Anda di halaman 1dari 7

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 11

September 2013
ISSN : 2338 - 4336

POTENSI BEBERAPA JENIS GULMA BERDAUN LEBAR SEBAGAI SUMBER


INOKULUM PADA PROSES PENULARAN CUCUMBER MOSAIC VIRUS
(CMV) UNTUK TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum MILL.)

Uswatun Hasanah, M. Martosudiro, dan T. Hadiastono

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa Commelina benghalensis,
Ageratum conyzoides, Emilia sonchifolia, dan Portulaca oleracea merupakan gulma
pada tanaman tomat yang dapat diinfeksi oleh Cucumber Mosaic Virus. Percobaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi gulma-gulma tersebut di atas sebagai sumber
inokulum CMV untuk tanaman tomat. Percobaan pertama menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) membandingkan 4 (empat) jenis gulma sebagai sumber
inokulum CMV (Commelina benghalensis, Ageratum conyzoides, Emilia sonchifolia,
dan Portulaca oleracea) dan diulang 3 (tiga) kali. Penularan CMV dari 4 jenis gulma
tersebut ke tanaman tomat menggunakan vektor Myzus persicae Shultzer. Data
intensitas tanaman tomat yang sakit dianalisis dengan Analisis Varian (α=5%).
Percobaan kedua menggunakan metode perhitungan indeks invektivitas menurut
Diener (1979). Penularan mengunakan metode mekanik. Hasil percobaan baik uji
indeks infektivitas menunjukkan bahwa Portulaca oleracea, Commelina benghalensis,
Ageratum conyzoides, dan Emilia sonchifolia mempunyai potensi sebagai sumber
inokulum CMV bagi pertanaman tomat.

Kata Kunci: Gulma, sumber inokulum, CMV, vektor, indeks infektivitas, tomat

ABSTRACT
Based on the preliminary experiment showed that there were four weeds could
infected by Cucumber Mosaic Virus (CMV), namely Portulaca oleracea, Commelina
benghalensis, Ageratum conyzoides, and Emilia sonchifolia. This experiment was
carried out to identified the potential of those infected-weeds as source of CMV
infection on the virus transmission. The experiment used two method, i.e. Fully
Randomized Design and Invectivity Index of Virus method based on Diener (1979).
The first method compared the of diseased-tomato intensities after CMV were
transmitted by the vector of Mizus persicae from each diseased-weeds as source of virus
to tomatoes. The mechanically inoculation was used in the second experiment for
transmition of CMV. Results of the experiment showed that the virus saccsessfully
transmitted by vectors and mechanical technique from four diseased-weeds to
tomatoes. The higest potential for inoculum source was P. oleracea with 43,33% of
diseased intensity and 79 of virus infectivity index on tomato. The potential of C.
benghalensis, A. conyzoides, and E. sonchifolia as virus inoculum resources were less
than P. oleracea, with the disease intensities were 30%, 23,33%, 13,33% and the
infectivity index of virus were 67, 41, 21 on tomatos respectively.

Keywords: Weeds, inoculums source, CMV, vector, infectivity, tomato


Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 12

PENDAHULUAN sekitar pertanaman tomat dapat menjadi


sumber inokulum CMV bagi tanaman
Tomat (Lycopersicon esculentum tomat.
Mill.) merupakan salah satu komoditi Penelitian ini bertujuan untuk
sayuran penting di Indonesia. Rata-rata mengetahui mengetahui potensi beberapa
produksinya tomat di Indonesia masih jenis gulma berdaun lebar yang dapat
rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan berperan sebagai inang alternatif CMV
dengan negara-negara Taiwan, Saudi bagi tanaman tomat.
Arabia dan India yang berturut-turut 21
ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha METODE PENELITIAN
(Kartapradja dan Djuariah, 1992 dalam
Wijayani dan Widodo, 2005). Salah satu Percobaan dilaksanakan di
penghambat usaha budidaya tomat adalah Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan,
serangan Cucumber Mosaic Virus (CMV). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Infeksi CMV pada tanaman tomat Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
menyebabkan penurunan produksi sebesar dan Rumah Kaca Jurusan Biologi,
29-56,60% (Ratnawati, 2004). Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
CMV dapat menyerang pada Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
tanaman sayuran, ornamental dan buah- Malang. Percobaan dimulai bulan
buahan dan mempunyai lebih dari 800 Februari sampai dengan Mei 2013.
spesies tanaman inang seperti tanaman Percobaan dilakukan dengan dua metode.
ketimun, melon, labu, cabai, bayam,
Percobaan pertama
tomat, seledri, bit, polong-polongan,
membandingkan persentase tanaman
pisang, tanaman family crucifereae,
tomat yang berhasil diinfeksi CMV hasil
delphinium, gladiol, lili, petunia, tulip,
penularan melalui vector M. persicae dari
zinnia, termasuk beberapa gulma yang
sumber inokulum gulma-gulma Portulaca
tumbuh di sekitar pertanaman inang utama
oleracea, Commelina benghalensis,
(Palukaitis et al., 1992 dalam Ong, 1995).
Ageratum conyzoides, dan Emilia
Beberapa jenis gulma yang dapat menjadi
sonchifolia sakit. Percobaan menggunakan
inang CMV antara lain Datura
metode Rancangan Acak lengkap (RAL)
stramonium, Datura metal, Triathema
dengan perlakuan keempat gulma sakit
pentandra, Portulaca oleracea, serta
tersebut di atas sebagai sumber inokulum
Cyperus rotundus (Iqbal et al, 2011).
dan diulang 3 kali. Penularan CMV
Menurut Harris dan Maramorosch
dilakukan pada umur tanaman uji
(1982), tidak setiap tanaman inang
mencapai 14 hari setelah tanam (HST).
berpotensi menjadi sumber inokulum bagi
Intensitas dihitung berdasarkan persentase
tanaman lain. Faktor yang mempengaruhi
jumlah tanaman yang berhasil ditulari
adalah hubungan antara vektor dengan
virus. Rumus penghitungan intensitas
tanaman dan ada tidaknya antiviral pada
sebagai berikut:
tanaman yang berperan sebagai sumber
inokulum (Smith, 1972). Metode
penghitungan indeks infektivitas menurut 
P= 100%
Diener (1979) dapat digunakan untuk 
menentukan potensi suatu tanaman inang
yang terinfeksi virus sebagai sumber Keterangan:
inokulum pada proses penularan virus P : Intensitas serangan CMV (%)
bagi tanaman lain. Oleh karena itu, perlu a : Banyaknya tanaman yang sakit
diketahui apakah beberapa jenis gulma di
Hasanah et al, Potensi beberapa gulma berdaun lebar 13

b : Banyaknya tanaman yang diamati Persiapan Benih Tomat dan


(10) Penanaman
Penyemaian dilakukan pada
Data intensitas dianalisis dengan
nampan. Bibit tomat yang telah berumur
Uji F (α = 5%) dan dilanjutkan dengan Uji
2-3 minggu, berdaun 3-4 buah dapat
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada α = 5%
ditanam di pot.
apabila melalui uji F ditemukan beda
nyata.
Pemeliharaan
Percobaan kedua menggunakan Tanaman tomat dilakukan
metode penghitungan Indeks Invektifitas pemeliharaan dari masa pra inokulasi
virus menurut Diener (1979). Penularan sampai dengan masa pengamatan meliputi
virus menggunakan teknik penularan penyiraman tanaman, pemberian pupuk,
mekanik. Sap masing masing gulma yang penyiangan gulma, dan pengendalian OPT
sakit diencerkan 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan selain CMV. Penyiraman dilakukan setiap
10-5. Masing-masing virus yang 2 hari sekali. Tanaman dipupuk dengan
terkandung dalam tiap tingkat NPK pada umur tanaman 4 HST dengan
pengenceran sap ditularkan pada 3 dosis 5 gram/pot. Penyiangan dilakukan
tanaman tomat. Penularan dilakukan pada secara mekanik dengan cara mencabut
umur tanaman tomat mencapai 14 HST. gulma. Sedangkan pengendalian OPT
Pengamatan dilakukan setiap hari. dilakukan secara mekanik yaitu
mengambil OPT yang menyerang
Persiapan Media Tanam kemudian dimusnahkan.
Media tanam untuk tanaman tomat
adalah tanah yang telah dicampur dengan HASIL PERCOBAAN
pupuk kandang dengan perbandingan 3:1.
Sterelisasi tanah digunakan formalin 4%. Potensi beberapa gulma berdaun lebar
Perbanyakan Serangga Vektor sebagai sumber inokulum CMV pada
Perbanyakan M. persica dilakukan proses penularan ke tanaamn tomat
dalam sangkar kasa. Serangga yang Tabel 1 menunjukkan bahwa
digunakan untuk menularkan CMV adalah terjadi perbedaan intensitas serangan
nimfa atau imago tidak bersayap Myzus CMV pada tanaman tomat hasil penularan
persicae generasi kedua dan ketiga. virus dari empat gulma yang sakit sebagai
sumber inokulum (infesi). Perlakuan yang
memiliki intensitas serangan CMV
Persiapan Inokulum tertinggi adalah hasil penularan CMV dari
Inokulum CMV diperoleh dari Portulaca oleracea yaitu sebesar 43.33%,
tanaman tomat yang menunjukkan gejala sedangkan intensitas serangan CMV pada
sakit terinfeksi CMV. Inokulum yang tanaman tomat terendah terdapat pada
diperoleh diuji dengan tanaman indikator perlakuan penularan CMV dari gulma
Chenopodium quinoa dan Gomphrena Emilia sonchifolia yaitu sebesar 13.33%.
globosa. Penularan terhadap tanaman
indikator ini dilakukan secara mekanis.
Setelah keberadaan CMV dapat dipastikan
kemudian dilakukan perbanyakan
inokulum secara mekanis pada tanaman
cabai.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 14

Tabel 1. Rata-rata Intensitas tanaman (1981) bahwa beberapa tanaman


tomat sakit (%) hasil penularan memungkinkan memiliki senyawa kimia
CMV dari Empat Jenis Gulma yang dapat menjadi inhibitor terhadap
Berdaun Lebar sebagai sumber infeksi virus contohnya adalah senyawa
inokulum virus. protein, fenolik, asam sitrat, serta aldehid.
Jenis Gulma sebagai Intensitas Persentase serangan yang rendah serta
sumber inokulum CMV pd tidak munculnya gejala serangan CMV
tanaman pada tomat menunjukkan bahwa senyawa
tomat (%) kimia berupa inhibitor yang terdapat pada
gulma tersebut mampu menekan
Portulaca oleracea 43,33 c perkembangan virus.
Commelina 30,00 b
benghalensis 23,33 ab Tabel 2. Rata-rata Masa Inkubasi CMV
Ageratum conyzoides 13,33 a pada Tanaman Tomat pada
Emilia sonchifolia proses penularan menggunakan
Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf M. persicae dari sumber
yang sama pada kolom yang sama inokulum Empat Jenis Gulma
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Berdaun Lebar
uji BNT 5% (BNT=13,27) Jenis Gulma sebagai Masa Inkubasi
Perbedaan intensitas serangan sumber inokulum CMV pada
CMV ini diduga karena adanya perbedaan CMV tanaman (hari)
konsentrasi virus yang terkandung pada 4 Commelina
6,00 a
jenis gulma yang diujikan. Gulma dengan benghalensis
konsentrasi virus tinggi akan Ageratum conyzoides 7,67 b
menyebabkan tingkat serangan yang Emilia sonchifolia 8,67 b
tinggi pula pada tanaman tomat yang Portulaca oleracea 5,67 a
ditulari. Perbedaan konsentrasi virus ini Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
akan mempengaruhi kemampuan yang sama pada kolom yang sama
penularan pada masing-masing gulma. menunjukkan tidak berbeda nyata pada
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari uji BNT 5% (BNT=1,61)
Gaswanto et al. (2004) bahwa terhadap Adanya perbedaan masa inkubasi
korelasi yang sangat nyata antara pada tabel di atas bisa dipengaruhi oleh
intensitas serangan penyakit dengan jenis tanaman serta kecepatan multiplikasi
konsentrasi virus yang terkandung dalam virus dalam jaringan tanaman. Dugaan ini
tanaman. Berdasarkan penelitian yang diperkuat oleh Hadiastono (2010) yang
telah dilakukan Gaswanto et al. (2009) menyatakan bahwa Pergerakan dan
memberikan kesimpulan bahwa semakin penyebaran virus di dalam tanaman akan
tinggi konsentrasi virus pada tanaman terjadi apabila ada kompatibiltas antara
maka akan memberikan indeks gejala virus dan inangnya. Keberhasilan
penyakit yang tinggi pula. Emilia menginfeksi bergantung pada virus dalam
sonchifolia memiliki tingkat serangan tanaman inang yang harus dapat bergerak
yang paling rendah serta Synedrella dari sel yang satu ke sel yang lain dan
nodiflora dan Commelina diffusa yang harus dapat memperbanyak diri di dalam
tidak menunjukkan gejala terinfeksi CMV sebagian besar atau semua sel yang dilalui
diduga karena gulma tersebut memiliki sehingga dapat memunculkan gejala
komponen kimia dalam sel yang berperan serangan.
dalam menghambat perkembangan virus. Gulma Portulaca oleracea
Seperti yang dijelaskan oleh Matthews mempunyai masa inkubasi terpendek dan
Hasanah et al, Potensi beberapa gulma berdaun lebar 15

intensitas serangan CMV tertinggi, yang berbeda antara 4 jenis gulma


sehingga Portulaca oleracea merupakan berdaun lebar yang dijadikan inokulum.
gulma yang memungkinkan paling Perlakuan yang memiliki indeks
berperan sebagai sumber inokulum CMV infektivitas tertinggi adalah dari gulma
pada tanaman tomat karena penularan Portulaca oleracea yaitu sebesar 79,
virus berlangsung secara cepat pada kemudian dilanjutkan dengan perlakuan
jaringan inang. gulma Commelina benghalensis sebesar
67 dan Ageratum conyzoides sebesar 41.
Nilai indeks infektivitas terendah terdapat
pada perlakuan dari gulma Emilia
sonchifolia yaitu sebesar 21.
Hasil pengujian keempat jenis
isolat CMV menunjukkan bahwa gulma
berdaun lebar pada taraf pengenceran 10-5
tidak menunjukkan respon terjadinya
gejala infeksi CMV pada tanaman tomat.
Hal ini diduga karena pada batas
pengenceran 10-5 CMV menjadi
berkurang stabilitasnya dan menjadi
inaktif sehingga tidak menimbulkan gejala
pada tanaman tomat yang diuji. Hasil
pengamatan tersebut sesuai dengan yang
Gambar 4. Gejala Infeksi CMV pada dijelaskan oleh Semangun (2000) bahwa
Tomat (a) Tanaman tomat virus dapat bertahan dalam sap tumbuhan
sehat, (b) Tanaman tomat sakit sekitar 6-10 hari sedang titik
terinfeksi CMV, (c) Pucuk pengenceran antara 1:1000-10000.
tanaman tomat sehat, (d) Gonzalves dan Garnsey (1989) dalam
Pucuk tanaman tomat Suhara dan Supriyono (2007) juga
terinfeksi CMV, (e) Daun menyebutkan bahwa CMV mempunyai
tomat sehat, (f) Daun tomat suhu inaktivasi antara 60–75oC, dengan
terinfeksi CMV titik pengenceran akhir 10-4.
Konsentrasi virus pada setiap
Hasil Penghitungan Indeks Infektivitas perlakuan pengenceran berpengaruh
Tabel 3. Nilai Indeks Infektivitas CMV terhadap respon tanaman yang
pada Tanaman Tomat yang menunjukkan gejala serangan. Hal ini
Diinokulasi Virus dari Gulma dapat dilihat dari hasil pengamatan yang
Berdaun Lebar sebagai Sumber menunjukkan bahwa semakin tinggi
Inokulum tingkat pengenceran yang diujikan
Jenis Gulma Berdaun Nilai Indeks menunjukkan tanaman yang terinfeksi
Lebar Infektivitas semakin sedikit dari 3 tanaman tomat
Commelina yang diamati pada masing-masing
benghalensis 67 perlakuan. Perlakuan pengenceran yang
Ageratum conyzoides 41 tinggi juga menyebabkan munculnya
Emilia sonchifolia 21 gejala CMV pada tomat semakin lama
Portulaca oleracea 79 pada pengujian indeks infektifitas ini,
sesuai dengan hasil pengujian yang telah
Tabel hasil pengujian dilakukan Diener (1979) bahwa tanaman
menunjukkan nilai indeks infektivitas akan menunjukkan gejala serangan yang
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 16

lebih lama setelah diinokulasi oleh virus Universitas Brawijaya. Malang.


dengan pengenceran yang tinggi. 86 hlm.
Harrys, K.F., Maramorosch, L. 1982.
Pathogens, Vectors, and Plant
KESIMPULAN Diseases, Approaches to Control.
Academic Press. New York.
Dari hasil penelitian dapat London. 310 hlm.
disimpulkan bahwa Portulaca oleracea
merupakan gulma lebih berpotensi sebagai Iqbal, S., M. Ashfaq, and H. Shah. 2011.
sumber inokulum CMV untuk tanaman Biological Characterization of
tomat dibandingkan dengan tiga jenis Pakistani Isolates of Cucumber
gulma lainnya. Intensitas tanaman tomat Mosaic Cucumovirus (CMV).
yang sakit hasil penularan CMV dari Department of Plant Pathology,
gulma tersebut sebesar 43,33%. PMAS- Arid Agriculture
Sedangkan persentase hasil penularan University, Rawalpindi, Pakistan.
CMV pada tomat dari gulma lainnya yaitu Matthews, R.E.F. 1970. Plant Virology.
Commelina benghalensis Ageratum Academic Press. New York. 897
conyzoides dan Emilia sonchifolia hlm.
berturut-turut sebesar 30,00%, 23,33%
Ong C.A. 1995. Symptomatic variants of
dan 13,33% .
CVMV in Malaysia. Proceeding
Nilai indeks infektivitas CMV
of the AVNET II Midterm
tertinggi juga diketahui pada inokulum
Workshop 21-25 Februari 1995.
CMV dari Portulaca oleracea dengan
Philippines.
nilai Indeks 79. Nilai indeks ini lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai indeks Ratnawati, M.L. 2004. Studi Mekanisme
infektivitas CMV dari inokulum gulma Ketahanan Beberapa Kultivar
Commelina benghalensis, Ageratum Tomat (Lycopersicon esculentum
conyzoides, dan Emilia sonchifolia 67; 41 Mill.) Terhadap Infeksi CMV.
dan 21. Skripsi. Central Library Institute
Technology Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Semangun, H., 2000. Penyakit–Penyakit
Diener, T.O. 1979. Viroids and Viroid Tanaman Perkebunan di
Disease. A Wiley-Interscience Indonesia. Gadjah Mada
Publication. Canada. 252 hlm. University Press. Yogyakarta.
835 hlm.
Gaswanto, R., N. Gunaeni, dan A.S.
Smith, K.M. 1972. A Textbook of Plant
Duriat. 2009. Seleksi Tanaman
Virus Disease Third Edition.
Tomat Berdasarkan Ketahanan
Longman Group Limited.
Pasif dan Aktif terhadap CMV. J
London. Hlm 230-252.
Hort. 19(4):377-385.
Suhara, C., Supriyono. 2007. Peranan
Gaswanto, R., Taryono, dan Y.B. Penyakit Cucumber Mozaic Virus
Sumardiyono. 2004. Estimasi CMV) dan Strategi
Aksi dan Jumlah Gen dalam Pencegahannya pada Budidaya
Ketahanan Tanaman Tomat Tembakau Besuki No. Prosiding
terhadap CMV. Jurnal Agrosains. Lokakarya Nasional Agribisnis
17(3):339-346. Tembakau. Balai Penelitian
Hadiastono, T. 2010. Virologi Tumbuhan Tanaman Tembakau dan Serat.
Dasar. Fakultas Pertanian Malang. Hlm 125-133.
Hasanah et al, Potensi beberapa gulma berdaun lebar 17

Wijayani, A., W. Widodo. 2005. Usaha


Meningkatkan Kualitas Beberapa
Varietas Tomat dengan Sistem
Budidaya Hidroponik. Jurnal
Ilmu Pertanian. 12(1):77–83.

Anda mungkin juga menyukai