Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils atau
volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun,
bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri
yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat
diproduksi di Indonesia (Manurung, 2010). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang
bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah
berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia. Industri pengolahan minyak atsiri
di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar
unit pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan
umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas (Gunawan, 2009).
Minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan. Penyulingan adalah
suatu proses pemisahan komponen-komponen dari minyak nilam atau bahan lainnya
berdasarkan perbedaan titik uap dari dua jenis atau lebih komponen. Selama proses
penyulingan, campuran uap air dan uap minyak atsiri akan menetes terus menerus
hingga tetesan minyak terakhir (Guenther, 2007). Penyulingan sistem uap (steam
distillation) merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan minyak
nilam. Prinsip kerja dari penyulingan uap adalah dengan cara memanaskan air hingga
menjadi uap dan mengalirkannya kedalam ketel suling untuk mengekstrak minyak dari
bahan bakunya tanpa bahan tersebut terendam dalam air.
Kadar patchouli alkohol (PA) merupakan salah satu parameter yang menentukan
mutu minyak nilam. Standar internasional untuk mutu terbaik minyak nilam adalah
dengan kadar patchouli alkohol minimal 38 % (Essential Oil Association of USA,
1975), dan 31 % (SNI 06-2385-2006). Minyak nilam yang diproduksi di Indonesia
kadar patchouli alkoholnya masih rendah yaitu < 30%. Hal ini disebabkan antara lain
karena penanganan pasca panen bahan sebelum disuling belum baik, proses
penyulingan belum optimal (masih dilakukan dengan peralatan dan cara sederhana,
waktu penyulingan yang singkat) dan pengaruh daerah asal bahan baku. Hal ini akan
mengakibatkan rendahnya harga dan tidak memenuhi permintaan pasar
Nilam Aceh merupakan nilam terbaik kedua di dunia yang dapat menghasilkan
minyak nilam dengan kandungan Patchouli Alcohol (PA) 30%. Kabupaten Aceh Utara
dan Kota Lhokseumawe merupakan kabupaten kota di Provinsi Aceh yang masih sangat
mengandalkan sektor pertanian pangan dan perkebunan. Sektor pertanian memiliki
potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian masyarakat Lhokseumawe-
Aceh utara. Dari semua kecamatan yang ada di wilayah Lhokseumawe-Aceh Utara,
Kecamatan Cot Girek merupakan kecamatan yang sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai wiraswasta dan petani, desa kilometer VIII kecamatan simpang
keramat Aceh Utara merupakan salah satu desa penghasil minyak nilam dengan
2

kapasitas 1 ton/tahun. Bahan baku tanaman nilam berasal dari kebun masyarakat yang
dijual kepabrik penyulingan. Dalam pengelolahannya pabrik tersebut masih
menggunakan proses yang konvensional sehingga produk minyak nilam yang dihasilkan
masih mengandung konsentrasi Patchouli Alcohol yang rendah.
Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan sebuah solusi dalam proses
pengolahan bahan baku hingga menjadi produk yang dipandang tepat untuk dapat
menjembatani permasalahan tersebut yaitu dengan penambahan suatu alat distilasi
diakhir proses produksi, yakni untuk neningkatkan konsentrasi dari Patchouli Alcohol
yang terkadung dalam minyak yang dihasilkan. Dengan demikian, maka harga jualdari
minyak ilam dapat lebih tinggi dari harga yang sebelumnya.

1.2. Perumusan Maslah


Rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui program ini pada dasarnya
tidak lepas dari ruang lingkup permasalahan berikut :
1. Bagaimana memberikan pemahaman kepada pengelolah pabrik penyulingan
pentingnya meningkatkan kualitas produk minyak nilam yang dihasilkan
2. Bagaimana menciptakan produk minyak nilam dengan konsentrasi yang
tinggi
3. Bagaimana melaksanakan pemasangan alat distilasi pada pabrik penyulingan
minyak nilam

1.3. Kuantitatif Potret, Profil dan Kondisi Khalayak Sasaran


Masyarakat yang tinggal di Desa Kilometer VIII Simpang Keramat, Aceh Utara,
Aceh rata-rata memiliki kebun tanaman nilam yang nantinya tanaman nilam yang telah
di panen dikeringkan sebelum dijual ke pabrik. Harga jual tanaman nilam kering ke
pabrik sebesar Rp. 8.000/kg, pabrik penyulingan minyak nilam di kelolah oleh salah
satu masyarakat yang bekerjasama langsung dengan perangkat desa. Sasaran kegiatan
ini adalah pengelolah pabrik penyulingan minyak nilam yang masih memproduksi
minyak nilam dengan proses konvensional. Dimana setelah proses penyulingan minyak
langsung dipisahkan dari air dan kemudia minyak langsung di jual tanpa meningkatkan
konsentrasinya.

1.4. Manfaat
Adapun Manfaat dari PKM-M ini adalah:
1. Dapat memberikan pemahaman kepada pengelolah pabrik akan pentingnya
meningkatkan kualitas produk minyak nilam yang dihasilkan
2. Dapat menciptakan produk minyak nilam dengan konsentrasi yang tinggi
3. Dapat melatih pemasangan alat distilasi pada pabrik penyulingan minyak
nilam
1.5. Luaran
Luaran hasil program ini adalah pemasangan alat distilasi pada akhir proses
penyulingan yang dapat menghasilkan konsentrasi minyak nilam yang tinggi pada
3

pabrik penyulingan minyak nilam di Desa Kilometer VIII, Simpang Keramat, Aceh
Utara, Aceh .

BAB 2
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Indonesia memiliki tiga jenis tanaman nilam yang dapat dibedakan melalui
karakter morfologi, kandungan atau kualitas minyak dan ketahanan terhadap cekaman
biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam tersebut adalah Pogostemon cablin Benth (Nilam
Aceh), Pogostemon hortensis Packer (Nilam Jawa), dan Pogostemon heyneanus Benth
(Nilam Sabun). Desa kilometer VIII simpang keramat aceh utara secara geografis
merupakan salah satu wilayah penghasil minyak nilam dari tiga wilayah di indonesia.
Minyak nilam yang diproduksi di Indonesia kadar patchouli alkoholnya masih rendah
yaitu < 30%. Hal ini disebabkan antara lain karena penanganan pasca panen bahan
sebelum disuling belum baik, proses penyulingan belum optimal (masih dilakukan
dengan peralatan dan cara sederhana, waktu penyulingan yang singkat) dan pengaruh
daerah asal bahan baku. Pabrik penyulingan minyak nilam di desa kilometer VIII dalam
pengolahan masih menggunakan proses yang sederhana atau konvensional.

Gambar 1.
Lokasi Pabrik Penyulingan Minyak Nilam

Gambar 2. Peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan


4

Gambar diatas adalah lokasi tempat pelaksanaan kegiatan pemasangan alat


distilasi. Dimana dalam pelaksanaannya mahasiswa dan pengolah pabrik penyulingan
minyak nilam langsung terjun ke lapangan, namun sebelum itu masing-masing dari
mahasiswa dan pegolah pabrik telah mengetahui tahapan dan langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam pemasangan alat distilasi. Lokasi tersebut memiliki kondisi yang
cukup memadai untuk aksen jalan, listrik dan sumber air yang nantinya menjadi bagian
penting dalam proses pelaksanaan kegitan tersebut.

BAB 3. METODE PELAKSANAAN


Metode pengembangan yang akan dilaksanakan merupakan sebuah rangkaian
tahapan yang disusun secara sistematis, berikut adalah gambaran flow chart yang akan
berjalan :

Izin Pelaksanaan Observasi Lapangan Penetapan Lokasi Sasaran

Penyusunan Tahapan dan Sosialisasi Tahapan dan


Pelaksanaan Kegiatan
Langkah Kerja Langkah Kerja

Laporan Akhir

Dari flow chart di atas dapat didefinisikan sebagai berikut :


1. Penetapan Lokasi Sasaran di desa kilometer VIII simpang keramat aceh utara
2. Melakukan pengamatan terhadap lokasi pabrik yang berada di desa kilometer
VIII simpang keramat aceh utara yang telah ditetapkan
3. Izin pelaksanaan kegiatan kepada pihak yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan di daerah tersebut yaitu kepada perangkat desa dan pengolah pabrik
4. Penyusunan tahapan dan langkah kerja yang akan dilakukan dari awal sampai
selesai pemasangan alat distilasi serta pembelian dan persiapan peralatan yang
dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut.
5. Sosialisasi tahapan dan langkah kerja kepada perangkat desa dan pengolah
pabrik
6. Pelaksanaan kegiatan pemasangan alat distilasi
7. Laporan akhir

Kegiatan ini berlangsung selama tiga bulan, meliputi penetapan lokasi pada
bulan pertama di minggu pertama, pengurusan izin pelaksanaan pada bulan pertama di
minggu ke dua dan melakukan pemasangan alat distilasi dimulai pada bulan kedua
minggu kedua. Proses pemasangan alat distilasi yang akan dilakukan pertama adalah
pengolah pabrik akan diberitahukan tahapan dan langkah kerja yang akan dilakukann.
Yang kedua, mahasiswa menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pemasangan alat
5

distilasi. Yang ketiga mulai pemasangan alat distilasi dan yang terakhir adalah
pembuatan laporan akhir.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya

Tabal 1. Ringkasan Anggaran Biaya PKM-M


No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)
1 Peralatan penunjang 7.260.000
2 Bahan habis pakai 1.092.000
3 Perjalanan 900.000
4 Lain-lain 1.620.000
Jumlah 10.872.000

4.2. Jadwal Kegiatan

Tabel 2. Jadwal Kegiatan PKM-M


Bulan Bulan Bulan
No Kegiatan
ke-1 ke-2 ke-3
1 Penetapan Lokasi Sasaran
2 Observasi Lapangan
3 Izin Pelaksanaan
4 Penyusunan Tahapan dan Langkah Kerja
5 Sosialisasi Tahapan dan Langkah Kerja
6 Pelaksanaan Kegiatan
7 Pengontrolan
8 Laporan Akhir

Anda mungkin juga menyukai