Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PSIKODINAMIKA

KELOMPOK VII

I. Teori Psikodinamika

Psikodinamika pertama kali dikembangkan Oleh Sigmud Freud (1856-1939). Psikodinamika dari

Freud ini juga dikenal dengan nama Psikoanalis. Freud dikenal sebagai Bapak Psikoanalisis   (Bischof,

1970). Freud mengembangkan teorinya setelah banyak melakukan terapi pada orang-orang yang

mengalami gangguan mental di klinik tempat dia praktek. Teori Kepribadian oleh Sigmund Freud ini

kemudian banyak dikembangkan oleh pengikut-pengikut Freud seperti Jung, Adler dan Horney.

Teori Psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental bagi

kepribadian dan perkembangan seseorang. Ketegangan yang dimiliki seseorang menjadi komponen

penentu dinamika kepribadiannya (Monks, Knoer and Haditono, 2006). Manusia menurut psikoanalis

digambarkan sebagai mahluk yang mempunyai naluri dan konflik batiniah (Jaali, 2008)

Oleh para psikoanalis, Teori Freud ini dipakai untuk terapi orang-orang yang mengalami

gangguan mental. Pada makalah ini akan dikupas teori-teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh

Freud.

II. Dinamika dari Perilaku

Struktur Kepribadian menurut Freud terdiri dari 3 bagian utama:

Id (Das Es)

Id adalah sistem energi yang fenomenal pada diri manusia yang dibawa sejak lahir. Id hanya

mengikuti prinsip kesenangan untuk memenuhi keinginannya. Id bersifat murni tidak mengetahui tentang

batasan, tidak tahu tentang hukum ataupun peraturan. Id ini muncul pada bayi yang baru lahir sampai usia

1 tahun (Bischof, 1970). Muncul rasa lapar dan haus mengakibatkan bayi berusaha mempertahankan

keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.


Libido adalah bagian dari Id yang yang berhubungan dengan energi pada manusia yang

berkenaan untuk melanjutkan keturunannya di muka bumi. Libido berkaitan dengan keinginan seksual

alami pada manusia (Bischof, 1970).

Ego (Das Ich)

Ego adalah perpanjangan dari Id yang mengikuti prinsip realitas. Ego mulai muncul pada anak

berumur 2 tahunan. Semakin sesuai ego dengan id individu tampak semakin berbahagia (Bischof, 1970).

Ego berhubungan dengan kenyataan tetapi ego tidak mempertimbangkan moral. Misal ketika individu

lapar secara realistis hanya diatasi dengan makan. Dalam hal ini ego mempertimbangkan cara

memperoleh makanan dan mempertimbangan makanan tersebut layak atau tidak. Dengan demikian ego

berfungsi untuk melibatkan proses sekunder yang melibatkan penguntrolan fungsi kognitif dan intelektual

(Hall & Lindzey, 1981).

Superego (Das Ueber Ich)

Superego adalah bagian ketiga dari kepribadian seseorang. Seseorang yang berhasil

mengembangkan superegonya kepribadiannya telah berkembang dengan penuh. Superego membuat

keputusan mengenai sesuatu perbuatan itu baik atau buruk berdasarkan standar yang telah diterima oleh

masyarakat (Bischof, 1970). Superego berkaitan dengan kesadaran seorang individu atau bisa juga

dikatakan dengan hati nurani.

Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-

aturan yang sifatnya normatif. Superego ini terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur

berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.

Dapat kita lihat bagaimana ketiga komponen ini bekerja pada setiap individu. Di bawah ini

digambarkan bagaimana struktur kepribadian itu dapat kita lihat.

Id

III.Tahap Perkembangan Manusia


Dilihat dari perkembangan manusia dari lahir hingga dewasa, Freud menggambarkan kepribadian dalam

beberapa zona erogen (zona kenikmatan).

Oral

Zona erogen yang pertama dikenal bayi adalah mulut. Zona erogen disekitar mulut yang mulai

dimiliki oleh bayi yang baru lahir yang mengikuti prinsip kesenangan. Zona erogen ini memperoleh

kenikmatannya saat menggunakan mulut/bibirnya untuk memperoleh makanan, terdapat pada bayi baru

lahir sampai 2 tahun (Bischof, 1970). Bayi yang baru lahir mempunyai keinginan untuk menyusui dari

puting ibunya saat lapar. Saat lapar dia menangis dan saat kebutuhannya itu terpenuhi bayi merasa

senang.

Namun sumber kenikmatan itu tak hanya karena dengan menyusu memperoleh makanan, dengan

mulutnya itu bayi merasakan kehangatan ibunya dan gerakan menghisap ritmis itu juga memberikan bayi

kenikmatan tersendiri (Monks, Knoer & Haditono, 2006). Karena kenikmatan yang dia rasakan dia ingin

mengulangi kenikmatan itu saat merasa bosan atau tidak nyaman (Prinsip dorongan pengulangan).

