Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF


PADA LANSIA”

Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik

Dosen Mata Ajar : Ns. Veri, S.Kep., M.Kep


Disusun Oleh Kelompok 5(7C) :

Erik Syehabudin
Kharina Afifah Alfriyani
Resta Baruna
Resti Tri Anzani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT ,bahwa penulis


telah menyelesaikan tugas mata kuliah Kep. Gerontik. Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen dan rekan rekan siswa/i
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Tangerang, 11 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian..................................................................................3
B. Tujuan keperawatan paliatuf.....................................................3
C. Ciri / Tanda klien lanjut usia menjelang ajal............................4
D. Tanda – tanda kematian............................................................4
E. Pengaruh kematian terhadap keluargalansia.............................4
F. Pemenuhan kebutuhan klien menjelang ajal.............................5
G. Tahap – tahap kematian............................................................7
H. Hak – hak pasien menjelang ajal...............................................9
I. Asuhan keperawatan dalam menghadapi kematian..................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok
yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih
dari 70 tahun.

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai
kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,
harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di
usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga
kesehatan
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju
ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang menyertai proses
menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai dengan
perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya.
Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu ajal)

1
dalam prediksi secara medis sering diartikan penderita tidak lama
lagi meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami
kecemasan menghadapi kematian.
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup
maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan
paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang
akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh
dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada
harapan untuk sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien
lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang
disebut “stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah
tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis
pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal,
kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
2. Ciri / Tanda klien lanjut usia menjelang ajal
3. Tahap – tahap kematian
4. Hak – hak pasien menjelang ajal
5. Asuhan keperawatan dalam menghadapi kematian

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat memahami Pengertian menjelang ajal
2. Mahasiswa dapat memahami Ciri / Tanda klien lanjut usia
menjelang ajal
3. Mahasiswa dapat memahami Tahap – tahap kematian
4. Mahasiswa dapat memahami Hak – hak pasien menjelang ajal
5. Mahasiswa dapat memahami Asuhan keperawatan dalam
menghadapi kematian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengertian paliatif adalah tindakan aktif guna meringankan
beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang
dimaksud dengan tindakan aktif yaitu mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain, serta memperbaiki aspek
psikologis, sosial, dan spiritual
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan
proses menuju akhir.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien
lanjut usia tidak dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Pengertian kematian/ mati adalah apa bila seseorang tidak lagi
teraba denyut nadinya, tudak bernafas selama beberapa menit, dan
tidak menunjukkan beberapa reflek, serta tidak ada kegiatan otak.
Penyebab kematian:
1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
b. Penyakit kronis, misalnya:
1) CVD (cerebrovascular diseases)
2) CRF (chronic renal failure (gagal ginjal))
3) Diabetes militus (ganggua)
4) MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) )
5) COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
2. Kecelakaan (hematoma epidural)
B. Tujuan perawatan paliatif
1. Mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lansia) dan keluarganya.
2. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lansia yang
menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah di
diagnosa oleh dokter bahwa lansia tersebut menderita penyakit
yang tidak ada harapan untuk sembuh (co/kanker)

3
C. Ciri / Tanda klien lanjut usia menjelang kematian
1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur.
Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan
ujung kaki.
2. Gerak peristaltic usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan
ujung hidungnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh
adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat
dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).
(Keperawatan. Gerontik & geriatrik, H. wahjudi Nugroho, B.
Sc.,SKM 2008).

D. Tanda – Tanda Kematian


1. Pupil mata membesar atau melebar dan tidak berubah.
2. Hilangnya semua reflek dan ketiadaaan kegiatan otak yang tampak
jelas dalam hasil pemeriksaan EEG dalam 24 jam.

E. Pengaruh kematian terhadap keluarga lansia:


1. Bersikap kritis terhadap cara perawatan
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang ajal
4. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan yang bersangkutan tidak
dapat mengatasi rasa sedih
5. Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
6. Keluarga menolak diagnosis , penolakan tersebut dapat
memperbesar beban emosi keluarga
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan

4
F. Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian :
1. Kebutuhan jasmani.
Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap
orang. Tindakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien
lanjut usia ( mis., sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik,
dan sebagainya ).
2. Kebutuhan fisisologis.
a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan
kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal
kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan
pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin,
dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih
baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi
sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan
lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan
untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien
yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu
untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti
posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan
secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat
untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah
menurun.
e. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot
dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat
laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien
dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada
daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus
diberikan salep.
f. Perubahan Sensori

5
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien
biasanya menolak atau menghadapkan kepala kearah
lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar,
tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan
keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-
bisik.
3. Kebutuhan emosi.
Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien
lanjut usiadalam menghadapi kematian.
a. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang
hebat ( ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa
dirinya tidak mampu mencegah kematian ).
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama
mendampinginya. Misalnya, lanjut usia ingin
memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan
kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan,
luangkan waktu sejenak.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap
klien.
4. Kebutuhan social
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat
melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan
untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan
keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota
keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan
sakitnya dan perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima
kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu
dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering
mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa
buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.
5. Kebutuhan spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan
hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya
menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka
agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.

6
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan
kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.

G. Tahap Kematian
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap, tetapi
saling tindih. Kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu
tahap tertentu untuk kemudian kembali ketahap itu. Apa bila tahap
tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah-olah
klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat
memperhatikan secara seksama dan cermat.
1. Tahap pertama (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya
sikap itu ditandai dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut
usia sesungguhnya mengatakan bahwa mau menimpa semua
orang, kecuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh
oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak memperhatikan fakta
yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia
bahkan telah menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin
akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber
professional dan nonprofessional dalam upaya melarikan diri
dari kenyataan bahwa mau sudah ada di ambang pintu.
2. Tahap kedua (marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak
terkendali. Sering kali klien lanjut usia akan mencela setiap
orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan
petugas kesehatan lainnya tentang apa yang telah mereka
lakukan.pada tahap ini, klien lanjut usia lebih mengaggap hal ini
merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan ini
merupakan mekanisme pertahanna diri klien lanjut usia lebih
mengaggap hal ini merupakan hikmah, dari pada kutukan.
Kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri kliebn
lanjut usia. Pada saat ini, perawat kesehatan harus hati-hati

7
dalam member penilaiaan sebagai reaksi yang normal terhadap
kematiaan yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tawar-menawar)
Kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat
menimbulkan kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi
pada dirinya.Akan tetapi pada tahap tawar-menawar ini bnyak
orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga
mereka sebelum maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup
bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan
hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan urusan yang belum
selesai dan harus diselesaikan sebelum mati. Misalnya, klien
lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk melihat
pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu
terkecil, atau makan di restoran. Perawat dianjurkan memenuhi
permohonan itu karena membuat klien lanjut usia memasuki
tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien
lanjut usia sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia
sudah kehilangan orang yang dicintai dan sekarang ia akan
kehilangan nyawanya sendiri. Bersama dengan itu, ia harus
meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang
dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia cenderung
tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi perawat
untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang
sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Tahap kelima (menerima/asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.
Menjelang saat ini, klien lanjut usia telah membereskan segala
urusan yang belum selesai dan mungkin dan mungkin tidak
ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya.

8
Tawar-menawar sudah lewat dan lewat dan tibalah saat
kedamaiaan dan ketenangan.Seseorang mungkin saja lama ada
dalam tahap meneriam, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti
kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan berarti
menerima maut.

H. Hak – hak pasien menjelang ajal


Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup
sampai mati. Lanjut usia:
1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun
fokusnya dapat saja berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan
terus harapan, walaupun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai
kematian yang sudah mendekat dengan cara sendiri.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis
dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah
menjadi tujuan member rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya
dalam menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi
atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang
lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan
kerohanian.

9
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia
akan di hormati sesudah mati.

