Bagas Pratama LP & Askep
Bagas Pratama LP & Askep
X DENGAN
MASALAH PENYAKIT DIARE
Di Susun oleh :
NIM : 40220004
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DIARE
A. DEFINISI DIARE
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare
dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Menurut Kemenkes RI (2014) Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-
tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya. Diare
adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih
dari satu bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
B. KLASIFIKASI DIARE
Menurut Kemenkes RI (2014) jenis-jenis diare adalah sebagai berikut:
1. Diare Akut Cair, adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 7 hari.
2. Diare bermasalah, terdiri dari diare berdarah, kolera, diare berkepanjangan
(prolonged diarrhea), diare persisten/kronik dan diare dengan malnutrisi.
3. Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir dalam tinja
dan dapat disertai dengan adanya tenesmus.
4. Kolera, yaitu diare terus menerus, cair seperti air cucian, tanpa sakit perut,
disertai muntah dan mual diawal penyakit.
5. Diare berkepanjangan (prolonged diarrhea), yaitu diare yang berlangsung
lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari. Penyebab diare berkepanjangan
berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini kita tidak lagi memikirkan
infeksi virus melainkan infeksi bakteri, parasit, malabsorpsi, dan beberapa
penyebab lain dari diare persisten.
6. Diare persisten/diare kronik, adalah diare dengan atau tanpa disertai darah,
dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. Bila sudah terbukti disebabkan
oleh infeksi disebut sebagai diare persisten.
C. ETIOLOGI DIARE
Menurut Kemenkes RI (2014) beberapa faktor pada penjamu dapat
meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti:
Shigella dan V cholerae.
2. Kurang gizi beratnya Penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
3. Campak, diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
4. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Automune Deficiensy
Syndrome) pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung lama.
5. Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55 %)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Kemenkes
RI,2014).
D. MANIFESTASI KLINIS DIARE
Menurut Widoyono (2011) beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
1. Gejala Umum
a.Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
c.Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,
bahkan gelisah.
2. Gejala Spesifik
a.Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah (Widoyono, 2011).
E. PATOFISIOLOGI DIARE
Gastroenteritis akut (diare) adalah masuknya virus (rotavirus, adenovirus,
enteritis), bakteri atau toksin (salmonella.E. colli), dan parasit (Biardia,
Lambia).Beberapa microorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-
sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin penyebab dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.Penularan gastroenteritis
bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya.Beberapa kasus ditemui
penyebaran phatogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmoyik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hipeperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat dari diare abut maupun kronis akan terjadi: kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam-basa (asidosis metabolit, hipokalemia), gangguan gizi sebagai akibat
masukan makanan kurang dan pengeluaran yang bertambah, hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
F. PENATALAKSANAAN DIARE
Prinsip penatalaksanaan diare menurut kemenkes RI (2014) antara lain dengan
dehidrasi, nutrisi, medikamentosa.
1. Dehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah
hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak
atau golongan umur.
2. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor
yang mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24
jam pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuaikebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
3.Medikamentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti
diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, apium,
adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, antyi muntah termasuk promatazin.
G. KOMPLIKASI DIARE
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai hal berikut.
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input) secara mendadak sehingga terjadi syock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan
asidosis metabolic.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis).
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolic
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan kalori protein (KKP).Hal
ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diarbsorbsi dengan baik karena
adanya hiperplastik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIARE
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksan tinja meliputi pemeriksaan Makroskopis dan mikroskopis, Ph dan
kadar gula dalam tinja, biakan dan resistensi feses (colok dubur). Pada
pemeriksaan feses berat feses>300 gram/24 jam untuk mengkonfirmasi adanya
diare. Perhatikan bentuk tinja, apakah setengah cair, cair, berlemak atau
bercampur darah.Diare seperti air dapat terjadi akibatkelainan pada semua
tingkat sistem pencernaan terutama usus halus.Adanya mekanan yang tidak
tercerna merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dan
dinding usus halus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus. Diare yang
bervolume banyak dan berbau busuk menunjukan adanya infeksi dan dapat
dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
2. Pemeriksan darah.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksan darah tepi (Hb, Ht, leukosit,
diftel), kadar elektrolit serum, analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda
gangguan keseimbangan asam basa (perafasan kusmaul). Diare yang disebabkan
virus memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis.Apabila
diare disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa memiliki
leukosistosis.Eosinofil meningkat pada alergi makanan atau infeksi
parasit.Kadar B12 rendah menunjukan pertumbuhan bakteri berlebihan dalam
usus halus.Kadar albumin rendah menunjukan tanda kehilangan protein dari
peradangan di ileum, jejunum, kolon dan pada sindrom malabsorpsi.Jika ada
kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi HIV dalam darah penting dilakukan
(mustakin, 2011).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein didalam tubuh yang
dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaranureum ke
dalam urin terhambat seingga kadarnya akan meningkat didalam darah.
Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin darah tergantung pada jenis
kelamin, besar otot, dan faal ginjal .
Berat nya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin
(creatinine clearance clearance test/CCT). Pemeriksaan CCT ini memerlukan
urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila pengumpulan urin ini tidak berlangsung
denganbaik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini,
penilaian faal ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahn pengumpulan urin 24 jam. Cystatin adalah zat
degan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua sel nti di dalam tubuh
yang tidak d pengaruhi oleh proses rada atau kerusakan jaringan. Zat tersebut
akan dikeluarkan ginjal. Olh karena itu, kadar cystatin dipakai sebagi indikator
yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K, kalsium dan pospat
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya
menahan air di dalam tubuh.Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot,
saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion
bikarbonat.Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak.Delapan puluh
– sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu,
pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan
anion utama didalam cairan ekstraseluler. Zat tersebut mempunyai fungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur
keseimbangan asam-basa. Kalsium (Ca) terutama didapatkan di dalam
tulang.Lima puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah
yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di
dalam darah yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca. Oleh karena itu,
untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein
total, albumin dan ion Ca. Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. P
berada didalam darah dalam bentuk fosfat. Delapan puluh – delapan puluh lima
persen kadar fosfat di dalam badan, terikat dengan Ca yang terdapat pada gigi
dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme
Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal sedangkan
kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan
pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D,
menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.
I. PENCEGAHAN DIARE
Menurut Widoyono (2011) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi
kesehatan antara lain:
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air besih adalah “3 tidak” yaitu tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan
dan sesudah buang air besar (BAB)
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. Membuang tinja bayi dam anak dengan benar (Widoyono, 2011)
J. WOC DIARE
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
I. IDENTITAS
Identitas anak Identitas Orang Tua
Nama : An. cht Nama ayah / ibu : Tn. J/ Ny. B
Tanggal lahir : 09 juni 2017 Pekerjaan ayah / ibu : SMA
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan ayah / ibu : SMA
Diagnosa medis : Diare Agama : islam
Sumber informasi : Orangtua Suku / bangsa : javanese/Indonesia
Alamat : jl. Beverlyhills amsterdam no. 19
Lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan rumah baik dan kounitas baik
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Penampilan umum :
Fontanela : Anterior : Posterior :
Palatum : Bibir :
Warna kulit :
Ekstremitas :
Genitalia :
Kelainan yang lain : ...........................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada : Normal Tidak normal, jenis : ………
Pola nafas : Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-
lain : .............................................................................
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Stridor Ronchi
Lain-lain :
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Bentuk dada :
Silinder Funnel chest Pigeon chest
V. B2 (BLOOD)
Irama jantung : Reguler Ireguler
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
Bunyi jantung : Normal Gallop Murmur Lain-lain :
CRT : < 3 dtk > 3 dtk
Akral : Hangat Dingin Kering Basah
Merah Pucat
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik :6 Total : 15
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam Moro
Patella Triseps Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky Kernig Lain-lain :
Istirahat / tidur : 12 jam/hari Gangguan tidur : Tidak Ada
Kebiasaan sebelum tidur :
Minum susu Cerita/dongeng Mainan
Penglihatan (mata):
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain :
Strabismus
Sclera/konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-
lain : ...............................................................................
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran : Ya Tidak
Jelaskan : ................................................................................
Penciuman (hidung):
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan :
Gangguan penciuman : Ya Tidak Jelaskan :
Lain-lain: ...........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan : Bersih Kotor
Urin : Jumlah : 550 cc/hari Warna : kuning keruh Bau : amoniax
Alat bantu (kateter, dll) : Tidak Ada
Kandung kemih : Normal
Membesar : Ya Tidak
Nyeri tekan : Ya Tidak
Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, jelaskan :
Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia Lain-lain :
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan :........................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan : Baik Menurun Frekuensi : 1-2 x/hari
Mual Muntah
(Warna : Konsistensi : Jumlah : )
Porsi makan : Habis Tidak habis Keterangan :
Minum : Jumlah : 500 cc/hr Jenis : air putih dan susu
Mulut dan tenggorokan :
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan/nyeri tekan
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Lain-lain : ................................................................
IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot :
4 4
4 4
X. ENDOKRIN
Tyroid : Membesar : Ya Tidak
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Luka Gangren : Ya Tidak
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi : Senang Sedih Menangis Cemas Marah
Diam Takut Lain-lain :
Hubungan dengan keluarga : Akrab Kurang akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : Anak tidak bisa main bersama orangtua dan temannya
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : Membuat orangtua cemas terhadap penyakit yang diderita anak
Masalah keperawatan : .......................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Ranitidine 3×1
Ondan 3×1
As. Tranex 3×1
Oralit 3×1 (oral)
Ringer Laktat 500cc/ 6 jam/ 30 tpm
............................................................................................................
2. Hipovolemia ditandai dengan turgor kulit menurun, mukosa bibir kering, suhu tubuh
meningkat.
3. Hipertermia ditandai dengan dehidrasi, suhu tubuh diatas nilai normal dan kulit terasa
hangat.
……….. , ………….…
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : An. C
Dx Medis : Diare
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
2. 01/10/ Observasi S:
2020
Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (dipsnea) Keluarga pasien mengatakan
Memonitor status oksigenasi (saturasi) anaknya sudah mau minum
Memonitor intake dan output cairan tetapi hanya sedikit
Teraupetik O:
3. 01/10/ Observasi S:
2020
Memonitor suhu tubuh Keluarga pasien mengatakan
Mengidentifikasi penyebap hipertermia demam pasien mulai berkurang
Memonitor kadar elektrolit
O:
Teraupetik
K /u : cukup, GCS: 4,5,6, td :
Memberikan cairan oral 90/60 Mmhg, SB : 37,9℃,
Melonggarkan atau lepaskan pakaian RR : 38 x/m, ND : 90x/m
Memberikan oksigen Terapi obat :
Oralit 50cc/hari
Edukasi RL 500cc/ 6 jam/ 30 tpm
Menganjurkan tirah baring A : masalah belum teratasi
Kolabirasi P : lanjutkan intervensi
Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
DAFTAR PUSTAKA