Anda di halaman 1dari 33

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, PEMAHAMAN TENTANG

BANGSA, NEGARA, HAK, DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Laporan Bab Pendidikan Kewarganegaraan

Laporan Bab ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Disusun Oleh:

Dimas Anugrah P 192050473

Lulu B. J. Situmeang 192050437

Faiz Dila Maulaya 192050468

Salsabila Farahana G 192050443

Kelas:

J, Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Kampus I: Jl. Lengkong Besar No. 68, Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat
4026

2019
I. Isi Bab
A. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum, Pendidikan Kewarganegaraan adalah satu rangkaian proses untuk
mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa
Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif
dalam masyarakat sesuai ketentuan Pancasila dan UUD NRI 1945.
 Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
1. Menurut Undang-undang Dasar 1945
a. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Alinea Kedua dan
Keempat
Alinea II: Mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur). 
Kandungan tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan
kita akan perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Hal Ini juga
berarti adanya kesadaran keadaan sekarang yang tidak dapat
dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil
sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam
alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau diharapkan oleh para
"pengantar" kemerdekaan ialah Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Alinea IV: Memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan


UUD 1945, bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan
dasar negara Pancasila.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-
prinsip dasar, untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka.

b. Pasal 27 Ayat 1
Segala warga negara bersama kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.

Berikut penjelasan Pasal 27Aayat 1.


Pasal 27 ayat 1 menjelaskan bahwa yang termasuk warga negara
dan tinggal di wilayah negara indonesia wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan yang berlaku di wilayah negara republik
Indonesia. Contohnya, jangan pernah main hakim sendiri,
melaporkan kejahatan kepada pihak yang berwajib, menghormati
pemimpin negara maupun daerah wilayah.

c. Pasal 27 Ayat 3
Adapun bunyi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 adalah sebagai berikut.
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
Maksud dari pasal 27 Ayat 3 diatas adalah setiap warga negara dan
tinggal di wilayah negara Indonesia memiliki kewajiban untuk
membela negaranya dari segala ancaman yang ada. Membela
negara bukan berarti kita harus berangkat berperang. Misalnya
contoh paling mudah adalah ketika ancaman perpecahan, kita
sebagai warga negara hendaknya dapat menjaga persatuan dan
kesatuan kita tanpa harus mengangkat senjata, misalnya mengecek
kebenaran berita apakah berita tersebut hoax atau memang benar
adanya.

d. Pasal 30 Ayat 1
Bunyi Pasal 30 Ayat 1 adalah tiap – tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Maksud dari pasal 30 Ayat 1 tidak jauh berbeda dengan maksud
dari Pasal 27 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap warga negara
diwajibkan untuk membela negara Indonesia. Adapun cara
membela negara Indonesia tidak harus dengan mengangkat senjata.
Mengukir prestasi di berbagai perlombaan juga salah satu bentuk
wujud bela negara.

e. Pasal 31 Ayat 1
Pada pasal 31 ayat 1 UUD 1945 berbunyi: Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan. Artinya pendidikan itu adalah hak
mutlak untuk setiap warga usia dini, usia sekolah, remaja dan
orang tua, hak untuk mengenyam pendidikan dari tingkat dasar
sampai tingkat tinggi, sesuai dengan sebagian uraian pembukaan
UUD 45 alinea ke 4 memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, yang dimaksud Pendidikan


Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan Sistem Pendidikan
Nasional adalah keseluruhan komponen Pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang


Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

MEMUTUSKAN
Menetapkan: RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN KELOMPOK
MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DI
PERGURUAN TINGGI.

Pasal 1
Visi Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
Visi kelompok MPK di perguruan tinggi rnerupakan sumber ni!ai dan
pedornan dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi
guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai
manusia Indonesia seutuhnva.

Pasal 2
Misi Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
Misi kelompok MPK di perguruan tinggi membantu mahasiswa
memantapkan kepribadiannva agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang dimilikinya dengan rasa tanggungjawab.

Pasal 3
Kompetensi Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK)
1) Standar kompetensi kelompok MPK yang wajib dikuasai
mahasiswa meliputi pengetahuan tentang nilai-nilai agama, budaya,
dan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap;
berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis;
berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
2) Kompetensi dasar untuk masing-masing matakuliah dirumuskan
sebagai berikut.
a) Pendidikan Agama Menjadi ilmuwan dan profesional yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, dan memiliki etos kerja, serta menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan kehidupan.
b) Pendidikan Kewarganegaraan Menjadi ilmuwan dan profesional
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis
yang berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya
saing: berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem ni!ai Pancasila.
c) Bahasa Indonesia Menjadi ilmuwan dan profesional yang
memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu
menggunakannya secara baik an benar untuk mengungkapkan
pemahaman. rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk
berbagai keperluan dalam bidang ilmu. teknologi dan seni, serta
profesinva masing-masing.

