Pokok Bahasan :
1. Aktiva tetap
2. Akuisisi Aktiva tetap
3. Disposisi aktiva tetap
A. Aktiva Tetap
Menurut PSAK (2004) pengertian aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam
operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut Ikatan Akuntansi Indonesia adalah aktiva
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
1. Yang dicantumkan atas harga perolehannya tanpa adanya penyusutan (depreciation) atau
deplesi (depleted), misalnya tanah, dimana gedung atau kantor didirikan.
2. Yang disusutkan, misalnya gedung, gudang, mesin-mesin, peralatan pabrik atau kantor
dan lain-lain.
3. Yang diplesi, misalnya tanah atau barang tambang lainnya.
A.3 Jenis Jenis Aktiva Tetap
Aset tetap dibagi menjadi dua jenis, yaitu aset berwujud apabila mempunyai wujud fisik
yang nyata dan dapat dilihat, seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan pabrik, kekayaan alam
dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah aset tetap yang tidak nampak
fisiknya, merupakan hak yang istimewa yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan,
seperti hak paten, hak cipta, merk dagang, dan lain-lain. Nilai dari dari suatu aset tetap yang
dimiliki oleh suatu perusahaan terkandung dalam wujud fisik yang dimiliki aktiva tersebut, untuk
itu perlu adanya pengelompokan aktiva.
Aktiva tetap terbagi menjadi dua sifat, yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tak berwujud.
Lebih lanjutnya akan dijelaskan di bawah ini.
Aktiva tetap berwujud ialah aset tetap yang mempunyai bentuk fisik. Ada 3 jenis dari aktiva
tetap berwujud, diantaranya ialah:
Aktiva yang memiliki sumber penyusutan atau juga depresiasi misalkan seperti bangunan
ataupun gedung, peralatan, inventaris, kendaraan, mesin-mesin produksi dan yang
lainnya.
Aktiva yang mempunyai sebuah sumber dari deplesi ataupun penyusutan, misalkan
seperti tambang mineral, mineral deposits ataupun sumber daya alam lainnya. Sumber
daya alam ataupun tambang bisa habis dengan kegiatan-kegiatan eksploitasi kepada
sumber-sumber tersebut. Oleh sebab itu, sumber alam harus bisa dialokasikan pada
periode-periode, yang mana sumber daya alam ataupun tambang bisa membuahkan
hasilnya.
Aktiva yang tidak mengalami sebuah penyusutan ataupun tidak mengalami deplesi,
misalnya seperti tempat ataupun tanah yang diatasnya didirikan sebuah bangunan
perusahaan dan yang lain sebagainya.
Aktiva tetap tidak berwujud
Ini adalah aktiva yang tidak mempunyai wujud fisik, meski begitu mempunyai manfaat
yang besar bagi perusahaan yang dinyatakan ke dalam bentuk jaminan tertentu, misalnya seperti
hak cipta, hak monopoli, hak paten, merk dagang dan lain sebagainya
Harga perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh dan menyiapkan hingga aktiva tetap tersebut siap digunakan. (Wit & Erhans, 2000;
82). Prinsip akuntansinya adalah aktiva tetap harus dicatat sesuai dengan harga perolehannya.
Contoh Kasus :
Sebuah komputer merek acer dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dan mendapat potongan tunai
sebesar 10%. Biaya tambahan untuk install komputer dan pemasangan sehingga komputer siap
digunakan sebesar Rp. 250.000. maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai
berikut:
Harga beli 7.500.000
Potongan tunai 10 % (750.000 )
6.750.000
Biaya install dan pasang 250.000
Harga Perolehan 7.000.000
Komputer 7.000.00
0
Kas 7.000.000
1. Perolehan Aktiva Tetap Pembelian Tunai
Dalam pembelian secara tunai, harga perolehan adalah harga beli bersih setelah dikurangi
potongan tunai ditambah pengeluaran-pengelauaran.
Contoh Kasus :
Dibeli mesin pabrik seharga Rp. 55.000.000, biaya tambahan yang terkait meliputi, PPN sebesar
Rp. 5.500.000, Premi asuransi sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan mesin sebesar Rp.
1.450.000. maka harga perolehannya dapat dihitung :
Pembelian secara kredit jangka panjang umumnya melibatkan bunga kredit, bunga dapat
ditetapkan secara eksplisit dan implisit.
Bunga eksplisit adalah bunga yang ditetapkan secara jelas atau terus terang dalam
pembelian kredit. Sedangkan Bunga implisit adalah bunga yang belum ditetapkan atau tidak
ditetapkan secara terus terang sehingga harus mencari dulu berapa besar bunganya.
Baik menggunakan bunga secara eksplisit maupun implisit, bunga tidak boleh
dimasukkan ke dalam menghitung harga perolehan, mengapa ? karena bunga bukan merupakan
pengorbanan untuk medapatkan aktiva tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana pihak
lain.
3. Perolehan Aset Tetap Menggunakan Wesel Bunga
Pembelian aktiva tetap dengan jumlah rupiah yang besar biasanya akan dibayar
perusahaan dengan menggunakan wesel berbunga. Pembeli biasanya diwajibkan membayar uang
muka dan sisanya dibayar dengan wesel berbunga, dan pembayaran bunga dibayar pada saat
jatuh tempo wesel tersebut.
Harga perolehan aktiva dapat dihitung dengan jumlah uang muka ditambah nilai nominal
wesel. Biaya bunga merupakan biaya pendanaan (financing cost) yang dicatat dengan mendebet
rekening biaya bunga.
Contoh Kasus :
PT Asio membeli peralatan pabrik seharga Rp. 120.000.000 secara tunai. Uang muka yang
diberikan sebesar Rp. 20.000.000 dan sisanya dibayar dengan wesel berbunga jangka waktu
setahun bunga 10%. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Dan pada saat jatuh tempo wesel, dibayarkan nilai nominal setelah ditambah dengan bunga
sebesar 10.000.000 ( 100.000.000 x 10%) dan dicatat dalam jurnalnya:
Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut juga sebagai lump-sum. Harga
paket gabungan didasarkan pada harga perolehan masing-masing aktiva tetap yang ditentukan
dengan harga pasar.
Contoh Kasus :
Pada tanggal 1 Januari, PT Lisa membeli tanah, gedung dan peralatan dengan harga total sebesar
Rp100.000.000, harga pasar masing-masing untuk tanah sebesar Rp45.000.000, untuk gedung
seharga Rp75.000.000 dan untuk peralatan seharga Rp30.000.000.
Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan dari amsing-masing aktiva adalah ;
Tanah 30.000.000
Gedung 50.000.000
Peralatan 20.000.000
Kas 100.000.000
1. Asset tetap yang dibangun sendiri dengan dana yang berasal dari dalam perusahaan.
Asset yang dibangun sendiri adalah bangunan yang timbul bukan karena harga pembelian
atau harga kontrak pembangunan. Maka perusahaan harus mengalokasikan seluruh biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya (bahan, tenaga kerja, dan overhead) yang berkaitan dengan
pembangunan tersebut. Biaya overhead biasanya seperti listrik, asuransi, peralatan pabrik dan
pengawas pabrik. Cara yang boleh dipilih dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik
diantaranya :
Untuk situasi ini, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu perlakuan biaya pinjaman selama
pembangunan. Perhitungan biaya pinjaman saat pembangunan dalam mengakuisisi asset tetap
boleh menggunakan beberapa alternative seperti :
Asset yang diperoleh dengan menerbitkan saham dapat dinai atas dasar nilai tetapan
saham tersebut. Nilai pasar dari saham yang diterbitkan adalah petunjuk yang layak atas harga
pokok dari harta yang diakuisisi, mengapa ? karena saham itu merupakan ukuran yang baik dari
harga ekuivalen kas masa berjalan.
Contoh Kasus :
Pada tanggal 1 mei, PT Abadi mengeluarkan saham sebanyak 5.000 lembar, nilai pari @10.000
untuk membeli tanah yang mempunyai harga pasar wajar saham @8.000. maka perhitungan
dapat dilakukan sebagai berikut:
Tanah 40.000.000
Disago saham 10.000.000
Saham biasa 50.000.000
Pertukaran asset tetap harus didasarkan pada nilai wajar dari asset yang diserahkan atau
nilai wajar dari asset yang diterima dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang
diakui.Pertukaran ini dicatat keuntungan dan kerugian yang diakui pada nilai wajar asset yang
diserahkan. Nilai wajar dari harta yang diterima harus digunakan hanya jika lebih jelas daripada
nilai wajar harta yang diserahkan.
Contoh Kasus : PT Mega menukarkan beberapa truk dengan nilai buku Rp. 420.000.000.
pada saat ini truk tersebut mempunyai harga pokok Rp. 640.000.000 dan akumulasi penyusutan
sebesar Rp. 220.000.000. harga pasar wajar truk tersebut Rp. 490.000.000. untuk pertukaran ini,
PT. Mega megneluarkan uang kas sebagai tombok sebesar Rp. 170.000.000. harga pasar wajar
truk baru sebesar Rp. 660.000.000.
Perhitungan keuntungan
Contoh Kasus :
PT. Esa mendapatkan mesin baru seharga Rp. 160.000.000,- dengan cara menukar mesin lama
yang dimiilki PT. Jaka Purnama. Mesin lama terhitung mempunyai nilai buku Rp. 80.000.000
dengan harga pokok Rp. 120.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp. 40.000.000. harga
pasar wajar mesin lama Rp. 60.000.000 dan tombokan penukaran disetujui sebesar Rp.
90.000.000.:
Perhitungannya adalah
Perhitungan kerugian
b. Akuntansi pertukaran untuk asset yang serupa (situasi keuntungan tetapi taka da kas yang
diterima)
Pertukaran asset yang menimbulkan keuntungan biasanya lebih rumit, karena jika
pertukaran ini belum menyelesaikan proses pencarian laba maka setiap keuntungan harus
ditangguhkan.
Contoh Kasus :
PT. Abadi menukar mobil lama dengan nilai buku Rp. 135.000.000 dari harga pokok sebesar Rp.
150.000.000. akumulasi penyusutan Rp. 15.000.000 dan harga pasar wajar mobil lama sebesar
Rp. 160.000.000 dan harus membayar uang kas sebesar Rp. 10.000.000 yang ditukar dengan
mobil baru dengan harga pasar wajar Rp. 170.000.000.: Perhitungannya sebagai berkut:
Perhitungan keuntungan
Harga pasar wajar mobil lama Rp. 160.000.000
Nilai buku mobil lama (Rp. 135.000.000)
Total keuntungan yang tidak Rp. 25.000.000
diakui
Jurnalnya adalah
Pertukaran asset ini dihitung dari harga pasar wajar asset yang dipertukarkan mana yang
lebih jelas.
Contoh Kasus :
PT. Cendikia melakukan transaksi pertukaran tanah seluas 1.000 meter persegi dengan mobil
seharga Rp 200.000.000. pertukaran ini mengakibatkan PT. Cendekia menerima kas sebanyak
Rp. 20.000.000.:
Mobil 200.000.000
Kas 20.000.000
Tanah 220.000.000
Pertukaran asset yang berasal dari donasi disebut juga transfer tanpa timbal balik (karena
transfer satu arah). Perlakuan ini dihitung dari nilai buku asset yang akan dicatat dalam buku
Contoh Kasus :
PT. Kartika menerima sebidang tanah dari donasi, harga pasar wajar dari tanah seharga Rp.
