Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi Kognitif
Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami. Kognisi adalah cara manusia
berfikir. Sedangkan psikologi kognitif adalah ilmuan yang mempelajari cara berfikir
manusia. Jadi psikologi kogniitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia
memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi.
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses
berfikir seseorang atau sesuatu. Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan dari pikiran yang
denganya kita menjadi waspada akan objek pikiran ataupun persepsi, yakni mencakup semua
aspek pengamatan, pikiran maupun ingtan (Dorland, 2002). Dari uraian definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kognitif adalah proses berfikir seseorang untuk mengingat, memahami,
dan menilai sesuatu dan untuk dipersepsikan.
B. Aspek-Aspek Kognitif
1. Kematangan, yaitu Semakin bertambahnya usia, maka semakin matang atau bijaksana
seseorang dalam menghadapi rutinitas dan masalah yang dihadapinya.
2. Pengalaman merupakan hasil interaksi antar individu dengan orang lain.
3. Transmisi sosial adalah hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
4. Equilibrasi adalah perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
2. Tujuan
Menurut Setyoadi (2011) beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi
kognitif adalah sebagai berikut:
a. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang keakuratan
kognisi negative klien.
b. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
c. Memodifikasi proses pemikiran yang salah
d. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive,
pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta fikir tidak logis yang dibesar
besarkan
e. Menghilangkan sindro depresi dan mencegah kekambuhan
f. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panik atau kecemasan.
g. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif
kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya.
h. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi fobia,
dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respons rileksasi.
i. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup
dan bukan sebagai korban.
j. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang
salah.
k. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktivitas sosialnnya.
l. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesaninternal.
3. Manfaat
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas danmemodifikasi respon
perilaku.
d. Systematic desenzatization, untuk menurunkan perilaku yang berhubungan dengan
stimulus spesifik.
6. Teknik-Teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien.
Dewa Ketut Sukardi (2000:91-92), menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-
teknik kognitif :
a. Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk
berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana
ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada
klien tersebut.
b. Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana
pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba
meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang
dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c. Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan
membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.
d. Teknik Pemberian Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba
melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien
bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan
atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
7. Indikasi Terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim, terutama:
a. Depresi (ringan sampai sedang)
b. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
c. Individu yang mengalami stress emosional
d. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang sering terjadi pada
orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan jarang
terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi
e. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
f. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
g. Gangguan makan
h. Gangguan mood
i. Gangguan psikoseksual
j. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya
Terapi kognitif dipraktekkan diluar sesi terapi dan menjadi modal utama dalam
mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas 3 fase:
ORIENTASI
5
Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 Sekarang kita berada di mana?
(Nama rumah sakit atau instansi)
(Instansi, jalan, nomor rumah, kota, kabupaten, propinsi)
REGISTRASI
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya:
(bola, kursi, sepatu). Satu detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah responden mengulang ketiga nama
benda tersebut.
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih salah
ulangi penyebutan ketiga nama tersebut sampai responden dapat
mengatakannya dengan benar:
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : kali
ATENSI DAN KALKULASI
5 Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke
bawah. Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65).
Kemungkinan lain ejaan kata dengan lima huruf, misalnya
'DUNIA' dari akhir ke awal/ dari kanan ke kiri :'AINUD'
Satu (1) nilai untuk setiap jawaban benar.
MENGINGAT
3 Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah disebut di atas.
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
BAHASA
Jam selesai :
Tempat
wawancara :
Gambar 1. Mini Mental State Examination (MMSE)
(Setiati,2007).
2. Teknik pemakaian dan penilaian MMSE
MMSE menggunakan instrumen berbentuk berbagai pertanyaan. Daftar
pertanyaan terdapat pada gambar 1. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut
(Folstein, 1975; Setiati,2007):
a. Penilaian Orientasi (10 poin)
Pemeriksa menanyakan tanggal, kemudian pertanyaan dapat lebih spesifik
jika ada bagian yang lupa (misalnya :”Dapatkah anda juga memberitahukan sekarang
musim apa?”). Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1 (satu) poin.
Pertanyaan kemudian diganti dengan ,”Dapatkah anda menyebutkan nama rumah
sakit ini (kota, kabupaten, dll) ?”. Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1
(satupoin).
b. Penilaian Registrasi (3 poin).
Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda yang tidak berhubungan dengan jelas
dan lambat. Setelah itu pasien diperintahkan untuk mengulanginya. Jumlah benda
yang dapat disebutkan pasien pada kesempatan pertama dicatat dan diberikan skor (0-
3). Jika pasien tidak dapat menyebutkan ketiga nama benda tersebut pada kesempatan
pertama, lanjutkan dengan mengucapkan namanya sampai pasien dapat mengulang
semuanya, sampai 6 kali percobaan. Catat jumlah percobaan yang digunakan pasien
untuk mempelajari kata-kata tersebut. Jika pasien tetap tidak dapat mengulangi ketiga
kata tersebut, berarti pemeriksa harus menguji ingatan pasien tersebut. Setelah
menyelesaikan tugas tersebut, pemeriksa memberitahukan kepada pasien agar
mengingat ketiga kata tersebut,karena akan ditanyakan sebentar lagi.