Tahap Anal

Mulai berkembang pada anak usia 2-4 tahun. Di mana pada usia ini anak belajar toilet training. Tahap

anal ini anak mulai mengerti dan bisa mengontrol keinginan untuk buang air besar (bowel movement).

Ketika feses berhasil dibuang muncullah perasaan lega. (Hall & Lindzey, 1981).

Tahap Phallic

Setelah melewati masa oral dan anal, anak memasuki masa phallic. Di mana anak mulai mengenal organ

kelaminnya. Dan mengetahui dia berbeda dengan lawan jenisnya. Masa kritis pada anak laki-laki dikenal

dengan oedipus complex, yaitu ditandai dengan rasa kecemburuan besar dari anak laki-laki kepada

ayahnya. Pada anak perempuan dikenal dengan electra complex.

Tahap Laten

Kira-kira usia 6 sampai pubertas yaitu pada masa anak sekolah. Pada fase ini seksualitas terasa

mengendap, tidak akti dan dalam keadaan laten. (Monks, Knoers & Haditono 2006).

Tahap Genital
Terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami

kematangan pada organ reproduksi.

Di bawah ini beberapa cara ego untuk mempertahankan diri, yaitu :

Represi

Represi bisa diartikan yaitu menekan/mengekang ego sehingga masuk dalam keadaan tidak sadar. Represi

ini bentuk yang sering teramati jika seseorang mengalami kecemasan tinggi dan berusaha

memperahankan keberadaan egonya. Bentuk-bentuk dari represi ini antara lain menghindar, menarik diri

atau membendungnya.

Regresi

Regresi berarti kembali ke tahap perkembangan sebelumnya. Misalnya seorang dewasa menjadi

berperilaku seperti bayi atau anak-anak lagi saat merasa tidak nyaman. Dia mencari rasa aman seperti

pada tahap perkembangan sebelumnya misalnya pada tahap oral. Contohnya seseorang yang tidak sadar

mengulum jari atau menggigiti kukunya.

Formation Reaction

Seperti prinsip polaritas, pada formarion reaction mekanisme pertahanan ini bereaksi berbeda dan

sebaliknya dari keinginan pemenuhan egonya. Reaksinya bahkan terlihat ektrem.

Proyeksi

Menyertakan dan menyalahkan orang lain atas kesulitan yang seseorang alami, bahkan orang lain dituduh

lebih bersalah dari pada dirinya.

Fiksasi

Hampir sama dengan regresi yaitu terlihat kembali ke tahapan seperti anak bayi. Namun dalam fiksasi

seseorang memang memperoleh kenyamanan melakukan hal tersebut. Contoh fiksasi oral.

Ke lima di atas merupakan mekanisme pertahanan diri yang sering dibicarakan.

Mekanisme pertahanan diri yang lain adalah


Sublimasi

Mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara

mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif Id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam tingkah

laku yang bisa diterima masyarakat.

Displacement

Adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang

berbahaya dibanding individu semula.

Penyempurnaan Teori Psikodinamika Freud

Teori Psikodinamika / psikoanalisis banyak dikembangkan oleh pengikut-pengikut Freud seperti

Jung, Adler dan Horney. Teori Freud juga kemudian dikembangkan lagi oleh Erikson 1964. Namun

kritikan terhadap teori Freud juga banyak karena menganggap teori psikodinamika itu tidak dapat diuji

secara empiris.

Selain itu teori Freud ini dirasa terlalu mengedepankan masalah seksualitas.

Teori psikodinamika ini memang tidak dapat dipakai dalam menyelesaikan masalah. Karna proses

penggunaan teori ini cukup memakan waktu lama. Jadi untuk Indonesia teori ini tidak pernah digunakan

Resume
II. 4 Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Defense Mechanism)

Ego adalah sentral dari kepribadian. Ego menginginkan sesuatu untuk memberi kesenangan pada

seseorang. Saat pemenuhan ego tertunda bahkan terhambat karena berhadapan dengan kenyataan di dunia

luar. Keadaan ini membuat seseorang bisa membuat seseorang menjadi sangat sedih dan cemas. Untuk

mempertahankan ego maka munculnya mekanisme pertahanan ego dalam diri manusia. Karakteristik

utama dari mekanisme pertahanan ego yaitu beroperasi dalam keadaan tidak sadar. Orang yang

bersangkutan dalam keadaan tidak sadar bahwa dia sedang mempertahankan egonya (Bischof, 1970)

Anda mungkin juga menyukai