, ITB 2009
BAB 15
Komplesi, Workover dan Stimulasi
15.1. Komplesi
Sesudah sumur dibor maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penyempurnaan sumur (komplesi) agar fluida dari dasar sumur dapat mengalir ke
permukaan.
Jenis komplesi sumur ini bermacam-macam pilihannya tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya adalah :
□ biaya
□ diperlukannya well stimulation
□ beberapa masalah produksi khusus, seperti sand control atau artificial lift
□ jenis pendorong reservoir
□ Lokasi batas gas-minyak dan air-minyak
□ kemungkinan dilaksanakannya secondary recovery dimasa yang akan datang
Metoda well completion terbagi atas dua bagian utama yaitu bottom hole
completion dan tubing completion. Bottom hole completion dapat dilakukan secara
uncased hole completion (tanpa penahan) atau secara cased hole completion
(dengan penahan) yang diperforasi. Pada tubing completion diusahakan agar
mampu mengangkat fluida yang telah berada dalam lubang sumur ke permukaan
dengan semaksimal mungkin.
15.1.1. Bottom Hole Completion
Pada metoda ini terbagi atas dua macam yaitu open hole completion dan
perforated casing completion. Open hole completion merupakan metoda yang
paling sederhana, dimana casing hanya dipasang sampai puncak formasi
produktif, sehingga formasi produktif tidak tertutup secara mekanis.
Metoda ini hanya cocok untuk formasi yang kompak (tidak mudah gugur).
Pada metoda perforated casing completion, casing produksi dipasang menembus
formasi produktif dan disemen yang selanjutnya diperforasi pada interval-interval
yang diinginkan. Dengan adanya casing produksi tersebut maka formasi yang
mudah gugur dapat ditahan, Gambar 15.1.
1. Single Completion
Dalam metoda single completion digunakan satu production string, dimana
sumur hanya memiliki satu lapisan/zone produktif atau banyak lapisan tetapi
diproduksi secara bergantian masing-masing zona. Single completion dapat
dilakukan secara open hole bila formasinya cukup kompak, dan dilakukan
secara perforated jika formasinya kurang kompak dan diselingi lapisan-
lapisan tipis dari air atau gas, Gambar 15.2.
oleh screen. Pada penggunaan screen liner ada beberapa macam type yang
biasa digunakan, terdiri dari :
a. Slotted screen liner, yaitu screen liner dengan lubang berupa celah vertikal
atau horizontal
b. Wire wrapped screen liner, yaitu merupakan pipa saringan berbentuk
anyaman
c. Prepacked sand screen liner, yaitu berupa saringan dengan dua pipa yang
diantaranya diisi gravel pack
Keuntungan :
□ formation damage selama pemboran yang melewati zone produktif dapat
dikurangi karena tidak dilakukan penyemenan
□ intepretasi log tidak kritis
□ pembersihan lubang dapat dihindari
□ pengurangan biaya karena tidak dilakukan perforasi
Kelemahan :
□ sukar mengontrol terproduksinya air dan gas
□ fluida mengalir ke lubang bor tidak dengan diameter penuh
□ stimulasi/treatment tidak dapat dilakukan secara efektif
□ rig time bertambah dengan digunakannya cable tools
□ tidak mudah menambah kedalaman
15.2. Workover
Well service operation adalah pekerjaan rutin yang harus dilakukan selama
sumur berproduksi, yang berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan
produktivitas sumur, sedangkan workover adalah pekerjaan perbaikan yang
dikatagorikan cukup berat.
15.2.1. Perawatan Perbaikan Produksi Sumur
Terdapat beberapa perbaikan sumur yang mendasar, yang biasanya
dilakukan oleh service company, yang bertujuan untuk memperbaiki atau
□ Peralatan Swabbing
Telescopic Portable Mast, dapat diangkat dengan posisi vertikal dengan
bantuan wireline, tetapi umumnya dengan hidrolik ram, serta dapat
dipertinggi sampai batas maksimum dalam beberapa menit. Biasanya,
operasi swabbing tidak menggunakan unit yang didukung wireline untuk
menegakkannya, tetapi dengan jenis screwtype atau hydraulicjack untuk
memperoleh kestabilan diatas wellhead.
□ Swabbing Line, terbuat dari fiber core dan anyaman kawat baja berkwalitas.
Kekuatannya bervariasi tergantung dari diameternya. Jenis yang digunakan
tergantung dari type fluida yang akan diswab serta beban gesekan yang akan
diderita oleh line tersebut.
□ Hoisting Drum, tempat penyimpanan, penarikan serta menahan beban yang
diderita oleh wireline. Hoisting drum mempunyai kapasitas dari 10.000
sampai 000 wireline.
□ Oil Saver, adalah peralatan hidrolik yang terletak di atas lubricator. Oil saver
memperkecil bocornya fluida di sekitar wireline, memperkecil kemungkinan
tersemburnya fluida ke sekitar lingkungan sumur.
□ Lubricator, tabung kontainer yang ditempatkan di atas master valve, atau
shut-off valve pada wellhead. Peralatan ini juga berfungsi sebagai pengatur
tekanan pada saat operasi swabbing berlangsung.
□ Level Winder, alat untuk mengatur gulungan kawat (wireline), guna
mencegah kemungkinan gulungan kawat menjadi kusut.
□ Swabbing Assembly, peralatan swabbing yang diturunkan ke dasar sumur
terdiri dari empat komponen, yaitu :
□ Wire Rope Socket, alat yang digunakan untuk menyambung antara peralatan
swabbing dengan wireline
□ Sinker Bar, biasanya 1 1/2" diameter heavy metal bar dengan panjang sekitar
20’. Peralatan ini diletakkan di atas unit swabbing sebagai pemberat,
sehingga wireline mudah diturunkan dan tidak akan kusut selama berada di
dalam sumur
□ Set of Jar, tabung kosong yang bekerja secara hidrolis guna menghadapi
bahaya stuck
□ Swabbing Unit, piston-like object yang terdiri dari cup dan valve yang
tersusun dalam mandrel. Pada saat diturunkan ke dalam fluid valve akan
terbuka, sehingga swabbing unit dapat mencapai dasar sumur. Pada saat
ditarik valve akan tertutup, sehingga fluida yang terdapat pada cup akan
terperangkap dan terangkat ke permukaan.
15.2.3. Sand Control
Penurunan produktivitas sumur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
□ kondisi reservoir
□ kondisi produksi
□ proses penyumbatan pada tubing
□ lubang bor dan perforasinya
□ kerusakan mekanis
Plugging/penyumbatan pada tubing, lubang bor dan perforasinya dapat
disebabkan oleh :
□ pasir
□ partikel-partikel formasi termasuk batuannya
□ partikel-partikel lumpur
□ endapan parafin
□ aspalt scale
□ collapse pada tubing/casing.
Terproduksinya pasir dalam sumur dapat menimbulkan bermacam-macam
masalah, diantaranya yaitu :
□ Kerusakan peralatan dan fasilitas produksi
□ Peyumbatan aliran fluida produksi dalam pipa alir
□ Masalah-masalah lain yang sangat mengganggu produktivitas sumur
c. Squeeze gravel pack ke dalam lubang perforasi, digunakan water wet gravel
jika digunakan oil placement fluid.
d. Produksikan sumur dengan segera setelah packing, aliran produksi dimulai
dengan laju produksi rendah kemudian dilanjutkan dengan kenaikan laju
produksi sedikit demi sedikit.
e. Metoda ini merupakan metoda pengontrolan pasir yang paling sederhana
dan paling tua umurnya. Pada prinsipnya, adalah gravel yang ditempatkan
pada annulus antara screen/sloted dengan casing/lubang bor, dimaksudkan
agar dapat menahan pasir formasi.
2. Sand Consolidation
Sand consolidation dengan menggunakan material plastik. Pemilihan metoda
ini cocok untuk zone produksi yang pendek. Cara pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
a. Clean fluid secara uniform
b. Menginjeksikan material plastik ke zone produktif
c. Membersihkan pasir yang kotor dengan HF acid-mutual solvent Merupakan
teknik dengan menginjeksikan resin ke dalam formasi, dimana resin tersebut
diharapkan mengikat butir pasir, sehingga berfungsi sebagai material
penyemen.
□ Pada awal pembentukkan scale, yaitu merupakan kristal yang sangat kecil.
Scale inhibitor tersebut akan melapisi kristal dan mencegah pertumbuhan
kristal lebih lanjut.
□ Scale inhibitor mencegah kristal scale mengendap di dinding tubing, pipa
salur, perforasi dan sebagainya.
Berdasarkan mekanisme pencegahan scale tersebut, maka dua hal pokok
yang harus dilakukan, yaitu :
1. Scale inhibitor harus ditempatkan di daerah “up-stream” dari sistem aliran
2. Scale inhibitor harus berada di dalam fluida sumur secara terus menerus. Hal
ini dapat dilakukan dengan menginjeksikan secara kontinyu atau ditempatkan
di dalam fluida produksi sumur.
15.2.4.3. Paraffin Removal
Secara umum metoda untuk membersihkan endapan paraffin dapat
dikategorikan sebagai berikut, :
a. Secara Mekanik
b. Secara Kimia (Pelarutan Paraffin)
c. Secara Panas (Pelelehan Paraffin)
Secara Mekanik
Metoda mekanik seperti scrapper, pisau, hook: yang dikombinasikan dengan
peralatan lain yang digunakan untuk membersihkan endapan paraffin,
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dalam pembersihan paraffin
disekitar lubang bor.
Secara Kimia
Penggunaan larutan kimia untuk membersihkan paraffin mejadi sangat
terkenal. Tetapi beberapa larutan tidak dapat digunakan di Indonesia.
Carbon Disulfides (CS2), adalah pelarut paraffin yang baik, akan tetapi
mempunyai titik nyala yang sangat rendah dan uapnya sangat beracun,
sehingga sangat berbahaya dilakukan di lapangan.
Carbon Tetraclorida (CCl4), adalah salah satu pelarut parafin yang baik,
namun adanya organik-klorida dalam larutan dalam ppm (part permillion) sangat
merusak refinery catalist. Biasanya minyak mentah akan ditolak jika terdeteksi
mengandung organic klorida.
Secara Pemanasan
Salah satu teknik pembersihan endapan paraffin yang terkenal adalah
dengan melelehkan parafin dengan minyak panas (hot oil).
Metoda ini sangat sederhana yaitu dengan mengalirkan minyak mentah
melalui alat penukar panas dan memompakannya ke dalam sumur dengan
temperatur lebih dari 150oC (300oF). Biasanya sudah cukup untuk melelehkan
paraffin di dalam tubing, yang kemudian diproduksikan kembali bersama de-
ngan minyak. Kelemahannya adalah selama minyak panas disirkulasikan, fluida
tersebut mengandung kandungan paraffin dengan konsentrasi yang tinggi,
mungkin ada yang bocor dan masuk ke zone produktif dan mendingin
membentuk endapan paraffin di formasi.
Apabila kejadian tersebut terjadi, hal ini memerlukan proses perendaman
menggunakan pelarut paraffin yang baik untuk membersihakn paraffin dan
mendorong keluar dari batuan formasi.
Penggunaan uap sangat sukses dalam menghadapi masalah paraffin
disejumlah lapangan. Berbagai metoda telah dikembangkan untuk menghadapi
beberapa kondisi yang ditemui di lapangan. Semua metoda pada dasarnya
mentransmisikan panas ke minyak dan paraffin di dalam tubing sehingga
melelehkan paraffin yang kemudian dialirkan bersama minyak.