150.000.000 kemudian digunakan untuk pembangunan fasilitas umum.:
Jurnalnya adalah;
Tanah 150.000.000
Modal Donasi 150.000.000
Kasus Lain : PT. Wijaya menghibahkan tanah seharga Rp. 80.000.000, namun tanah tersebut
mempunyai harga pasar wajar Rp. 110.000.000.:
a. Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam pembukuan dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva
tetap termasuk harga yang tercantum di faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva
tetap tersebut siap dipakai.
Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut
merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat
atau tidak. Dan apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap
maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap.
Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan
untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga
pasar relatif masing-masing aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, maka dicari
harga pasar tanah dan harga pasar gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan
menjadi dasar alokasi harga perolehan.
b. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas
dinyatakan atau tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan
dibebankan sebagai biaya bunga.
Cara pencatatannya adalah pembayaran setiap tahun dibuat jurnal yang mengurangi utang
sebesar pokok pinjaman yang dilunasi dan mendebit biaya bunga untuk tahun yang bersangkutan
dan kreditnya kas sebesar angsuran.
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan,
dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, maka harga perolehan
aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut.
Apabila harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar tidak diketahui, maka
dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai
pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat
berharga yang dikeluarkan.
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam
rekening Modal Saham atau Utang Obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran
dengan nilai nominal dicatat dalam rekening Agio/Disagio.
Modal xxxx
Agio Saham xxxx
Bila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang muka harga perolehan mesin
adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan
penukar.
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar menukar atau istilah
populernya “tukar tambah”. Aktiva lama digunakan untuk membayar aktiva baru baik
seluruhnya atau sebagian di mana kekurangannya dibayar tunai. Kondisi seperti ini prinsip harga
perolehan tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga
aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan (kalau ada) atau dikapitalisasikan sebesar harga
pasar aktiva baru yang diterima.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah seringkali juga dikeluarkan
biaya, namun biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Bila
aktiva tetap dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan
jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk
mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
Depresiasi atau penyusutan aktiva tetap yang diterima dari hadiah dihitung dengan cara yang
sama dengan aktiva tetap yang lain.
Melalui pertimbangan tertentu perusahaan seringkali membuat sendiri aktiva tetap yang
diperlukan seperti gedung, alat-alat, dan perabot.
Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau karyawan
yang masih idle. Semua biaya yang dibebankan untuk pembuatan aktiva sendiri seperti bahan,
upah langsung, dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan
harga pokok aktiva tetap yang dibuat. Tapi untuk biaya factory overhead tidak langsung
menimbulkan sebuah pertanyaan tentang berapa besar yang harus dialokasikan untuk aktiva yang
sedang dibuat itu? Ada 2 cara untuk membebankan biaya factory overhead yaitu:
– Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat.
– Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif untuk pembuatan aktiva dan produksi.
D. AKUISISI
Menurut PSAK No. 22, arti akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan perusahaan
oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut.
Kebanyakan perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai
property, pabrik, dan peralatan. Biaya historis ( historical cost ) diukur oleh kas atau harga
ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan membawanya kelokasi serta kondusi yang
dieprlukan untuk tujuan penggunaanya.
Ketidaksepakatan setelah akuisisi berkenaan dengan perbedaan antara biaya historis dan
metode penilaian lainnya (seperti biaya pengganti atau nilai pasar wajar) akan selalu terjadi.
a. Biaya Tanah
Semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya siap dugunakan dianggap
sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya tersebut biasanya meliputi:
1. Harga pembelian,
2. Biaya penutupan, seperti sertifikat hak milik, honor pengacara dan honor
pencatatan
3. Biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah agar siap digunakan seperti
meratakan, menimbun, mengosongkan, dan membersihkan
4. Asumsi dari setiap hak gadai, hipotek, atau sitaan pada property
b. Biaya Bangunan
Biaya bangunan meliputi semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan akuisisi
dan kontruksinya. Biaya-biaya ini meliputi:
1. Biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang terjadi selama kontruksi
Semua biaya yang dikeluarkan mulai dari penggalian dan penyelesaian, dianggap sebagai
bagian dari biaya bangunan.
c. Biaya Peralatan
Istilah peralatan dalam akuntansi meliputi, peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin-
mesin, perabotan dan perkakas, perlengkapan tetap, peralatan pabrik dan aktiva tetap
sejenis lainnya. Biaya aktiva semacam ini meliputi harga beli, baiya pengiriman, dan
penanganan asuransi peralatan saat dalam perjalanan, biaya pondasi khusus jika
diperlukan, biaya pemasangan dan perakitan serta biaya untuk menjalankan uji coba.
Biaya ini meliputi bahan dan tenaga kerja langsung, biaya produksi tidak langsung atau
yang disebut dengan overhead yang bisa ditangani dengan dua cara:
Akuntansi yang tepat untuk biaya bunga telah lama menjadi kontroversi. Tiga pendekatan
telah diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan kontruksi
pabrik dan bangunan:
2. Membebankan kekontruksi atas semua biaya yang digunakan, baik yang diidentifikasi
maupun tidak.
Perbaikan dan penggantiana. a. Nilai tercetak diketahui : hilangkan biaya dan akumulasi
penyusutan aktiva lama, dengan mengakui setiap keuntungan
dan kerugian. Kapitalisasi biaya perbaikan/penggantian.
b. b. Nilai tercatat tidak diketahui :
1) 1. Jika umur manfaat aktiva diperpanjang maka debet
akumulasi penyusustan untuk biaya perbaikan /penggantian.
2) 2. Jika kuantitas atau kualitas aktiva ditingkatkan maka
kapitulasi biaya perbaikan/penggantian ke akun aktiva.
Contoh :
PT. A&W menjual kendaraan yang dimilikinya dengan harga Rp. 18.000.000,00 harga
perolehan Rp. 20.000.000,00 dan akumulasi penyusutan kendaran tersebut sampai dengan saat
penjualan Rp. 5.000.000,00
Perhitungan :
Harga Perolehan……………………Rp. 20.000.000,00
Akumulasi Penyusutan…………….(Rp. 5.000.000,00)
Nilai Buku………………………………………………….Rp. 15.000.000,00
Harga jual………………………………………………….(Rp. 18.000.000,00)
Laba Penjualan Aktiva Tetap............................................ Rp. 3.000.000,00
Jurnal :
Kas……………………………………….Rp.18.000.000,00
Akumulasi Depresiasi kendaraan...…….Rp. 5.000.000,00
Kendaraan……….………………………………………..Rp. 20.000.000,00
Keuntungan dari penjualan asset tetap……………………Rp. 3.000.000,00
c. Harga perolehan aktiva baru = harga pasar aktiva lama + tambahan uang yang
dibayarkan (boot)
d. Laba/rugi dari pertukaran aktiva yang sejenis harus diakui
Contoh :
PT. IMB menukarkan sebuah kendaraan miliknya dengan sebidang tanah. Dalam pertukaran ini
PT. IMB menambah dengan uang kas sebesar Rp. 10.000.000,00 Kendaraan tersebut harga
perolehannya Rp. 35.000.000,00 akumulasi penyusutan sampai saat terjadinya pertukaran adalah
Rp. 7.000.000,00 Harga pasar kendaraan tersebut sampai hari ini Rp. 30.000.000,00
Perhitungan :
Harga perolehan kendaraan Rp. 35.000.000,00
Akumulasi Penyusutan Rp. 7.000.000,00
Nilai buku kendaraan Rp. 28.000,000,00
Harga pasar kendaraan Rp. 30.000.000,00
Laba pertukaran Rp. 2.000.000,00
Jurnal :
Tanah…………………………………………….. Rp. 35.000.000,00
Akumulasi depresiasi kendaraa........….................Rp. 7.000.000,00
Kerugian pertukaran asset tetap ..……………...….Rp. 3.000.000,00
Kendaraan…………………………………………Rp. 35.000.000,00
Kas……..…………………………………………...Rp. 10.000.000,00
Contoh :
PT. Fi menukarkan peralatannya dengan harga perolehan Rp. 18.000.000,00 dengan
akumulasi penyusutan Rp. 12.000.000,00 dan nilai pasarnya Rp. 10.000.000,00 dengan peralatan
yang jenisnya sama dari PT. Fa yang harga perolehanya Rp. 24.000.000,00 dengan akumulasi
penyusutan menurut pembukuan PT. Fa Rp. 15.000.000,00 dan harga pasarnya Rp.