Pasal 4
1) Substansi Kajian Kelompok Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK)

a) Pendidikan Agama a Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan,


Keimanan dan ketaqwaan , serta Filsafat ketuhanan (Teologi).

b) Manusia , Hakikat manusia , Martabat manusia, dan Tanggung


jawab manusia.

c) Hukum, Menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan,


Fungsi profetik agama dalam hukum .

d) Moral, Agama sebagai sumber moral, Akhlak mulia dalam


kehidupan
e). Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Iman, Ipteks dan Amal
sebagai kesatuan, Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu,
dan Tanggungjawab ilmuwan dan seniman

f) Kerukunan antar umat beragama, Agama merupakan rahmat


Tuhan bagi semua, dan Kebersamaan dalam pluralitas beragama.

g) Masyarakat, Masyarakat beradab dan sejahtera, Peran umat


beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera,
serta Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi.

h) Budaya, Budaya akademik, Etos kerja, sikap terbuka, dan adil

i) Politik, Kontribusi agama dalam kehidupan berpolitik, Peranan


agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

2) Pendidikan Kewarganegaraan:

a) Filsafat Pancasila, Pancasila sebagai sistem filsafat , serta Pancasila


sebagai ideologi bangsa dan negara.

b) Identitas Nasional, Karakteristik identitas nasional, serta Proses


berbangsa dan bernegara.

c) Politik dan Strategi, Sistem Konstitusi, serta Sistem politik dan


ketatanegar

aan Indonesia.

d) Demokrasi Indonesia, Konsep dan prinsip demokrasi


serta Demokrasi dan pendidikan demokrasi .

e) Hak Azasi Manusia dan Rule of Law , Hak asasi manusia (HAM) ,
dan Rule of Lcrw.

f) Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.


g) Geopolitik Indonesia dan wilayah sebagal ruang hidup ,
serta Otonomi daerah

h) Geostrategi Indonesia serta Konsep Asta Gatra


Indonesia dan perdamaian dunia

3) Substansi kajian untuk Bahasa Indonesia mencakup butir-butir berikut:

a) Matakuliah bahasa Indonesia sebagai MPK menekankan


keterampilan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dan bahasa nasional secara baik dan benar untuk menguasai,
menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. teknologi. dan
seni sebagai perwujudan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia.

b) Substansi kajian yang disebut pada butir.

c) Di bawah ini hendaknya dipadukan ke dalam kegiatan penggunaan


bahasa Indonesia melalui keterampilan berbahasa menyimak,
berbicara, membaca. dan menulis dengan keterampilan menulis
akademik sebagai fokus.

d). Substansi Kajian Matakuliah Bahasa Indonesia difokuskan pada


menulis akademik. Secara umurn. struktur kajian terdiri atas: -
Kedudukan Bahasa Indonesia:

(a) Sejarah Bahasa Indonesia.

(b) Bahasa Negara.

(c) Bahasa Persatuan.

(d) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi. dan Seni, dan

(e) Fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa,


menulis: Makalah, rangkuman/ringkasan buku atau bab, damn resensi
buku, membaca untuk menulis: Membaca tulisan/artikel ilmiah,
membaca tulisan populer, dan mengakses informasi melalui internet,
dan berbicara untuk keperluan akademik: Presentasi, berseminar. Dan
berpidato dalam situasi formal.

Pasal 5
Metodologi Pembelajaran Kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian
(1) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif. inspiratif~
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif. serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa.
kreativitas, dan kemandirian. dengan menempatkan Mahasiswa
sebagai subyek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan
sebagai umat. anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.
(2) Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang
mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis,
induktif. deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif partisipatori
untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran substansi dasar kajian.
berkarya nyata. dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepaniang
hayat.
(3) Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka ceramah,
dialog (diskusi) interaktif, studi kasus. penugasan mandiri. tugas baca
seminar kecil, dan kegiatan kokurikuler.
(4) Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran
pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk dapat
eksis dalam masvarakat global.

Pasal 6

Status dan Beban Studi Kelompok MPK


(1) MPK wajib dimasukkan ke dalam Kurikulum Inti setiap program
studi.
(2) Beban studi untuk matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Bahasa masing-masing sebanvak 3 Sks (satuan
kredit semester).

Pasal 7
Penilaian Hasil Belajar dalam Kelompok MPK

(1) Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berdasarkan data yang


diperoleh melalui penugasan individual atau berkelompok. ujian
tengah semester. ujian akhir semester, penilaian-diri (self-assessment).
penilaian-sejawat (peer-assessment), dan observasi kinerja mahasiswa
melaiui tampilan lisan atau tertulis.

(2) Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen


pengampu dan disesuaikan dengan Pedoman Evaluasi Akademik yang
berlaku pada perguruan tinggi masing-masing.

(3) Sistem penilaian perlu dijelaskan kepada mahasiswa pada awal


perkuliahan.

Pasal 8

Kodefikasi dan Sebaran

(1) Kelompok MPK memiliki identitas yang litandai oleh kode


huruf MPK yang diikuti dengan kode angka, yang
menunjukkan kelompok matakuliah dan kompleksitasnya.
(2) Penempatan MPK dalam struktur kurikulum diserahkan pada
mekanisme pengembangan kurikulum perguruan tinggi
masing-masing dengan memperhatikan gradasi materi
perkuliahan.

Pasal 9

Deskripsi dan Silabus


(1) Kelompok MPK hendaknva memiliki deskripsi dan silabus
matakuliah sebagai pedoman kegiatan pembelajaran.
(2) Deskripsi matakuliah merupakan uraian singkat mengenai
matakuliah, bersifat relatif permanen, dan menjadi pedoman
bagi dosen untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi Silabus
dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP).
(3) Silabus matakuliah merupakan uraian yang lebih rinci daripada
deskripsi, yang memuat identitas matakuliah, tujuan
malakuliah, uraian materi. pendekatan pembelajaran, media,
evaluasi hasil belajar, dan referensi yang digunakan.
(4) Silabus matakuliah disusun menurut mekanisme penyusunan
yang berlaku pada perguruan tinggi masing-masing.

Pasal 10

Persyaratan Kualifikasi Dosen Mata kuliah Pengembangan


Kepribadian
(I) Pendidikan Agama

a) Dosen berijazah Magister (S2) di bidang agama.

b) Apabila belum tersedia dosen yang berijazah Magister


(S2) dapat diangkat dosen yang berijazah Sarjana (Si) di
bidang agama, yang dinilai merniliki kompetensi oleh
Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
c) Cendekiawan agama yang memiliki kompetensi sebagai
dosen. atau seseorang yang direkomendasi oleh lembaga
pendidikan keagamaan dan/atau lembaga keagamaan -
(2) Pendidikan Kewarganegaraan
a) Dosen berijazah Magister (S2) Ketahanan Nasional. dan
Magister (S2) Pendidikan Ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Sosial.
Budaya, Filsafat. dan Hukum yang mendapat pembekalan
khusus Pendidikan Kewarganegaraan.
b) Apabila belum tersedia dosen yang berijazah Magister
(S2) dapat diangkat dosen yang Minimal berijazah Sarjana
(SI) di bidang Pendidikan ilmu Sosial Ilmu-ilmu SosiaL
Budava. Filsafat. Hukum. dan Sarjana bidang lain yang
memilik wawasan PKn secara rnemadai dan mendapat
pembekalan khusus Pendidikan Kewarganegaraan. atau
lulusan Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan
atau Sarjana (SI) dengan latar belakang akademik.
pengalaman kerja, dan integritas pribadi sebagai dosen
yang dinilai niemiliki kompetensi oleh Perguruan Tinggi
yang bersangkutan.

(3) Bahasa Indonesia

a) Dosen berijazah Magister (S2) dalam bidang Bahasa dan


Sastra Indonesia. dan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan memihki kcrnpetensi sebagai Dosen
b) Apabila belum tersedia dosen yang berijazah Magister
dapat diangkat Sarjana (Si) dalam bidang Bahasa dan
Sastra Indonesia, dan/atau Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dinilai memiliki kompetensi sebagai dosen
oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
c) Budavawan dan/atau cendekiawan bangsa Indonesia
yang menguasai bahasa dan tata bahasa Indonesia. yang
diakui memiliki kompetensi sebagai dosen oleh Perguruan
Tinggi yang bersangkutan.

