Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kultivasi Vol.

19 (2) Agustus 2020 1089


ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Ruminta ∙ A.W. Irwan ∙ T. Nurmala ∙ G. Ramadayanty

Analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan


pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten
Garut
Sari Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman bagi kegiatan pertanian karena berdampak
terhadap kenaikan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, serta
peningkatan suhu udara dan kenaikan permukaan air laut. Tanaman kedelai merupakan komoditas
yang paling sensitif terhadap perubahan iklim karena memiliki dampak penurunan produksi yang
tinggi. Maka dari itu telah dilakukan analisis perubahan iklim terhadap produksi tanaman kedelai di
wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
perubahan iklim di Kabupaten Garut, mengetahui dampak perubahan unsur iklim yaitu suhu udara
dan curah hujan terhadap produksi dan produktivitas kedelai serta mengidentifikasi usaha adaptasi
yang dilakukan oleh para petani. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di wilayah Kabupaten
Garut. Dampak perubahan iklim terhadap penurunan produksi kedelai berkorelasi signifikan.
Penurunan produksi kedelai di Kabupaten Garut disebabkan oleh faktor perubahan curah hujan dan
suhu udara. Adaptasi yang harus dilakukan petani adalah dengan menanam bibit kedelai yang
mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, melakukan pengaturan pola tanam, dan membuat
sumur resapan air.

Kata kunci: Perubahan iklim ∙ Produksi kedelai ∙ Dampak ∙ Adaptasi strategis

Analysis the impact of climate change on soybean production and


identify strategic adaptation on rainfed in Garut district
Abstract. Climate change can cause a threat for agriculture because it affects to the increased
frequency and intensity of extreme weather, changes in rainfall patterns, and increase in global
temperature also sea level rise. Soybean is the most sensitive commodity to climate change because it
has a high impact of reduced production. Therefore it has been studied the impact of climate change
on the production of soybean in the area of Garut District, West Java. The research object was to
identify climate change in Garut District, determine the impact of climate change which is air
temperature and rainfall on the production and productivity of soybean and identify adaptation
efforts should be done by farmers. The method used in this research is quantitative descriptive. The
results showed that the area of Garut District has experienced climate change. The climate change was
significant affected on the decreased of soybean production. The decreased of soybean production in
Garut District was caused by changes in rainfall and air temperature. Adaptation that must be done
by the farmers are planting of yield that be able to adapt to climate change, regulate cropping
patterns, and make infiltration wells.

Keywords: Climate change ∙ Soybean production ∙ Impacts ∙ Adaptation strategic

Diterima : 17 Juni 2020, Disetujui : 31 Juli 2020, Dipublikasikan : 12 Agustus 2020


doi: https://doi.org/10.24198/kultivasi.v19i2.27998

Ruminta ∙ A.W. Irwan ∙ T. Nurmala ∙ G. Ramadayanty


Departemen Budidaya Pertanian, Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unpad
Korespondensi: ruminta@unpad.ac.id

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut. 1089-1097
1090 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Perubahan iklim dapat mengancam