c. Perhatian dan kalkulasi (5poin)
Pasien diperintahkan untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisih 7.
hentikan setelah 5 angka. Skor berdasarkan jumlah angka yang benar. Jika pasien
tidak dapat atau tidak dapat mengerjakan tugas tersebut, maka dapat digantikan
dengan mengeja kata ”DUNIA” dari belakang. Cara menilainya adalah menghitung
kata yang benar. Contohnya jika menjawab “AINUD” maka diberi nilai 5, tetapi jika
menjawab “AINDU” diberi nilai 3.
d. Ingatan (3poin)
Pasien diperintahkan untuk mengucapkan 3 kata yang diberikan sebelumnya
kepada pasien dan disuruh mengingatnya. Pemberian skor dihitung berdasarkan
jumlah jawaban yang benar.
e. Bahasa dan praktek (9 poin)
Penamaan : Pasien ditunjukkan arloji dan diminta menyebutkannya. Ulangi dengan
menggunakan pensil. Skor 1 poin setiap nama benda yang benar (0-2).
Repetisi (pengulangan) : Pasien diminta untuk mengulangi sebuah kalimat yang
diucapkan oleh penguji pada hanya sekali kesempatan. Skor 0 atau 1.
Perintah 3 tahap : pasien diberikan selembar kertas kosong, dan diperintahkan, ”
Taruh kertas ini pada tangan kanan anda, lipat menjadi 2 bagian, dan taruh di lantai”.
Skor 1 poin diberikan pada setiap perintah yang dapat dikerjakan dengan baik (0-3).
Membaca : Pasien diberikan kertas yang bertuliskan ”Tutup mata anda” (hurufnya
harus cukup besar dan terbaca jelas oleh pasien. Pasien diminta untuk membaca dan
melakukan apa yang tertulis. Skor 1 diberikan jika pasien dapat melakukan apa yang
diperintahkan. Tes ini bukan penilaian memori, sehingga penguji dapat mendorong
pasien dengan mengatakan ”silakan melakukan apa yang tertulis” setelah pasien
membaca kalimat tersebut.
Menulis : Pasien diberikan kertas kosong dan diminta menuliskan suatu kalimat.
Jangan mendikte kalimat tersebut, biarkan pasien menulis spontan. Kalimat yang
ditulis harus mengandung subjek, kata kerja dan membentuk suatu kalimat. Tata
bahasa dan tanda baca dapat diabaikan.
Menirukan : pasien ditunjukkan gambar segilima yang berpotongan, dan diminta
untuk menggambarnya semirip mungkin. Kesepuluh sudut harus ada dan ada 2 sudut
yang berpotongan unruk mendapatkan skor 1 poin. Tremor dan rotasi dapat
diabaikan.
5. Interpretasi AMT
Perkiraan penggunaan waktu pelaksanaan harus diperhatikan, karena waktu
penilaian lebih panjang pada penderita dengan kelainan kognitif daripada yang tidak.
Oleh sebab itu, dikembangkan beberapa instrumen untuk menilai fungsi kognitif pada
penderita lanjut usia dengan waktu yang lebih pendek daripada MMSE. Salah satu
instrumen yang dikembangkan adalah Abbreviated Mental Test Score (AMT)
(MacKenzie,1996; Tangalos,1996). AMT mempunyai sensitifitas dan spesivisitas yang
lebih rendah dalam mendeteksi adanya kelainan kognitif daripada MMSE. AMT
tampaknya kurang menyenangkan,meskipun lebih mudah dan cepat untuk digunakan.
(Tombaugh,1992; MacKenzie,1996).
Interpretasi skor pada AMT adalah jika skor AMT <6 menunjukkan adanya
demensia. The Abbreviated Mental Test (AMT) lebih singkat, terdiri dari 10 soal yang
digunakan untuk skrining kelainan. Tes ini terdiri dari 10 pertanyaan yang diseleksi
berdasarkan nilai diskriminatif dari Mental Test Score yang lebih panjang. AMT
termasuk komponen-komponen yang mengikuti memori baru dan lama, atensi, dan
orientasi. Skor <8 merupakan batas yang menunjukkan defisit kognitif yang bermakna.
Tes ini menunjukkan secara cepat penilaian beratnya penyakit dibandingkan tes yang
lebih panjang. Tes ini mampu mendeteksi perubahan kognisi yang berhubungan dengan
perkembangan pasca operatif pada delirium. Pada pasien usia lanjut, tes ini dapat
dikerjakan dalam 3 menit. Terdapat versi 4 pertanyaan AMT (AMT4), dengan
pertanyaan tentang umur, tanggal lahir, tempat, dan tahun saja. Tes ini lebih cepat, lebih
mudah digunakan, dan lebih mudah diingat oleh pemeriksa. Sehingga lebih
meningkatkan kemungkinan penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di
rumah sakit yang sibuk atau di UGD
SUMBER
MENGINGAT
3 Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah disebut di
atas.
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar