Anda di halaman 1dari 14

Nama : Hanny Nur’Aini

Nim : 1920201060
Kelas : PGMI 02
Mata Kuliah : Metodologi Pembelajaran PAI MI
Dosen Pembimbing : Miftahul Husni, M.Pd.I

Teori Perkembangan Kognitif Dan Ruang Lingkupnya

Kognitif berasal dari kata cognition persamaannya knowing yang berarti


mengetahui. Kognitif dalam artian luas ialah perolehan, penataan dan
penggunaan perolehan. Selanjutnya kognitif juga bisa diartikan dengan
kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk
mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa
yang terjadi di lingkungan sekitarnya, serta keterampilan menggunakan daya
ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.

Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan


sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi
berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris. Kemampuan kognitif
adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Menurut Gagne,
dalam Jamaris, kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam
pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif
ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-
syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh
dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.

Pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya pengertian


kognitif adalah kemampuan berfikir yang melibatkan pengetahuan yang
berfokus penalaran dan pemecahan masalah menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang bersifat rasional atau
melibatkan akal.
1. Perkembangan Kognitif

1
a. Pengertian Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dibagi menjadi


dalam 4 tahapan:
1) Sensorimotor usia 0 – 2 tahun
2) Praoperasional usia 2 – 7 tahun
3) Concrete Operational usia 7 – 11 tahun
4) Formal Opertional usia remaja – dewasa

Perkembangan kognitif menurut Vygotsky dipengaruhi oleh dua tataran


yaitu; (1) tataran sosial merupakan tempat orang-orang membentuk lingkungan
sosialnya, dan (2) tataran psikologis merupakan ada di dalam orang-orang yang
bersangkutan. Adapun proses mental juga dibagi menjadi dua yaitu;

a. Elementary
b. Higher
Perkembangan kognitif melalui internalisasi yang bersifat transformatif,
yaitu memunculkan perkembangan yang tidak sekedar.
Berupa transfer atau pengalihan dari lingkungan. Vigotsky
mengungkapkan bahwasannya berinteraksi dengan orang dewasa atau
kolaborasi dengan anak yang lebih besar usianya lebih bermanfaat dibanding
dengan anak sebaya. Karena anak akan berkembang kognitifnya apabila
dibimbing oleh orang yang lebih dewasa, biasanya disebut dengan membangun
scaffolding.
Wilayah perpindahan keterampilan dari lingkungan kedalam dirinya
disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD merupakan wilayah
potensial dan sensitif bagi terjadinya perkembangan kognitif melalui belajar
secara bimbingan.

b. Fase-Fase Perkembangan Kognitif

Aspek perkembangan kognitif anak dalam Permendikbud meliputi:

2
1) Belajar memecahkan masalah, mencakup kemampuan
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara fleksibel dalam konteks yang baru.
2) Berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klarifikasi, pola,
berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat.
3) Berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal,
menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan,
mengenalhuruf, serta mampu mempresentasikan berbagai
benda dan imajinasinya berbentuk gambar.

Perkembangan anak usia dini dibagi menjadi beberapa fase


menurut lingkup perkembangan anak. Namun pada penelitian ini fokus
pada anak usia 4-5 tahun berikut merupakan fase-fase perkembangan
kognitif anak yang telah ditetapkan dalam STTPA Permendikbud
Nomor 137 Tahun 2014. Lingkup perkembangan kognitif dibagi
menjadi 3 yaitu yang
1) belajar dan memecahkan masalah, mengenal berdasarkan fungsi,
menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik,
mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari,
megetahui konsep banyak dan sedikit, mengkreasikan sesuatu
sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai
pemecah masalah, mengamati benda dan gejala dengan rasa ingi
tahu, mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu,
memahami posisi / kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkup
sosial.

2) Berpikir logis, yaitu mengklarifikasikan benda, berdasarkan


fungsi, bentuk, warna atau ukuran, mengenal gejala sebab akibat
yang terkait dengan dirinya, mengklarifikasikan benda ke dalam
kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok
yang berpasangan dengan 2 variasi, mengenal pola (misal, AB-
AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya, dan mengurutkan

3
benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna. (3) berpikir
simbolik yaitu membilang banyak benda satu sampai sepuluh,
mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan dan
mengenal lambang huruf.

Kesimpulan dari fase-fase tersebut, bahwasanya STTPA Permendikbud


Nomor 137 Tahun 2014 dapat dijadikan acuan perkembangan kognitif anak
oleh guru, orang tua maupun suatu lembaga.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Apabila perkembangan kognitif terganggu maka secara


langsung juga mempengaruhi kemampuan konitifnya. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain 12 :

1) Faktor Hereditas/Keturunan
2) Faktor Lingkungan
3) Faktor Kematangan
4) Faktor Pembentukan
5) Faktor Minat dan Bakat
6) Faktor Kebebasan

Faktor kematanganlah yang menjadi faktor utama yang dapat


mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Karena berkaitan dengan fisik
serta psikis seseorang. Selain itu faktor lingkungan merupakan pengalaman
dalam hal ini.

2. Perkembangan Berpikir Logis Anak Usia 4-5 Tahun


a. Pengertian Berpikir Logis Anak Usia Dini
Berpikir logis adalah mengenal berbagai perbedaan, klasifikasi,
pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat yang terjabar
dalam kompetensi dasar mengenal benda-benda disekitarnya (nama,
warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri
lainnya) dan menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda

4
disekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat,
suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya.
Menurut Albrecht mendefinisikan berfikir logis dengan
mengatakan “Logical Thinking is the process in which one uses
reasoning consistently to come to a conclusion.” Berfikir logis
merupakan sebuah proses yang menggunakan ketetapan dalam
memberikan alasan untuk mendatangkan sebuah kesimpulan. Lebih jauh
lagi dijelaskan bahwa masalah atau situasi yang terkait dengan berfikir
logis disebut sebagai struktur atau sistem, untuk hubungan antara fakta
dan untuk serangkaian alasan dalam membuat pengertian.
Uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir logis
anak usia dini merupakan pemikiran yang berhubungan dengan sebab
akibat, gagasan ataupun ide, fakta dan kesimpulan untuk serangkaian
alasan dalam membuat pengertian.

b. Cara Meningkatkan Berpikir Logis Anak Usia Dini

Adapun cara meningkatkan berpikir logis anak usia dini dapat


diterapkan berbagai metode, antara lain:
1. Metode Bermain
2. Metode Bercerita
3. Metode Eksperimen
4. Metode Pemberian Tugas
5. Metode Demonstrasi

Teori Perkembangan Efektif dan Ruang Lingkupnya


A. Perkembangan Afektif
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta
didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman
guru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan
belajarnya. Aspek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran,
terutama ketika siswa bekerja berkelompok.

5
1. Pengertian Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh
manusia. Emosi adalah perasaan-perasaan yang menjadi lebih mendalam,
lebih luas dan lebih terarah (Sarlito, 1982:59). Berbagai macam emosi
contohnya: gambira, cinta, marah, takut, cemas dan benci. Pengertian lain dari
emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik
antara lain berupa:
a) Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.
b) Peredaran darah menjadi bertambah cepat apabila sedang marah.
c) Denyut jantung bertambah cepat apabila merasa terkejut.
d) Bernapas panjang dan kaku apabila merasa kecewa.
e) Pupil mata membesar apabila sedang marah.
f) Liur mengering kaku saat merasa takut dan tegang.
g) Bulu roma berdiri kaku saat merasa takut.
h) Mengalami gangguan pencernaan atau diare saat merasa tegang.
i) Otot akan menegang atau bergetar (tremora) apabila dalam kondisi
tegang atau ketakutan.
j) Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2. Karakteristik Perkembangan Emosi
a. Cinta atau kasih sayang
b. Gembira
c. Kemarahan dan permusuhan
d. Ketakutan dan kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian
perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa
ketakutannya
1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta
pengaruhnya Terhadap Tingkah Laku

6
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya.
Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan
masalah benar dan salah dalam masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai
perbuatan yang sesuai dengan norma benar salah. Sikap adalah kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek tersebut atau kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal.
Sikap mendasari tingkah laku seseorang.
Dengan demikian keterkaitan semuanya dapat disimpulkan bahwa, nilai-
nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral,
baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya
terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai yang dimaksud.
2. Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya remaja sangat memerlukan
kelompok sosial yang dapat menerima dia sebagaimana adanya, corak dan
kehidupan kelompok remaja akan dapat merubah perilaku remaja seperti pola dan
perilakunya. Michel meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus
dilakukan oleh remaja:
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif, sehingga remaja lebih berani
mengambil keputusan.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa
penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan
emosi.
Ada tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg:
Tingkat I; Prakonvensional,
Tingkat II: Konvensional

7
Tingkat III: Pasca-Konvensional

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap


Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai
hidup tertentu ternyata faktor lingkungan memegang peranan penting, terutama
unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh
seseorang.
Bagi anak-anak usia 12 dan 16 tahun, gambaran-gambaran ideal yang
diidentifikasi adalah orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-
orang terkenal, dan hal-hal yang ideal yang diciptakan sendiri. Teori
perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa
sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan
dan hal-hal yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap
perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak (Singgih
G.1990:202). Dalam perkembangan moral, Kohlberg menyatakan adanya tahap-
tahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang
dikemukakan bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada
proses penalaran yang didasarinya. Moral sifatnya penalaran menurut Kohlberg,
perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut
tahap-tahap perkembangan Piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
4. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap
Terdapat perbedaan-perbedaan individual dalam pemahaman nilai-nilai,
dan moral sebagai pendukung sikap dan perilaku untuk mencapai perkembangan
nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan. Berbeda umur maka
akan berbeda pula pemahamannya tentang pengertian nilai, moral dan sikap.
5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral dan Sikap Remaja serta Implikasinya
dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja:
1. Menciptakan komunikasi
2. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi

8
Teori Perkembangan Psikomotori Dan Ruang Lingkupnya
Anak adalah individu yang unik dan anak memerlukan perhatian khusus
untuk optimalisasi tumbuh kembang. Peran seorang orang tua terutama ibu
penting dalam menentukan perkembangan anak, sehingga. ibu harus memiliki
pengetahun tentang perkembangan anak. Anak memerlukan perhatian khusus
untuk optimalisasi tumbuh kembang anak. Perkembangan berarti bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsiyang lebih kompleks. Salah satu aspek dari aspek
perkembangan adalah perkembangan psikomotorik karena merupakan awal dari
kecerdasan dan emosi sosialnya. Perkembangan psikomotorik adalah
perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah
dan fungsiotot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan
daridalam diri seseorang.
Perilaku psikomotorik memerlukan koordinasi fungsional antara
neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif,
dan konatif). Loree (1970 : 75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku
psikomotorik utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu
pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan
memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini
merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti
yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).
Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat
biologis. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek,
yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh.
Perkembangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-
prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
2. Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan
perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi

9
psikis (kognitif, afektif dan konatit). Dua prinsip perkembangan utama yang
tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan
itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang
kasar dan global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik
tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Karakteristik Perkembangan Fisik
a. Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan
mulai mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang
semakin baik, pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara
proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang
dengan baik, dan ketahanan tubuh bertambah.
b. Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol
terdapat pada perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ
seksual. Ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan
yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan
sekunder serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa
pubertas).
c. Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan
kemampuan fisik menjadi sangat bervariasi seiring dengan
pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proporsional
memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa
pertumbuhan mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.
2. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a. Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal
misalnya dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa
bantuan, dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka bisa
mengontrol tindakan mereka. Untuk perkembangan berikutnya
mereka bisa makan, mandi, berpakaian sendiri, membantu orang lain,
menulis, menggambar dan lain-lain.
b. Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan

10
keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan
ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan
psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan
daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki
lebih tinggi dari perempuan karena perkembangan psikomotorik pada
perempuan akan terhenti setelah mengalami menstruasi.
c. Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak
dari seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal
penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang
teratur dan terprogram, keterampilan psikomotorik akan dapat
ditingkatkan dan dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi
dapat berjalan dengan baik.
Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan Wanita
1. Perkembangan pada Pria
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih
lama saat praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot
lebih besar, berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak
dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih
baik, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu
kurang rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang menantang
(olahraga berat, climbing, dll).
2. Perkembangan pada Wanita
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi
lebih cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot
lebih kecil, berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak
lemak dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari
rendah, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu
lebih rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang sederhana
(olahraga ringan, menari, dll).

11
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta
didik dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan
emosional, jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan,
gizi, dan status sosial ekonomi).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta
didik dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang
tua, gangguan emosional, perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot,
perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan faktor
eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).
Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat
dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat
membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan
efisien.
1. Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang
untuk melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap
lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia
perbuat. Masa bermain anak merupakan masa mereka berlatih dan
mempelajari segala hal. Metode pendidikan yang cocok adalah belajar
sambil bermain dengan menggunakan permainan yang menantang dan
menarik bagi anak-anak serta mampu memicu munculnya kreatifitas anak.
Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang
digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan
penggalian kasus atau peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik
sebagai realitas kehidupan.
2. Implikasi Pendidikan pada Remaja

12
Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan
mengkaitkan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu. Terjadi
proses asimilasi yakni penggabungan info baru dalam pengetahuan
yang ada. Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek
pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut untuk
terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan melakukan
pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep
yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal.
Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih
matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai
kemandirian emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.
3. Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan situasi secara realistis,
mampu menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki
kemandirian (autonomi), dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial
dan memiliki pandangan hidup. Masa awal dewasa individu
termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan social dan
membentuk relasi. Ketidakmampuan melakukan hubungan sosial
menjadikan individu merasa terisolasi dan frustasi. Kita sudah
dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh
atas segala keberhasilan dan kegagalan kita. Orientasi pendidikan lebih
ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus pada materi
generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi
ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang
dilakukan. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu
mengambil kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa
muncul keinginan membantu generasi muda mengembangkan dan
mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas/bangkit.
Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan
mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.

13
Perkembangan fisik pada anak-anak ditandai dengan
berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar
usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4
tahun anak hampir menguasai cara berjalan cara berjalan orang dewasa.
Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan
dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-
pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan
sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi.
Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara
akurat, seperti menyeimbangkan badan di atas satu kaki, menangkap bola
dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya.
Pemantauan perkembangan psikomotor anak penting untuk
mengetahui penyimpangan secara dini sehingga upaya keterlambatan
perkembangan, upaya stimulasi upaya penyembuhan serta pemulihan
dalam pelayanan kesehatan anak dapat dilakukan secara dini pula dan
tidak ada kejadian yang tidak di inginkan oleh kita.

14

Anda mungkin juga menyukai