2020
DAFTAR ISI
i
4.8 Perhitungan massa udara .................................................................................................... 13
BAB V.................................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN..................................................................................................................................... 14
REFERENSI ......................................................................................................................................... 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Keramik sebagaimana diketahui berasal dari suatu bahasa yunani kuno, yaitu
“Keramikos” dalam artian beberapa tanah liat yang sudah melalui tahapan yaitu pembakaran.
Keramik merupakan bahan material yang banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai
produk kerajinan dan sebagai bahan material bangunan. Seiring berkembangnya zaman, dapat
diketahui bahwa produk utama keramik bukan hanya dari tanah liat saja. Bahan baku yang
sangat utama yang di pakai dalam pembuatan serta umumnya dapat kita ketahui sendiri yaitu :
kaolin, ball clay, feldspar dan yang terakhir air. Salah satu contoh bahan baku keramik ball
clay memiliki komposisi sebagai berikut:
1
2
Sifat dan kualitas suatu keramik itu sendiri tergantung oleh bagian bentuk/struktur
kristalnya maupun mineral yang telah terkandung didalamnya. Oleh sebab itu, keramik sangat
ditentukan berdasarkan lingkungan geologi dimana bahan baku itu diperoleh. (Ady, J., &
Maiyanti, A.)
Keramik dapat produksi melalui bahan tradisional maupun bahan yang bermutu tinggi
seperti contohnya untuk keramik yang berbahan dasar tradisional seperti kendi, pecah belah
dan lain sebagainya, dan untuk bahan yang menggunakan kualitas tinggi yaitu bahan sifatnya
tahan terhadap suhu tinggi yaitu flint dan feldfar bahan ini tahan terhadap suhu tinggi yang
ketahanannya mencapai suhu 1200°C-2000°C. Untuk mendapatkan keramik yang baik,
dibutuhkan uji mekanis keramik. Kajian penelitian tentang kekuatan mekanis masih sangat
jarang dilakukan karena belum menjadi perhatian utama dalam produksi keramik. Untuk
meningkatkan kualitas produk keramik perlu rekayasa sifat mekanis sehingga meminimalisir
cacat atau rusak saat pengiriman maupun ketahanan pada produk keramik. Kekerasan keramik
kaolin semakin naik seiring dengan naiknya suhu sinter dan tekanan kompaksi (Amin &
Irawan 2008).
Gambar 2. Keramik
pengembangan, pemasaran, produksi, sumber daya alam, serta keuangannya yang paling perlu
untuk mengatur proses jalannya sebuah industry (Purnawan, M., Rahardjo, S).
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik,
yaitu:
4
5
1.4 Penyimpanan
Setelah dilakukan size reduction, slurry akan masuk kedalam silo sebagai alat
penyimpanan sementara sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Silo biasa
digunakan untuk penimpanan hasil yang berukuran kecil dan tidak lagi boleh
terkana oleh air.
6
1.5 Penyaringan
Dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud
lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air
yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat
dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat
penyaringan filter press. Pemilihan alat ini berdasarkan system mekanisme yang
sederhana sehingga pengope dan pengeluaran cake menjadi mudah. Selain itu
filter press mudah untuk menambah atau mengurangi kapasitas cake yang
diinginkan dengan menambahkan atau mengurangi plate filter dalam unit.
2. Pembentukan
Casting merupakan salah satu teknik utama dalam proses pembentukan
keramik. Teknik ini menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gypsum.
7
Teknik casting memiliki keunggulan yaitu benda yang di produksi mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama persis.
3. Pengeringan
Setelah keramik selesai dibentuk, proses selanjutnya adalah pengeringan.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung pada
keramik. Proses pengeringan harus dilakukan secara lambat, jika dilakukan secara
cepat akan mengakibatkan keretakkan keramik tersebut dikarenakan hilangnya kadar
air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel secara sempurna. Oleh karena itu
alat yang cocok dalam proses pengeringan adalah tray dryer. Tray dryer merupakan
alat pengering berupa ruang tertutup dengan sejumlah tray (ketebalan 10-100 mm)
yang disusun secara bertingkat. Umpan atau material yang akan dikeringkan
ditempatkan diatas cabinet dan udara akan dialirkan secara zig-zag menggunakan
blower atau fan. Sumber panas berasal dari sumber elektrik, koil pemanas, dan kukus.