Pasal 11

Fasilitas Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian

(1) Pendidikan Agama


a) Perguruan tinggi mengupayakan terwujudnya suasana
lingkungan kampus yang kondusif dan tersedianva fasilitas
yang mampu menumbuhkan interaksi akademik lintas
agama yang religius untuk seluruh sivitas akadernika.
b) Sarana fisik yang diperlukan antara lain berupa
perpustakaan dengan literatur berbagai agama dalam judul
dan jumlah yang memadai. serta ruang serbaguna untuk
kegiatan akademik secara kelompok dan/atau bersama.
c) Sarana non-fisik yang diperlukan berupa adanyà
peraturan yang mengantar sistem interaksi akademik yang
religius.
(2) P endidikan Kewarganegaraan
a) Memenuhi syarat minimal kelengkapan instruksional
yang menunjang implementasi kurikulum berbasis
kompetensi
b) Sarana fisik yang dibutuhkan seperti perpustakaan dan
laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan serta ruang
serbaguna untuk berbagai kegiatan akademik bersama.
(3) Bahasa Indonesia
a) Memenuhi persyaratan minimal kelengkapan
pembelajaran dan kegiatan akademik lainnya yang
menunjang implementasi kurikulum berbasis kompetensi.
b) Sarana fisik yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
bahasa dan kegiatan akademik Iainnya seperti
perpustakaan, laboratorium bahasa serta ruang serbaguna
yang sesuai dengan kebutuhan keija kelompok danlatau
kegiatan bersarna

Pasal 12

Organisasi Penyelenggaraan Kelompok Matakuliah Pengembangan


Kepribadian (MPK)

Pënvelenggaraan pembelajaran Matakuliah Pengembangan


Kepribadian dan kegiatan akademik lainnya yang relevan dikelola
oleh Universitas dalam satu unit bersama dengan kelompok
Matakuliah Berkehidupan Bermasvarakat.

Pasal 13

Dengan berlakunya kepurusan ini, Keputusan Direktur Jenderal


Pendidikan Tinggi Nomor 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-
Rambu Pelaksanaari Kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian dinvatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 14

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta

Padatanggal: 2 Juni 2006

 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Berdasarkan Surat Keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006,
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah dirumuskan sebagai visi, misi,
dan kompetensi sebagai berikut. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi adalah sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan
dan penyelenggaran program studi, guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Misi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah untuk
membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara
konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila , rasa
kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan Ilmu Pengetauan, Teknologi, dan Seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral.

Tujuan Pembelajaran Pkn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk


memberikan kompetensi sebagai berikut.
a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak
secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berkembang dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

B. Pemahaman Tentang Bangsa


 Secara umum Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu
wilayah dan memunyai keterikatan dengan wilayah tersebut. Keinginan
membentuk nation bersama muncul karena adanya persamaan nasib dan
sejarah sehingga menimbulkan persatuan dalam suatu komunitas
masyarakat membentuk kesadaran berbangsa.
Kesamaan itu meliputi aspek budaya, bahasa, agama dan tradisi. Inilah
proses yang mendasari terbentuknya sebuah kesadaran bersatu, bergabung
dan berbangsa di mana pun di seluruh dunia.

Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan


istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap aktual
hingga saat ini.

 Dalam Kamus Ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan
“nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah
yang memiliki unsur sebagai berikut.
1. Satu kesatuan bahasa
2. Satu kesatuan daerah
3. Satu kesatuan ekonomi
4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.
 Faktor-faktor Pemersatu Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bendera Kebangsaan Merah Putih, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
Bahasa Indonesia, Satu Wilayah Indonesia, dan Satu Pemerintah Negara.

C. Pemahaman Tentang Negara


 Secara umum, negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat suatu wilayah tersebut
dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.

 Hakikat Negara
Pada dasarnya berdirinya suatu Negara yaitu karena keinginan manusia
yang membentuk suatu bangsa karena adanya berbagai kesamaan ras,
bahasa, adat dan sebagainya.
Sifat hakikat Negara mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Sifat Memaksa
Negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuatan fisik
secara legal. Dan sarana nya adalah Polisi, tentara, dan alat penjamin
hukum lainnya. Sehingga diharapkan semua peraturan perundangan yang
berlaku ditaati supaya keamanan dan ketertiban Negara tercapai. Contoh
bentuk paksaannya adalah UU perpajakan yang memaksa setiap warga
Negara untuk membayar pajak, bila melanggar maka akan di kenai sangsi.
2.    Sifat Monopoli
Dalam menetapkan tujuan bersama masyarakat. Misalnya Negara dapat
mengatakan bahwa aliran kepercayaan atau partai politik tertentu dilarang
karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3.    Sifat Mencangkup semua
Semua peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk semua
orang tanpa terkecuali. Sebab kalau seorang dibiarkan berada di luar ruang
lingkup aktivitas Negara, maka usaha Negara kea rah tercapainya
masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.

D. Hak dan Kewajiban Warga Negara

 Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu


yang mestinya kita terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita
lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah secara paksa atau
tidak.
Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti warga negara berhak
mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan keamanan, perlindungan
hukum dan lain sebagainya.

 Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi


mendapatkan hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal
yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan hak. Tergantung
situasinya.

 Hak Warga Negara

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak,hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
5. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
(pasal 28D ayat 1)
6. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang
dipercayai. (pasal 29 ayat (2))

 Kewajiban Warga Negara

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi :segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945 menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain
4. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal
30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”

II. Pembahasan
A. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang ditulis oleh Fajar Tri Sakti,
sesuai amanat Pasal 37 Ayat 2 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan Kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat salah satu diantaranya adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga
negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Sedangkan menurut penulis sendiri, Pendidikan Kewarganegaraan adalah


penguatan hubungan warga negara dengan warga negara, warga negara dengan
negara, dengan menjunjung tinggi hak kewenangan dan kewajban. Yang
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

Lalu, menurut Merphin Panjaitan, pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


adalah sebuah pendidikan demokrasi yang memiliki sebuah tujuan dalam
mendidik generasi penerus supaya menjadi warga negara yang memiliki jiwa
yang demokratis serta partisipatif melalui pendidikan yang berbasis dialogial.

 Landasasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang ditulis oleh Fajar Tri


Sakti, bahwa Mata Kuliah Kewiraan Sebagai Pengganti Kebijakan Wajib
Latih Mahasiswa (Walawa) diawali pada tahun 1974.

Berdasarkan keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


dengan Menteri Pertahanan atau Panglima Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor: 022/U/1973-
kep/B/43/XII/1973 Tanggal 8 Desember 1973 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Kewiraan. Namun realisasi dari Surat Keputusan Bersama
tersebut baru terwujud. Pada Tahun Akademik 1974/1975, berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0228 / U / 1974
Tanggal 2 Oktober 1974. Undang-undang yang melandasi oleh Menteri
Hankam dan Menteri Dikbud pada waktu itu memang diperlukan UU 22
tahun 1954 Tentang Perguruan Tinggi.

Dengan dikeluarkannya UU No. 20 tahun 1982 Tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara, hal-hal yang terkait
dengan Pendidikan kewirausahaan diakomodasikan dalam UU yang
berikut:

1. Pendidikan Pendahuluan Negara Bela (PPBN) adalah Pendidikan dasar


negara bela guna menumbuhkan kecintaan pada tanah, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban untuk Negara serta
menyediakan bantuan awal Negara

2. PPBN sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan


nasional

3. PPBN mengungkapkan penggunaan guna memasyarakatkan upaya bela


Negara serta menegakkan hak dan kewajiban warga negara dalam bela
negara

4. PPBN diwajibkan ikut serta oleh setiap warga Negara dan dilaksanakan
secara resmi yaitu:

a) Tahap awal pada Pendidikan Dasar hingga Menengah Atas dalam


bentuk gerakan Pramuka

b) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan

Dengan dikeluarkannya UU No. 20 tahun 1982 itu, Penyelenggaraan


Pendidikan meningkatkan perkiraan penyempurnaannya. Dengan Surat
Keputusan Bersama Mendikbud dan Menhankam No.061 / U / 1985 dan
No. Kep / 002/11/1985 tanggal 1 Februari 1985 tentang kerjasama dalam
bidang pembinaan Pendidikan Kewirausahaan di Lingkungan Perguruan
Tingei dan diatur scbagai mata kuliah wajib dan bagian dari mata kuliah
umum (MKDU).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara


merupakan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara Pengaturan dalam Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2). Pasal
9 Ayat (1) berbunyi, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam negara bela diri yang diwujudkan dalam penyelenggaraan negara
pertahanan". Sementara Ayat (2) berbunyi, "Keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara, yang disetujui dalam Ayat (1) diselenggarakan
melalui:

1. Pendidikan kewarganegaraan

2. Pelatihan dasar keiniliteran secara wajib;

3. Pengabdian sebagai prajurit tentara nasional Indonesia secara voluntela


atau secara wajib.

4. Pengabdian sesuai dengan profesi.

Di era reformasi, selain UU RI Nomor 3 Tahun 2002 sebelumnya telah


menetapkan beberapa keputusan tentang Keputusan Mendiknas No.232 /
U / 2000, Kep Dirjen Dikti No.38 / Dikti / Kep / 2002, yang merujuk pada
nama mata kuliah tidak lagi digunakan, istilah yang digunakan adalah
Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam komponen kurikulum Pendidikan
tinggi. Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama pendidikan pancasila
dan pendidikan Agama merupakan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK).
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) sesuai dengan keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No.232 / U / 2000. Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan penilaian dari mata pelajaran
untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, berkepribadian mantap
dan mandiri serta memberikan tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

Sesuai dengan pasangan surut dan dinamika kehidupan berbangsa dan


bernegara di atas, kurikulum pendidikan tinggi pun berlansung transisi
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 37 Ayat 3: Kurikulum
Pendidikan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa. Selain itu
disetujui oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi dalam pasal 35 ayat 3 Kurikulum Pendidikan
Tinggi sebagaimana persetujuan tentang ayat (1) wajib memuat mata
kuliah:

- Agama;

- Pancasila;

- Kewarganegaraan; dan

- Bahasa Indonesia

Melihat kedua dasar hukum tersebut berada pada level Undang-Undang,


maka penulis menganggap sebuah kehormatan besar dapat melaksanakan
amanah kedua Undang-Undang tersebut di atas.

 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang ditulis oleh Fajar Tri
Sakti:
a. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur dan demokratis, serta ikhlas
sebagai warga negara , terdidik dalam kehidupannya selaku
warga negara Indonesia yang bertanggungjawab.

b. Menguasai pengetahun dan memahami beragam masalah


dasar kehidupan masyarkat, berbangsa dan bernegara yang
hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang
berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional secara kritis dan bertanggungjawab.

c. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai


kejuangan dan patriotisme yang cinta tanah air, rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

Kompetensi yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah


terciptanya perilaku “Tindakan Cerdas”, penuh tanggungjawab seorang
warga negara yang berhubungan dengan negara, berbangsa dan bernegara
menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan, nusantara, dan ketahanan
nasional.

Menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) berpendapat bahwa, pendiidkan


kewarganegaraan yang dikembangkan oleh negara memiliki sebuah tujuan
supaya setiap warga negara menjadi seorang warga negara yang baik (To
be a good citizens). Yang dapat diartikan sebagai seorang warga negara
yang mempunyai civics inteliegence yakni kecerdasan kewargaan secara
spiritual. Yang tentunya mempunyai civics responsibility yang artinya rasa
serta bertanggung jawab dalam bernegara serta mampu ikut serta didalam
kehidupan masyarakat.
B. Pemahaman Tentang Bangsa
 Diambil dari Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang ditulis oleh
Listyarti Retno.
Menurut Hans Kohn, bangsa terjadi karena adanya persamaan ras, bahasa,
adat istiadat, dan agama yang menjadi pembeda antara bangsa satu dan
bangsa lain.

 Menurut Buku yang berjudul Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat


Madani yang ditulis oleh M. Dhazali Chotib, Suharno Tri, Abu Bakar
Suardi, dan Catio Murchis.
Faktor-faktor Pembentukan suatu Bangsa sangat berkaitan dengan
identitas yang menyatukan masyarakat. Faktor tersebut antara lain sebagai
berikut.
a. Primordial yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan,
kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat istiadat.

b. Sakral dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut oleh
masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu ideologi
doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga keterkaitannya dapat
menimbulkan bangsa.

c. Tokoh menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi


masyarakat, tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan misi-misi
bangsa.

d. Sejarah merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena


sejarah dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan melahirkan
solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk satu tekad dan satu
tujuan antar kelompok masyarakat.

e. Perkembangan Ekonomi dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa


karena semakin meningkatnya perkembangan ekonomi semakin beragam
pula kebutuhan masyarakat sehingga membuat masyarakat semakin
ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan membuat
masyarakat ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan
untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.

 Menurut Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang ditulis oleh


Abdulkarim Aim.
Faktor-faktor penting bagi Pembentukan Bangsa Indonesia adalah
persamaan asal keturunan etnis, persamaan pola kebudayaan, persamaan
tempat tinggal yang disebut dengan khas tanah air, persamaan sejarah, dan
persamaan cita-cita.

 Faktor Pemersatu Bangsa menurut Ernest Renan.


Ernest Renan mengatakan bahwa syarat mutlak adanya bangsa adalah
plebisit. Plebisit yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama
pada waktu sekarang dan mengandung hasrat untuk mau hidup bersama
dengan kesediaan memberikan pengorbanan-pengorbanan. Bila warga
bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi eksistensi bangsanya,
maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya. Inti
terori dari Ernest Renan adalah pada kesadaran moral (conscience morale).
Menurut teori Ernest Renan, jiwa, rasa, dan kehendak merupakan suatu
faktor subjektf dan tidak dapat diukur dengan faktor-faktor objektif.
Faktor agama, bahasa, dan sejenisnya hanya dapat dianggap sebagai faktor
pendorong dan bukan merupakan faktor pembentuk (Consttuief element)
dari bangsa. Karena merupakan plebisit yang diulangi terus menerus maka
bangsa dan rasa kebangsaan tidak dapat dibatasi secara territorial sebab
daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis, tapi dapat
berubah-ubah secara dinamis seauai dengan jalannya sejarah itu sendiri.
C. Pemahaman Tentang Negara

 Pengertian Negara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.
Definisi negara juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah
lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik,
berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Menurut Prof. R Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia


atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang
sama.

Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang


diintergrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa yang
secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok yang
ada di dalam negara tersebut, untuk mencapai tujuan bersama. Contoh
sederhananya, yaitu di sekolah terdapat sebuah organisasi yang diberi
nama OSIS. OSIS bisa dikatakan organisasi jika didalamnya ada Ketua,
Pengurus, Anggota dan Siswa. Anggap saja ketua adalah presidennya,
pengurus adalah pemerintahan, anggota adalah penggerak politik, dan
siswa adalah rakyatnya dan wilayahnya ada di sekolah. Mereka memiliki
tujuan yang sama sebagai wadah apresiasi siswa dan sebagai salah satu
jalur pembinaan kesiswaan.

 Unsur-unsur Negara Menurut Budiarjo (1981:42-44), yaitu Wilayah,


Rayakat (penduduk), Pemerintahan, dan Kedaulatan.
D. Pemahaman Tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara

 Menurut Buku Pendidikan Kewarganegaraan RISTEKDIKTI Direktorat


Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan
atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan. Kewajiban dengan demikian merupakan sesuatu yang
harus dilakukan (Notonagoro, 1975).

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.


Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh pengikut utilitarianisme, ada
hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut mereka, setiap
kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula
sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang
hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak. Hal ini sejalan
dengan filsafat kebebasannya Mill (1996) yang menyatakan bahwa
lahirnya hak Asasi Manusia dilandasi dua hak yang paling fundamental,
yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Hak kebebasan seseorang,
menurutnya, tidak boleh dipergunakan untuk memanipulasi hak orang
lain, demi kepentingannya sendiri. Kebebasan menurut Mill secara
ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan
sendiri, bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, namun pebuatan bebas
yang diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan
orang lain.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka jika hanya menekankan pada hak dan
mengabaikan kewajiban maka akan melahirkan persoalan-persoalan.
Persoalan-persoalan apa sajakah yang akan muncul? Akankah hal itu
merugikan solidaritas dalam masyarakat? Akankah hak menempatkan
individu di atas masyarakat? Akankah hal itu kontraproduktif untuk
kehidupan sosial? Akankah ia memberi angin pada individualsme?
Padahal, manusia itu merupakan anggota masyarakat dan tidak boleh
tercerabut dari akar sosialnya. Hanya dalam lingkungan masyarakatlah,
manusia menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya. Muncul
pertanyaan, apakah dengan mengakui hak-hak manusia berarti menolak
masyarakat? Mengakui hak manusia tidak sama dengan menolak
masyarakat atau mengganti masyarakat itu dengan suatu kumpulan
individu tanpa hubungan satu sama lain. Yang ditolak dengan menerima
hak-hak manusia adalah totaliterisme, yakni pandangan bahwa negara
mempunyai kuasa absolut terhadap warganya. Paham ini sempat dianut
oleh negara Fasis Jerman dibawah Hitler dan Italia dibawah Musolini, di
mana negara mempunyai kuasa absolut terhadap seluruh warga negaranya,
serta Jepang pada masa Teno Heika, yang menempatkan Kaisar sebagai
pemilik kuasa absolut terhadap rakyatnya (Alisjahbana, 1978). Dengan
demikian pengakuan hak-hak manusia menjamin agar negara tidak sampai
menggilas individu-individu.

