Anda di halaman 1dari 3

Secara geografis, Indonesia terletak di gugusan gunung berapi (Ring of Fire) dan dikepung

oleh lempeng Indo-australia di bagian selatan, lempeng Samudera Pasifik di bagian timur,
dan lempeng Eurasia di bagian utara yang mengakibatkan adanya jalur gempa bumi dan
rangkaian gunung api aktif di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara sejajar dengan penunjaman kedua lempeng (Krishna,dkk. 2008). Kondisi geografis
ini selain menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung
api, gempa bumi, dan tsunami juga menjadikan Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya
secara hayati.
Selain itu, kondisi geografis ini juga mengakibatkan Indonesia memiliki potensi
energi panas bumi yang sangat besar.

Mengambil energy panas dari dalam permukaan bumi dengan air sebagai medianya.

Energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung (direct use) dan secara tidak langsung
(indirect use)
Tidak langsung

Jakarta, CNN Indonesia -- 


Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan pemerintah
menyetujui anggaran Rp420 miliar sebagai insentif kegiatan eksplorasi panas bumi atau
geotermal di Indonesia.

Jumlah tersebut lebih rendah dari usulan Kementerian Energi dan Sumber daya mineral (ESDM)
namun cukup membantu mengurangi beban investor yang tertarik untuk membangun
pembangkit listrik tenaga panas bumi.

"Eksplorasi mahal sehingga pemerintah ajukan ke Kementerian Keuangan untuk eksplorasi


geotermal Rp600 miliar yang disetujui sekitar Rp420 miliar," ujarnya dalam webinar yang digelar
Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) , Kamis
(12/11).

Djoko mengungkapkan pengembangan listrik panas bumi sebagai salah satu jenis energi baru
terbarukan (EBT) memang memiliki karakter risiko dan biaya investasi yang tinggi. Kondisi itu
berimbas pada harga jual yang belum ekonomis.

Oleh karena  itu, pemerintah menggelontorkan insentif. Tujuannya, harga EBT di masyarakat
terjangkau dan skala keekonomian bagi pengembang tercapai.

Jika ketentuan ini diimplementasikan dengan baik, maka biaya produksi listrik yang dihasilkan
dapat ditekan dan menambah gairah iklim investasi. Hal ini, juga akan berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat. "Pemerintah dengarkan keluhan para investor geotermal," ucapnya.
Kementerian ESDM sendiri memproyeksikan apbila aturan terkait insentif dan kompensasi
diimplementasikan, akan ada penurunan harga panas bumi sekitar 2,5 hingga 4 sen dolar AS
per kilo Watt hour (kWh)

Rencananya, aturan ini akan masuk dalam draf rancangan Peraturan Presiden (Perpres) terkait
dengan pembelian listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero).

Sebelumnya, eks Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian
ESDM FX Sutijastoto menuturkan pemerintah berencana mengembalikan biaya operasi yang
telah dikeluarkan pengembang dalam kegiatan eksplorasi wilayah kerja (WK) panas bumi.

Guna memantau proses mekanisme pengembalian biaya kompensasi eksplorasi panas bumi
agar berjalan dengan lancar, Toto akan membentuk tim pengawasan dan pengolahan bersama
Badan Geologi dan unsur profesional seperti perguruan tinggi.

Ia menyebutkan, usulan insentif untuk pengembangan listrik EBT secara umum dan kompensasi
eksplorasi bagi listrik panas bumi telah mendapatkan persetujuan dari Badan Kebijakan Fiskal
(BKF) Kementerian Keuangan.

"Alhamdulillah, kamu sudah komunikasi dengan Kemenkeu, BKF sudah memberikan green


line untuk insentif-insentif ini," jelasny

Geothermal, Potensi Tersembunyi Indonesia


Oleh : Dadang ITS | 
 217
 | Source : -
"Saat ini ditemukan potensi geothermal dunia sejumlah 40.000 GW (Giga Watt, red). Jika dibandingkan
dengan kebutuhan energi dunia yang hanya membutuhkan 15.000 GW," ujar Herman Darnel
Ibrahim, Organizing Committee World Geothermal Congress  2010. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan jika Geothermal berpotensi dapat memenuhi kebutuhan energi dunia.
Geothermal disebut-sebut sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan. Dengan pemanfaatan potensi
energi panas bumi, penggunaan terhadap energi fosil dapat dikurangi. Geothermal atau panas bumi
diyakini dapat dijadikan sebagai sumber energi pengganti energi fosil.
Pada dasarnya Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Indonesia merupakan negeri kepulauan yang sangat
beruntung karena dilewati oleh jalur gunung api dunia (ring of fire). Karena banyaknya gunung api,
Indonesia menjadi pemilik sekitar 40% potensi panas bumi dunia.
Potensi energi panas bumi di Indonesia juga erat kaitannya dengan letak Indonesia di antara dua lempeng
mayor (lempeng Pasifik dan Asia) serta lempeng minor (lempeng Filiphina). Indonesia yang terletak di
pertemuan tiga lempeng aktif ini memungkinkan panas bumi dari dalam bumi ditransfer ke permukaan
melalui sistem rekahan. "Di Indonesia, potensi panas bumi mencapai 28,1 GWe. Jika keseluruhan
resources-nya dipakai akan dapat menggantikkan BBM sekitar 12 milyar barel," ujar Kepala Badan
Geologi, R. Sukhyar.
Jika dicermati, penduduk Indonesia makin bertambah setiap harinya. Pertumbuhan penduduk akan
berbanding lurus dengan kebutuhan energinya. Proses eksplorasi dan eksploitasi panas bumi tidak
membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar dan bersifat tidak dapat diekspor. Hal ini sangat tepat
jika Geothermal digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Melihat potensi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi. Dengan
adanya aturan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dalam pengembangan panas bumi
di Indonesia. Perlu disiapkan informasi mengenai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi yang
dapat dikembangkan. Selain itu juga telah dibuat peta perjalanan (road map) panas bumi sebagai pedoman
dan pola tetap pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia.  Potensi panas bumi ini
diharapkan dapat membangkitkan energi listrik sebesar 6000 MWe di tahun 2020.
Jika dicermati, penduduk Indonesia makin bertambah setiap harinya. Pertumbuhan penduduk akan
berbanding lurus dengan kebutuhan energinya. Proses eksplorasi dan eksploitasi panas bumi tidak
membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar dan bersifat tidak dapat diekspor. Hal ini sangat tepat
jika Geothermal digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Melihat potensi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi. Dengan
adanya aturan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dalam pengembangan panas bumi
di Indonesia. Perlu disiapkan informasi mengenai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi yang
dapat dikembangkan. Selain itu juga telah dibuat peta perjalanan (road map) panas bumi sebagai pedoman
dan pola tetap pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia.  Potensi panas bumi ini
diharapkan dapat membangkitkan energi listrik sebesar 6000 MWe di tahun 2020.
Potensi geothermal di Indonesia mencapai 28,1 GWe. Namun dalam pemanfaatannya, Indonesia masih
mencapai 4,2%. Hal ini membuat Indonesia kalah dari Filipina yang bisa mengeksplorasi 70% potensi
panas buminya.
Indonesia pada dasarnya sudah memiliki modal namun tidak ada yang mengelola. Selama ini sedikit sekali
alumni perguruan tinggi yang tertarik bekerja dalam bidang panas bumi. Hal ini sangat disayangkan jika
melihat potensi panas bumi yang terdapat di Indonesia. Indonesia perlu Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas yang dapat mengelola panas bumi demi kecukupan rakyat Indonesia akan energi.
Diharapkan kedepannya Indonesia dapat menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa yang dapat mengelola
potensi Sumber Daya Alamnya sendiri.
Selfi Naufatunnisa
Mahasiswa Jurusan Teknik Geomatika
Angkatan 2013

Anda mungkin juga menyukai