PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat Darurat dan Farmasi Instalasi Bedah Sentral), Farmasi klinik dan
Central of Drugs Compounding (CDC) sesuai dengan yang dijadwalkan.
Bimbingan dan jadwal pelaksanaan PKL dibuat oleh Apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN UMUM
6
7
Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 1 April 2018 – 31 Maret 2019
BAB III
KEGIATAN PKL
14
15
steril dan produksi non steril), dan melalui sumbangan atau droping atau
hibah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Pengadaan
yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Kebijakan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta menyatakan bahwa
pembelian perbekalan farmasi melalui satu pintu yaitu dilakukan oleh
Instalasi Farmasi sehingga untuk kebutuhan bagian lain (laborat,
radiologi, Inslalasi Gizi, klinik gigi, dan bagian lain) melakukan bon
permintaan ke bagian pengadaan untuk dipesankan. Pembelian
perbekalan farmasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta adalah pembelian harian dengan pertimbangan agar
perputaran barang lebih efektif dan efisien.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta melakukan
pembelian langsung melalui distributor utama, subdistributor maupun
apotek rekanan. Pembelian diprioritaskan melalui distributor utama untuk
menjamin legalitas barang. Jika ada kekosongan pada distributor utama,
maka dilakukan pembelian pada subdistributor. Pembelian obat diluar
formularium dilakukan di apotek rekanan.
Pembelian perbekalan farmasi dilakukan menggunakan Surat
Pesanan (SP). Obat psikotropika dapat menggunakan satu lembar Surat
Pesanan barang untuk beberapa jenis obat. Khusus untuk narkotika, satu
lembar Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis obat, satu kekuatan
dan satu bentuk sediaan yang ditandatangani Kepala Instalasi Farmasi.
Pembelian narkotika dilakukan pada distributor tunggal (Kimia Farma),
sedangkan golongan psikotropika dilakukan pada distributor yang
ditunjuk. Sistem pengadaan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
18
9. Dispensing Obat
Dispensing adalah proses pelayanan resep yang terdiri dari penyiapan,
penyerahan dan pemberian informasi obat.
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
1) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
2) Mengambil obat yang dibutuhkan dari mesin dispensing
sesuaikan warna keranjang resep dengan keranjang obat yang
keluar dari mesin dispensing otomatis, bila masih ada obat yang
tidak tersedia dari mesin dispensing otomatis dilanjutkan dengan
mengambil obat dari rak penyimpanan dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat. Penataan
obat pada rak penyimpanan secara farmakologi, alfabetis, FIFO
dan FEFO.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
Mengambil obat atau bahan dari wadahnya menggunakan alat
yang sesuai misalnya sendok atau spatula, nama dan jumlah obat
sesuai yang diminta pada resep, memeriksa mutu secara organoleptis
dan tanggal kadaluarsa obat.
1) Sirup kering
Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah
dilarutkan menggunakan aquadest sesuai dengan takaran yang
tertera pada label obat.
2) Puyer dan Kapsul
a) Menghitung kesesuaian dosis
b) Menyiapkan obat sesuai kebutuhan
c) Menyiapkan kemasan obat dan menempelkan label pada
embalage.
d) Dilakukan cross ceck dahulu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian yang lain
e) Dilakukan penggerusan menggunakan mesin mixer sampai
homogen.
25
c. Kontrol obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali kesesuaian obat yang disiapkan dengan resep
mengenai benar nama pasien, benar cara penggunaan, benar aturan
minum, benar obat, benar dosis, benar jumlah obat. Setelah obat
sesuai dengan resep, petugas melakukan barcoding resep dengan
tujuan memberikan informasi pada layar monitor bahwa resep
dengan nomer tersebut sudah selesai dan sudah siap untuk diambil
pasien.
d. Penyerahan obat
1) Apoteker melakukan barcoding resep dengan tujuan
memberikan informasi berupa panggilan nomer resep yang
sudah siap diserahkan. Apoteker melakukan konfirmasi ulang
identitas pasien, misalnya nama pasien/nomer urut pasien/
alamat usia.
2) Apoteker menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat,
dan memastikan pasien telah memahami cara penggunaan obat.
3) Apoteker memberikan informasi cara penggunaan obat misalnya
aturan minum berapa kali sehari, diminum sebelum, sewaktu
atau sesudah makan dan hal-hal yag terkait dengan obat antara
lain manfaat obat. makanan dan minuman obat yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain.
4) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan
keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu, pasien harus
mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmais tertentu seperti obat oral,
26
obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot
hidung, tetes telinga, suppositoria atau salep serta rektal atau
vagina.
Prosedur pelayanan resep pasien dilakukan dengan memberi cap
untuk menuliskan keterangan yang diperlukan dalam pelayanan. Stempel
pelayanan resep rawat jalan dapat dilihat pada Gambar 3.
V V (Validasi)
L L (Labelling)
R R (Racik)
K K (Koreksi)
S S (Serah)
T1 T1 (waktu penerimaan dan validasi)
T2 T2 (waktu pemberian label)
T3 T3 (waktu koreksi)
T4 T4 ( waktu penyerahan obat)
5. Pemberian obat untuk pasien BPJS atau JKN diberikan satu hari untuk
injeksi dan tiga hari untuk obat oral.
6. Perawat membagi obat sesuai aturan pemakaian (khusus bangsal ICU
dibagi oleh Apoteker dan TTK),
7. Jika obat tidak dipakai (stop, alergi) maka dilakukan transaksi retur.
Alur pelayanan pasien pulang yaitu :
1. Persetujuan pulang, resep, retur obat (jika ada yang tidak dipakai)
diserahkan farmasi
2. TTK atau Apoteker melakukan transaksi untuk obat yang di bawa pulang
(pemberian obat untuk pasien BPJS atau JKN diberikan tujuh hari).
3. TTK atau Apoteker melakukan proses retur pada SIM.
4. TTK atau Apoteker melakukan verifikasi (mencocokan transaksi antara
kartu obat dan sistem komputer)
5. Kartu obat diserahkan ke Administrasi Keuangan Pasien Inap (AKPN)
6. Obat diserahkan ke bangsal.
Stabilitas sangat penting dalam pelayanan kefarmasian, oleh sebab itu
beberapa obat memiliki perlakuan khusus, misalnya untuk obat-obat yang
stabil pada suhu rendah maka disediakan sarana seperti almari pendingin
(cooler). Di satelit farmasi rawat inap terdapat 2 almari pendingin dengan
suhu yang berbeda yaitu 20-80C dan 150-250C. Embalage (pengemas) yang
digunakan dalam pelayanan berupa 3 macam kantong klip plastik, yaitu:
a. Warna coklat tua untuk obat oral lepasan atau tanpa kemasan blister/strip
dan obat racikan kapsul (ditambah silica gel ).
b. Warna transparan putih untuk obat dengan rute oral dengan kemasan
(blister/strip).
c. Warna transparan biru untuk obat luar dengan rute non oral dengan
kemasan diberikan tanda obat luar.
E. Satelit Farmasi Khusus
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008, selain menyediakan pelayanan rawat jalan dan
pelayanan rawat inap, rumah sakit juga harus menyediakan pelayanan gawat
30
anastesi terdiri dari Ringer Lactat (RL) atau asering, spuit 5 cc, spuit 3 cc,
asam traneksamat atau kalnex, sarung tangan non steril 1 pasang. Set dasar
bedah terdiri dari sarung tangan steril (ukuran 6,5; 7; 7,5; 8), betadin, alkohol,
pisau no 10, 11, 22, sarung tangan non steril 1 pasang. Farmasi IBS tidak
melakukan pelayanan setelah pukul 21.00 WIB, sehingga kebutuhan
perbekalan kefarmasian untuk operasi malam atau darurat disediakan pada
lemari floor stock. TTK dibawah pengawasan Apoteker setiap pagi
melakukan pengecekan terhadap jumlah sediaan farmasi dan di sesuaikan
dengan form floor stock. Obat atau alkes yang kurang dari persediaan yang
ditentukan, maka harus ditambahkan sesuai check list dalam form floor stock.