Pendahuluan produksi tanaman kedelai di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan salah
Perubahan iklim merupakan perubahan secara satu sentra produksi kedelai di Jawa Barat.
alamiah atau dipengaruhi oleh aktivitas manusia Program swasembada kedelai pun menjadi
yang dapat mengubah komposisi atmosfer dan target agar tidak terjadi ketergantungan
memperbesar keragaman iklim pada periode terhadap kedelai impor yang semakin besar.
yang cukup panjang (Handoko et al., 2008). Diketahui hasil produksi tanaman kedelai di
Perubahan iklim dapat berpengaruh pada sistem Kabupaten Garut mencapai 21.434 ton dengan
pertanian, karena berdampak terhadap kenaikan luas panen sebesar 25.939 ha (Badan Pusat
frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, Statistik, 2015). Begitu pula dengan
perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu produktivitasnya yang cukup tinggi mencapai
dan kenaikan permukaan air laut. Penelitian 17.08 kuintal/ha (Dinas Tanaman Pangan dan
Runtuwu dan Kondoh (2008) menunjukkan Hortikultura Kabupaten Garut, 2018). Dengan
telah terjadi peningkatan suhu udara global jumlah produksi tersebut, Kabupaten Garut
selama seratus tahun terakhir, dengan rata-rata mampu memenuhi kebutuhan kedelai di
0,57 oC. Perubahan iklim mengakibatkan daerahnya dan membantu menyuplai kedelai di
keragaman iklim semakin besar yang terlihat daerah lain yang ada di Jawa Barat. Sebesar
dari makin cepatnya periode El Nino di 16,14 % luas lahan di Kabupaten Garut
Indonesia yang semula terjadi dalam 5-6 tahun merupakan lahan persawahan yang terbagi
sekali, menjadi 2-3 tahun sekali (Mantom et al., menjadi lahan irigasi seluas 38.026 ha dan lahan
2001). tadah hujan seluas 11.451 ha. Kedelai ditanam
Salah satu tanaman yang peka terhadap pada awal musim hujan dan musim kemarau I
perubahan iklim ialah tanaman kedelai. Kedelai pada lahan kering dan pada lahan sawah kedelai
(Glycine max L.) adalah salah satu tanaman ditanam pada musim kemarau I jika
polong-polongan dan merupakan sumber utama ketersediaan air tidak mencukupi bagi
protein dan minyak nabati di dunia. Namun, penanaman padi (Adinasa et al., 2015). Kedelai
produksi kedelai di dalam negeri hanya mampu ditanam pada lahan tadah hujan dan pada lahan
memenuhi sekitar 40% kebutuhan domestik dan kering (di lahan tegalan), dimana tanaman
sisanya sekitar 60% dipenuhi dari kedelai impor kedelai diusahakan pada musim hujan saja
(Carolina, 2016). Adanya penurunan luas panen sehingga ketersediaan air sangat dipengaruhi
kedelai yang tak seimbang dengan peningkatan oleh curah hujan.
produktivitas menyebabkan ketidakstabilan Namun, dalam 15 tahun terakhir trend
pada produksi kedelai di Indonesia (Malian, produksi kedelai mengalami fluktuasi yang
2004). Selain itu adanya pengaruh perubahan cukup tajam. Hal tersebut disebabkan oleh
iklim menjadi salah satu faktor yang sulit keterbatasan lahan untuk pertanaman kedelai
dikontrol dan berdampak terhadap perubahan serta diduga adanya faktor perubahan iklim
produksi kedelai. Apriyana et al. (2016) dimana sebagian tanaman kedelai ditanam di
menuturkan bahwa perubahan iklim di kawasan lahan tegalan dan sawah tadah hujan, sehingga
Asia Tenggara dapat menurunkan produksi ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah
tanaman kedelai sebesar 12,4%. Menurut hujan. Terkait dengan hal tersebut, penelitian
penelitian Agung (2016) di Maluku, kedelai perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa
merupakan komoditas yang paling sensitif besar perubahan iklim yang terjadi di
terhadap perubahan iklim karena memiliki Kabupaten Garut dari tahun 1982-2018,
dampak penurunan produksi ketika kondisi El bagaimana hubungan antara perubahan iklim
Nino sebesar 10,7% maupun La Nina sebesar dengan perubahan produksi dan produktivitas,
11,4%. Handoko et al. (2008) menuturkan bahwa dan mengetahui pilihan adaptasi strategis untuk
penurunan curah hujan sebesar 246 mm/tahun mengatasi penurunan produksi kedelai di
diperkirakan akan menurunkan produksi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tujuan dari
kedelai hingga 65,2%. Menurut Putra dan penelitian ini yaitu mengkaji seberapa besar
Indradewa (2011) peningkatan suhu udara terjadinya perubahan iklim dan mengetahui
sebesar 5o C akan menurunkan produksi kedelai dampak perubahan unsur iklim, yaitu suhu
sebesar 10-30%. udara dan curah hujan, terhadap produksi dan