Jika hubungan warga negara dengan negara itu bersifat timbal balik,
carilah aturan atau pasal–pasal dalam UUD NRI 1945 yang menyebut hak-
hak negara dan kewajiban negara terhadap warganya. Sebagai contoh hak
dan kewajiban warga negara yang bersifat timbal balik atau resiprokalitas
adalah hak warga negara mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak
(Pasal 27 Ayat 2, UUD 1945). Atas dasar hak ini, negara berkewajiban
memberi pekerjaan dan penghidupan bagi warga negara. Untuk
merealisasikan pemenuhan hak warga negara tersebut, pemerintah tiap
tahun membuka lowongan pekerjaan di berbagai bidang dan memberi
subsidi kepada rakyat.

Guna merealisasikan kewajiban warga negara, negara mengeluarkan


berbagai kebijakan dan peraturan yang mengikat warga negara dan
menjadi kewajiban warga negara untuk memenuhinya. Salah satu contoh
kewajiban warga negara terpenting saat ini adalah kewajiban membayar
pajak (Pasal 23A, UUD 1945). Hal ini dikarenakan saat ini pajak
merupakan sumber penerimaan negara terbesar dalam membiayai
pengeluaran negara dan pembangunan. Tanpa adanya sumber pendapatan
pajak yang besar maka pembiayaan pengeluaran negara akan terhambat.
Pajak menyumbang sekitar 74,63 % pendapatan negara. Jadi membayar
pajak adalah contoh kewajiban warga negara yang nyata di era
pembangunan seperti sekarang ini. Dengan masuknya pendapatan pajak
dari warga negara maka pemerintah negara juga akan mampu memenuhi
hak warga negara yakni hak mendapatkan penghidupan yang layak.

 Hak Warga Negara

Menurut Prof. Dr. Notonegoro

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.

Menurut Soerjono Soekanto

Hak dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Hak Searah atau Relatif. Pada umumnya hak ini muncul dalam
hukum perikatan atau perjanjian. Contohnya hak menagih atau hak
melunasi prestasi.
2. Hak Jamak Arah atau Absolut, terdiri dari:
a. Hak dalam HTN (Hukum Tata Negara) pada penguasa
menagih pajak, pada warga hak asasi.
b. Hak Kepribadian, hak atas kehidupan, hak tubuh, hak
kehormatan dan kebebasan.
c. Hak Kekeluargaan, hak suami istri, hak orang tua, hak
anak.
d. Hak atas objek imateriel, hak cipta, merek, dan paten.

 Kewajiban Warga Negara

Menurut Prof. Dr. Notonegoro

Kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya


dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak
lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.

Menurut Curzon

Kewajiban dikelompokan menjadi 5, yaitu:

1. Kewajiban Mutlak. tertuju kepada diri sendiri maka tidak berpasangan


dengan hak dan nisbi melibatkan hak di lain pihak.
2. Kewajiban Publik. Dalam hukum publik yang berkorelasi dengan hak
publik ialah wajib mematuhi hak publik dan kewajiban perdata timbul
dari perjanjian berkorelasi dengan hak perdata.
3. Kewajiban Positif. Kewajiban ini menghendaki dilakukan sesuatu dan
kewajiban negatif, tidak melakukan sesuatu.
4. Kewajiban Universal atau Umum. Kawajiban yang ditujukan kepada
semua warga negara atau secara umum, ditujukan kepada golongan
tertentu dan kewajiban khusus, timbul dari bidang hukum tertentu,
perjanjian.
5. Kewajiban Primer. Kewajiban ini tidak timbul dari perbuatan melawan
hukum.
III. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa seluruh warga negara Indonesia harus mempelajari dan
mengamalkan yang disampaikan dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang dimana
Pendidikan ini sudah kita pelajari sejak Sekolah Dasar yang bertujuan untuk
menjadikan kita Good Citizen. Terkhusus untuk para Mahasiswa/I yang dimana
sejarahpun mencatat bahwa kemerdekaan diraih karena ada campur tangan pemuda
yaitu mahasiswa. Maka dari itu, peranan mahsiswa/i sangat penting dalam bidang
Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan akan mendidik
mahasiswa/i untuk ‘Be a good citizen’, seperti pribadi yang mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia, menjadi pribadi yang berpikir kritis,
menjadi pribadi yang bertoleransi tinggi, menjadi pribadi yang cinta damai, dan
menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik lokal,
nasional, dan internasional.
Daftar Pustaka

https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-warga-negara.html

Buku Pendidikan Kewarganegaraan Ristekdkti Direktorat Jenderal


Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Tri Sakti Fajar.2018. pendidikankewarganegaraan. Bandung: Fisip


Unpas Press
academia.edu
kompasiana.com
maxmanroe.com
educenter.id
kelembagaan.ristekdikti.go.id
zonareferensi.com
gurupendidikan.co.id
id.m.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai