Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan

Agama Islam
dan Budi Pekerti
untuk SMK kelas XII

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
BAB 8 ( Bagian ke 2)
Menyempurnakan Hidup Melalui
Pernikahan (Munakahat)

Miswan, M.Pd
SMK N 22 Jakarta
Sumber: www.Pixabay.com/ScribblingGeek
SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

1. Ṭālaq (Perceraian)
a. Pengertian Ṭālaq dan Hukumnya b. Hukum Ṭālaq ada empat, yaitu
Ṭālaq atau perceraian adalah memutuskan sebagai berikut.
tali ikatan pernikahan. Hukum asal dari Ṭālaq 1) Wajib, apabila terjadi perselisihan yang
adalah makruh (keterangan H.R. Abu Daud). tidak bisa didamaikan dan hakim
Sabda Rasulullah saw.: memandang perlu;
2) Sunah, apabila suami tidak mampu lagi
menunaikan kewajibannya;
3) Haram, apabila istri dalam keadaan haid,
Artinya: Dari Ibnu Umar r.a. Ia berkata hamil, dan keadaan suci yang dicampuri
bahwasannya Rasulullah saw. telah saat itu;
bersabda: “Sesuatu yang halal tetapi paling
4) Makruh, yaitu Hukum asal Ṭālaq.
dibenci oleh Allah adalah Ṭālaq”.
(H.R. Abu Daud)
SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

c. Bentuk-bentuk Ṭālaq
1) Ṭālaq raj’i, yaitu Ṭālaq yang Ṭālaq tiga. Ṭālaq ini tidak dapat dirujuk
membolehkan suami kembali kepada kembali kecuali mantan istrinya sudah
mantan istrinya tanpa melakukan menikah terlebih dahulu dengan laki-laki
pernikahan baru, selama masih dalam lain, dan keduanya telah berhubungan
masa ‘iddah, seperti Ṭālaq yang kesatu dan suami istri, kemudian bercerai dan telah
Ṭālaq yang kedua. habis masa ‘iddahnya.
2) Ṭālaq ba‘in. Ṭālaq ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu Ṭālaq ba ‘in sugrā yang
merupakan Ṭālaq yang tak dapat dirujuk
kembali kecuali dengan melangsungkan
akad nikah yang baru, dan yang kedua Sumber: Dokumen
adalah Ṭālaq ba ‘in kubrā yang merupakan Penerbit

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

e. Cara menjatuhkan Ṭālaq


Ada dua cara untuk menjatuhkan Ṭālaq:
1) Dengan kata-kata yang jelas (sharih), misalnya suami berkata kepada
istrinya, “Engkau saya Ṭālaq, engkau saya ceraikan.” Maka dengan perkataan
tersebut jatuh Ṭālaqnya, sekalipun tidak disertai dengan niat.
2) Dengan kata-kata samar atau sindiran (kinayah), misalnya suami berkata:
“Pergi engkau dari sini”, atau “Pulang ke rumah orang tuamu.” dengan
perkataan serupa ini, Ṭālaq belum jatuh apabila tidak disertai dengan niat.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

f. Penyebab Terjadinya Ṭālaq


1) Li’an yaitu suami dan istri saling hendak menjauhkan dirinya dari
melaknat. Suami menuduh istri istrinya.
berzina, tetapi tidak dapat 4) Ta’lik Ṭalāq, yaitu seorang suami yang
membuktikannya dengan 4 saksi. melanggarjanjinya ketika diucapkan
2) Ẓihār secara bahasa artinya saat akad nikah, seperti tidak memberi
punggung, secara istilah seorang laki- nafkah istri 6 bulan berturut-turut, atau
Iaki yang menyamakan istrinya seperti menyakiti badan istri, sejalan dengan
ibu sendiri itu sang istri tidak ridha kemudian
3) Ila’ yaitu seorang suami yang marah mengadukan ke Pengadilan Agama,
sampai mengharamkan istrinya jatuhlah ṭalāq satu.
bergaul dengannya atau bersumpah

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

2. Khulu’
• Khulu‘ yaitu ṭalāq yang diminta oleh istri kepada
suaminya dengan memberi 'iwadh atau tebusan yang
disebabkan oleh beberapa hal tertentu. Adapun faktor-
faktor yang dapat dijadikan alasan istri untuk meminta
ṭalāq tebus (khulu') adalah suami ternyata seorang
pezina, pemabuk, penjudi, dan selalu melakukan
maksiat lainnya. Dengan demikian khulu' dapat
dilakukan jika ternyata antara suami dan istri tidak ada Sumber: Dokumen Penerbit
persesuaian hidup, dan inisiatif justru datangnya dari
pihak istri, bukan dari pihak suami.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

3. Fasakh
• Pengertian dari ṭalāq ini adalah ṭalāq yang dijatuhkan oleh hakim atas
pengaduan istri. Ṭalāq fasakh dapat dilakukan karena:
1) Adanya aib atau cacat pada salah satu pihak.
2) Suami tidak mampu memberikan nafkah (keterangan Q.S. Al-
Aḥzāb/33: 49 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 229).
3) Adanya penipuan atau pengkhianatan dari pihak suami.
4) Diketahui adanya hubungan mahram antara suami-istri (Q.S. An-
Nisā'/4: 23).

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

4. ‘Iddah
a. Pengertian dari ‘iddah adalah masa menanti bagi kaum perempuan
yang diceraikan suaminya (baik cerai hidup maupun cerai mati). Tujuan
ditetapkan ‘iddah, salah satunya adalah adanya kehamilan atau tidak.
b. Macam-macam ‘iddah:
1) Apabila sedang hamil, ‘iddahnya sampai anak Iahir. Apabila tidak
hamil, ‘iddahnya 4 bulan 1O hari. Pahami Q.S. Al-Baqarah/2: 234.
2) Perempuan yang dicerai suaminya, ‘iddahnya: Apabila sedang hamil,
‘iddahnya sampai saat Iahir. Apabila tidak hamil, ‘iddahnya tiga kali
suci (quru’). (Perhatikan Q.S. Al-Baqarah/2: 228).
3) Apabila tidak haid, 'iddahnya tiga bulan.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

c. Kewajiban suami dalam masa ‘iddah


Selama masa ‘iddah, seorang suami berkewajiban memberi nafkah
lahir, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal bagi istri yang di ṭalāq
raj'i.
2) Memberi tempat kediaman bagi sang istri yang ṭalāq tiga dan ṭalāq
tebus, jika ia tidak mengandung.
3) Memberikan nafkah, pakaian dan tempat tinggal bagi istri yang
ṭalāq tiga dan ṭalāq tebus apabila mengandung (keterangan H.R.
Ahmad dan Nasa'i, dan pahami (Q.S. Aṭ-Ṭalāq/65: 1, 6-7)

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

a. Pengertian rujū’. Maksud dari pasangan, baik istri maupun suami


rujū’ adalah kembalinya suami kepada teraniaya.
istri yang telah di ṭalāq, yaitu ṭalāq satu
atau ṭalāq dua. c. Rukun rujū’. 1) Istri disyaratkan:
Sudah pernah bercampur suami-istri.
b. Hukum rujū’. Asal hukumnya Dalam ṭalāq raj'i, Masih dalam 'iddah
“mubah" (boleh), bisa jadi sunah 2) Suami disyaratkan: Balig, berakal,
apabila maksud rujū’ untuk dan dengan kemauan sendiri (tanpa
memperbaiki hubungan antara paksaan). 3) Ṣigāt (ucapan): Ṣarīḥ
keduanya. Bisa jadi makruh apabila (terang-terangan), Kināyah (sindiran)
perceraian lebih bermanfaat bagi (keterangan surah Al-Baqarah/2: 228
kehidupan mereka, dan bisa menjadi dan Aṭ-Ṭalāq/65: 2).
haram apabila menyebabkan satu

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hal-hal yang Berkaitan dengan Pernikahan

6. Ḥaḍānah
Pengertian Ḥaḍānah adalah “mengasuh (balig). Sekalipun anak tersebut diasuh
dan memelihara anak kecil yang belum oleh ibunya dan tinggal bersamanya,
dapat mengatur dan menjaga dirinya namun nafkah belanjanya tetap menjadi
sendiri.” Persoalan Ḥaḍānah timbul tanggung jawab ayahnya (keterangan
apabila terjadi perceraian antara suami- H.R. Abu Daud dan Hakim). Syarat-
istri, sementara mereka mempunyai syarat menjadi Ḥaḍānah: Berakal sehat,
anak yang belum mumayyiz (masih kecil Merdeka, Melaksanakan ajaran agama,
dan belum balig). Keadaan seperti ini Dapat menjaga kehormatan dirinya,
menjadikan istri lebih berhak mengasuh Dapat dipercaya, Menetap bersama
anak tersebut sampai anak itu mengerti anak yang dididiknya
dan dapat mengatur dirinya sendiri

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1974

a. Dalam UU No. 1 tahun 1974 2. Pencatatan Perkawinan


pasal 2 ayat (1) ditegaskan Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat (2)
bahwa perkawinan sah apabila dinyatakan bahwa setiap perkawinan dicatat
dilakukan menurut hukum menurut peraturan perundang-undangan yang
agama masing-masing. berlaku. Kemudian dirinci agar:
Selanjutnya dijelaskan: a. Terjamin ketertiban perkawinan bagi
a. Perkawinan sah apabila masyarakat Islam Indonesia.
dilakukan menurut Hukum b. Pencatatan nikah harus dilakukan oleh
Islam. Pegawai Pencatat Nikah.
b. Perkawinan menurut Hukum c. Setiap perkawinan harus dilaksanakan di
Islam adalah akad yang sangat hadapan pengawas Pegawai Pencatat Nikah.
kuat untuk menaati perintah d. Perkawinan yang dilakukan di luar
Allah, dan pelaksanaannya pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak
merupakan ibadah. mempunyai ketentuan hukum.
SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1974
3. Tujuan dan Batasan-batasan Poligami
• Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 3 Pengadilan hanya memberi izin berpoligami apabila:
ayat (12) dinyatakan “Pada azasnya a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya
bahwa dalam suatu perkawinan sebagai istri.
seorang pria hanya boleh mempunyai
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit
seorang istri, sementara seorang
yang tidak dapat disembuhkan.
perempuan hanya boleh mempunyai
seorang suami.” c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
• Pengadilan memberi izin kepada
• Dalam mengajukan permohonan poligami,
seorang suami untuk beristri lebih dari
berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi:
satu, apabila dikehendaki oleh pihak
yang bersangkutan. Selanjutnya, pada a. Adanya persetujuan dari pihak istri.
pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa suami b. Adanya kepastian bahwa suami mampu
yang akan beristri lebih dari seorang, menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-
wajib mengajukan permohonan kepada anak mereka.
pengadilan di daerah tempat c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
tinggalnya. terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.
SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Keluarga
Berdasarkan Hukum Islam

1. Wanita dalam Islam


• Ajaran Islam menghapus seluruh bentu-
bentuk kezaliman terhadap kaum wanita,
dan mengangkat derajatnya selayaknya
seorang manusia.
• Wanita merupakan salah satu makhluk
Allah swt. Yang tentunya penciptaannya
juga mengandung hikmah, salah satunya
adalah dengan adanya wanita maka
proses berlangsungnya kehidupan
manusia akan terus berjalan sampai Sumber: Dokumen Penerbit
datangnya Hari Akhir.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Keluarga
Berdasarkan Hukum Islam
2. Hak wanita dalam keluarga
• Hak menurut bahasa adalah ketetapan dan kesesuaiannya dengan realitas,
sementara istilah adalah hal-hal yang ditetapkan dengan ketentuan syar’i dan
kecenderungan untuk menerapkannya.
• Hak-hak wanita dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Hak untuk memiliki kebebasan;
b. Hak rumah sebagai tempat privasi;
c. Hak untuk mengemukakan pendapat;
d. Hak untuk menuntut ilmu;
e. Hak terkait kepemilikan harta;
f. Hak dalam pernikahan;
g. Hak dalam berwasiat.
SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Keluarga
Berdasarkan Hukum Islam

3. Kedudukan Wanita dalam Keluarga


Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisā’/4: 32 sebagai berikut.

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi Iaki-Iaki ada bagian
dari apa yang mereka usahakan. Dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa
yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisā’/4: 32)

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Keluarga
Berdasarkan Hukum Islam
• Seorang suami/ayah adalah
seorang pemimpin. Dia
bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya, sementara seorang
istri/ibu adalah seorang pemimpin
di rumah suaminya. Dengan
demikian, kedudukan wanita
sebagai ibu dalam keluarga
memiliki peran yang sangat
penting, karena hanya wanita yang
mengandung dan melahirkan,
sehingga berlangsungnya generasi Sumber: Dokumen Penerbit

Islami masa depan akan tetap ada.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Keluarga
Berdasarkan Hukum Islam

• Seorang istri mampu memberikan inspirasi kepada suami dengan kontribusinya, melalui:

a. Ketaatan sebagai bentuk bakti istri terhadap d. Cara bagaimana seorang istri dalam
suami, sepanjang ketaatan tersebut tidak menjaga harta benda suaminya, menjaga
bertentangan dengan syari'at. rahasia-rahasianya, memperhatikan sanak
b. Ikhlas dan bersyukur atas pemberian suami, saudaranya.
meski sedikit. Dikabulkan segala e. Memberikan semangat dan motivasi kepada
keinginannya, sesuai syar'i dengan penuh suami, agar tidak mudah putus asa dalam
rasa hormat. Jika terpaksa menolak, memperjuangkan kebenaran, akibatnya
dilakukan dengan cara yang santun. suami lebih tabah, ulet, sabar, kuat dalam
c. Pelayanan seorang istri kepada suami, menghadapi Iika-Iiku kehidupan.
mengatur makanannya dan waktunya, f. Menjaga penampilan diri, dengan menjaga
menjaga ketenangan dan istirahatnya. kecantikan lahir batin, merawat keindahan
fisik maupun psikis.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Ikhtisar

• Pernikahan adalah akad yang menghalalkan antara laki-laki dan perempuan


yang bukan mahram, yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Pernikahan bertujuan agar tercapai ketenteraman, memperoleh keturunan
yang sah, memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang halal, benar, dan
sah sesuai syariat serta terwujudnya keluarga bahagia.
• Rukun nikah terdiri atas: calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali
mempelai perempuan, saksi, akad.
• Ṭalāq adalah memutuskan tali ikatan pernikahan.
• ‘Iddah adalah masa menuggu bagi setiap wanita yang bercerai dari suaminya,
baik cerai mati atau cerai hidup.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL
Ikhtisar

• Rujū’ adalah kembalinya suami kepada istri yang telah diceraikannya.


• Hak wanita dalam keluarga adalah hak mutlak yang dimiliki seorang wanita,
yaitu memiliki kebebasan, rumah sebagai tempat pribadi, mengemukakan
pendapat, menuntut ilmu, kepemilikan harta, wasiat, dan hak dalam
pernikahan.
• Kedudukan wanita dalam keluarga tergantung dari peran yang disandangnya,
terkadang sebagai ibu dan terkadang sebagai istri yang tentunya peran
tersebut sangat membantu terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah,
dan waraḥmah.

SMKN 22 JAKARTA
Miswan, M.Pd Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti KELAS XII SEMESTER GANJIL

Anda mungkin juga menyukai