Anda di halaman 1dari 9

KADERISASI PARTAI POLITIK

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPEMIMPINAN NASIONAL

Insan Harapan Harahap

Dosen Program Studi S1 Ilmu Politik Universitas Bakrie


Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920

email: insan.harahap@bakrie.ac.id

Abstract
Political parties as one of the pillars of democracy have a very important role, one of the most important
roles is preparing a national leader. In consequence, they are required to have good recruitment and
cadreization mechanisms. In reality, however, the majority of political parties are not currently able to
carry out proper recruitment and regeneration mechanisms because of the affection of the political
kinship, as well as the instant regeneration mechanisms of artists as they are able to gain votes due to their
popularity. As a result, many party cadres who become national leaders are incapable of capturing the
duties and responsibilities afforded, and often misuse them for their personal and family interests.
Keywords: cadreization, leadership

Abstrak
Partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi memiliki peran yang sangat penting, salah satunya adalah
mempersiapkan pemimpin nasional. Atas dasar tersebut, partai politik sangat dituntut untuk memiliki pola
rekrutmen dan mekanisme kaderisasi yang baik. Namun kenyataannya, mayoritas partai politik saat ini
belum mampu menjalankan pola rekrutmen dan mekanisme kaderisasi yang semestinya karena partai
politik dipengaruhi oleh politik kekerabatan, serta mekanisme kaderisasi instan dari kalangan artis karena
dianggap dapat mendulang suara karena popularitasnya. Akibatnya, banyak kader partai yang menjadi
pemimpin nasional tidak mampu memilkul tugas dan tanggungjawab yang diberikan, dan seringkali
menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi dan kerabatnya.
Kata kunci: kaderisasi, kepemimpinan

Pendahuluan Kepemimpinan dan kaderisasi


merupakan dua hal yang saling berkaitan
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa
dalam pengembangan organisasi. Kaderisasi
terlepas dengan sebuah kehidupan sosial.
pun menjadi hal yang sangat penting dalam
Kehidupan sosial itu perlu dikelola dengan
sebuah organisai karena kaderisasi
baik dengan adanya sumber daya manusia
merupakan bentuk upaya-upaya mendukung
yang berkualitas dengan sumber daya yang
terbentuknya integritas kepribadian dan
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
kemampuan untuk menggerakkan orang lain
memimpin dirinya sendiri. Oleh karena itu,
secara intensif sehingga dapat
untuk mendukung sumber daya yang
mempersiapkanya untuk menjadi pemimpin
berkualitas dalam sebuah organisasi perlu
di masa depan. Fungsi dari kaderisasi ini
adanya proses kaderisasi.
juga dapat mempersiapkan atau mencetak