Cara pemenanasannya dapat berupa konveksi melalui kontak udara yang mengalir
maupun konduksi dengan pamanasan tray secara langsung. Pada umumnya alat ini
disertai thermostat dan beroperasi pada suhu 50-70 oC. Pemilihan alat ini berdasarkan
keunggulan tray dryer itu sendiri seperti desain sederhana, biaya operasi rendah, dan
laju pengeringan relatif cepat.
4. Firing (Sintering)
Sintering (Firing) adalah suatu proses pemadatan (tekanan) dari sekumpulan
serbuk pada suhu tinggi mendekati titik lelehnya sehingga terjadi perubahan struktur
mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir, peningkatan
densitas, dan penyusutan. Proses sintering bertujuan agar seluruh serbuk partikel yang
dicampurkan dapat berdifusi sempurna sehingga menghasilkan campuran bahan
keramik yang memiliki sifat yang diinginkan, misalnya tahan suhu tinggi dan kuat.
6. Warehouse
Warehouse atau pergudangan merupakan area yang berfungsi menyimpan
barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu tertentu
yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju berdasarkan permintaan.
BAB III
PROCESS FLOW DIAGRAM
9
7
10
BAB IV
PERHITUNGAN DESAIN ALAT UTAMA
11
12
c. Enthalpy penguapan
𝞴i (diperoleh dari data Appendix 7 buku McCabe)
𝞴i= 1048,3 Btu/lb = 2438345,8 J/kg (saat 80oF)
d. Laju pengeringan
hy(𝑇−𝑇𝑖)
Rc = λi
31,732 (321,89−299,817)
Rc= = 2,873 x 10-4 kg/m2.s
2438345,8
Cp(v) (Tva-Tv)
qT = [1673 J/kg.K (393 K – 299 K) + (0,15 ×3219 J/kg.K) (299,817 K – 299 K) +
(0,15– 0,09) 2438345,8 J/kg + (0,09 ×3219 J/kg.K) (393 K – 299,817 K) + (0,15 –
= 2416,1416 kJ
Dalam proses pembuatan keramik, adonan basah yang sudah dibentuk harus
dikeringkan terlebih dahulu didalam oven sebelum dibakar di tungku untuk efisiensi energi.
Pengeringan merupakan proses termodinamika yang sangat penting dalam pembuatan produk
keramik, terdiri dari hilangnya air produk oleh penguapan. Pengeringan dapat dijelaskan juga
sebagai proses perpindahan panas dan massa yang terdiri dari pemindahan kelembaban yang
terkandung di dalam produk oleh penguapan di permukaan benda padat. Desain suatu alat
pengeringan yang cocok untuk kapasitas 200 buah balok ubin per batch adalah tray dryer.
Dari desain tray dryer dalam satu batch diperlukan waktu sebanyak 2,492 jam dengan dryer
heat duty sebesar 2416,1416 kJ dan membutuhkan udara pengering sebanyak 104 kg.
14
REFERENSI
Ady, J., & Maiyanti, A. A. (2014). “Karakteristik Mikroskopik Keramik Batako Terhadap
Variasi Penambahan Sekam Tebu”. Sains. 14(1), 29-34.
Amin M & Irawan B. 2008. Pengaruh Tekanan Kompaksi Terhadap Karakterisasi Keramik
Kaolin Yang Dibuat Dengan Proses Pressureless Sintering. Traksi. 8(1): 40-54
Arifin, F., & Martomi, E. S. 2009 . “Keramik ( Advancd Ceramics )”. AUSTENIT . Vol. 1
Nawawi, M. 2005 . “Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias Pada Kriya Keramik Mahasiswa
Jurusan Seni rupa FBS UNIMED”. Seni Rupa. 2
Purnawan, M., Rahardjo, S., & Lubis, M. S. (2017). Pembuatan dan Karakterisasi Material
Cutting Tools Alumina Aditif Titania. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, 26(2), 96-
102.
R. Wilson, "Ball Clays" inglesas; origens, propriedades e usos em cerâmica, Cerâmica, 29,
165 (1983) 217-238.
Setiawan, F., Yulianto, A., & Aji, M. P. (2017). “Analisis Prositas dan Kuat Tekan Campuran
Tanah Liat Kaolin dan Kuarsa Sebagai Keramik”. MIPA. 40(1), 24-27
Suharson, A., & Asmara, D. A. (2012). “Komposisi Tanah Untuk Teknik Reproduksi Keramik
di Sentra Gerabah Pangerjurang Klaten”. Corak
Valdeiza, Francisca de S.T. dkk. 2014. Drying of Ceramic Hollow Bricks in an Industrial
Tunnel Dryer: A Finite Volume Analysis. Universitas of Campina Grande (UFCG)
15