Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah disiplin ilmu mengenai komposisi, struktur dan sifat zat atau materi dari
skala atom hingga molekul, serta perubahan atau transformasi serta interaksi untuk
membentuk materi yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu jenis ikatan
kimia antaratom adalah ikatan logam. Ikatan logam didefinisikan sebagai ikatan
antaratom logam tanpa membentuk suatu molekul.

Logam atau metal mememiliki beberapa karakter umum yaitu wujud padat,
menunjukkan kilap, massa jenis tinggi, titik didih dan titik lebur tinggi, konduktor panas dan
listrik yang baik, kuat atau keras namun mudah dibentuk misalnya dapat ditempa (malleable)
dan direnggangkan (ductile).

Walaupun demikian terdapat beberapa sifat yang menyimpang misalnya raksa pada
suhu kamar merupakan satu-satunya logam yang berwujud padat dan hingga saat ini belum
diketahui mengapa raksa berwujud cair. Selain itu titik leleh beberapa unsur logam sangat
rendah yaitu Hg, Cs dan Rb dengan titik didih berturut-turut adalah -38,83 °C, 29°C dan
39°C dan Li dan K memiliki massa jenis yang rendah yaitu 0,534 dan 0,86 g/mL.

Emas, perak dan platina disebut logam mulia, sedangkan emas, tembaga dan perak
sering disebut sebagai logam mata uang, karena ketiga unsur ini dipadukan untuk membuat
koin-koin mata uang. Dikatakan sebagai logam mulia karena ketiga logam ini sukar
teroksidasi dengan sejumlah besar pereaksi.

Selain dikenal logam mulia dikenal pula logam berat (heavy metal) adalah logam dengan
massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Raksa, kadmium,
kromium dan timbal merupakan beberapa contoh logam berat. Logam-logam berat dalam
jumlah yang banyak artinya melebihi kadar maksimum yang ditetapkan, sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogen).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fakta Eksperimen Ikatan Logam

Untuk menjelaskan mengenai ikatan logam, diuraikan beberapa teori yang


menjelaskan ikatan yang terjadi pada atom-atom logam yaitu sebagai berikut:

a. Teori awan elektron

            Teori ini dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20. Menurut
teori ini, di dalam kristal logam terdiri dari ion-ion logam bermuatan positif (kation) yang
tersusun rapat dalam awan elektron. Awan elekton ini merupakan elektron valensi yang
dilepaskan oleh setiap atom. Elektron valensi ini tidak terikat salah satu ion logam atau
pasangan ion logam, tetapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam. Hal ini disebabkan
oleh tumpang tindih (overlap) orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-
elektron yang ada pada orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.
Karena hal inilah elektron-elektron valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang
terdapat pada logam membentuk awan atau lautan elektron, sehingga elektron valensi
tersebut bebas bergerak keseluruh bagian dari kristal logam. Elektron-elektron bebas
inilah yang menyebabkan adanya ikatan dalam kristal logam. Misalnya logam magnesium
yang memiliki 2 elektron valensi. Berdasarkan model awan elektron, logam magnesium
dapat dianggap terdiri dari ion positif Mg2+ yang tersusun secara teratur, berulang dan
disekitarnya terdapat awan atau lautan elektron yang dibentuk dari elektron valensi
magnesium.

Maka, teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam itu didefinisikan sebagai
gaya tarik antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan negatif
yang terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom logam. Jadi logam yang
memiliki elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan kation dengan muatan positif
yang lebih besar dan awan elektron dengan jumlah elektron yang lebih banyak atau lebih
rapat. Hal ini menyebabkan logam memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding logam yang
tersusun dari atom-atom logam dengan jumlah elektron valensi lebih sedikit.

Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam,
yaitu sebagai berikut :

1. Logam dapat ditempa, dapat dibengkokkan, direntangkan dan tidak rapuh

Hal ini disebabkan atom-atom logam tersusun secara teratur dan rapat sehingga ketika
diberi tekanan atom-atom tersebut dapat tergelincir di atas lapisan atom yang lain,
mengapa logam dapat ditempa, direntangkan ataupun dibengkokkan, karena pada logam
tersebut semua atom sejenis sehingga atom-atom yang bergeser saat diberi tekanan
seolah-olah tetap pada kedudukan yang sama. Dengan kata lain apabila sebuah ikatan
logam putus maka akan segera terbentuk ikatan logam baru.
2. Sifat Mengkilap

      Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada
permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya tersebut.
Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh karena
frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai pantulan cahaya yang datang. Pantulan
cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.

Bila Cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron valensi yang
mudah bergerak tersebut akan tereksitasi. Ketika elektron yang tereksitasi tersebut
kembali kepada keadaan dasarnya, maka energi cahaya dengan panjang gelombang
tertentu akan dipancarkan kembali. Peristiwa ini dapat menimbulkan sifat kilap yang khas
pada logam.

3. Daya hantar listrik

     Di dalam ikatan logam, terdapat elektron valensi yang bebas (mudah bergerak) yang
dapat membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-elektron
ini akan bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.

4. Daya hantar panas

      Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi
kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang cukup
untuk dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-elektron
tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.

5. Titik didih dan titik leleh tinggi

Pada logam, Ikatan logam tidak sepenuhnya putus sampai logam mendidih ini
menunjukkan bahwa ikatan logam memiliki titik didih yang tinggi. Hal ini dikarenakan
atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi ikatan tersebut,
diperlukan energi dalam jumlah yang besar.

b. Ikatan logam berdasarkan teori resonansi

   Pada tahun 1965 Pauling mengemukakan ikatan logam dengan menetapkan konsep
resonansi. Menurut teori ini ikatan logam merupakan ikatan kovalen dan sesuai dengan
struktur kristal logam yang dapat diamati pada eksperimen maka dapat diperkirakan
teradi resonansi. Dalam mengembangkan teorinya Pauling meninjau kristal logam Li.
Dari tafsiran analisis terhadap pola difraksi sinar-X oleh kristal logam Li dapat diketahui
bahwa setiap atom Li dikelilingi oleh 8 atom Li yang lain. Karena elekton valensi Li
adalah 1, maka tidak mungkin 1 atom Li nmengikat 8 atom Li lainnya. Bila atom Li
menggunakan elektron valensinya, maka resonansi pasangan ikatan Li-Li terjadi secara
serempak didalam kisi kristalnya.
c. Teori Pita

    Teori ini dikembangkan pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital molekul. Ikatan
logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini. Misalnya pada logam
Li memiliki susunan elektron 1s2 2s1. Elektron 1s2  terdapat dalam orbital yang terarah
(localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah (delocalized).
Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.

    Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital atom 2s
dari atom lain membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul bonding dan anti
bonding. Bila atom ketiga mendekat, terbentuk tiga orbital molekul, dan seterusnya. Jadi
jumlah molekul sama dengan jumlah atonya. Bila N atom litium bersatu, terbentuk N
orbital molekul dengan energi berbeda-berda yang membentuk pita energi, dengan
distribusi energi yang kontinyu.

B. Definisi dan Contoh Ikatan Logam

Dari teori diatas maka dapat disimpulkan beberapa definisi dari ikatan logam yaitu:

a. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik
yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif
dari elektron-elektron yang bebas bergerak yang dihasilkan oleh elektron
valensi masing-masing logam.
b. Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi antara atom logam dengan 8 atau 12
atom logam yang lainnya. Misalnya ikatan antara logam Na dengan 8 logam
Na yang lainnya.
c. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh adanya elektron valensi
suatu logam yang tidak terarah (delocalized). Misalnya pada logam Li
memiliki struktur 1s2 2s1. Elektron 1s2  terdapat dalam orbital yang terarah
(localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah
(delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.
d. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh tumpang tindih (overlap)
orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang ada
pada orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.
e. Ikatan logam adalah ikatan antara inti positif unsur logam di dalam lautan
elektron yang dihasilkan oleh elektron valensi unsur logam yang
bersangkutan.