1
calon-calon yang siap melanjutkan tongkat Berdasarkan latar belakang di atas,
estafet perjuangan sebuah organisasi untuk beberapa permasalah yang kan dibahas dan
menjadi pemimpin di masa depan yang siap dianalisis dalam tulisan ini adalah
dalam menjalankan organisasinya. Maka mekanisme kaderisasi partai dan
dari proses kaderisasi ini dapat melahirkan pengaruhnya terhadap kepemimpinan
seorang kader, sehingga tak dapat dipungkiri nasional.
bahwa kaderisasi adalah nyawa dari
organisasi (Partanto dan Bahri, 1994: 293- Pembahasan
294). Istilah kaderisasi berasal dari kata “kader”,
Bung Hatta pernah menyatakan bahwa kader pada mulanya berasal dari istilah
kaderisasi merupakan kerangka kebangsaan, militer atau perjuangan yang berasal dari
karena kaderisasi sama artinya dengan kata carde yang didefinisikan sebagai
menanam bibit untuk menghasilkan pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti
pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin yang sewaktu-waktu diperlukan (Fattah,
pada masanya harus menanam. Alasan 2000: 54-56). Dalam definisinya menurut
mengapa kaderisasi kepemimpinan ini kamus ilmiah popular, kaderisasi adalah
sangat diperlukan adalah karena semua orang yang dididik untuk melanjutkan
manusia termasuk yang sekarang menjadi tongkat estapet dari suatu partai atau
pemimpin, suatu saat pasti akan mengakhiri organisasi (Partanto dan Bahri, 1994: 293-
kepemimpinanya, baik dikehendaki maupun 294). Dalam kata lain, kader diartikan
tidak. Proses tersebut dapat terjadi karena sebagai orang yang diharapkan dapat
adanya beberapa faktor yang menjadikan memegang peranan penting dalam sebuah
mengapa kaderisasi kepemimpinan ini organisasi.
sangat diperlukan, diantaranya (Rivai, Kaderisasi dan rekrutmen merupakan
2006): dua hal yang merupakan bagian dalam
a. Adanya ketentuan periode kepemimpinan proses mencetak seorang pemimpin. Dalam
seseorang dalam sebuah organisasi hal ini dapat kita lihat perbedaan dari
b. Adanya penolakan dari anggota kaderisasi dan rekrutmen itu sendiri.
kelompok yang menghendaki pergantian Menurut Tead (dalam Kartono, 1994: 51),
kepemimpinan, baik secara wajar maupun kaderisasi kepemimpinan adalah proses
tidak wajar mempersiapkan seseorang menjadi
c. Proses alamiah yakni usia yang menjadi pemimpin penganti di masa depan yang
tua dan kehilangan kemampuan akan memikul tanggung jawab penting dan
memimpin (Pensiun) besar dalam lingkungan suatu organisasi.
d. Kematian Oleh karena itu, proses kaderisasi
e. Dapat membentuk organisasi dengan
kepemimpinan ini lebih mengacu pada
perkiraan dalam jumlah ketersediaan
sebuah proses untuk mengerakan
pemimpin yang diperlukan dimasa depan sekumpulan orang menuju ke suatu tujuan
secara berkesinambungan yang telah ditetapkan tanpa adanya paksaan.

2
Sedangkan pengertian rekrutmen b. Gigih
menurut Ivancevich (2007) rekrutmen c. Mempunyai loyalitas
adalah sekumpulan kegiatan organisasi yang d. Mempunyai dedikasi terhadap organisasi
digunakan untuk menarik calon karyawan e. Memiliki sifat dan sikap pasrah kepada
yang memiliki kemampuan dan sikap yang Tuhan YME sebagai penentu yang
diperlukan untuk membantu organisasi mutlak.
mencapai tujuannya. Menurut Cholisin, Kaderisasi formal, kaderisasi lebih ke
rekrutmen dalam rekrutmen politik misalnya arah formal melalui cara yang sudah
merupakan sebuah seleksi dan pengangkatan direncanakan, bersifat sistematis, terarah,
seseorang atau kelompok untuk dan berkelembagaan sesuai dengan
melaksanakan sejumlah peran dalam sistem peraturan dan hukum yang berlaku di dalam
politik pada umumnya dan pemerintahan organisasi tersebut. Sedangkan definisi
pada khususnya (Cholisin dkk, 2007: 113). kepemimpinan sendiri menurut para ahli
Berdasarkan pengertian di atas, sering kali menggunakan kata yang berbeda-
rekrutmen politik biasanya mencakup beda, tergantung dari sudut pandang mana
pemilihan, seleksi dan pengangkatan ahli tersebut memandang kepemimpinan.
seseorang atau sekelompok orang untuk Tead (dalam Kartono, 1994: 49) menyatakan
melaksanakan sejumlah peranan dalam bahwa kepemimpinan merupakan kegiatan
sistem politik pada umumnya dan dalam memengaruhi orang-orang agar
pemerintah pada khususnya (Surbakti, 1992: mereka mau bekerja sama untuk mencapai
118). Namun dalam kenyataanya, tujuan yang diinginkan.
implementasi antara kaderisasi dan Konsep kepemimpinan yang
rekrutmen masih rancu dalam perpolitikan berkembang pesat adalah konsep
nasional, dimana masih banyak partai yang kepemimpinan transaksional dan
sulit membedakan antara keduanya. tranformasional yang dipopulerkan oleh
Dalam proses kaderisasi, terdapat dua Bass pada tahun 1985 (Locander 2002).
macam prosesnya, yaitu: kaderisasi informal Kedua konsep kepemimpinan tersebut
dan kaderisasi formal. Dalam kaderisasi berbasiskan pada gaya, perilaku, dan situasi
informal, proses yang dilakukan dapat yang meliputi seorang pemimpin (Locander
dilihat dari proses kehidupan sehari-hari 2002). Sehingga dalam hal ini proses
manusia di lingkungan masyarakat. Hal ini kaderisasi dalam sebuah organisasi adalah
dilihat dari kehidupan kanak-kanak hingga sebuah proses dalam menggerakkan orang di
remaja dan dewasa sebagai proses dalam organisasi untuk memiliki tujuan
pembentukan jati diri, sehingga memiliki yang sama demi melanjutkan tongkat
keunggulan dan mampu bersaing dalam ideologi dalam suatu partai atau organisasi.
setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Di dalam organisasi sendiri diperlukan
Dalam kaderisasi informal terdapat beberapa pemimpin untuk memegang kendali atas
kriteria atau indikator yang memperlihatkan orang-orang yang berada di dalamnya.
kelebihannya, yaitu (Rivai, 2006: 87): Kepemimpinan dari seorang pemimpin tidak
a. Berkepribadian positif lahir begitu saja dari penurunan sifat orang

3
tua kepada anaknya, melainkan melalui efisien. Dengan adanya partisipasi dalam
kepribadian dan tingkah laku dari seseorang. suatu organisasi maka pemecahan
Dengan demikian, kaderisasi kepemimpinan masalah dalam organisasi dapat
adalah sebuah proses untuk menciptakan terpecahkan.
pemimpin baru yang memiliki d. Menggali dan Meningkatkan Kreativitas -
tanggungjawab besar di dalam organisasi Proses menggali dan meningkatkan
untuk mengatur dan mempengaruhi orang kreativitas anggota organisasi dapat
lain untuk memiliki visi, misi, dan tujuan dilakukan dengan cara membentuk
yang sama dalam berorganisasi. kelompok-kelompok kecil untuk
berdiskusi dan menilai kegiatan-kegiatan
Dalam hal kepemimpinan,
yang sedang dilakukan.
peningkatan kualitas sangat diperlukan demi
menjaga kelangsungan sebuah organisasi. Sehingga dengan adanya kaderisasi,
Peningkatan kualitas kepemimpinan harus penigkatan kualitas kepemimpinan ini akan
dilakukan sebagai usaha pengembangan memberikan hal yang positif dalam
kemampuan dalam memecahkan masalah, meciptakan pemimpin baru bagi organisasi.
melalui proses mengikut sertakan atau Kaderisasi sebagai tempat untuk
meningkatkan peran serta orang-orang yang menciptakan pemimpin baru yang memiliki
dipimpin. Dengan kata lain memberdayakan kualitas untuk menjalankan organisasi agar
anggota dalam suatu organisasi yang dapat terus maju dan berkembang.
dipimpin. Usaha–usaha tersebut diantaranya:
a. Partai Politik sebagai Kaderisasi
a. Berpikir Efektif dalam Menetapkan
Kepemimpinan Nasional
Keputusan - Berfikir merupakan potensi
psikis yang sangat istimewa, yang Pada era kepemimpinan Soeharto (masa
kualitasnya pada manusia jauh Orde Baru), kehadiran partai politik tidak
melampaui kemampuan berfikir yang terlalu diperhitungkan dalam melahirkan
diberikan Tuhan yang maha esa pada pemimpin-pemimpin nasional. Hal ini
hewan, sebagai mahluk ciptaan-Nya yang dikarenakan partai politik yang ada pada
sama-sama penghuni bumi. saat itu tidak mampu menjalankan peran dan
b. Mengkomunikasikan Hasil Berpikir - fungsi yang semestinya, yang disebabkan
Hasil berfikir seseorang yang cemerlang oleh berkuasanya segelintir elit yang
tidak ada artinya jika tidak dinyatakan mengendalikan berbagai bidang kehidupan
dan dikomunikasikan. Dengan demikian, masyarakat, termasuk menentukan calon-
sebagai seorang pemimpin, hasil berfikir calon yang mengisi posisi-posisi strategis di
tersebut perlu diungkapkan ke publik agar pemerintahan. Secara umum, definisi Partai
dapat menggerakkan organisasi. Politik adalah suatu organisasi yang di
c. Meningkatkan Partisipasi dalam dalamnya terdapat kumpulan orang-orang
Memecahkan Masalah - Kemampuan yang memiliki visi dan misi yang sama,
membina kerjasama berarti mampu yang pada dasarnya memiliki keinginan
mendorong dan memanfaatkan parsipasi untuk merebut kekuasaan secara
anggota organisasi secara efektif dan konstitusional.

4
Pada saat rezim Soeharto runtuh tahun menjelaskan, pada tahun 2007 dan 2008
1998, peta perpolitikan Indonesia berubah masyarakat menolak adanya monopoli
dratis, ditandai dengan dibukanya kran sumber rekrutmen politik oleh partai politik.
demokrasi yang sebesar-besarnya. Inilah Masyarakat menilai bahwa kepentingan-
yang menjadi momentum lahirnya partai kepentingan yang diusung oleh partai politik
politik di Indonesia yang sesungguhnya. kebanyakan adalah kepentingan lembaga
Dimana partai politik memainkan peran dan tersebut. Sedangkan tujuan dan cita-cita
fungsinya dalam sistem perpolitikan utama partai politik yaitu sebagai tempat
Indonesia, yang dapat dilihat dengan aspirasi dan penyalur kepentingan rakyat,
munculnya partai-partai baru yang tidak sering diabaikan.
terbendung. Masing-masing dari partai
b. Permasalahan Kaderisasi pada Partai
politik yang muncul, memiliki ideologi yang
Politik
berbeda-beda yang mengusung kepentingan
masyarakat plural. Fungsi-fungsi partai politik sebagai
representasi rakyat dalam menyampaikan
Dalam rezim demokrasi, partai politik aspirasi dan tuntutan terhadap
merupakan salah satu pilar yang pemerintah/penguasa, terbilang masih lemah
mempengaruhi kualitas demokrasi suatu sehingga menimbulkan polemik
negara (Imansyah, 2012: 375), disamping ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai
pemilu yang juga menjadi pilar utama politik. Performa partai politik yang
demokrasi. Menjadi pilar dalam demokrasi demikian krusial menyebabkan melemahkan
menjadikan partai politik memiliki peranan peran dan fungsinya sebagai
yang sangat penting, seperti dalam proses lembaga/organisasi negara. Lemahnya
seleksi kepemimpinan dan pengisian jabatan performa partai politik ini disebabkan oleh
publik (Harjanto, 2011: 138). Partai politik beberapa faktor, seperti rendahnya kualitas
dinilai menjadi satu-satunya lembaga pola rekrutmen dan mekanisme kaderisasi
penyalur para pemimpin-pemimpin bangsa dalam tubuh partai politik,. Justru yang
dan juga pejabat-pejabat kenegaraan karena tumbuh dan berkembang pesat adalah
partai politik memiliki peran, yang salah menguatnya politik kekerabatan dan juga
satunya adalah sebagai rekrutmen politik. pencalegan kader secara instan. Menurut
Seperti yang dikatakan Azwar (2008: Direktur Eksekutif Pol-Treking Institute
2), sebagai lembaga negara yang rnerniliki Hanta Yuda, politik kekerabatan merusak
cita-cita politik yang sama dan berdiri saluran kaderisasi, mengganggu ritme
dengan tujuan sebagai alat perjuangan kaderisasi karena tidak sehat, karena
bangsa, secara umum partai politik memiliki demokrasi berbasis pada masyarakat. Parpol
peran sebagai sarana komunikasi politik juga harus jelas kerjanya dalam rekrutmen
(political communication), sosialisasi politik politik (antaranews.com).
(political socialization), rekrutmen politik Pada dasarnya, pola rekrutmen dan
(political recruitment), dan pengatur konflik mekanisme kaderisasi meliputi segala
(conflict management) (Azwar, 2008: 2). aktivitas partai dari mulai penerimaan
Lebih lanjut Azwar (2008: 2) juga

5
anggota, pembinaan kualitas kader, sampai memunculkan sejumlah ketimpangan karena
dengan penempatan/penugasan kader-kader politik kekerabatan menutup akses bagi
partai dalam jabatan-jabatan strategis orang-orang yang memiliki sumberdaya
(rekrutmen) (Azwar, 2008: 3). Hal tersebut yang terbatas dan tidak memiliki hubungan
diilustrasikan sebagai berikut: kader kekerabatan untuk dapat menjabat di posisi-
merupakan hasil dari pengkaderisasian yang posisi politik. Sedangkan bagi mereka yang
diperoleh karena adanya rekrutmen politik. memiliki hubungan, sudah dipastikan calon
Kader di dalam suatu parpol menentukan tersebut dapat mengakumulasi pengaruh,
dari daya jual partai politik di masyarakat. kekayaan dan juga penguasaan wilayah. Jika
Jika pola rekrutmen dan mekanisme suatu wilayah telah dikuasai oleh
kaderisasi baik akan menghasilkan kader sekelompok elit bahkan dari keluarga yang
yang berkualitas dan berkapabilitas pula, sama, maka sumberdaya daerah tersebut
begitu pun sebaliknya. Dihasilkannya kader- akan dikuasai oleh mereka. Dapat dipastikan
kader yang berkualitas dan berkapabilitas bahwa kekuatan utama berada pada
tentu akan menyorot partai politik asal kader segelintir elit sehingga jalan kepentingannya
tersebut muncul. Jadi, kualitas kader-kader pun tidak menutup kemungkinan hanyalah
yang ada dalam partai politik sangat untuk kepentingan para elit, bukan untuk
dipengaruhi oleh pola rekrutmen dan kebaikan bersama. Seperti yang terjadi di
mekanisme kaderisasi partai tersebut. Banten, dimana politik kekerabatan
menguasai hampir seluruh posisi
Dapat dibayangkan jika partai politik
kepemimpinan strategis di provinsi tersebut.
sebagai sumber pemimpin nasional tidak
Pada akhirnya dapat dibuktikan setelah
memiliki pola rekrutmen dan mekanisme
ditangkapnya Gubernur Banten masa itu
kaderisasi yang baik, tentu ini akan
Ratu Atut Chosiyah, baru terbongkar bahwa
memunculkan berbagai persoalan, yang
beberapa proyek dan program daerah daerah
salah satunya ditunjukkan dengan adanya
dilakukan dan ditujukan untuk memperkaya
politik kekerabatan. Tumbuh dan
diri dan kerabatnya.
berkembangnya politik kekerabatan

Tabel. 1. Beberapa Politik Kekerabatan di Indonesia


Presiden: Susilo Bambang Yudoyono Gubernur Sulawesi Selatan: Syahrul Yasin
 Edhie Baskoro Yudhoyono (Anak): Sekjen Limpo
Partai Demokrat (2010-2015), Anggota DPR  Indira Tuta Chunda (Anak): Anggota DPR
(2009-2014), Wakil Ketua Umum KADIN (2009-2014)
 Hartanto Edhie Wibowo (Adik Ani  Ichsan Yasin Limpo (Adik): Bupati Gowa
Tudhoyono): Anggota DRP (2009-2014), Ketua (2010-2015)
Departemen BUMN Partai Demokrat (2010-  Haris Yasin Limpo (Adik): Anggota DPRD
2015) Kota Makassar (2004-2009)
 Hadi Utomo (Adik Ipar): Ketua Umum Partai  Tenri Olle (Adik): Anggota DPRD SulSel
Demokrat (2005-2010), Anggota Dewan (2009-2014)
Pembina Partai Demokrat (2010-2015)  Adnan Purichta: Anggota DPRD SulSel
 Nurcahyo Anggoro Jati (anak Hadi Utomo): (2009-2014)