Permintaan obat untuk pasien operasi dituliskan dalam kartu obat dan untuk
beberapa obat melalui resep dokter. Perawat apabila melakukan penambahan
dan pengembalian obat maka obat akan ditambahkkan atau di hapuskan pada
kartu obat. Penataan perbekalan kefarmasian di farmasi IGD dan IBS yaitu
berdasarkan bentuk sediaan, fast dan slow moving, stabilitas obat, bentuk
sediaan alfabetis dengan kombinasi FIFO/FEFO. Obat-obat yang termolabil
akan diletakkan pada cooler sesuai dengan persyaratan penyimpanan untuk
menjamin mutu obat.
F. Satelit Farmasi Operasional
Satelit Farmasi Operasional merupakan bagian dari Instalasi Farmasi yang
melayani permintaan perawat atau petugas dari ruangan/bangsal, klinik,
Hemodialisa, Laboratorium, Instalasi Gizi, satelit farmasi dan seluruh bagian
rumah sakit dengan membawa bukti Bon Permintaan. Setiap permintaan
yang dilayani dibebankan pada pengeluaran Rumah Sakit. Pelayanan farmasi
operasional dilakukan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu
dan Jumat. Bagian farmasi operasional juga melayani permintaan perbekalan
farmasi untuk Balai Pengobatan Wonosari pada hari Selasa.
Pelayanan farmasi operasional dilakukan oleh seorang TTK dibawah
pengawasan Apoteker. Farmasi operasional melakukan pelayanan pada pukul
07.30-14.30 WIB dan tutup pada hari minggu. Satelit Farmasi Operasional
akan membuat laporan pada akhir bulan yang memuat nama perbekalan
32
farmasi yang diminta, jumlah dan harga. Stok opname dilakukan tiga bulan
sekali dengan melihat kesesuaian fisik, sistem dan tanggal kadaluarsa. Bagian
farmasi operasional juga melakukan pelaporan yang bertujuan untuk
mengetahui pengeluaran operasional sehingga dapat diketahui biaya yang
dikeluarkan rumah sakit.
G. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas, dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, hara, sifat, fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bisa
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien. Kegiatan Pelayanan Informasi obat yaitu (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016):
1. Menjawab pertanyaan.
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
3. Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan
penyusunan formularium rumah sakit.
4. Bersama dengan tim penyuluhan kesehatan rumah sakit (pkrs) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya
6. Melakukan penelitian.
Pelayanan informasi Obat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dilakukan
melalui telepon, fax, email ataupun langsung ke ruang Pelayanan Informasi
33
Obat. PIO di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta banyak melalui telepon dan
langsung bertatap muka dengan apoteker. Pada saat melakukan PIO seorang
Apoteker harus menyampaikan jawaban yang harus disertai dengan referensi
yang dapat di percaya. Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam
pelayanan informasi obat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
1. Menerima pertanyaan, baik melalui telepon ataupun secara langsung,
kemudian mengidentifikasi pertanyaan yang sesungguhnya untuk
mengetahui apakah maksud dari penanya sama dengan pengertian yang
dimaksud.
2. Melakukan identifikasi penanya, meliputi nama, profesi, instansi, alamat,
nomor telepon yang dapat dihubungi
3. Melakukan penelusuran pustaka, mengevaluasi referensi yang relevan
dengan pertanyaan kemudian menyiapkan jawaban dan membuat
ringkasan jawaban.
4. Menghubungi penanya dalam waktu yang telah dijanjikan untuk menjawab
pertanyaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh penanya dan
mendokumentasikannya dengan baik.
