PENGADMINISTRASIAN TES
Pengadministrasian tes adalah pelaksanaan tes yang dimulai dari proses penyuntingan naskah
tes sampai dengan proses mengerjakan tes
Dalam penyusunan perangkat tes yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan dua hal
utama, yaitu :
Suatu naskah tes terdiri atas beberapa butir soal. Dalam penyusunan butir soal haruslah
mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes dapat mengerahkan
kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut sehingga dapat menjadi suatu
perangkat tes. Maka yang menjadi pertimbangan utama dalam penyuntingan tes adalah
peserta tes. Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyutingan naskah tes, yaitu:
Dalam proses penggandaan tes haruslah dapat menjamin kerahasiaan naskah tes, sehingga
tidak akan mengganggu konsentrasi peserta tes dalam melaksanakan tes. Penggandaan tes
sebaiknya terpisah antara lembaran tes dan lembaran jawaban. Di bawah ini beberapa
petunjuk dalam penggandaan tes, diantaranya:
1) Antar butir tes harus cukup tersedia ruangan, sehingga tidak terkesan saling berdesak-
desakan.
2) Angka dan huruf yang disediakan di depan alternatif jawaban harus sama dengan yang
digunakan pada lembar jawaban.
3) Untuk jenis tes menjodohkan, kedua kolom yang berisi tes/alternatif jawaban haruslah
terletak dalam satu halaman yang sama.
4) Butir tes yang menggunakan wacana harus terletak dalam satu halaman yang sama.
5) Semua wacana, grafik, diagram atau gambar yang digunakan sebagai landasan butir tes
harus jelas.
6) Jika naskah digandakan dalam jumlah yang banyak, maka setiap naskah tes harus sama
jelasnya.
3. Pelaksanaan Tes
a. Open Books
Dalam melaksanakan tes hasil belajar, seorang pengajar memiliki hak penuh untuk
menentukan apakah para peserta tes boleh melihat buku/catatan dan menggunakan berbagai
alat belajar seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya. Cara pelaksanaan tes seperti ini
disebut Open Books.
1) Para siswa tidak terlalu tegang dalam menghadapi atau mengerjakan soal.
2) Para siswa lebih cenderung mengerjakan tesnya sendiri daripada harus menyontek
kepada temannya.
3) Para siswa akan lebih rajin dalam membuat catatan karena mereka akan sadar dengan
kebutuhan catatan tersebut.
4) Kekurangan pelaksanaan tes Open Books, diantaranya:
5) Para siswa mungkin saja akan malas membaca buku/catatan.
6) Mereka yang jarang membaca buku akan kehabisan waktu ujian membolak-balik
lembaran buku untuk mendapatkan jawaban.
7) Para siswa cenderung akan malas berpikir
b. Close Books
Close Books adalah pelaksanaan tes yang merupakan kebalikan dari Open Books, dimana
peserta tes tidak diperbolehkan untuk melihat buku atau catatan dan menggunakan alat belajar
seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya.
c. Tes di Umumkan
Pelaksanaan tes dan hasil dari pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan memberi
pengumuman. Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes di Umumkan.
d. Tes di Rahasiakan
e. Tes Tertulis
Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara tertulis kepada
peserta tes, dan peserta tes memberikan jawaban secara tertulis pula. Pelaksanaan tes seperti
ini, disebut pelaksanaan Tes Tertulis.
Kelebihan pelaksanaan Tes Tertulis, yaitu:
f. Tes Lisan
Tes Lisan adalah kebalikan dari pelaksanaan Tes Tertulis, dimana dalam pelaksanaan tesnya
pengajar memberikan pertanyaan atau soal secara langsung( tidak tertulis) kepada peserta tes,
dan peserta tes memberikan jawaban secara langsung pula.
1) Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih cermat dan dapat dilakukan
“probing” sehingga penguji mampu mengetahui secara pasti dimana posisi hasil belajar
peserta didik yang bersangkutan.
2) Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes tertulis yang telah diuraikan diatas
dapat dipantau secara langsung oleh tenaga pendidik yang menguji.
3) Melalui tes lisan dapat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif.
4) Siswa dapat mengungkapkan argumentasinya secara lebih bebas.
5) Kekurangan pelaksanaan Tes Lisan, diantaranya:
6) Tidak ekonomis.
7) Jika yang melaksanakan tes hanyalah satu orang, maka akan terjadi subjektifitas yang
sukar dikontrol.
8) Bagi peserta tes yang gagap karena karena merasa tegang akan dirugikan dengan cara
ini.
9) Memungkinkan tenaga pendidik “main hakim sendiri”
Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan lenih menekankan kepada tindakan peserta tes.
Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes Tindakan atau Tes Praktek.
4. Pemberian Skor
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen
menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam
instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
a. Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban,
kunci scoring dan pedoman konversi.
d. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan realibilitas
soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.
Ada dua cara untuk memberikan skor pada bentuk tes objektif, yaitu:
Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui
tingkat kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor
maksimal 1 (satu). Apabila peserta menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah
maka diberikan skor 0.
Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.
5. Pengolahan Skor
Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara
yang dapat ditempuh yaitu :
a. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada
kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal
dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan
istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau
kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala,
misalnya: skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai
huruf A, B, C, D dan E. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala sembilan dimana
rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas
(standard eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai
standar z), dan T score (nilai standar T).
Cara Memberi Skor Skala Sikap dan minat belajar siswa, yaitu: guru dapat menggunakan
alat penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima
skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk
pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala,
seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak
Berminat (TB).
Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor, guru dapat menggunakan tes tindakan
melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrumen yang dapat digunakan
adalah skala penilaian yang terentang dari Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2),
sampai dengan Tidak Baik.
a. Petunjuk Umum
Petunjuk-petunjuk berikut harus diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengadministrasian
tes:
I. Dalam memberikan tes jangan sampai menyimpang dan prosedur yang telah digariskan
dalam manual ini. Penyimpangan sedikit saja dapat mempengaruhi nilai ilmiah tes itu.
II. Usahakanlah untuk memegang teguh pada kata-kata dan/atau kalimat-kalirnat yang
sudah dicantumkan dalam petunjuk-petunjuk khusus dan setiap tes. Petunjuk-petunjuk
itu menuntun secara jelas apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dikatakan oleh
pemberi tes (tester) kepada yang mengerjakan tes (testee). Petunjuk-petunjuk yang
harus dikatakan itu dicetak dalam huruf besar dan harus diberikan secara verbatim (kata
demi kata, kalimat demi kalimat, apa adanya).
III. Pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh testee selama mereka menerima penjelasan
tentang contoh-contoh soal atau soal-soal latihan harus dijawab dengan pedoman
sebagai berikut:1)Jika pertanyaan-pertanyaan itu berhubungan dengan penjelasan
sesuai jawaban soal, maka petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan itu harus
dibaca kembali, jangan diubah, ditambah dan/atau dikurangi.2) Jika pertanyaan itu
berhubungan dengan detail-detail dan prosedur, misalnya dimana jawaban-jawaban itu
harus dimasukkan maka hal itu dapat dijawab secara langsung. Tegaskan kepada
mereka bahwa tidak akan ada jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam itu,
setelah mereka mulai mengerjakan tes.
IV. Disamping memegang teguh pada petunjuk-petunjuk khusus, maka harus dicegah
adanya gangguan-gangguan perasaan atau kesehatan, misalnya perasaan: takut, tegang,
tertekan, bingung dan sebagainya pada testee. Hal itu dapat dicapai dengan jalan
menyelenggarakan kegiatan itu sebagai kegatan sekolah yang wajar dan bukan sebagai
kejadian yang istimewa atau khusus.
V. Jagalah, jangan sampai testee melihat soal-soal tes sebelum waktu mengerjakan tiba.
Usahakan sunguh-sungguh jangan sampai testee saling dapat melihat atau mencontek
satu dengan lainnya selama mereka mengerjakan tes.
VI. Pakailah stopwatch atau petunjuk waktu lainnya asalkan ada petunjuk/jarum detik. Jika
bukan stopwatch yang dipakai catatlah dengan teliti waktu mulai dan berakhirnya tes
sekaligus. Batas waktu (time limit) untuk setiap bagian tes harus ditepati dengan teliti
dan sungguh-sungguh.
VII. Untuk menulis jawaban tes yaitu dengan cara memberi tanda silang (X), dengan
menggunakan pensil, ball-point atau pulpen. Cadangan untuk alat-alat tulis itu Iebih baik
disiapkan bila sewaktu-waktu diperlukan.
b. Petunjuk Khusus
Langkah-Iangkah pemberian tes berikut ini harus dilaksanakan secara hierarkis oleh pemberi
tes (tester). Adapun Iangkah-Iangkahnya adalãh sebagal berikut:
Meneliti macam dan jumlah bahan-bahan testing yang diterima yaitu: buku tes, lembar
jawaban, berita acara testing. Terutama buku tes, jumlah yang dibagikan harus benar-benar
diperhatikan.
Langkah III: Membentuk rapport (hubungan baik) dan memberi motivasi murid
Jelaskan kepada mereka darimana Saudara berasal dan apa tujuan Saudara memberikan tes.
Di dalam membentuk rapport dan memberi motivasi ini hendaknya situasi dibuat sesantai
mungkin agar murid dalam mengerjakan tes tidak terlalu tegang.
Jelaskah kepada murid-murid bahwa untuk mengerjakan tes disediakan lembar jawaban
tersendiri di samping buku tesnya. Untuk itu perlihatkan kepada siswa, mana yang buku tes dan
mana yang Iembar jawabannya.
Katakan kepada siswa bahwa buku tes harus tetap bersih, tidak boleh di coret-coret
dalam bentuk apapun. Tegaskan kepada mereka bahwa semua jawaban harus ditulis atau
diberikan dalam lembar yang telah disediakan dan sesual dengan nomor soalnya. Selanjutnya
(apabila murid-nurid telah jelas dengan cara mengerjakan tes) katakan kepada mereka lembar
jawaban dan buku tes akan dibagikan. Terlebih dahulu yang diberikan adalah lembar jawaban.
Apabila murid telah menerima lembar jawaban, tuntunlah mereka untuk menuliskan identitas
pribadinya (Namanya, jenis kelaminnya, dsb. Sebagaimana yang tercantum dalam lembar
jawaban).
Langkah V: Pemberi tes (tester) harus tahu pasti, bahwa murid-murid mengerti dan
mengindahkan perintah itu. Buku tes harus diletakkan terbalik sehingga mereka tidak dapat
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA