Anda di halaman 1dari 4

Kontribusi Hukum Adat Dalam Mendukung Perkembangan Hukum

Laut di Indonesia

NAMA : BURHANI SULTON

NPT : 19.16.114039..124

TINGKAT :2C

Tanggal/ Waktu : Rabu, 19 November 2020 / 14 : 00


Kontribusi Hukum Adat Dalam Mendukung Perkembangan Hukum
Laut di Indonesia

Pengelolaan sumber daya kelautan dilakukan melalui sebuah kerangka hukum untuk
memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat sebagai Negara kepulauan
yang berciri nusantara.
Kebijakan pembangunan harus terintegrasi dengan tetap berbasis pada masyarakat adat
yang mempunyai hukum adat, sebagai bagian dari sistem hukum nasional yang patut diakui
eksistensinya.
Peraturan perundang-undangan nasional pada umumnya mengakui keberadaan
masyarakat hukum adat dan peran hukum adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Hak
masyarakat hukum adat mendapat jaminan dari Konstitusi Indonesia. Tidak hanya itu,
masyarakat hukum adat berkedudukan sebagai subjek hukum yang berarti menjadi penyandang
hak dan kewajiban. Salah satu hak tradisional dan merupakan pula hak bawaan yang penting
adalah hak ulayat. Hak ini merupakan ekspresi kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya
alam.
Prinsip-prinsip yang disebutkan dalam TAP MPR IX/2001 harus menjadi rujukan bagi
kebijakan pembaruan agraria maupun pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Artinya,
seluruh peraturan perundang-undangan termasuk yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya kelautan harus mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat hukum adat dan hukum
adatnya.
Belum terdapat aturan bidang pengelolaan sumber daya kelautan yang secara spesifik
mengatur partisipasi masyarakat khususnya masyarakat hukum adat. Dalam mengelola sumber
daya kelautan, partisipasi masyarakat hukum adat dapat membantu pemerintah dalam
melaksanakan perencanaan, pemanfaatan serta pengawasan terhadap pelaksanaan. Partisipatif
(Pelibatan Pemangku Kepentingan dan Pemangku Hak). Partisipasi publik pada dasarnya
merupakan hal yang krusial dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi tidak saja
merupakan hak bagi publik, namun proses pembentukan peraturan yang transparan dan
partisipatif akan memastikan pengambil kebijakan mendapatkan seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan peraturan yang baru. Untuk itu, dalam proses
evaluasi dan analisis perlu dilakukan konsultasi publik dan dibukanya ruang bagi publik untuk
mendapatkan masukan secara tertulis.
Jaminan terhadap keberadaan ruang untuk menjalankan hukum adat termasuk kearifan
lokal dalam pengelolaan sumber daya kelautan belum ada.

Kesimpulan
 Pengelolaan sumber daya kelautan dilakukan melalui sebuah kerangka hukum
untuk
memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat sebagai
Negara kepulauan yang berciri nusantara
 Kebijakan pembangunan harus terintegrasi dengan tetap berbasis pada masyarakat
adat yang mempunyai hukum adat, sebagai bagian dari sistem hukum nasional
yang patut diakui eksistensinya.
 Peraturan perundang-undangan nasional pada umumnya mengakui keberadaan
masyarakat hukum adat dan peran hukum adat dalam pengelolaan sumber daya
alam. Hak masyarakat hukum adat mendapat jaminan dari Konstitusi Indonesia.
Tidak hanya itu, masyarakat hukum adat berkedudukan sebagai subjek hukum
yang berarti menjadi penyandang hak dan kewajiban. Salah satu hak tradisional
dan merupakan pula hak bawaan yang penting adalah hak ulayat. Hak ini
merupakan ekspresi kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
 Prinsip-prinsip yang disebutkan dalam TAP MPR IX/2001 harus menjadi rujukan
bagi kebijakan pembaruan agraria maupun pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia. Artinya, seluruh peraturan perundang-undangan termasuk yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya kelautan harus mengakui dan
menghormati hakhak masyarakat hukum adat dan hukum adatnya
 Belum terdapat aturan bidang pengelolaan sumber daya kelautan yang secara
spesifik mengatur partisipasi masyarakat khususnya masyarakat hukum adat.
Dalam 51 mengelola sumber daya kelautan, partisipasi masyarakat hukum adat
dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan perencanaan, pemanfaatan serta
pengawasan terhadap pelaksanaan. Partisipatif (Pelibatan Pemangku Kepentingan
dan Pemangku Hak). Partisipasi publik pada dasarnya merupakan hal yang krusial
dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi tidak saja merupakan hak bagi
publik, namun proses pembentukan peraturan yang transparan dan partisipatif
akan memastikan pengambil kebijakan mendapatkan seluruh informasi yang
dibutuhkan
untuk keberhasilan pelaksanaan peraturan yang baru. Untuk itu, dalam proses
evaluasi dan analisis perlu dilakukan konsultasi publik dan dibukanya ruang bagi
publik untuk mendapatkan masukan secara tertulis.
 Jaminan terhadap keberadaan ruang untuk menjalankan hukum adat termasuk
kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya kelautan belum ada

Anda mungkin juga menyukai