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
1089-1097 pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut.
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020 1091
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

produktivitas kedelai serta mengidentifikasi dimana: r = koefisien korelasi; X i = data curah


usaha adaptasi yang dilakukan oleh para petani. hujan, suhu, atau radiasi matahari; dan Y i = data
luas tanam, produktivitas, atau produksi
kedelai.
Bahan dan Metode (c). Proyeksi perubahan produksi kedelai akibat
perubahan iklim menggunakan persamaan
Penelitian dilaksanakan pada tahun bulan regresi berganda yaitu (Montgomery & Peck,
November-Maret 2020. Penelitian ini 1992):
menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan data historis dan dimana: y = produksi kedelai, x1 = data curah
data hasil observasi langsung yang berupa data hujan, x2 = data suhu udara, x3 = data radiasi
iklim dan data tanaman kedelai meliputi data matahari, x4 = data luas tanam kedelai, x5 = data
produksi, produktivitas, luas tanam, dan luas produkstivitas kedelai, dan b0, b2, ….., b5 =
panen kedelai di Kabupaten Garut yang masing- parameter regresi.
masing diambil dari tahun 1982 hingga tahun Penelitian ini juga melakukan survai
2018. Data iklim diperoleh dari Stasiun Cuaca terhadap petani kedelai dan petugas penyuluh
Pameungpeuk Garut sedangkan data pertanian pertanian untuk mengetahui pilihan adaptasi
tanaman kedelai diperoleh dari Dinas Pertanian perubahan iklim yang telah dilakukan oleh
dan BPS Kabupaten Garut. petani kedelai di Kabupaten Garut. Analisis dan
Analisis data penelitian menggunakan interpretasi data penelitian menggunakan
analisis trend, korelasi dan proyeksi seperti Software Minitab 16 dan Microsoft Excel 2013.
berikut :
(a). Analisis garis trend (regresi) menggunakan
persamaan berikut. Hasil dan Pembahasan
ܻ ൌ ܾ଴ ൅ ܾଵܺ Deskripsi Produksi Kedelai di Kabupaten
Garut. Kedelai merupakan tanaman yang masuk
ke dalam tanaman pangan utama. Selain sebagai
sumber protein, kedelai juga digunakan sebagai
bahan baku industri ternak. Di Kabupaten Garut
sendiri, penggunaan kedelai tertinggi mencapai
10.082 ton untuk industri tahu dan tempe (Dinas
Perindustrian Kabupaten Garut, 2012).
Perkembangan produksi kedelai pada tahun
1982-2018 di Kabupaten Garut dapat dilihat
pada Gambar 1. Terlihat perkembangan kedelai
di mana : Y = nilai trend data iklim (curah hujan, yang fluktuatif di Kabupaten Garut selama 37
suhu, atau radiasi matahari) atau data tanaman tahun terakhir ini (1982-2018). Menurut Hadi
kedelai (data luas tanam, produktivitas, atau (2013), laju pertumbuhan kedelai domestik pada
produksi); b0 = nilai konstanta yaitu nilai Y tahun 1991-2000 dan tahun 2001-2011 telah
pada saat nilai X = 0; b1 = nilai kemiringan garis, mengalami penurunan sebesar -2,94% dan -
yaitu tambahan nilai Y, apabila X bertambah 5,27%. Penurunan produksi tersebut disebabkan
satu satuan; dan X = periode tahun. karena adanya penurunan dari luas panen
(b). Analisis hubungan antara perubahan iklim kedelai di Kabupaten Garut.
dengan perubahan produksi kedelai Analisis Perubahan Iklim di Kabupaten
menggunakan rumus korelasi berikut: Garut. Berdasarkan analisis data suhu udara
dan curah hujan selama 37 tahun (1982-2018)
wilayah Kabupaten Garut telah mengalami
perubahan iklim yang tertera pada Tabel 1
berikut.