Setiap pertanyaan yang diterima dari pasien, kemudian didokumentasikan
dalam lembar PIO (lembar formulir berwarna merah muda) antara lain:
a. Tanggal dan jam pertanyaan masuk
b. Departemen atau unit
c. Nomor pertanyaan
d. Identitas penanya
e. Profesi penanya
f. Instansi atau alamat penanya
g. Jenis pertanyaan langsung atau melalui (surat, telepon, faximile, E-Mail)
h. Isi pertanyaan
i. Data pendukung (Identitas nama pasien, jenis kelamin, umur,nomor
rekam medis, diagnosa terbaru, diagnosa sebelumnya, hasil pemeriksaan
laboratorium, obat atau resep, dan materi yang dikirim)
34
untuk proses pembuatan atau produksi, ruang penyimpanan sediaan obat jadi
hasil produksi dan repacking sebelum obat tersebut didistribusikan ke satelit-
satelit farmasi, ruang pembuatan kapsul dan pulveres, ruang khusus sediaan
steril dan ruang pencucian. Ruang bagian Pusat Peracikan Obat sediaan cair
terdiri dari ruang tempat pengenceran atau pembuatan produk cair, ruang
pencucian dan lemari pengeringan wadah primer untuk sedian cair. Jenis
kegiatan yang dilakukan oleh bagian produksi adalah :
a. Meracik sediaan non steril formula khusus yang sering dipakai.
Contoh: paracetamol 1/2 ,Profilas 1/4 Pronicy 1/8, kenacort 2 mg.
b. Mengubah bentuk (pengenceran).
Contoh: Betadine 1:10 200ml, Betadin 1:20 200ml.
c. Pengemasan kembali sediaan non steril.
Contoh: glycerin 30 ml
d. Membuat sediaan yang tidak tersedia di pasaran.
Contoh: shake lotion 2%, RAGAA, mot cs kapsul, mot h kapsul.
I. Gudang dan Pelayanan Gas Medis
Gas medis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta terdiri dari gas Karbon
dioksida, Nitrogen Oksida dan Oksigen. Oksigen didistribusikan secara sentral
dengan regulator otomatis dan secara manual. Tabung disimpan dengan posisi
berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan
pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah
dari tabung gas medis yang ada isinya (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan
Umum, 2014).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa dapat memperoleh gambaran kerja nyata di rumah sakit dan
dapat menerapkan ilmu yang di peroleh berdasarkan teori yang di
sampaikan selama perkuliahan.
2. TTK berperan atau berfungsi sebagai pelaksana dalam kegiatan
pengelolaan dan pelayanan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan,
pengendalian dan administrasi yang berkolaborasi dengan apoteker dan
tenaga kesehatan lainnya.
B. Saran
1. Penambahan SDM Apoteker untuk Satelit Rawat Jalan terutama pada
penyerahan dan pemberian informasi untuk pasien, juga di Satelit Farmasi
IGD dan IBS supaya dapat memenuhi pelayanan yang diprasyaratkan
dalam Undang-Undang, bahwa di IGD harus ada Apoteker yang stand by
24 jam.
2. Penambahan tenaga TTK dan Apoteker untuk mengembangkan sistem
distribusi di rumah sakit yang bertujuan untuk meminimalkan medication
error yang terjadi pada pasien rawat inap dan mendukung pengobatan
yang tepat, cepat dan rasional.
3. Perlu dibuat suatu katalog obat secara komputerisasi agar memudahkan
pencarian obat.
36
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, F.A. 2016. Laporan Praktek Kerja Lapangan Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah Bantul-Yogyakarta (22 Februari – 2 April 2016). Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Siregar, C.J.P dan Amalia L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan
Edisi I. EGC. Jakarta.
Yunita, Erma dan Rika Istiyana. 2019. Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan
Di Rumah Sakit. Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta.
37
48
48