6
Anggota DPR (2009-2014) Gubernur Kalimantan Tengah: Teras
 Agus Hermanto (adik Hadi Utomo): Anggota Narang
DPR (2009-2014)  Atu Narang (Kakak): Ketua DPRD Kalteng
Ketua Umum PDIP: Megawati Soekarnoputri (2009-2014)
 Taufiek Kiemas (Suami): Ketua MPR (2009-  Aries Narang (Keponakan): Anggota DPRD
2014), Ketua MPP PDIP Kalteng (2009-2014)
 Puan Maharani (Anak): Anggota DPR (2009-  Asdy Narang (Keponakan): Anggota DPRD
2014), Ketua DPP PDIP Kalteng (2009-2014)
 Guruh Soekarnoputra (Adik): Anggota DPR Anggota DPR: Pupung Suharis (2009-2014)
(2009-2014)  Hendy Boedoro (Adik): Bupati Kendal
 Puti Guntur Soekarnoputri (Keponakan): (2000-20015, 2005-20007)
Anggota DPR (2009-2014)  Don Murdono (Adik): Bupati Sumedang
 Nazarudin Kiemas (Adik Ipar): Anggota DPR (2003-2008, 2008-2013
(2009-2014)
(Sumber: Harjanto, (2011)
Selain politik kekerabatan, banyak politik untuk mencalonkan orang yang
parpol yang mengusung calonnya untuk populer (Mietzner, 2009).
menduduki posisi tertentu, baik pusat Model rekrutmen dan kaderisasi secara
maupun daerah, atas dasar popularitas dan instan ini menjadikan artis sebagai alat oleh
ketenaran seperti yang dimiliki artis. Mereka partai politik untuk mendulang suara. Dalam
menganggap popularitas/ ketenaran calon konteks ini, kekuasaan menjadi industri
yang diusung akan dapat meraup simpati yang mengikuti hukum ekonomi. Penawaran
dan suara masyarakat dalam Pilkada, Pilgub bukan didasarkan pada perjuangan untuk
maupun Pileg. Rekrutmen artis dalam kepentingan umum, melainkan untuk
Pilkada, Pilgub maupun Pileg secara instan mendapatkan kekuasaan dan keuntungan.
tanpa melalui pola rekrutmen yang
Sementara itu, kader lama yang kurang
seharusnya dan tidak melalui mekanisme poluler tidak memperoleh „panggung‟,
kaderisasi yang berlaku, mengartikan bahwa kalaupun ada, akan dimasukkan sebagai
hal tersebut telah memotong mata rantai cadangan. Kurangnya penghargaan terhadap
proses kaderisasi internal partai politik. Ini
kader lama, sangat berpotensi menimbulkan
tentu akan menciptakan suatu kondisi runtuhnya kekuatan internal suatu partai
ketidakadilan di dalam internal partai itu politik. Partai politik tampaknya lebih
sendiri. Kader yang telah mengabdi dan rnementingkan kemenangan, dan kurang
berdedikasi serta meniti karir sebagai kader mernikirkan efektivitas kekuasaan dalam
dalam partai justru tertutup kesempatannya jangka menengah-panjang, sehingga
untuk menjadi seorang calon dalam Pilkada, abnormali maupun absurditas dukungan
Pilgub maupun Pileg, jika dibandingkan politik pun seringkali diambil oleh parpol-
dengan artis yang mendapatkan hak parpol besar demi terjaminnya kemenangan
istimewa untuk maju. Fenomena ini dalarn Pilkada, misalnya (Harjanto, 2011:
merupakan lopatan besar dalam politik 139).
Indonesia sebagai wujud konsolidasi
demokrasi, yaitu kecenderungan baru partai Berdasarkan paparan di atas, partai
politik tak bisa lagi diandalkan sebagai

7
sumber rekrutmen pemimpinan nasional nasional, mekanisme kaderisasi dalam suatu
karena dalam menjalankan peran dan partai politik sangat penting, sebab dalam
fungsinya seperti rekrutmen politik dan era demokrasi saat ini, partai politik menjadi
proses kaderisasi, partai politik tidak mampu salah satu pilar utama karena peranannya
melakukannya secara konsisten, berjenjang, yang sangat penting, seperti dalam proses
dan terstruktur. Lemahnya partai politik seleksi kepemimpinan nasional dan
dalam merekrut kepemimpinan bukanlah pengisian jabatan publik. Namun
satu dari sekian kesalahan partai politik kenyataannya, mayoritas partai yang berdiri
dalam menciptakan kader-kader dan saat ini belum mampu memaksimalkan
pemimpin-pemimpin yang berkualitas, mekanisme kaderisasi ataupun pola
melainkan ada juga sistem kepartaian, rekrutmen yang semestinya sehingga kerap
regulasi, sistem pemilu, dan bahkan rezim kali terjadi politik kekerabatan. Selain itu,
yang berkuasa saat itu yang juga turut serta partai politik sering memotong mata rantai
menyumbang lemahnya peran dan fungsi kaderisasi dengan mengutamakan calon
parpol yang sesungguhnya (Harjanto, 2011: Pilkada, Pilgub maupun Pileg dari kalangan
158). artis yang rekrut secara instan karena faktor
popularitas dengan harapan dapat
Penutup mendulang suara untuk kekuasaan dan
kekayaan. Akibatnya, banyak kader partai
Meningkatkan kualitas kepemimpinan suatu
yang menjadi pemimpin nasional tidak
keharusan dalam menyelesaiakan berbagai
mampu memilkul tugas dan tanggungjawab
permasalahan dalam organisasi. Untuk
yang diberikan, dan seringkali
menghasilkan pemimpin yang berkulitas,
menyalahgunakannya untuk kepentingan
dapat dimulai dari rekrutmen dan kaderisasi
pribadi dan kerabatnya.
yang baik. Untuk lingkup kepemimpinan

Referensi Peran dan Fungsi Kelembagaan Partai


Politik Jurnal Rechts Vinding (Media
Azwar, Rully Chairul. (2008).
Pembinaan Hukum Nasional), 1 (3):
Pengembangan SDM Partai Politik:
375-395.
Rekrutmen dan Kaderisasi di Partai
Ivancevich, J.M. (2007), Human Recourse
Golkar (diakses melalui
Management, Singapore: McGraw-
www.parlemen.net).
Hill.
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu
Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan
Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja
Fattah, Nanang. 2000. Landasan
Grafindo Persada.
Management Pendidikan. Cet ke-3.
Mietzner, M. (2009). Political Opinion
Bandung: PT. Remaja Rosada Karya.
Polling in Post Authoritarian Indonesia
Harjanto, Nico. Politik Kekerabatan dan
Catalyst or Obstalce to Democratic
Institusionalisasi Partai Politik di
Consolidation. Bijdragen tot de Taal,
Indonesia. Jurnal Analisis CSIS, (40)
Land-en.
2: 138-159.
Imansyah, Teguh. (2012). Regulasi Partai
Politik dalam Mewujudkan Penguatan

8
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan A- Barry.
1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya.
Rivai, Veithzal. 2006. Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi. Cet ke-3. Jakarta:
PT. Raya Grafindo Persada.
Rivai, veithzal. 2007. Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu
Politik. Jakarta: Grasindo. Cetakan ke-
6.
Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J.
Stuart. 2002. Developing a leadership-
rich culture: The missing link to
creating a market-focused
organization. Journal of Market-
Focused Management. 5: 149-163.
https://www.antaranews.com/berita/372467/
pengamat-politik-kekerabatan-
merusak-sistem-kaderisasi-partai

Anda mungkin juga menyukai