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut. 1089-1097
1092 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Tabel 1. Perubahan iklim di kabupaten Garut. 2001-2018 mengalami peningkatan rata-rata


suhu udara sebesar 0,3o C. Selain suhu udara,
Indikator Iklim Perubahan Iklim
rerata jumlah curah hujan pada dua periode juga
Tahun Tahun telah mengalami peningkatan sebesar 947,3 mm
per tahun. Peningkatan curah hujan yang terjadi
1982 - 2000 2001 - 2018
merupakan dampak dari kenaikan suhu muka
Rerata Suhu bumi, yang mengakibatkan evaporasi
Udara (o C) meningkat dan peningkatan volume air dalam
26,6 26,9
pembentukan awan yang berakibat terjadinya
curah hujan dengan intensitas yang lebih tinggi
Rerata Jumlah
Curah Hujan (Puspitasari et al., 2016). Rata-rata lama
1876,1 2914,4
(mm) per tahun penyinaran matahari tidak mengalami
perubahan dalam dua periode penyinaran
Rerata Lama
Penyinaran matahari di Kabupaten Garut, yaitu 5 jam per
5 5
Matahari (pkl hari. Pada klasifikasi tipe iklim Oldeman (1975),
08.00 – 16.00) tipe iklim Kabupaten Garut berubah dari E3
Bulan Basah 2 3 menjadi D3. Bulan basah yang lebih banyak
disebabkan adanya pengaruh dari perubahan
Bulan Kering 4 4 iklim yang memicu terjadinya perubahan curah
Tipe Iklim Klasifi- hujan dan menjadikan musim hujan lebih
kasi Oldeman E3 D3 panjang. Selain itu, trend curah hujan dan suhu
udara juga mengalami peningkatan, sedangkan
trend lama penyinaran matahari mengalami
Tabel 1 menunjukkan bahwa di Kabupaten penurunan (Gambar 2 dan 3).
Garut pada periode 1982- 2000 dan periode

Tren Produksi Kedelai Kabupaten Garut 1982-2018


Produksi Kedelai (ton)

80000
60000 Yt =34245 - 578.811 *t
40000 R² = 0.1862

20000
0

Tahun

Gambar 1. Produksi kedelai kabupaten Garut.

Trend Curah Hujan Tahun 1982-2018


8000
Curah Hujan (mm)

6000 Yt = 1450 + 34.3 *t


R² = 0.0808
4000
2000
0

Tahun

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
1089-1097 pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut.
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020 1093
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Gambar 2. Trend curah hujan tahun 1982-2018 di kabupaten Garut.

Trend Suhu Udara Tahun 1982-2018


28
Suhu Udara (oC)

27
26
Yt = 26.677 + 0.00555 *t
25
R² = 0.029

Tahun

Gambar 3. Trend suhu udara tahun 1982-2018 di kabupaten Garut.