I. Asuhan Keperawatan Dalam Menghadapi Kematian

1. Pengkajian
Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan.
Sebelum perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada
pasien yang tidak ada harapan sembuh, perawat harus
mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien terlebih
dahulu. Oleh karena itu, tahap ini meliputi pengumpulan data,
analisis data mengenai status kesehatan, dan berakhir dengan
penegakan diagnosis keperawatan, yaitu pernyataan tentang
masalah pasien yang dapat diintervensi.
Tujuan pengkajian adalah memberi gambaran yang terus –
menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim
perawatan untuk merencanakan asuhan keperawatannya secara
perseorangan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal
pasien dan keluarganya. Siapa pasien itu dan bagimana
kondisinya akan membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan
apa yang telah dilaksanakan ? Tindakan apa saja yang telah
diberikan ? Adakah bukti mengenai pengetahuannya,
prognosisnya, dan pada tahap proses kematian yang mana pasien
berada ? Apakah ia menderita rasa nyeri ? Apkah anggota
keluarganya mengetahui prognosisnya dan bagaiman reaksi
mereka ? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan keluarganya
mengenai hidup dan mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan
masalah kesehatan / keperawatan pasien khususnya. Sikap
pasien terhadap penyakitnya, antara lain apakah pasien tabah
terhadap penyakitnya, apakah pasien menyadari tentang
keadaannya ?
a. Perasaan takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang
tidak terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan
dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan
itu disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus
menggunakan pertimbangan yang sehat apabila sedang

10
merawat orang sakit terminal. Perawat harus
mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang mungkin takut terhadap rasa nyeri,
walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan
obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin, dehidrokodein,
dan dektromoramid. Apibila orang berbicara tentang
perasaan takut mereka terhadap maut, respon mereka
secara tipikal mencakup perasaan takut tentang hal yang
tidak jelas, takut meninggalkan orang yang dicintai,
kehilangan martabat, urusan yang belum selesai, dan
sebagainya.
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua
orang akan mengalami kematian tersebut. Dalam
menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa
takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap
kematian ini dapat membuat pasien tegang an stress.
b. Emosi. Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang
kematian, antara lain mencela dan mudah marah.
c. Tanda vital. Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin
pada suhu badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan
darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan
keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang
penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
d. Kesadaran. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal
sebagai awas waspada, yang merupakan ekspresi
tentang  apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, gerak tekan,
dan sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai (Mahar
Mardjono dan P. Sidharta, 198).
e. Fungsi tubuh. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan
organ. Setiap organ mempunyai fungsi khusus.

2. Diagnosa.

11
Diagnosis keperawatan adalah masalah aktual / potensial yang
dimiliki seseorang dalam memenuhi tuntutan atau kegiatan
hidup sehari – hari dan yang berhubungan dengan kesehatan
( Gordon, 1976 ).
Berikut tabel diagnosis keperawatan:
Data Diagnosis Keperawatan
Status sistem pernapasan Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
a.  Sesak napas yang berhubungan dengan adanya
b. Batuk penyumbatan slem yang ditandai dengan
c. Slem sesak napas

Sistem pembuluh darah Gangguan kenyamanan yang berhubungan


a. Tekanan darah dengan batuk, panas tinggi yang ditandai
b. Denyut tubuh pasien gelisah
c. Suhu tubuh

Pola tidur dan istrahat Gangguan psikologis yang berhubungan


          Bagaimana istirahatnya ? dengan perubahan pola seksualitas yang
          Tidur malam ? ditandai susah tidur, pucat, murung.
          Hal-hal yang dirasa menganggu
tidur?

Cemas memikirkan penyakit dan Cemas yang berhubungan dengan


keluarga yang ada dirumah memikirkan penyakitnya dan keluarga

12
3. Intervensi
PerencPerancanaan adalah langkah kedua dalam proses
keperawatan. Termasuk penentuan apa yang dapat dilakukan
perawat terhadap pasien dan pemilihan intervensi keperawatan
yang tepat.

DK Tujuan Rencana Intervensi Evaluasi


Gangguan Kebutuhan a. Menciptakan Kebutuhan oksigen
kebutuhan oksigen lingkungan yang dapat terpenuhi
oksigen terpenuhi sehat
b. Mengamati dan
mengkaji keadaan
pernapasan pasien
c. Membersihkan
slem
d. Melatih pasien untuk
pernapasan

Gangguan Rasa nyaman Mengupayakan Rasa nyaman


kenyamanan terpenuhi penurunan suhu terpenuhi
tubuh.
Memberi obat sesuai
dengan program

13
Gangguan pola Kebutuhan     Ciptakan komunikasi Kebutuhan istirahta
tidur istirahat dan yang terapeutik, dan tidur dapat
tidur terpenuhi dengan member trepenuhi
penjelasan kepada          Tak ada keluhan,
pasien tentang dapat tidur
pentingnya istirahat          Ekspresi bangun
terhadap tubuh. tidur ceria, segar
bugar.

