Anda di halaman 1dari 7

LS 5(1) (2016)

Life Science

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci

EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK BUAH PEDADA (Sonneratia


caseolaris) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Istikhomah, Lisdiana1

1
Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Gedung D6 Lt.1 Jl. Raya Sekaran Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiefek hepatoprotektor ekstrak buah pedadaterhadap
Diterima Januari 2016 kerusakan sel hepar tikus putih setelah dipapar dengan CCl4. Desain yang digunakan yaitu Post Test
Disetujui Maret 2016 Randomized Control .Tikus Wistar jantan sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu K
Dipublikasikan April (aquades dan pakan biasa), KP (CCl4 1,5 ml), P1 (dosis 28 mg/ BB, CCl4 1,5 ml), P2 (dosis 56 mg/
2016 BB, CCl4 1,5 ml), P3 (dosis 112 mg/ BB, CCl4 1,5 ml) selama 7 hari. Tikus kemudian diambil
________________ darahnya untuk diuji kadar SGOT/SGPT dan dibedah diambil heparnya kemudian dibuat preparat
Keywords: histologi. Perubahan struktur mikroanatomi yang diamati berupa degenerasi parenkimatosa,
Pedada (Sonneratia degenerasi hidropik dan nekrosis. Data dianalisis menggunakan uji statistik One Way
caseolaris), Hepatoprotector, Anovadilanjutkan dengan analisis Post hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
Liver buah pedada tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT/SGPT pada serum darah tikus dan pada
____________________ kerusakan hepar jenis degenerasi hidropik. Namun pada kerusakan degenerasi parenkimatos dan
nekrosis terdapat perbedaaan yang bermakna antara kelompok. Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak buah pedada tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT dan
SGPT pada serum darah tikus. Dan pemberian ekstrak buah pada struktur mikroanatomi hepar
menunjukkan tidak ada perbedaan pada jenis kerusakan degenerasi hidropik namun menunjukkan
perbedaan yang bermakna pada jenis kerusakan degenerasi parenkimatosa dan nekrosis.

Abstract
___________________________________________________________________
This study aims to determine the effect of the pedada fruit extract hepatoprotector against white rat liver cell
damage after being exposed to CCl4. Designs were used that post randomied control design. The sample used 25
male wistar rats were devided into 5 groubs, K (normal control), KP (CCl 4 1,5 ml), P1 (dose 28 mg/BB + CCl4
1,5 ml), P2 (dose 56 mg/BB + CCl4 1,5 ml), P3 (dose 112 mg/BB + CCl4 1,5 ml) for 7 days. Rat were then
taken blood drawn for testing SGOT/SGPT and taken dissected liver histology then made preparations.
Microanatomi structural changes observed in the form of parenkimatosa degeneration, hydropic degeneration,
and necrosis. The result was analyzed by One Way Anovafollowed by analyzed Post hoc. The results showed
that administration pedada fruit extract has no effect on levels of SGOT/SGPT in the blood serum of mice and
the liver damage types hydropic degeneration. But the damage parenkimatos degeneration and necrosis are
significant differences between the groubs. Based on this study it can be concluded that the administration pedada
fruit extract has no effect on the levels of SGOT/SGPT in blood serum of mice. And the provision of fruit extracts
on liver mikroanatomi structure showed no difference in the type of damage hydropic degeneration however
showed significant differences in the type of damage parenkimatosa degeneration and necrosis.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6277
Gedung D6 Lt.1, Jl. Raya Sekaran,
Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
e-ISSN 2528-5009
E-mail: hamohkitsi@yahoo.co.id
52
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis


pemberian ekstrak buah pedada 28 mg/BB, 56
Pedada merupakan tumbuhan mangrove mg/ BB , dan 112 mg/ BB. Variabel terikat dalam
yang hidup di pinggiran pantai berlumpur dan penelitian ini adalah gambaran histopatologi
banyak ditemukan di Indonesia.Menurut hepar tikus, kadar SGOT dan kadar SGPT.
Ahmedet al. (2010) pedada memiliki nama Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih
internasional Crabaaple mangrove. Buah pedada jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar. Sampel
dapat dikonsumsi, masyarakat biasanya penelitian adalah 25 ekor tikus berumur 2-2,5
mengolah buah tersebut menjadi dodol, selai dan bulan dengan berat ± 200 gram yangdibagi
sirup. Buah pedada dimanfatkan dalam bidang menjadi 5 kelompok masing-masing lima ekor.
kesehatan sebagai obat tradisional, karena buah Kelompok I merupakan kontrol normal yang
pedada dapat dijadikan sebagai obat untuk hepar. hanya diberi pakan dan minum standar,
Ekstrak dari buah pedada mempunyai kelompok II merupakan kontrol positif yang
senyawa kimia sebagai hepatoprotektor diberi CCl41,5 ml/ BBpada hari ke-7,kelompok
Penelitian Tiwari et al. (2010) menyatakan bahwa III merupakan kelompokyang diberi ekstrak buah
ekstrak metanol buah pedada memiliki tiga pedada dengan dosis 28 mg/BB/hari, kelompok
komponen bioaktif yaitu asam oleanolic, β- IV merupakan kelompok dengan dosis 56
sistosterol-β-D-glucopyranoside dan luteolin. mg/BB/hari, kelompok V merupakan kelompok
Diantara ketiga senyawa tersebut asam oleanolic dengan dosis 112 mg/BB/hari. Kelompok III,
yang menunjukkan enzim penghambat IV, V pada hari ke- 7diberi CCl41,5 ml/BB.
kerusakan sel yang paling kuat.Asam aoleanolic Perlakuan diberikan secara peroral dengan pelarut
dikenal sebagai hepatoprotektor dan dijual aquades dan diberikan selama 7 hari.Selama
sebagai obat oral untuk gangguan hepar manusia penelitian tikus diberi pakan standar dan minum
di Cina (Liu 1995). secara ad libitum. Setelah 7 hari, semua tikus
Asam oleanolic berperan sebagai diambil darahnya dari sinus orbitalis mata untuk
hepatoprotektor memperbaiki kerusakan hepar diuji kadar SGOT dan SGPT dan dilakukan
dengan menurunkan metabolisme racun dalam pembedahan untuk diambil heparnya dan dibuat
tubuh melalui enzim cytochrome P450 di hepar. preparat histologi.
Disamping itu, akibat lain dari rusaknya sel- sel Data kadar SGOT dan SGPT diambil
hati adalah keluarnya enzim- enzim seperti dengan melihat nilai kadar SGOT dan SGPT
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase melalui pemeriksaan serum darah di
(SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic laboratorium. Perubahan sel- sel hati berupa
Transaminase (SGPT). Jika kadarnya naik dalam degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik
darah menjadi tanda adanya hepatitis dan nekrosis diamati dengan mikroskop pada
(Syaharuddin 2013). perbesaran 400x. Perubahan sel- sel hati yang
Dengan adanya kandungan senyawa buah terlihat dihitung pada lima lapang pandang.
pedada yang berperan sebagai hepatoprotektor Data yang diperoleh dianalisis
dan belum adanya peneliti yang meneliti tentang menggunakan program komputer SPSS for
bagaimana efek ekstrak buahtersebut. Untuk itu windows.Data diuji normalitasnya dengan uji
perlu diteliti bagaimana efek hepatoprotektornya kolmogorov-Smirnova. Apabila didapatkan
terhadap kerusakan sel hepar. distribusi data yang normal, maka dilakukan uji
beda menggunakan one way Anova dan
METODE PENELITIAN dilanjutkan dengan analisis Post Hoc, tetapi jika
distribusi daa yang didapatkan tidak
Penelitian ini adalah penelitian normal,maka dilakukan uji beda dengan
eksperimen laboratorium. Desain yang menggunakan uji Kruskal Walis dan dilanjutkan
digunakan yaitu Post test Randomized Control dengan uji Post Hoc yaitu Mann Whitney.
Design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
53
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

Tabel 1. Kriteria penilaian derajat struktural


mikroanatomi sel hepar SGPT
Tingkat kerusakan Skor
65 59.72 61.44 58.38 59.76
Normal 1

KADAR SGPT U/L


60 55.16
Degenerasi 55
2 50
parenkimatosa
K KP P1 P2 P3
Degenerasi hidropik 3
KELOMPOK
Nekrosis 4

Gambar 2. Skor rata- rata kadar SGPT (U/L)


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Struktur Mikroanatomi


Dari penelitian yang telah dilakukan pada
Hepar Tikus
5 kelompok perlakuan, yaitu : kontrol normal
Hasil pengamatan gambaran untuk
(pemberian aquades dan pakan biasa), kontrol
masing- masing kelompok kontrol dan perlakuan
positif (pemberian CCl4), perlakuan 1 (ekstrak
disajikan dalam tabel berikut :
buah pedada dosis 28 mg/BB + CCl4), perlakuan
Kelompok kontrol
2 (ekstrak buah pedada dosis 56 mg/BB + CCl 4),
Berdasarkan hasil pengamatan pada
dan perlakuan 3 (ekstrak buah pedada dosis 112
kelompok kontrol sebagian besar sel
mg/BB + CCl4). Didapatkan data dari masing-
menunjukkan adanya sel normal ditandai dengan
masing kelompok berupa kadar SGOT, kadar
ciri berbentuk polyhedral, memiliki batas yang
SGPT dan perubahan histologi hepar.
jelas dan memiliki nukleus yang jelas. Gambaran
Hasil Perhitungan Kadar SGOT dan SGPT
preparat histologi kelompok normal dapat dilihat
Kadar SGOT
pada gambar 3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
tiap kelompok tikus menunjukkan adanya variasi
kadar SGOT (gambar 1).

SGOT
200 137.22 121.88 115.24 132.2
108.5
KADAR SGOT U/L

100 N
0
K KP P1 P2 P3
KELOMPOK
Gambar 3. Gambaran kelompok kontrol; N= sel
Gambar 1. Skor rata- rata kadar SGOT (U/L)
normal, perbesaran 400 x

Kadar SGPT
Kelompok dengan paparan CCl4 (KP)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil pengamatan pada kelompok kontrol
kadar SGPT pada kelompok kontrol dan
positif dipapar dengan CCl4 dosis toksik
kelompok perlakuan mengalami kenaikan dan
didapatkan hasil sebagian besar sel mengalami
penurunan kadar seperti yang terlihat pada
kerusakan berupa degenerasi parenkimatosa,
gambar 2.
degenerasi hidropik dan nekrosis. Seperti yang
terlihat pada gambar 4.

54
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

membran bocor sehingga membran plasma


rusak.Selanjutnya produksi ATP
NK menurun.Akibat berkurangnya energi
menyebabkan ion sodium dan air masuk ke
dalam sel dan ion potasium keluar sel, kemudian
diikuti dengana peningkatan tekanan osmosis
DP yang menyebabkan banyak air mengalir kedalam
sel. hal ini berlanjut hingga menyebabkan
disfungsi retikulum endoplasma dalam
DH mensintesis protein membran sehingga sel
mengalami degenerasi hidopik.organela-
organela sel juga turut menyerap air dan
Gambar 4. Gambaran kelompok CCl4 : DP=
membengkak sehingga mengakibatkan
degenerasi parenkimatosa, DH= degenerasi
sitoplasma nampak bergranula dan sel
hidropik, NK= nekrosis, perbesaran 400x
mengalami degenerasi parenkimtosa (Mcgavin
2007).
Hasil perhitungan rata- rata skor
Salah satu indikator kerusakan sel- sel
perubahan struktur mikroanatomi hepar pada
hepar (hepatosit) diketahui dengan
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
meningkatnya kadar enzim transaminase yaitu
tertera pada tabel 2. CCl4 (Carbon Tetrachloride)
Serum Glutamat Oxaloasetate Transaminase
merupakan xenobiotik, senyawa kimia yang
(SGOT) dan Serum Glutamat Piruvate
masuk kedalam tubuh menuju saluran
Transaminase (SGPT) (Fajariyah, Utami dan
pencernaan melalui oral sampai ke hati. Dihati
Arisandi 2010). Dari hasil penelitian, rata- rata
CCl4akan mengalami biotranformasi dan
kadar SGOT pada kelompok kontrol (108,5 ±
dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 menjadi
25,89 µ/l) berada dibawah kadar normal tikus
metabolit reaktif berupa CCl3 (Triklorometil).
sebesar (141 ± 67,4 µ/l), pada kelompok CCl4
Menurut Li et al. (2010) CCl3 merupakan radikal
kadar SGOT mengalami kenaikan dibandingkan
bebas yang terbentuk dari pembelahan homolitik
kelompok kontrol sebesar (137,22 ± 26,93µ/l)
CCl4. CCl3 dengan oksigen akan membentuk
dikarenakan rusaknya sel hepatosit karena
CCl3O2 (Triklorometilperoxi) yang dapat merusak
paparan CCl4 menyebabkan perubahan fungsi
lipid pada membran retikulum endoplasmik
transport dan permeabilitas membran
dengan kecepatan yang lebih dibandingkan
mengakibatkan pelepasan enzim SGOT yang ada
dengan CCl3. CCl3O2 dapat menyebabkan
di sitoplasma menuju sirkulasi darah (Ramaiah,
peroksidasi lipid yang berakibat rusaknya
2007). Sedangkan pada kelompok perlakuan
struktur dan fungsi sel serta menyebabkan stress
kadar SGOT mengalami penurunan kadar
oksidatif yang serius pada sel. Lipid peroksidasi
dibandingkan dengan kelompok CCl 4, dari ketiga
ini akan membuat radikal bebas yang baru yang
kelompok perlakuan kelompok P2 memiliki
akan bereaksi dengan protein, enzim dan molekul
kadar SGOT terendah sebesar (115,24 ± 11,84
DNA (Bachri MS 2011) sehingga mengganggu
µ/l), kadar tertinggi pada kelompok P3 sebesar
homeostasis Ca2+ dan terjadi nekrosis yang bisa
(132,2 ± 24,60 µ/l) dan kadar SGOT kelompok
mengakibatkan berbagai macam penyakit
P1 sebesar (121,88 ± 5,60 µ/l). Kadar SGOT
(Panjaitan et al 2007).
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Selain menyebabkan kerusakan pada
masih berada pada batas normal kadar SGOT
retikulum endoplasmik CCl3 juga menyebabkan
tikus dan juga tidak adanya peningkatan aktivitas
kerusakan membran mitokondria, sehingga
enzim SGOT. Apabila sel hepar mengalami
mengakibatkan gangguan pada respirasi sel
kerusakan, maka SGOT akan dilepaskan dalam
(Kumar et al.2010). Metabolit CCl4 yang
darah (Fajariyah, Utami dan Arisandi 2010).
berikatan dengan membran lipid menyebabkan

55
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

Tabel 2. Rerata nilai perubahan mikroanatomi hepatosit


Kelompok
Mean ± SD
Kerusakan hepar
Pedada dosis Pedada dosis Pedada dosis
CCl4
28 mg/BB 56 mg/BB 112 mg/BB
Sel normal 19.60 ± 11.19 41.80 ± 8.70 72.00 ± 10.88 56.20 ± 6.38
Degenerasi parenkimatosa 78.80 ± 36.34 46.80 ± 25.71 25.20 ± 15.27 36.00 ± 10.48
Degenerasi hidropik 36.00 ± 24.64 40.80 ± 23.48 16.20 ± 21.48 24.00 ± 14.07
Nekrosis 116.0 ± 29.53 84.80 ± 25.67 41.60 ± 18.46 71.20 ± 15.07

Apabila terjadi kerusakan mitokondria atau dan degenerasi hidropik. Degenerasi


kerusakan parenkim sel yang terlihat meningkat parenkimatosa merupakaan degenerasi teringan
adalah SGOT. Diduga tidak semua peningkatan yang ditandai dengan terjadi sitoplasma
kadar SGOT akibat dari gangguan sel hepar. membengkak dan sitoplasma berglanula hal ini
Kadar SGOT bergantung dari cara pengambilan dikarenakan sel tidak mampu mengeliminasi air
darah, jumlah serum darah yang diperoleh dan sehingga tertimbun di dalam sel dan organela-
lama penyimpanan serum darah sebelum organela sel juga turut menyerap air dan
diperiksa. membengkak sehingga mengakibatkan
Sedangkan hasil rata- rata kadar SGPT sitoplasma nampak bergranula (Hastuti 2006).
pada kelompok kontrol sebesar (55,16 ± 2,23 µ/l) Tingkat kerusakan sel degenerasi parenkimatosa
berada diatas kadar normal tikus sebesar (12,6 ± lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol
4,40 µ/l), pada kelompok CCl4 kadar SGPT positif hal ini dikarenakan paparan dari zat toksik
sebesar (59,72 ± 7,92 µ/l) sedangkan pada CCl4 yang mampu merusak hepatosit. Sedangkan
kelompok perlakuan kadar SGPT tertinggi pada dengan perlakuan ekstrak buah pedada mampu
kelompok P1 sebesar (61,44 ± 8,28 µ/l) melebihi menurunkan tingkat kerusakan degenerasi
kelompok kontrol CCl4 dan kadar terendah pada parenkimatosa pada kelompok perlakuan.
kelompok P2 sebesar (58,38 ± 4,41 µ/l). Pada Sedangkan degenerasi hidropik ditandai dengan
kasus hepatitis akut, dengan sedikit kerusakan sitoplasma mengalami vakuolisasi dan vakuola
hepatosit dapat terjadi peningkatan enzim nampak jernih karena sel menerima cairan lebih
SGOT/SGPT yang sangat hebat.Peningkatan banyak dari normalnya dan terakumulasi dalam
SGPT lebih besar daripada SGOT apabila terjadi sitoplasma sel sehingga sel membengkak.
infeksi akut. Kerusakan degenerasi hidropik mengalami
Hasil skoring gambaran struktur penurunan pada kelompok perlakuan dosis 56
mikroanatomi menunjukkan adanya perubahan dan 112 mg/BB. Dengan pemberian dosis rendah
histologi pada hepatosit. Hasil penelitian ini 28 mg/BB ekstrak buah pedada belum mampu
menunjukkan bahwa terdapat perubahan struktur melindung sel hati dari kerusakan sel degenerasi
mikroanatomi sel hepar berupa, degenerasi hidropik. Nekrosis adalah kematian sel atau
parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. jaringan dimana inti sel menjadi lebih padat atau
Pemberian ekstrak buah pedada sebagai proteksi piknotik (Mulyono et al. 2006). Pemberian
hepatosit dari kerusakan sel akibat paparan CCl4 perlakuan dengan ekstrak buah pedada mampu
yang diberikan peroral menunjukkan tingkat menurunkan tingkat kerusakan nekrosis pada sel.
perlindungan yang berbeda- beda terhadap Sel mengalami nekrosis terbanyak terjadi pada
perubahan hepatosit tiap kelompok. Degenerasi kelompok kontrol positif hal ini dikarenakan
merupakan tanda awal kerusakan hati akibat paparan dari senyawa kimia CCl4.
toksin yang bersifat sementara (reversible) dan sel Secara menyeluruh kerusakan sel berupa
masih dapat pulih atau normal kembali apabila degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik
paparan toksin dihentikan (Harada et al. 1999). dan nekrosis yang terjadi di hepar pada seluruh
Kerusakan sel degenerasi ada beberapa kelompok perlakuan didapatkan tingkat terendah
macam diantaranya degenerasi parenkimatosa terjadinya kerusakan hepatosit pada kelompok

56
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

perlakuan dosis 56 mg/BB. Pada dosis rendah 28 suatu jaringan rusak jumlah cholanes yang
mg/BB ekstrak buah pedada belum mampu dihasilkan berkurang, akibatnya terjadi aktivitas
melindungi sel dari kerusakan hepar, hasil pembelahan yang hebat dalam jaringan tersebut.
penelitian dari Lu et al.(2013) menyatakan bahwa Bila berlangsung regenerasi, jumlah chalones
penggunaan senyawa asam oleanolic dapat yang dihasilkan bertambah dan aktivitas mitosis
digunakan sebagai hepatoprotektor dengan dosis berkurang (Junqueira, 1982). Pada penelitian ini
maksimal 80 mg dan dosis minimun 45 mg dan hasilnya tidak sesuai dengan hasil- hasil
apabila dosis yang digunakan melebihi 225 penelitian terdahulu, hal ini kemungkinan
mg/kg maka sel akan mengalami degenerasi dan disebabkan oleh dosis ekstrak buah pedada yang
kematian sel. Selain itu derajat kerusakan kurang tepat, tingkat kematangan buahnya juga
hepatosit seringkali tidak terdapat hubungan kurang tepat dan waktu perlakuan yang kurang
dengan tingginya kadar enzim dalam darah tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
(Sudoyo et al. 2006). lebih lanjut tentang efektivitas buah pedada.
Pebedaaan masing- masing kelompok
perlakuan dalam melindungi hati dari kerusakan SIMPULAN
yang disebabkan oleh CCl4 bergantung pada
jumlah dan ragam senyawa yang terkandung di Pemberian ekstrak buah pedada tidak
dalam buah pedada. Dalam penelitian Minqing et berpengaruh menurunkan kadar SGOT dan
al.(2009), secara keseluruhan didapatkan 24 SGPT pada serum darah tikus dan juga pada
komponen senyawa yang terkandung dalam struktur mikroanatomi hepar khususnya pada
ekstrak metanol buah pedada diantaranya 8 jenis kerusakan degenerasi hidropik, namun
steroid, 9 triterpenoid, dan 3 flavonoid, dan 4 menunjukkan perbedaan yang bermakna pada
turunan karboksil benzena. Diantara senyawa- jenis kerusakan degenerasi parenkimatosa dan
senyawa tersebut, menurut Tiwari et al. (2010) nekrosis.
ada yang merupakan asam oleanolic yang
merupakan turunan dari senyawa triterpena yang DAFTAR PUSTAKA
masuk dalam golongan senyawa triterpenoid.
Diduga bahwa senyawa dalam ekstrak metanol Ahmed, R., Moushumi, S. J., Ahmed, H., Ali, M.,
buah pedada yang berperan dalam memproteksi Haq, W. M., Jahan, R., Rahmatullah, M.
sel- sel hati dari CCl4 adalah senyawa asam (2010). Serum Glucose and Lipid Profiles in
Rats Following Administration of Sonneratia
oleanolic. Pada penelitian (Tang 2005)
Caseolaris (L.)Engl. (Sonneratiaceae) leaf
mitokondria merupakan target utama
powder in diet. Journal Advances in Natural and
farmakologi dari asam oleanolid, dan cara Applied Sciences 4(2):171-173.
terpenting asam oleanolic dalam melindungi Bachri, M. S. (2011). Efek Hepatoprotektif Ekstrak
mitokondria hati dari hepatoksisitas CCl4 yaitu Metanol Jahe Merah (Zingiber officinale
berhubungan dengan efek penghambatan pada roscoe) pada Mencit Jantan yang Diinduksi
(MPT) mitochondrial permeability transition. CCl4. Jurnal Ilmiah Kefarmasian Fakultas Farmasi
Senyawa asam oleanolic yang terkandung Universitas Ahmad Dahlan vol. 1 no.2, 2011 : 35 -
dalam ekstrak buah pedada sebagai 41
Fajariyah, S., Utami, E.T., Arisandi, Y. (2010). Efek
hepatoprotektor mampu meregenerasi sel yang
Pemberian Estrogen Sintetis
mengalami kerusakan (Liu 2005). Asam
(Diethylstillbestrol) terhadap Struktur Hepar
oleanolic akan menghambat biotransformasi dan Kadar SGOT dan SGPT pada Mencit (Mus
CCl4 menjadi radikal bebas di dalam organ hepar muculus) Betina Strain Balb’C.Jurnal Ilmu Dasar
dengan menghambat kerja enzim sitokrom P450 Vol. 11 No. 1: 76-82
sebagai katalisis metabolisme xenobiotik. Proses Harada, T., Enomoto, A., Boorman, G. A., Maronpot,
regenerasi dilakukan oleh zat dalam sirkulasi R. R. (1999). Liver and Gallbladder. In:
yang dinamakan chalones, yang menghambat Maronpot RR. Pathology of The Mouse.
pembelahan mitosis sel- sel tertentu. Apabila
57
Istikhomah / Life Science 5 (1) (2016)

Reference and Atlas.Edisi 1.Cache River Liu, J. (1995). Pharmacology of Oleanolic Acid and
Press.199-136 Hlm. Ursolic Acid.Journal of Enthnopharmlogy
Hastuti, U. S. (2006). Pengaruh Berbagai Dosis 49(1995)57-68.
Citrinin terhadap Kerusakan Struktur Liu, J. (2005). Oleanolic Acid and Ursolic Acid:
Hepatosit Mencit (Mus Musculus) pada Tiga Research Perspectives. Journal of
Zona Lubulus Hepar. Jurnal Kedokteran Enthnopharmlogy 100(2005) 92-94.
Brawijaya 22(3): 121-124. Lu, Y. F., Wan, X. L., Xu, Y., Liu, J. (2013). Repeated
Junqueira, L. C., Carneiro, J. (1982). Histologi Dasar. Oral Administration of Oleanolic Acid
3th ed. Jakarta: EGC. 354. Produces Cholestatic Liver Injury in Mice.
Kumar, V., Abbas, A., Fausto, N. (2010). Tissue Journal molucules 18(3060-3071).
Renewal, Repair, and Regeneration. Dalam: Ramaiah, S. K. (2007). A toxicologist guide to the
Robbins Pathologic Basis of Disease (8th diagnostic interpretation of hepatic
Edition). Philadelphia: Elsevier Saunders p.93- biochemical parameters.Food Chem. Toxicol. 45,
5. 1551–1557.
Mcgavin, D. M., Zachary, J. F. (2007). Pathologic Basis Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
of Veterinary Disease. 4nd, ed. St. Louis: Mosby M., Setiati, S. (2006). Ilmu Penyakit Dalam.
Inc.p 582-582. Jakarta: Fkultas Kedokteran Universitas
Minqing, T., Haofu, D., Xiaoming, L., Bingui, W. Indonesia
(2009). Chemical Constituents of Marine Syaharuddin. (2013). Penentuan Aktivitas Enzim
Medicinal Mangrove Plant Sonneratia SGOT dan SGPT pada Hewan Uji Kelinci
Caseolaris. Chines Journal of oceanology and yang telah diberi Ekstrak Tiram (Crassostrea
limnology sains vol 27(2): p 288-296. Iredalei) asal Pantai Takalar Sulawesi
Mulyono, A., Ristiyanto., Soesanti, N. (2006). Selatan.Jurnal ilmiah kefarmasian.
Karakteristi Histopatologi Hepar Tikus Got Tang, X. H., Gao, J., Fang, F., Chen, J., Xu, L. Z.,
Rattus norvegicus Infektif Leptospira Sp. Jurnal Zhao, X. N., Xu, Q. (2005). Hepatoprotection
Vektora 1(2):84-92 of Oleanolic Acid is Related to its Inhibition on
Panjaitan, R. G. P., Handharyani, E., Chairul, M., Mitochondrial Permeability Transition. The
Zakiah, Z., Manalu, W. (2007). Pengaruh American Journal of Chinese Medicine, vol. 33, No.
Pemberian Karbon Tetraklorida terhadap 4: 627-637.
Fungsi Hati dan Ginjal Tikus.JurnalMakara Tiwari, A. K., Viswanadh, V., Gowri, P. M., Ali, A.
Kesehatan vol 11 No.1 Z., Radhakrisnan, S. V. S., Agawane, S. B.,
Li, X. W., Zhu, R., Li, B., Zhou, M., Sheng, Q. J., Madhusudana, K., Rao, J. M. (2010).
Yang, Y. P., Han, N. Y., Li, Z. Q. (2010). Oleanolic Acid – an Α-Glucosidase Inhibitory
Mechanism Underlying Carbon Tetrachloride- and Anthyhiperglycemic Active Compound
Inhibited Protein Synthesis in Liver. Journal from The Fruits of Sonneratia Caseolaris. Journal
World J Gastroenterol 16(31): 3950-3956. of Medical and Aromatic Plant 1(1):19-23.

58

Anda mungkin juga menyukai