Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

KOMUNITAS

“ASUHAN KEBIDANAN PADA LANSIA “

Disusun Oleh :
Kelompok 5

MELATI FAJRIANI 2026040019.P


ETI RESTIANI 2026040015.P
MERTA OKTARINI 2026040025.P
ETI LESTARI 2026040037.P
LOZALIA 2026040016.P
JUSMITA 2026040198.P
YULI HANDAYANI 2026040026.P
ENGGA SEPTIA .D 2026040024.P
PELITA JUNIARTI 2026040014.P
WITRIA FITRIA LELI 2026040022.P
YELLEN YOLANDA 2026040012.P
RIRIN NURMALA SARI 2026040105.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang dengan
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Tugas makalah ini
sebagai tugas kelompok dengan tepat waktu.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan Tugas kelompok ini, kepada dosen pengajar mata kuliah kebidanan
komunitas, kepada para penulis dan peneliti lain, serta kepada teman-teman senasib dan
sepenanggungan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas kelompok ini masih terdapat
banyak kesalahan baik dari segi tata penulisan, isi, maupun bahasa yang digunakan. untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
yang menambah wacana dan khasanah keilmuan

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi ..........................................................................................................................3
BAB I
A. PENDAHULUAN................................................................................................3
B. LATAR BELAKANG.........................................................................................4
C. POTENSI DAN PERMASLAHAN....................................................................5
D. TUJUAN...............................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI...................................................................................................................6
B. MELAKUKAN PENGKAJIAN.......................................................................10
C. MELAKUKAN ANALISA DATA...................................................................10
D. MELAKUKAN RUMUSAN MASALAH .......................................................10
E. PRIORITAS MASALAH.................................................................................10
F. MELAKUKAN PERENCANAAN KEBIDANAN.........................................11
G. PELAKSANAAN...............................................................................................12
H. MELAKUKAN EVALUASI.............................................................................12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Lansia (Lanjut Usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik
Indonesia, 2010). Penggolongan lansia menurut Depkes dibagi menjadi tiga kelompok yakni
kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan lansia resiko
tinggi (lebih dari 70 tahun). Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
memperkirakan pada 2025, lebih dari seperlima penduduk Indonesia adalah orang lanjut usia
(Megarani, 2007).
Lansia merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus perhatian para ilmuwan,
masyarakat, dan pemerintah karena membawa berbagai permasalahan yang harus diantisipasi
dan dicarikan jalan keluarnya, termasuk bidang kesehatan(Cunha, 2001). WARTA, Vol .13,
No.1, Maret 2010: 28 - 36 ISSN 1410-9344 29 Hipertensi merupakan penyakit degeneratif
yang hampir diderita sekitar 25% penduduk dunia dewasa (Adrogué & Madias, 2007).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140 mm Hg atau tekanan diastolik >
90 mm Hg (National Heart Lung & Blood Insitute, 2003). Prevalensi utama hipertensi pada
kulit hitam, pria dan pada orang tua (August, 2003).
Insidensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 % dari semua
kematian prematur diakibatkan oleh hipertensi terjadi di antara pasien dengan hipertensi
ringan (Fisher dan Gordon, 2005). Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat 60% pada
tahun 2025, yaitu sekitar 1.56 juta orang penderita. Hal ini merupakan faktor risiko dari
penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia.
Hipertensi primer atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik merupakan
kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari kejadian hipertensi secara keseluruhan
(Adrogué & Madias, 2007). Berdasarkan penelitian WHO-Comunity Study of the Elderly
Central Java menemukan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit
kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel
(Nugroho, 2000).
Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman pribadi
seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan Dengan
mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal pengetahuan yang
cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit
degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Notoatmodjo, 2003). Posyandu
lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu
yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan.. PosyanUPTD PUPTD PuskesmasPuskesmas Bumi Agung dan
memiliki program pemeriksaan kesehatan lansia. Jumlah anggota di posyandu lansia ini
tercatat 4267 orang dengan pendamping kader sebanyak 120 orang. Dalam menjalankan
program kesehatan,posyandu ini mengadakan penyuluhan kesehatan namun pelaksanaan
penyuluhan rutin setiap bulan dan pelayanan kesehatan. Diharapkan kegiatan pengabdian ini

4
dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya lansia di Wilayah UPTD Puskesmas Bumi
Agung untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap lansia mengenai hipertensi serta
memperbaiki persepsi dan pola hidup lansia.Lansia diharapkan untuk dapat menjalankan pola
hidup sehat didasari dengan pengetahuan yang cukup sehingga kesehatan dan kesejahteraan
hidup lansia akan menjadi lebih baik.
B.POTENSI DAN PERMASALAHAN
Permasalahan tentang hipertensi di usia lansia sudah merupakan permasalahan yang
sukar dikendalikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu : masih rendahnya
pemahaman lansia tentang isu-isu kesehatan dan pola hidup yang benar, rendahnya
pemahaman lansia tentang kesehatan di usia tua karena mereka tidak memperoleh informasi
yang cukup dan benar tentang kesehatan ketika memasukaBi usia tua, dan selain itu lansia
jarang tersentuh pelayanan kesehatan geriatri (informasi dan pelayanan medis). Permasalahan
di usia lansia memang berhubungan dengan pola hidup yang sejak lama dilakukan di dalam
sehari-hari. Lansia kadang merasa kurang memperhatikan masalah kesehatannya dan
terutama tekanan darah yang seringkali dianggap sepele oleh para lansia. Pola perilaku hidup
yang sejak lama dijalani oleh lansia kadang kurang berdasarkan pada pendidikan dan
pengetahuan tentang kesehatan.
Apabila lansia memperoleh informasi tentang kesehatan terutama tentang hipertensi
hanya melalui pengalaman orang per orang dan tidak diimbangi dengan informasi yang benar
dan akurat khususnya masalah hipertensi, maka kemungkinan kesehatan lansia terutama
tekanan darahnya akan tidak diperhatikan dengan baik. Padahal tekanan darah yang tidak
terkontrol merupakan faktor risiko penyakit-penyakit kardiovaskuler yang berbahaya dan
tentunya akan memperburuk kualitas kesehatan lansia. Selain itu, lansia dini juga harus
mempersiapkan diri menghadapi kondisi lansia yang nantinya akan dihadapi di tahun-tahun
berikutnya, sehingga kondisi penyakit kardiovakuler dapat dicegah secara dini. Dari
identifikasi masalah tersebut dibuat perumusan masalah bahwa dengan pemberian pendidikan
kesehatan tentang hipertensi pada lansia dan pra lansia maka akan meningkatkan
pengetahuan dan memperbaiki sikap tentang hipertensi sehingga lansia akan dapat menjaga
kesehatan diri dengan baik sehingga akan terhindar dari penyakit-penyakit kardio-vaskuler.
Selain itu bagi lansia yang sudah tekena penyakit kardiovaskuler dapat mempertahankan
kualitas kesehatan dengan baik.
C.TUJUAN
Tujuan umum pengabdian ini adalah untuk meningkatkanUPTD Puskesmas Bumi
Agung. Secara khusus, setelah diberikan pengetahuan tentang hipertensi, maka lansia mampu
memiliki pengetahuan yang benar dan mengetahui dampak negatif hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler sehingga dapat menghindarinya. Manfaaat pengabdian ini bagi lansia
.pengetahuan dan keterampilan dasar mengenai hipertensi yang benar, bagi pihak Posyandu
Lansia: dapat dijadikan dasar dalam perencanaan program pendidikan kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan bagi lansia, dan bagi intansi terkait: dapat menjadi masukan dalam
rangka perencanaan program kesehatan lansia melalui upaya peningkatan promosi kesehatan
yang mencakup sasaran lansia

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Lansia Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan terkadang kematian.Tekanan darah adalah kekuatan yang
diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah
utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan
seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan
semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari
yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar
dari 140 mmhg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah
lebih besar dari 90 mmhg.
Etiologi Hipertensi Hipertensi berdasarakan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001)
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipetensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipetensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,
sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai

6
penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu
a. Genetik Respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi
atau transport Natrium.
b. Obesitas Terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stres lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun sesedah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Tanda dan Gejala Banyak pasien dengan hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang
menunjukkan tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi pada saat pemeriksaan
fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri yang sering terjadi pada hipertensi berat.
Gejala lain, yaitu pusing palpitasi (berdebar-debar), mudah lelah. Namun,

gejala-gejala tersebut kadang muncul pada beberapa penderita, bahkan pada beberapa
kasus penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa. Peninggian
tekanan darah terkadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru
muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung (Nurrahmani,
2012).

Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

7
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak 20 ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak


diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan


pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan


gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas 21 jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &
Suddarth, 2002). 5. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular yang berhubungan dengan

8
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
hipertensi meliputi dua jenis penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Farmakologis Secara garis besar terdapat beberapa hal yang


perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu
o Mempunyai efektivitas yang tinggi
o Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal
o Memungkinkan penggunaan obat secara oral
o Tidak menimbulkan intoleransi
o Harga obat relatif murah sehingga terjangkau klien
o Memungkinkan penggunaan jangka panjang
b. Penatalaksanaan Non Farmakologis 23
1. Diet Penderita hipertensi di negara maju diperkenalkan dengan diet DASH
(Dietary Approaches to stop Hypertension), yaitu dengan memperbanyak
konsumsi buah, sayur, biji-bijian, dan susu rendah lemak untuk menurunkan
tekanan darah. Dengan begitu, makanan yang dikonsumsi pun lebih kaya
akan serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah
(kalium, magnesium, dan kalsium).
Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium dalam sel.
Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu
mengendalikan hipertensi. (Nurrahmani, 2012).
2. Gaya hidup yang aktif dan olahraga Olahraga yang teratur dapat melancarkan
peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
bermanfaat menurunkan obesitas dan dapat mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh (Dewi, S & Familia, D, 2010).
Ketika kecepatan dan detak jantung dan pernafasan meningkat, tubuh
akan menghasilkan senyawa yakni beta endorphin. Senyawa ini masih satu
kelompok dengan morfin, dan mendatangkan rasa tenang yang berlangsung
sepanjang hari. Aktivitas fisik dapat memperbaiki kecepatan jantung saat
istirahat, kadar kolesterol total, kadar LDL serta tekanan sistolik dan diastolik
selama 6 minggu. Mekanisme aktivitas 24 fisik dapat mendatangkan hasil
yang menakjubkan dengan meningkatkan aliran darah ke jantung, kelenturan
arteri dan fungsi arterial. Aktivitas fisik juga melambatkan aterosklerosis dan
menurunkan risiko serangan jantung dan stroke (Nurrahmani, 2012).

9
c. Obat herbal,
yaitu terapi menggunakan tanaman yang telah tebukti secara medis memiliki
kandungan obat herbal sebagai obat antihipertensi. Kandungan obat herbal dalam
tanaman bisa membantu proses pengendalian tekanan darah bahkan ada
keuntungannya karena terapi herbal tidak memiliki efek samping. Tanaman yang
bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah misalnya seledri, mengkudu, dan
mentimun. Seledri, senyawa aktif dalam seledri bekerja pada pembuluh darah
yang memberi efek relaksasi. Saat tekanan darah naik maka pembuluh darah akan
mengencang/menegang.
karena member efek relaksasi, konsumsi seledri bisa mengurangi ketegangan
pembuluh darah (Nurrahmani, 2012). Kandungan pthalides dan magnesium dalam
seledri baik untuk membantu melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri
dan membantu menormalkan penyempitan pembuluh darh arteri.
Selain itu, pthalides dapat mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan
darah (Dewi&Familia, 2012) 25 Mengkudu mengandung scopoletin yang bisa
melebarkan pembuluh darah dan penemuan ini diperkuat oleh para peneliti dari
Universitas Stanford di Amerika Serikat, Union College of London di Inggris dan
Universitas Meers di Perancis yang semuanya menyebutkan bahwa buah pace
dapat menurunkan tekanan darah (Nurrahmani, 2012).
Universitas Airlangga melakukan penelitian terhadap mentimun terbukti dapat
menurunkan tekanan darah. Kandungan air yang mencapai 90% di dalam
mentimun, serta kalium yang tinggi akan mengeluarkan garam dari tubuh
(Nurrahmani, 2012)
B. MELAKUKAN PENGKAJIAN
Pengkajian Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai
dari fase akut hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-
fungsi yang terkait secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan
fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan
serta kemampuan koping) adalah relevan.
Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting, khususnya dalam
bidang nutrisi, latihan, pencegahan cedera, penggunaan obat yang aman, pemakaian
pelayanan preventif dan berhenti merokok. Riwayat: Pada banyak kasus tidak ada
gejala dan penyakit yang muncul kebetulan selama evaluasi penyakit lain atau selama
program skrining tekanan darah yang rutin. Gejala yang menperlihatkan efek

10
hipertensi pada sistem organ. Pusing, keletihan, konfusi. Palpitasi, nyeri dada,
dispnea. Epistaksis, hematuria, penglihatan kabur. 31 2. Diagnosa Keperawatan a.
Penurunan curah jantung (NANDA, 2012),

C. MELAKUKAN ANALISA DATA

Jumlah kunjungan lansia pada bulan oktober 2020 di UPTD Puskesmas Bumi Agung
adalah : 234 orang

Analisa data

1. Hypertensi : 75 orang =32 %


2. Athritis : 53 orang = 22,6 %
3. Stroke : 11 Orang =4,7 %
4. PPOK : 10 orang = 4,2 %
5. DM : 38 orang = 16,2 %
6. Kanker :1 orang = 0,4%
7. Ispa : 46 orang = 19,6 %
8.
D. MELAKUKAN RUMUSAN MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH
Tingginya kunjungan pasien hypertensi pasien pada lansia di UPTD Puskesmas Bumi
Agung dengan persentase 32 %.

E. MEMBUAT PERENCANAAN KEBIDANAN

Periorit Perencanaan pj
as
Tujuan Rencana Kriteria Waktu Tempat Sumber Strategi
masalah
Tingginy Memberik 1.Penyuluha Pasien 1x 24 Dana Penyuluh Pj
a n pada lansia dengan sebulan posyandu BOK dan an progra
an
kunjunga tentan g penaykit JKN m
n pasien pengetahu penyakit hypertensi lansia
ht pada hypertensi
an tentang
lansia di
UPTD penyakit
Pkm
HT pem
Bumi
Agung rutin

11
Memberik 2.Pemeriksa Pasien 1x 24 Dana Pemeriks Pj
an kes pada dengan sebulan posyandu BOK dan aan progra
an
lansia di penaykit JKN berkala m
kesadaran posyandu hypertensi lansia
untuk
melakukan

3.Melakukan Pasien dan 1x 24 Dana Pemeriks Pj


kunjungan keluarga sebulan posyandu BOK dan aan progra
rumah JKN berkala m
lansia

F. PELAKSANAAN
1. Melakukan penyuluhan pada lansia tentang penyakit hypertensi
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan lansia di posyandu
3. Melakukan kunjungan rumah.

G. MELAKUKAN EVALUASI
1. Lansia yang hadir diposyandu mengerti dan memahami tentang penyakit
hypertensi
2. Kesehatan lansia di cek berkala / rutin
3. Lansia mendapat pelayanan kesehatan dengan kunjungan rumah, penyuluhan dan
Merencanakan,melaksanakan dan evaluasi program kerja posyandu lansia secara
berkesinambungan

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Asuhan kebidanan pada lansia telah dilaksanakan sesuai jadwal yang telah di
tentukan
2. Asuhan kebidanan pada lansia dilaksanakan di 24 posyandu di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Bumi Agung
3. Asuhan kebidanan pada lansia hypertensi telah dilaksanakan dengan lancar tampa
hambatan

B. SARAN
1. Bagi petugas selanjutnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
pasien lansia
2. Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang penyakit hypertensi
3. meningkatkan pelayanan berkesinambungan kepada pasien, baik yang memiliki
faktor risiko maupun yang tidak memiliki faktor risiko. Pasien yang memiliki
faktor risiko maka sebaiknya, dilakukan pemantauan dan asuhan tambahan sesuai
faktor risiko yang didapatkan..

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Adrogué H J dan Madias Nicolaos E. 2007.
2. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension.
3. NEJM; 356:1966-1978 August, Phyllis. 2007.
4. Initial Treatment of Hypertension.
5. NEJM; 348; 610-617 Braunwald, E., A. S. Fauci., D.L.,Kasper., S.L.Hauser.,
D.L.Longo., J.L.Jameson. 2001.
6. “Harrison’s Mannual of Medicine 15th edition”. USA: Mc Draw-Hill Profesional
Cunha, Maria G. 2001.
7. Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah, Kebutuhan (Suatu Kajian Literatur).
8. Disitasi dari www. atmajaya.ac.id/content asp. Diakses tanggal 2 Oktober 2009 36
Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi pada Lansia di Posyandu
LansiaUPTD PUPTD Pukesmas Bumi Agung.
9. Data Statistik Indonesia. 2010. Disitasi dari http://www.datastatistik-indonesia.com.
Diakses tanggal 2 Oktober 2009
10. Fisher, NDL dan Gordon, H William. 2005.
11. Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison’s principles of Internal Medicine
16th edition. USA: Mc Graw-Hill Profesional Kementrian Koordinator Bidang
Kesehatan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial. 2009.
12. Lansia Masa Kini dan Mendatang. www. Situs resmi kemetrian koordinator bidang
kesejajtaraan rakyat. Diakses tanggal 2 October 2009 Kiger, Alice M. 2004.
13. Teaching for Health. London: Churchill Livingstone Maulana, Heri DJ. 2009.
14. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Megarani, AM. 2007.
Pada 2025, Seperlima Penduduk Indonesia Lansia. www

14

Anda mungkin juga menyukai