guna memantau proses mekanisme pengembalian biaya kompensasi eksplorasi panas bumi
agar berjalan dengan lancar, Toto akan membentuk tim pengawasan dan pengolahan bersama
Badan Geologi dan unsur profesional seperti perguruan tinggi.
Ia menyebutkan, usulan insentif untuk pengembangan listrik EBT secara umum dan kompensasi
eksplorasi bagi listrik panas bumi telah mendapatkan persetujuan dari Badan Kebijakan Fiskal
(BKF) Kementerian Keuangan.