C. Ciri – Ciri Ikatan Logam


Logam memiliki beberapa ciri – ciri yaitu :
a. Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat
1 sama lain.
b. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah
untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
c. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat
kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain.
d. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi
logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi
tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah
dari 1 atom ke atom lain.
e. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang
menyelimuti ion-ion positif logam.
D. Sifat – Sifat Ikatan Logam
Logam memiliki beberapa sifat – sifat yaitu :
a. Berupa zat padat pada suhu kamar, akibat adanya gaya tarik-menarik yang
cukup kuat antara elektron valensi (dalam awan elektron) dengan ion positif
logam.
b. Dapat ditempa (tidak rapuh), dapat dibengkokkan dan dapat direntangkan
menjadi kawat. Hal ini akibat kuatnya ikatan logam sehingga atom-atom
logam hanya bergeser sedangkan ikatannya tidak terputus.
c. Penghantar / konduktor listrik yang baik, akibat adanya elektron valensi yang
dapat bergerak bebas dan berpindah-pindah. Hal ini terjadi karena sebenarnya
aliran listrik merupakan aliran elektron.
E. Proses Pembentukan Ikatan Logam
Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan proses pembentukan ikatan pada
logam, di antaranya adalah teori lautan elektron dan teori pita. Namun pada makalah
ini hanya akan dijelaskan teori lautan.

Teori Lautan Elektron

Teori ikatan logam ini pertama kali dikembangkan oleh Drude (1902) kemudian
diuraikan oleh Lorentz (1916) sehingga dikenal dengan teori elektron bebas atau teori
lautan elektron dari Drude-Lorentz. Namun ada juga yang menyebut teori lautan
elektron dengan teori awan elektron. Menurut teori ini, kristal logam tersusun atas
ion-ion positif yang terpateri di tempat (tidak bergerak) dikelilingi oleh lautan
elektron valensi yang bergerak bebas dalam kisi kristal logam. Perhatikan gambar
berikut ini.
4

teori lautan elektron atau awan elektron Drude-Lorentz untuk menjelaskan proses

pembentukan ikatan logam.Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan


mengisi ruang-ruang di antara kisi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Gaya
elektrostatistik antar muatan (+) logam dan muatan (−) dari elektron akan
menggabungkan kisi-kisi logam tersebut. Tarik menarik dari kation di dalam lautan
elektron yang bertindak sebagai perekat dan menggabungkan kation-kation inilah
yang menyebabkan terbentuknya ikatan logam.

F. Contoh Dan Klasifikasi Ikatan Logam


Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga
memberikan kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya. Secara rata-rata
logam seperti natrium (titik leleh 97.8°C) meleleh pada suhu yang sangat jauh lebih
tinggi dibanding unsur (neon) yang mendahuluinya pada tabel periodik.
1. Ikatan logam pada natrium
Natrium memiliki struktur elektronik 1s22s22p63s1. Ketika atom-atom
natrium datang secara bersamaan, elektron pada orbital atom 2s dari satu atom
natrium membagi ruang dengan elektron yang bersesuaian pada atom tetangganya
untuk membentuk sebuah orbital molekul kebanyakan sama atau serupa dengan
cara pembentukan ikatan kovalen.

Adapun perbedaannya pada tiap atom natrium tersentuh oleh delapan atom
natrium yang lainnyad an terjadi pembagian (sharing) antara atom tengah dan
orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom yang delapan ini
disentuh oleh delapan atom natrium, yang kesemuanya disentuh oleh delapan
atom natrium, terus dan terus sampai diperoleh seluruh atom dalam bongkahan
natrium.
Semua orbital 3s dalam semua atom saling tumpang tindih untuk memberikan
orbital molekul dalam jumlah yang sangat banyak yang memeperluas keseluruhan
tiap bagian logam. Terdapat jumlah orbital molekul yang sangat banyak, tentunya,
karena tiap orbital hanya dapat menarik dua elektron.

Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul


tersebut, dan karena itu tiap elektron manjdi terlepas dari atom induknya. Elektron
tersebut disebut terdelokalisasi. Logam terikat bersamaan melalui kekuatan daya
tarik yang kuat antara inti positif dengan elektron yang terdelokalisasi.

Hal ini kadang-kadang dilukiskan sebagai "susunan inti positif di lautan


elektron". dimana logam merupakan atom.Setiap pusat positif pada diagram
menggambarkan sisa atom yang terlepas dari elektron terluar, tetapi elektron
tersebut tidak menghilang, ini mungkin tidak termasuk tambahan pada atom yang
istimewa, tetapi pusat positif tetap berada dalam struktur. Oleh karena itu logam
natrium ditulis dengan Na – bukan Na+.

2. Ikatan logam pada magnesium


Pada magnesium, akanikatan yang terlihat lebih kuat dan tentunya titik leleh
yang lebih tinggi. Magnesium memiliki struktur elektronik terluar 3s2. Diantara
elektron-elektronnya terjadi delokalisasi, karena itu "lautan" yang ada memiliki
kerapatan dua kali lipat dari pada yang terdapat pada natrium. Sisa "ion" juga
memiliki muatan dua kali lipat (jika kamu menggunakan tinjauan ikatan logam)
dan tentunya akan terjadi daya tarik yang lebih banyak antara "ion" dan "lautan".

Lebih realistis, tiap atom magnesium memiliki satu proton lebih banyak pada
intinya dibandingkan yang dimiliki oleh natrium, dan karena itu tidak hanya akan
terdapat jumlah elektron yang terdelokalisasi tetapi juga akan terjadi lebih banyak
daya tarik yang terjadi diantaranya. Atom-atom magnesium memiliki jari-jari
yang sedikit lebih kecil dibandingkan atom-atom natrium dan karena itu elektron
yang terdelokalisasi lebih dekat ke inti. Tiap atom magnesium juga memiliki 12
atom terdekat dibandingkan delapan yang dimiliki natrium. Faktor-faktor inilah
yang meningkatkan kekuatan ikatan secara lebih lanjut.
3. Ikatan logam pada unsur-unsur transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam
kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat
dilibatkan, kecenderungan daya tarik yang lebih kuat yang akan peroleh.

4. Ikatan logam pada leburan logam


Pada leburan logam, ikatan logam tetap ada, meskipun susunan strukturnya
telah rusak. Ikatan logam tidak sepernuhnya putus sampai logam mendidih. Hal
ini berarti bahwa titik didih merupakan penunjuk kekuatan ikatan logam
dibandingkan dengan titik leleh. Pada saat meleleh, ikatan menjadi longgar tetapi
tidak putus.

G. Faktor yang Mempengaruhi Ikatan Logam


1. Titik leleh dan titik didih

Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena
kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan
logam yang lain. Titik leleh dan titik didih logam berkaitan langsung dengan kekuatan
ikatan logamnya. Titik didih dan titik leleh logam makin tinggi bila ikatan logam yang
dimiliki makin kuat. Contohnya pada logam alkali semakin kebawah titik didih
semakin rendah sehingga ikatan logamnya akan semakin lemah.

Logam Titik lebur (°C) Titik didih (°C)


Li 180 1330
Na 97,8 892
K 63,7 774
Rb 38,9 688
Cs 29,7 690
Titik didih dan titik leleh berhubungan dengan sifat periodik unsur yaitu sifat jari-
jari atomnya. Semakin besar jari-jari atomnya maka semakin kecil titik didih dan titik
lelehnya sehingga mengakibatkan ikatan lebih lemah.

2. Jari-jari atom

Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas kebawah, ukuran
kation logam dan jari-jari atom logam makin besar.  Hal ini menyebabkan jarak antara
pusat kation-kation logam dengan awan elektronnya semakin jauh, sehingga gaya
tarik elektrostatik antara kation-kation logam dengan awan elektronnya semakin
lemah.
Jari-jari atom Jari-jari kation
Logam Kation logam
logam (pm) logam (pm)
Li 157 Li+ 106
Na 191 Na+ 132
K 235 K+ 165
Rb 250 Rb+ 175
Cs 272 Cs+ 188

3. Jumlah elektron valensi (elektron yang terdelokalisasi)

Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki ikatan logam yang


relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron untuk
dikontribusikan pada ikatan. Sedangkan pada logam golongan II seperti magnesium
memiliki dua elektron untuk dikontribusikan pada ikatan sehingga logam golongan II 
memiliki ikatan yang relatif lebih kuat dibanding logam golongan 1.

4. Bilangan koordinasi

Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang lainnya, sedangkan
logam magnesium dikelilingi oleh dua belas logam magnesium lainnya. Hal ini
menyebabkan ikatan logam pada magnesium lebih besar dibandingkan dengan ikatan
logam pada natrium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi
antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron
yang bebas bergerak yang dihasilkan oleh elektron valensi masing-masing logam
2. Ketika atom-atom logam yang bermuatan saling berdekatan, kemudian elektron
valensinya akan terdelokalisasi membentuk ”lautan elektron” disekitar ion-ion positif.
3. Lautan elektron ini akan bertindak sebagai perekat atom-atom logam. Sehingga
mengakibatkan lautan elektron dalam atom-atom logam bebas bergerak dari atom satu
keatom yang lain untuk membentuk suatu ikatan yang disebut ikatan logam. Oleh karena
itulah logam dikatakan sebagai penghantar listrik yang baik.
Kekuatan ikatan logam bergatung pada banyaknya elektron valensi yang terdapat pada
atom logam tersebut.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuatnya ikatan logam adalah:
- Titik didih dan titik leleh.
- Jari-jari atom.
- Bilangan koordinasi.
- Jumlah elektron valensi yang terdelokalisasi.
B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi penulis maupun
isi. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin, Nuraini. 1985. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

http://wanibesak.wordpress.com/2011/06/27/ikatan-logam-sifat-sifat-logam-dan-
alloy/

http://rahmikimia.wordpress.com/kimia-kelas-x/3-ikatan-kimia-2/c-ikatan-logam/

http://rahmaddhany040608.blogspot.com/2011/07/ikatan-logam.html

http://www.blogpribadi.com/2009/07/ikatan-logam-dan-sifat-sifatnya.html

http://rahmaddhany040608.blogspot.com/2011/07/ikatan-logam.html

www.gurupendidikan.co.id/ikatan-logam-pengertian-ciri-sifat-dan-proses-
pembentukan-beserta-contohnya-lengka/

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

II. PEMBAHASAN

A. Fakta Eksperimen Ikatan Logam. ............................................ 2


B. Definisi dan Contoh Ikatan Logam. ........................................ 4
C. Ciri – Ciri Ikatan Logam ......................................................... 4
D. Sifat – Sifat Ikatan Logam ....................................................... 5
E. Proses Pembentukan Ikatan Logam ......................................... 5
F. Contoh Dan Klasifikasi Ikatan Logam ...................................... 6
G. Faktor yang Mempengaruhi Ikatan Logam ............................ 8

III. PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw.
beserta keluarga dan sahabat beliau.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah swt senantiasa memberikan
petunjuk kepada kita semua sehingga segala rutinitas kita dapat berjalan dengan baik dan
bernilai ibadah disisi-Nya. Serta kepada segenap pembaca yang budiman, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik
lagi. Semoga Allah swt. meridhoi segala aktivitas kita. Aamiin.

Majene,30 september 2018

Penulis
MAKALAH KIMIA
“IKATAN LOGAM”

Nama : Mariah Ulfa


Nim : H0218012
Kelas : Matematika B

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019

Anda mungkin juga menyukai