Pemanasan dengan uap digunakan untuk memanaskan formasi dan
membersihkan paraffin dari muka formasi (sand face). Tetapi kegagalannya,
dapat menutup zone produksi sama seperti yang dialami jika menggunakan
minyak panas.
15.2.5. Perubahan Zone Produksi
Dengan berjalannya waktu produksi sumur maka formasi/reservoir akan
mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi ini dapat disebabkan oleh
karena tidak tepatnya desain peralatan atau formasi tersebut cadangannya
sudah habis.
Apabila cadangan suatu formasi sudah berkurang, maka perlu melakukan
perubahan zone produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metoda,
656 Komplesi,Workover dan
Stimulasi
Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009
1. Plugging Back
Plugging back adalah prosedur umum yang dilakukan untuk menutup zone
produksi yang paling terbawah, sehingga tidak terjadi proses aliran antar zone
atau merupakan persiapan untuk melakukan side tracking, Gambar 15.6.
2. Drilling Deeper
Drilling deeper adalah prosedur workover yang biasa dilakukan untuk
membor formasi yang mungkin mengandung minyak yang berada dibawah zone
produksi terbawah sumur tersebut. Prosedurnya biasa memerlukan operasi
squeezing dari lubang perforasi yang ada. Operasi pemboran dilakukan untuk
mencapai zone berikutnya dan selanjutnya pemasangan peralatan komplesi
yang baru, Gambar 15.7.
15.2.7. Isolasi
Penutupan (plugging back) sumur merupakan prosedur yang umum
dilakukan untuk menyekat atau mengisolasi zone produksi terbawah Gambar
15.11. Mengapa dilakukan plugging back ?.
15.3. Stimulasi
Stimulasi adalah proses perbaikan formasi disekitar lubang sumur untuk
meningkatkan kemampuan produksi suatu sumur. Stimulasi dapat berupa :
1. Acidizing
2. Acidizing-Fracturing
3. Hydraulic Fracturing
Tujuan dari stimulasi adalah untuk meningkatkan productivity dengan
meningkatkan permeabilitas sumur, baik dengan menghilangkan scale disekitar
rekah-rekahan atau memperpanjang rekahan disekitar lubang bor.
15.3.1. Acidizing
Asam yang sering digunakan dalam proses acidizing adalah :
1. HCl
Terutama untuk formasi karbonat, konsentrasi asam yang digunakan
biasanya adalah 15 % berat larutan HCl dalam air. Keburukan HCl adalah
sangat korosif. Korosi yang tinggi dan sulit untuk dikontrol pada temperatur
250oF. Juga lempengan aluminium atau chromium sering ditemukan dan
merusak pompa.
2. HCl - HF
Campuran asam ini digunakan untuk formasi sand stone. Dalam industri
kimia, HF merupakan bahan murni dalam bentuk anhydrat dengan konsentrasi
40-70 % larutan. Karakteristik korosi dari campuran asam ini dapat dibandingkan
dengan asam yang hanya terdiri dari asam HCl, tetapi pada campuran asam
ditemukan penghambat korosi yang lebih baik.
3. Asam Acetic
Kebaikan dari asam organik secara umum adalah korosi yang lebih rendah
dan lebih sedikit hambatan pada temperatur tinggi. Umumnya asam acetic
digunakan pada konsentrasi 10 % berat larutan dalam air.
4. Asam Formic
Asam formic lebih kecil berat melekulnya, lebih mudah daya larut batuannya
dan lebih kuat asamnya dibandingkan dengan asam acetic. Dapat digunakan
pada temperatur tinggi sekitar 400 oF. Keburukan dari asam ini yaitu sulit
mencegah korosinya. Walaupun lebih korosif dari asam acetic, tetapi lebih
rendah derajat korosinya dibandingkan dengan HCl.
5. Acetic-HCl dan Formic-HCl
664 Komplesi,Workover dan
Stimulasi
Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009
DAFTAR PUSTAKA