Trend curah hujan dan suhu udara yang Keterangan : (*) signifikan
meningkat disebabkan oleh keragaman curah
hujan yang sangat tinggi yang diakibatkan oleh Tabel 2 menunjukkan bahwa perubahan
kenaikan aktivitas naiknya massa udara karena yang terjadi pada produksi kedelai berkorelasi
pemanasan global pada daerah tertentu (Visa, signifikan terhadap perubahan curah hujan,
2006). suhu udara, dan lama penyinaran matahari. Hal
Korelasi Hubungan Perubahan Iklim ini berarti perubahan pada beberapa parameter
dengan Perubahan Produksi Kedelai di iklim yang terjadi berpengaruh terhadap
Kabupaten Garut. Produksi atau hasil suatu perubahan produksi kedelai. Menurut Fischer et
tanaman dipengaruhi oleh korelasi antara faktor al. (2002), adanya penurunan produksi pada
genetik dan faktor lingkungan, seperti tanah, tanaman pangan dipengaruhi oleh variabilitas
topografi, teknik budidaya, dan iklim. Kondisi iklim, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
iklim yang mengalami perubahan akan mem- Hasil korelasi juga menunjukkan positif yang
berikan pengaruh terhadap penentuan hasil berarti perubahan pada produksi kedelai
panen suatu jenis tanaman, tak terkecuali untuk memiliki hubungan searah dengan perubahan
tanaman kedelai. Analisis korelasi pada kedelai unsur iklim yaitu curah hujan, suhu udara, dan
dilakukan untuk mengetahui besarnya korelasi lama penyinaran matahari. Hasil analisis
antara perubahan produksi, produktivitas, dan korelasi antara perubahan produktivitas
luas tanam kedelai dengan adanya perubahan terhadap perubahan iklim menunjukkan bahwa
pada unsur iklim, yang meliputi curah hujan, perubahan yang terjadi pada produktivitas
suhu udara, dan lama penyinaran matahari. kedelai berkorelasi signifikan terhadap peru-
Hasil analisis korelasi antara perubahan iklim bahan curah hujan dan suhu udara. Hal tersebut
terhadap perubahan produksi, produktivitas, disebabkan terjadinya pola perubahan curah
dan luas tanam tanaman kedelai di Kabupaten hujan yang dapat menyebabkan terjadinya
Garut dapat dilihat pada Tabel 2. ancaman kekeringan ataupun banjir yang dapat
mempengaruhi produktivitas kedelai (Prilyscia
Tabel 2. Korelasi perubahan produksi kedelai et al., 2018). Berbeda dengan luas tanam, dimana
dengan iklim di kabupaten Garut luas tanam kedelai memiliki hasil korelasi yang
Korelasi Curah Suhu Lama signifikan terhadap curah hujan dan lama
penyinaran matahari, namun tidak signifikan
Hujan Udara Penyinaran
dengan suhu udara, artinya suhu udara tidak
terlalu berpengaruh terhadap luas tanam
Produksi 0,640 * 0,230 * 0,231 *
kedelai. Sesuai dengan kajian FAO (2005) bahwa
Produktivitas 0,486 * 0,196 * 0,003 sebesar 11% lahan pertanian di negara-negara
berkembang dipengaruhi oleh perubahan dan
Luas Tanam 0,530 * 0,166 * 0,240 * variabilitas iklim.

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut. 1089-1097
1094 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Terdapat pula analisis korelasi antara unsur diartikan bahwa produktivitas kedelai di
iklim, yaitu curah hujan dan suhu udara, terhadap kecamatan-kecamatan tersebut sangat dipenga-
produksi dan produktivitas kedelai pada 42 ruhi oleh curah hujan dan memiliki hubungan
kecamatan di Kabupaten Garut yang tercantum ke searah, sementara di Kecamatan Sukawening
dalam bentuk peta (Gambar 4 dan Gambar 5). hubungan antara curah hujan dan produktivitas
Hasil analisis korelasi pada Gambar 4 kedelai memiliki arah yang berlawanan.
menunjukkan bahwa tingkat korelasi produksi Proyeksi Produksi Kedelai Tahun 2030 di
kedelai dengan curah hujan di Kabupaten Garut Kabupaten Garut. Proyeksi produksi kedelai
didominasi oleh tingkat korelasi signifikan yang merupakan upaya dalam mendapatkan
rendah dengan arah positif seperti di Kecamatan gambaran produksi kedelai di masa depan,
Bungbulang, Tarogong Kaler, Garut Kota, sebagai respons terhadap adanya perubahan
Karangpawitan, Banyuresmi, Cibatu, dan Selaawi dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
dengan korelasi antara 0,2 hingga 0,39.Terdapat kedelai, yaitu perubahan iklim seperti suhu
pula korelasi signifikan namun dengan arah udara, curah hujan, dan lama penyinaran
negatif, yang berarti korelasi antara perubahan matahari serta perubahan dari produktivitas
produksi kedelai dengan perubahan curah hujan kedelai di Kabupaten Garut. Proyeksi produksi
memiliki hubungan berlawanan, yang berada di kedelai akan dilakukan sampai tahun 2030.
Kecamatan Mekarmukti, Pakenjeng, Karang- Menurut Hanke et al. (2003), proyeksi
tengah, Kadungora, Lim-bangan dan Talegong. merupakan suatu ketidakpastian, sehingga
Hasil analisis korelasi pada Gambar 5 dilakukan dalam jangka waktu yang tidak
menunjukkan tingkat korelasi signifikan kuat panjang, di mana asumsi utamanya adalah
dengan arah positif dengan nilai antara 0,6 – 0,79 ketidakpastian dalam iklim, gejolak ekonomi,
yang berada di Kecamatan Caringin, Talegong, dan politik. Hasil proyeksi produksi dan
Cikelet, Tarogong Kidul, Garut Kota, Karang- produktivitas kedelai di Kabupaten Garut pada
pawitan, Leles dan Cibatu. Hal tersebut dapat sepuluh tahun kedepan tersaji pada Tabel 3.