Kecemasan Rasa cemas Menciptakan Rasa cemas dapat


hilang/berkurang lingkungan yang hilang / berkurang
terapeutik.

BAB III
PENUTUP

Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,


akhir dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut
nadinya tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala
refleks, serta tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153).

14
DAFTAR PUSTAKA
http://nursing-community.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-lansia-
dalam.html?m=1 , diakses pada tanggal November 11, 2019 jam 21.00

Anda mungkin juga menyukai

  • Uji Validitas Reliabilitas
    Uji Validitas Reliabilitas
    Dokumen19 halaman
    Uji Validitas Reliabilitas
    alif
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Diare
    Pengkajian Diare
    Dokumen5 halaman
    Pengkajian Diare
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Revisi
    Bab Iii Revisi
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii Revisi
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Makalah LP Waham
    Makalah LP Waham
    Dokumen39 halaman
    Makalah LP Waham
    Martha Ayu Agustin
    Belum ada peringkat
  • Teori Perubahan
    Teori Perubahan
    Dokumen16 halaman
    Teori Perubahan
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Soal Bencana KLP 1
    Soal Bencana KLP 1
    Dokumen1 halaman
    Soal Bencana KLP 1
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • BENCANA
    BENCANA
    Dokumen62 halaman
    BENCANA
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Vica Waham
    Vica Waham
    Dokumen10 halaman
    Vica Waham
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • SEHAT
    SEHAT
    Dokumen13 halaman
    SEHAT
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Ge Fix
    Askep Ge Fix
    Dokumen32 halaman
    Askep Ge Fix
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Kasus DPD
    Kasus DPD
    Dokumen1 halaman
    Kasus DPD
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • MENGATASI WAHAM
    MENGATASI WAHAM
    Dokumen15 halaman
    MENGATASI WAHAM
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Motivasi Mankep
    Motivasi Mankep
    Dokumen15 halaman
    Motivasi Mankep
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Pasien Kuesioner
    Pasien Kuesioner
    Dokumen3 halaman
    Pasien Kuesioner
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Motivasi Mankep PDF
    Motivasi Mankep PDF
    Dokumen15 halaman
    Motivasi Mankep PDF
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3 Penyandang Disabilitas
    Kelompok 3 Penyandang Disabilitas
    Dokumen12 halaman
    Kelompok 3 Penyandang Disabilitas
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • ISOSOSIAL
    ISOSOSIAL
    Dokumen4 halaman
    ISOSOSIAL
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Inatrumen Aidit PDF
    Inatrumen Aidit PDF
    Dokumen4 halaman
    Inatrumen Aidit PDF
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Bencana Alam Dan Ciri-Cirinya
    Bencana Alam Dan Ciri-Cirinya
    Dokumen14 halaman
    Bencana Alam Dan Ciri-Cirinya
    Lidya Saptenno
    100% (1)
  • Akre RS
    Akre RS
    Dokumen20 halaman
    Akre RS
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Tilik Injeksi Insulin
    Tilik Injeksi Insulin
    Dokumen2 halaman
    Tilik Injeksi Insulin
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Inatrumen Aidit PDF
    Inatrumen Aidit PDF
    Dokumen4 halaman
    Inatrumen Aidit PDF
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii PDF
    Nazifa Helfi
    Belum ada peringkat
  • Estimasi
    Estimasi
    Dokumen75 halaman
    Estimasi
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Dokumen12 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • BENCANA
    BENCANA
    Dokumen62 halaman
    BENCANA
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • TILIK
    TILIK
    Dokumen1 halaman
    TILIK
    Hori Patrisia
    Belum ada peringkat
  • Askep Ge Fix
    Askep Ge Fix
    Dokumen32 halaman
    Askep Ge Fix
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Paliatif
    Askep Paliatif
    Dokumen23 halaman
    Askep Paliatif
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat