Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BODY ALIGNMENT
(MENURUNKAN RESIKO PASIEN CEDERA AKIBAT JATUH)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Patient Safety
Dosen Pengampu : Ema Hikmah, S.Kp. M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 11

1. Amar Rhamadan (P27901119004)


2. Anna Febriyani (P27901119007)
3. Ervina (P27901119015)
4. Eva Novianti (P27901119016)
5. Yuli Antika (P27901119051)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN D-III KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
3 Oktober 2020
Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman............... 4
B. Keselamatan Pasien (Patient Safety)........................................... 4
C. Cedera.......................................................................................... 5
D. Pencegahan Cedera...................................................................... 7
E. Jatuh............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenga
kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari : tenaga
medis, tenaga keperawatan, tenaga paramedic non-keperawatan dan tenaga
non medis.Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua
katagori, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak
lebih lama dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain,
serta berada pada semua setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga
perawatan mempunyai peranan penting terhadap mutu pelayanan di rumah
sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak
didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga
kesehatan lainnya (Yuliana, 2013).
Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk
mendapatkan asuhan pasien yang aman melalui suatu sistem yang dapat
mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapka atau KTD. Oleh karena
itu pelaksanaan program pasien safety harus dapat diterapkan dengan baik
(Setyarini, 2010). Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk
juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety) ,
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Oleh karna itu diperlukan adanya suatu
sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien (Yuliana, 2013).
Dalam sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat
berbagai pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus
penyakit. Tiap-tiap pasien adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai

1
kelainan dan kekhasan masing-masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat
juga berbagai macam kondisi pasien yang akan berpengaruh terhadap cara
pemberian pelayanan dan perawatan yang diberikan karena kondisi pasien
yang sarat risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah pasien jatuh (
fall) (Setyarini, 2010). Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan
masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai
kematian, serta memperpanjang lama perawatan (Length of Stay/ LOS) di
rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Jatuh yan paling sering
menimbulkan trauma dan injury (AIG Consultant, 2008; dikutip Nabhani,
2011).
Kejadian pasien jatuh di rumah sakit dapat meningkatkan bahaya dan
cedera pada pasien, oleh karena itu diperlukan standar operasional prosedur
yang tepat untuk meminimalkan terjadinya cedera pada pasien dengan resiko
jatuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui
bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai resiko untuk
mengalami cedera. Cedera yang paling sering dialami oleh pasien yang
dirawat di rumah sakit adalah cedera akibat jatuh. Oleh karena itu perawat
sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien harus
melakukan pencegahan cedera yang tepat. Dari latar belakang tersebut dapat
dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
“Bagaimana pencegahan cedera dan standar operasional prosedur yang tepat
untuk pencegahan cedera pada pasien dengan resiko jatuh ?”.

2
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan nyaman.
2. Mengetahui konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety).
3. Mengetahui definisi cedera, macam-macam cedera, dan jenis cedera di
rumah sakit.
4. Mengetahui cara pencegahan cedera
5. Mengetahui standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien
dengan resiko jatuh.

3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan
kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama
hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat
berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-
betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa
kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai
ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung
jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana
merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi
juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa
yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai
individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas (Patmawati,
2008). Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit
dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.
Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
B. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah
untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya

4
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah
yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di
Indonesia. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008
yang terdiri dari dari 7 standar, yakni :
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut
menganjurkan ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’
yang terdiri dari :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan bekomunikasi dengan pasien
6. Belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

C. Cedera
1. Definisi Cedera
Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau trauma,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi

5
serta bagian lain dari tubuh (Eviani, 2012). Cedera atau luka adalah
sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka juga dapat merujuk
pada luka batin atau perasaan (Yuliana, 2013).
2. Jenis Cedera
Menurut Eviani (2012), ada beberapa macam jenis cedera, yakni :
a. Cedera tingkat I (Cedera Ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius,
namun dapat mengganggu penampilan. Misalnya : Lecet, memar,
sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat II (Cedera Sedang)
Pada cedera sedang, kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh.
Keluhan bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda
inflamasi). Misalnya : robeknya ligamen.
c. Cedera tingkat III (Cedera berat)
Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang intensive, istirahat total
dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau
hampir lengkap ligamen (sprain grade III dan IV) atau fraktur tulang.
3. Cedera di Rumah Sakit
Perawatan pada pasien rawat inap di rumah sakit sangat
membutuhkan perhatian yang lebih. Pada pasien rawat inap dimana pasien
pada ruangan tersebut membutuhkan penanganan jangka panjang yang
perlu keseriusan dari para tenaga kesehatan untuk menghindari terjadinya
kesalahan penanganan dalam praktiknya. Hal ini untuk menghindari
kesalahan medis, kesalahan medis itu sendiri adalah kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien dan kejadian yang tidak diharapkan
(KTD). KTD adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien (DepKes, 2008).

6
Cedera pada pasien dirumah sakit umumnya lebih banyak
diakibatkan oleh jatuh. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan
masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai
kematian, serta memperpanjang lama perawatan (length of stay/LOS) di
rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Kejadian pasien
jatuh di rumah sakit Inggris sebanyak 250.000/tahun dan lebih dari 1000
kasus menyebabkan patah tulang (HQIP, 2012).
D. Pencegahan Cedera
Pengetahuan tentang pengontrolan cedera sangat perlu dan dibutuhkan
dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditujukan pada komponen hal-hal
yang membahayakan kemanan yang berkontribusi pada cedera baik non fatal
maupun fatal. Istilah kecelakaan tidak begitu luas akan digunakan dalam
diskusi pencegahan cedera, karena kecelakaan diimpilikasikan pada kejadian
yang terjadi karena kehendak Tuhan atau keberuntungan yang buruk, yang
tidak dapat diduga, dan yang tidak dapat dicegah. Seperti halnya, kecelakaan,
maka cedera memiliki sesuatu cara yang harus dicegah.
Prinsip pencegahan cedera termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang
membahayakan keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan
dan mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin
mencegah cedera dari produk atau alat yang digunakan), dan penguatan pada
pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan sebagainya.
Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang
yang dapat menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatik termasuk
pengaturan yang menggunakan mesin dan peralatan dan tidak membutuhkan
tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif. Kantung udara,
pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif. Keamanan pasif
adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam pengerjaannya,
karena tidak membutuhkan penjelasan atau pendidikan kepada klien atau
individu tersebut. Salah satu risiko keamanan pasien selama berada dalam
pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan pasien jatuh ( fall) (Setyarini, .
2010

7
E. Jatuh
1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan
atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan,
dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya.
Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan
(lantai yang licin) (Yohanto, 2014).
2. Faktor Resiko Jatuh
a. Riwayat jatuh sebelumnya
b. Gangguan Kognitif
c. Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
d. Gangguan mobilitas
e. Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
f. Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi,
deformitas.
g. Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru dan diabetes
h. Masalah nutrisi
i. Medikamantosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)
3. Etiologi Jatuh
a. Ketidaksengajaan : 31%
b. Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
c. Vertigo : 13%
d. Serangan jatuh (drop attack): 10%
e. Gangguan kognitif : 4%
f. Hipotensi postural : 3%
g. Gangguan visus : 3 %
h. Tidak diketahui : 18%
4. Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh
a. Prioritas utama adalah keselamatan pasien
b. Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi

8
c. Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan
serta dalam pencegahan kejadian jatuh.
d. Pelatihan dan edukasi staf
e. Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut
5. Pencegahan dan Manajemen Jatuh
 Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
 Sediakan pencahayaan yang adekuat
 Alas kaki anti licin
 Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin
turun dari tempat tidur
 Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
 Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
 Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien
mengetaui letak dan cara penggunaannya
 Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan
gangguan kognitif
 Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat
dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
 Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
 Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
 Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk
kondisi pasien
 Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
 Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan,
tulisan atau tanda di depan kamar pasien)
 Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
 Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan
memastikan pasien hangat dan nyaman
 Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)

9
 Alarm tempat tidur
 Alarm di kursi roda
 Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse
station)
 Karpet di samping tempat tidur
 Tempat tidur rendah
 Evaluasi oleh tim interdisiplin
 Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam
terapi antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai
kepala), pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
 Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
 Musik relaksasi
 Program olahraga/ aktivitas
 Transfer ke sisi yang lebih stabil
 Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan
jatuh
 Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
 Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
 Meminimalisir gangguan/distraksi
 Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
 Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Salah satu cedera
yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah akibat jatuh.
Langkah pencegahan pasien resiko jatuh antara lain mengupayakan
untuk menganjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan,
menggunakan alas kaki anti slip, menyediakan kursi roda yang terkunci di
samping tempat tidur pasien, memastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas
dari hambatan dan terang, memastikan lorong bebas hambatan, menempatkan
alat bantu seperti walker/tongkat dalam jangkauan pasien, memasang bedside
rel, mengevaluasi kursi dan tinggi tempat tidur dan mempertimbangkan efek
puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat kesadaran,
mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman dan segera
laporkan untuk perbaikan, jangan membiarkan pasien beresiko jatuh tanpa
pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi, memastikan pasien yang
diangkut dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan
terpasang, menginformasikan dan mendidik pasien dan /atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh, berkolaborasi
dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.

11
B. Saran
Diharapkan dengan wawasan seperti ini tenaga medis maupun non
medis dapat lebih peduli terhadap keselamatan pasien yang merupakan
prioritas dalam pelayanan di rumah sakit.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-pencegahan-
cidera-dan-resiko.html

13

Anda mungkin juga menyukai