10.000.000,00
Perhitungan :
PT. Fi PT. Fa
Harga perolehan Rp. 18.000.000,00 Rp. 24.000.000,00
Akumulasi penyusutan Rp. 12.000.000,00 Rp. 15.000.000,00
Nilai buku Rp. 6.000.000,00 Rp. 9.000.000,00
Harga pasar Rp. 10.000.000,00 Rp. 10.000.000,00
Laba pertukaran Rp. 4.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
Jurnal PT. Fa :
Peralatan (baru)………………… ………….Rp. 9.000.000,00
Akumulasi Depresiasi…..…………...……… Rp. 15.000.000,00
Peralatan (lama)….………………………………….Rp. 24.000.000,00
Jurnal PT. Fa :
Peralatan (baru)…………………………….Rp. 5.500.000,00
Akumulasi depresiasi…………...……….… Rp. 15.000.000,00
Kerugian pertukaran asset tetap……….… ..Rp. 3.500.000,00
Peralatan (lama)…..…………………………………….Rp. 24.000.000,00
Contoh Soal :
PT. Wicaksono memiliki mesin bubut khusus yang tidak digunakan lagi karena produk
yang dihasilkannya sudah berubah. Mesin tersebut masih dapat digunakan beberapa tahun lagi.
Pembicaraan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama telah menunjukan adanya
pembeli yaitu PT. Anggoro dan menawarkan dengan salah satu mesin miliknya yang dapat
digunakan pada PT. Wicaksono. Kedua mesin tersebut memenuhi definisi kesurapaan dalam
penggunaanya. Dalam pertukaran ini PT. Wicaksono membayar kepada PT. Anggoro secara
tunai Rp. 4.000.000,00 Data tentang kedua mesin tersebut adalah sebagai berikut :
= 4.000.000,00 x 2.500.000
4.000.000 + 16.000.000,00
= Rp. 500.000,00
Perhitungan :
Harga perolehan mesin……………………………….Rp. 25.000.000,00
Akumulasi Penyusutan………………………………(Rp. 15.000.000,00)
Nilai Buku/ Kerugian…………………………………Rp. 10.000.000,00
Jurnal :
Akumulasi depresiasi mesin………….…Rp. 15.000.000,00
Kerugian penghapusan asset tetap.……Rp. 10.000.000,00
mesin……………………………………………..…Rp. 25.000.000,00
d.Penghapusan Aktiva Tetap Karena Kecelakaan (Destruction)
Jika aktiva tetap yang dimiliki rusak karena kecelakaan , maka kerugian dari kecelakaan
tersebut dicatat dalam rekening Loss on destruction of Plant Assets, sedangkan uang yang
diterima dari penggantian atau penjualan barang bekasnya dicatat dalam rekening kerugian
tersebut dikredit.
Contoh :
Sebuah kendaraan milik PT. Wicaksono mengalami kecelakaan dan rusak berat sehingga
dihapuskan dari catatan perusahaan. Harga perolehan kendaraan tersebut Rp. 45.000.000,
akumulasi penyusutan Rp. 20.000.000, Selanjutnya rongsokan dari kendaraan tersebut laku
dijual dengan harga Rp. 5.000.000,00 maka :
Jurnal :