Gambar 4. Peta spasial korelasi produksi kedelai dan curah hujan di kabupaten Garut.

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
1089-1097 pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut.
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020 1095
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Gambar 5. Peta spasial korelasi produktivitas kedelai dan curah hujan di kabupaten Garut.

Tabel 3. Proyeksi Produksi dan Produktivitas penurunan, meskipun pada tahun 2023 hingga
Kedelai di Kabupaten Garut. tahun 2020 produktivitas kedelai cenderung
stabil. Kondisi dimana terjadinya penurunan
Tahun Produksi Produktivitas
produksi dan peningkatan produktivitas
(ton) (ton/ha)
mencerminkan bahwa kenaikan produktivitas
2019 25.312 1,53
disebabkan oleh penurunan luas panen yang
2020 29.374 1,49
lebih besar dibandingkan dengan produksinya.
2021 32.222 1,48
Pilihan Adaptasi Strategis Tanaman
2022 27.187 1,51 Kedelai di Kabupaten Garut. Penurunan
2023 29.377 1,50 produksi kedelai di Kabupaten Garut akibat dari
2024 32.365 1,50 berbagai macam faktor perlu dicegah sehingga
2025 28.215 1,51 Kabupaten Garut tetap menjadi salah satu
2026 30.615 1,51 penghasil kedelai tertinggi di Jawa Barat. Hal
2027 31.570 1,51 yang dapat dilakukan ialah dengan melalui
2028 29.695 1,52 adaptasi strategis. Adaptasi merupakan
2029 30.904 1,52 penyesuaian diri dengan lingkungan fisik dan
2030 31.819 1,52 sosial melalui beberapa pendekatan untuk
menghadapi kemungkinan timbulnya dampak
Hasil proyeksi pada Tabel 3 menunjukkan negatif akibat adanya perubahan iklim (Subair et
bahwa produksi kedelai di Kabupaten Garut al., 2014). Upaya-upaya adaptasi perlu
pada tahun 2019-2030 akan mengalami fluktuasi dilakukan untuk mempersiapkan dan
setiap tiga tahun sekali. Di mana pada tahun mengantisipasi dampak yang mungkin akan
2019 hingga tahun 2021 produksi kedelai akan terjadi. Segala informasi terkait adanya
mengalami peningkatan, namun kembali perubahan iklim dan bagaimana dampaknya
mengalami penurunan pada tahun 2022 dan terhadap penurunan produksi kedelai di
begitu seterusnya hingga tahun 2030. Sedangkan wilayah Kabupaten Garut diperlukan dalam
untuk produktivitas kedelai juga mengalami merekomendasikan adaptasi strategis sehingga

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut. 1089-1097
1096 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

penurunan lebih lanjut pada produksi kedelai Suryanto (2015) menambahkan bahwa
dapat dicegah. pembuatan sumur resapan di sekitar lahan
Para petani di Kabupaten Garut dapat mengairi lahan ketika musim kemarau
merupakan petani subsisten, dengan tiba.
penguasaan luas lahan kurang dari 0,2 ha.
Umumnya mereka telah mengetahui tentang
perubahan iklim dan bagaimana dampaknya Kesimpulan
terhadap pertanian, seperti meningkatnya suhu
udara maupun curah hujan yang dapat Wilayah Kabupaten Garut telah mengalami
menimbulkan bencana banjir maupun perubahan iklim dengan indikasi adanya trend
kekeringan. Mereka memahami bahwa adanya peningkatan suhu udara rata-rata 0,3 oC dan
perubahan iklim ini mengakibatkan perubahan trend peningkatan curah hujan sebesar 77
maupun penurunan hasil produksi tanaman mm/tahun, tetapi lama penyinaran matahari
kedelai. Beberapa upaya adaptasi yang telah terjadi trend penurunan. Terdapat hubungan
dilakukan oleh para petani kedelai di wilayah korelasi signifikan antara perubahan iklim
Kabupaten Garut adalah dengan menggunakan dengan produksi, produktivitas, dan luas tanam
benih kedelai varietas Anjasmoro yang kedelai di Kabupaten Garut. Telah dilakukan
dianjurkan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa beberapa pilihan adaptasi strategis oleh petani
Barat. Upaya adaptasi juga dilakukan dengan Kabupaten Garut untuk menghadapi risiko
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), yaitu penurunan produksi tanaman kedelai akibat
dengan sanitasi untuk meminimalkan risiko perubahan iklim.
tanaman kedelai terserang oleh organisme
pengganggu tanaman. Petani juga melakukan
pemeliharaan irigasi yang bermanfaat dalam
Daftar Pustaka
meminimalisir bencana banjir dan kekeringan
yang berisiko menyebabkan gagal panen. Hal
Apriyana Y, Susanti E, Suciantini, Ramadhani F,
tersebut dianggap baik karena pemeliharaan
Surmaini E. 2016. Analisis Dampak
pola pengairan mampu menurunkan
Perubahan Iklim terhadap Produksi
pengurangan hasil pertanian sebesar 16 %
Tanaman Pangan pada Lahan Kering dan
(Candradijaya et al., 2014).
Rancang Bangun Sistem Informasinya. J.
Terdapat pula beberapa strategi adaptasi
Informatika Pertanian. 25 (1): 69- 80.
lain yang dapat dilakukan untuk mencegah
Adinasa, L., dan Ronnie, S.N. 2015. Faktor Yang
terjadinya penurunan produksi kedelai, yaitu
Mempengaruhi Luas Penanaman Kedelai
selain dengan menggunakan varietas kedelai
di Kabupaten Garut Privinsi Jawa Barat.
tahan hama dan penyakit, perlu juga melakukan
Fakultas Pertanian. Universitas
penanaman kedelai yang memiliki umur genjah
Padjadjaran.
dan hasil produksi yang tinggi seperti varietas
Badan Pusat Statistik. 2015. Jawa Barat Dalam
Dega 1 yang tahan terhadap cekaman
Angka 2015.
kekeringan serta mengurangi konsumsi air dan
Bisri, Mohammad dan Prastya. 2009. Imbuhan
biaya pengairan. Varietas Dega 1 mempunyai
air tanah buatan untuk mereduksi
potensi hasil hingga 3,82 ton/ha dengan umur
genangan (Studi Kasus di Kecamatan Batu
panen 69-73 hari dan tahan penyakit karat daun
Kota Batu. Jurnal Rekayasa Sipil. 3(1).
serta hama pengisap polong (Balitkabi, 2016).
Carolina, R.A., S. Mulatsih., dan L. Anggraeni.
Selanjutnya, adaptasi dapat dilakukan dengan
2016. Analisis Volatilitas Harga dan
pengaturan waktu tanam dan pola tanam.
IntegrasiPasar Kedelai Indonesia dengan
Menurut Laux (2010), pengaturan waktu tanam
Pasar Kedelai Dunia. Jurnal Agro
yang tepat dapat meningkatkan produktivitas
Ekonomi,34(1): 46-48.
tanaman. Perlu juga membuat sumur resapan
Candradijaya, A., Kusmana., dan Y. Syaukat.
air yang berfungsi untuk menampung dan
2014. Pemanfaatan Model Proyeksi Iklim
meresapkan air hujan yang jatuh di atas
dan Simulsai Tanaman Dalam Penguatan
permukaan tanah (Bisri dan Prastya, 2009).
Adaptasi Sistem Pertanian Padi Terhadap
Menurut Kusnaedi (2011) sumur resapan air
Penuruna Produktivitas Akibat Perubahan
berfungsi untuk pengendali banjir, konservasi
Iklim : Studi Kasus di Kabupaten Garut,
air tanah, dan menekan laju erosi. Hidayati dan

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
1089-1097 pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut.
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (2) Agustus 2020 1097
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x

Jawa Barat. Pusat Kerjasama Luar Negeri improve attainable crop yields by planting
Kementerian Pertanian. Jakarta. date adaptations. Agric. Forest Meteorol.
Dinas Perindustrian Kabupaten Garut. 2012. 150: 1258–1271.
Industri di Kabupaten Garut. Garut. Malian, A. H. 2004. Kebijakan Perdagangan
Dinas Tanaman Pangan danHortikultura Internasional Komoditas Pertanian di
Kabupaten Garut. 2018. Produksi, areal Indonesia. Analisis Kebijakan
panen, produktivitas kedelai di Kabupaten Perdagangan, Vol. 2 No. 2, Juni 2004.
Garut. Garut Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Fischer, G., Shah, M., Velthuizen, H.V. 2002. Kebijakan Pertanian.
Climate change and agricultural Mantom, M.J., P.M. Della-Marta, M.R. Haylock,
vulnerability. IIASA. Luxemburg: Austria. K.J. Hennessy, N. Nicholls, L.E. Chambers,
Food and Agriculture Organization. 2005. D.A. Collins, and G. Daw. 2001. Trends in
Impact of climate change and diseases on extreme daily rainfall and temperature in
food security and proverty reduction. Southeast Asia and the South Pacific; 1961-
Spesial Event Background Document for 1998. J. Climatol. 21: 269-284.
The 31st Session of Committee on World Oldeman, L.R., 1975. Agroclimatic map of Java
Food Security. Rome 23-26 May 2005. & Madura. Contr. of Centra Res. Inst. for
Hadi, A. 2013. Analisis Produksi dan Konsumsi Food Crops 16/76. Bogor.
Kedelai Domestik Dalam Rangka Mencapai Prilyscia, A., Sutarno., dan Rahayu. 2018.
Swasembada Kedelai di Indonesia. Hubungan Alih Fungsi lahan dan
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Perubahan Iklim Terhadap Hasil
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Komoditas Pertanian di Jumantono.
Handoko, I., Y. Sugiarto, Y. Syaukat. 2008. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi Puspitasari, P., dan O. Surendra. 2016. Analisis
Pangan Strategis: Telaah Kebijakan Trend Perubahan Suhu Udara Minimum
Independen dalam Bidang Perdagangan dan Maksimum Serta Curah Hujan Sebagai
dan Pembangunan. Seameo Biotrop. Bogor. Akibat Perubahan Iklim di Provinsi. Balai
Hanke, J.E., Wichern, D.W., Reitsch, A.G. 2003. Besar Meteorologi Klimatologi da Geofisika
Peramalan Bisnis. Jakarta. PT. Wilayah V Jayapura.
Prenhallindo. Putra, Eka T. S., Didik Indradewa. 2011.
Hidayati, I., dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan
Perubahan Iklim Terhadap Produksi Nasional. Artikel Kerjasama Panitia
Pertanian dan Strategi Adaptasi Pada Lustrum13 Fakultas Pertanian UGM
Lahan Rawa Kekeringan. Fakultas dengan Koran Kedaulatan Rakyat Edisi 2.
Ekonomi dan Bsinis, Universitas Sebelas Runtunuwu, E. and A. Kondoh. 2008. Assessing
Maret. global climate variability and change under
Kusnaedi, 2011. Sumur Resapan untuk coldest and warmest periods at different
Pemukiman, Perkotaan, dan Pedesaan. latitudinal regions. Indones. J. Agric. Sci.
Jakarta : Penebar Swadaya. 9(1): 718.
Laux, P., G. Jäckel, R.T. Munang and H. Subair, L.M. Kalopaking, S. Adiwibowo, dan M.
Kunstmann. 2010. Impact of climate change Bambang. 2014. Adaptasi Perubahan Iklim
on agricultural productivity under rainfed Komunitas Desa : Studi Kasus di Kawasan
conditions in Cameroon - A method to Pesisir Utara Pulau Ambon. Jakarta

Ruminta, dkk: analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan
pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di kabupaten Garut. 1089-1097

Anda mungkin juga menyukai