Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN IKLIM DAN PEMANASAN GLOBAL DI INDONESIA;

DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI BAWAH PERMUKAAN Studi


Kasus : DKI JAKARTA
Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom

Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jln. Cisitu Sangkuriang, Bandung 40135
Telp : 022-2503597; Fax : 022-2503654
e-mail : fajarlubis@lipi.go.id, rdelinom@lipi.go.id

ABSTRACT

Indonesia is exposed to climate change, especially with regard to the rising sea level, changes in precipitation
and extreme events. This will particularly impact to many sectors in this country. In order to evaluate the impact
on subsurface environment, groundwater temperatures in boreholes can be an important source of information on
recent climatic changes. Subsurface temperatures in Jakarta city were analyzed to evaluate the effects. As a result
the magnitude of surface warming was increase 1.4°C which agreed with the increase of air temperature meteorolo-
gical data during the last 100 years. This is the preliminary results of significant increase in climate change during
the last century in Jakarta. Still today, the information on vulnerability and adaptive measures is not sufficient in
order to plan and design appropriate activities on the national level in Indonesia.
Keywords: Climatic change; Global warming; Temperature change; Subsurface soils

Pendahuluan iklim secara umum akan sangat mempengaruhi


Indonesia yang terletak di antara dua benua kehidupan manusia. Beberapa perubahan yang
dan dua samudra memiliki iklim yang unik terjadi baik yang berdampak positif ataupun
serta rentan terhadap perubahan iklim regional negatif diperkirakan akan menimpa berbagai
dan global. Kerentanan ini khususnya terhadap sektor (Tabel 1).
dampak dari perubahan temperatur, kenaikan Berdasarkan Tabel 1 maka model risiko pe-
permukaan air laut, perubahan curah hujan, rubahan iklim merupakan parameter dari bencana
serta peningkatan frekuensi, dan intensitas (hazard) dan kerentanan (vulnerability) terhadap
kejadian ekstrim. Sebagai contoh, kejadian El setiap wilayah yang berbeda-beda (Gambar 1).
Nino dan La Nina yang membawa peningkatan Perbedaan ini sangat ditentukan kondisi geograf-
risiko kekering­an, kebakaran, dan meningkatnya isnya. Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah
curah hujan. Risiko banjir akibat meningkatnya Indonesia dalam perencanaan pola adaptasi ini
curah hujan di beberapa wilayah Indonesia adalah tidak tersedianya informasi yang relevan.
terutama bagian selatan ekuator, seperti Pulau Hal ini mengakibatkan perlunya suatu penelitian
Jawa. Kenaikan permukaan laut dan mening- detail mengenai dampak yang akan terjadi secara
katnya frekuensi kejadian ekstrim ini sangat kualitatif dan kuantitatif (Climate change and
mempengaruhi Indonesia sebagai Negara Kepu- global warming roadmap).
lauan. Berdasarkan studi literatur, perubahan Penelitian mengenai kajian kerentanan atau
iklim global (climate change) di dunia saat ini dampak terhadap kondisi bawah permukaan
berkisar antara 0,5–0,8°C dalam periode 100 (subsurface), hingga saat ini belum pernah
tahun.1,2 Secara keseluruhan, perubahan iklim dilakukan di Indonesia. Makalah ini mencoba
juga berdampak pada sektor lainnya. Perubahan

65
Tabel 1. Kemungkinan Dampak pada Berbagai Sektor Akibat Perubahan Iklim.

Sektor Kemungkinan dampak yang akan terjadi


Menurunnya hasil panen di berbagai daerah dan kemungkinan meningkatnya panen
Pangan
di wilayah dataran tinggi.
Pegunungan es mulai menghilang diiringi menipisnya persediaan air di berbagai
Sumber daya air
daerah. Meningkatnya muka air laut
Kerusakan terumbu karang Meningkatnya kepunahan sejumlah spesies
Ekosistem
Perubahan perilaku flora dan fauna
Meningkatnya intensitas badai, kekeringan, banjir, gelombang panas dan kebakaran
Kondisi cuaca yang ekstrim
hutan

Pertanian &
Kehutanan
Sumberdaya
Peningkatan
frekuensi dan Air
Bawah
intensitas
kejadian ekstrim Permukaan
iklim : Glb. El
Nino dan La Nina

Gambar 1. Model Risiko Perubahan Iklim (Modifikasi Dari Af-


feltranger Dkk, 2006)

memaparkan permasalahan perubahan iklim ini Teori Dasar


terhadap kondisi bawah permukaan. Temperatur bawah permukaan yang terekam di
Kajian dampak bawah permukaan hingga air tanah merupakan salah satu sumber informasi
saat ini diperkirakan akan berdampak secara yang penting untuk mengetahui perubahan iklim.
kualitatif dan kuantitatif. Dampak kualitatif yang Proses aliran panas dari bawah permukaan bumi
terjadi adalah perubahan cadangan air tanah akan terekam bersamaan dengan aliran panas
akibat perubahan pola hujan. Dampak kuantitatif yang mengalir secara propagasi dari permukaan.
adalah perubahan temperatur bawah permukaan Untuk merekonstruksi perkembangan
akibat pengaruh perubahan iklim. perubahan temperatur bawah permukaan ini,
Untuk mengetahui secara kuantitatif dan digunakan solusi analitis berdasarkan model
detail pengaruh perubahan iklim ini maka 1- dimensi hubungan aliran panas di permukaan
perlu dilakukan uji metodologi penelitian dengan dan bawah permukaan secara konduktif-advektif
mengambil studi kasus di suatu daerah tertentu. linier dalam profil temperatur-kedalaman (T-D)3.
Wilayah DKI Jakarta yang secara geologi terma- Dengan menggunakan asumsi materi bawah
suk dalam Cekungan Jakarta merupakan suatu permukaan bersifat semi-infinite homogen dan
model awal (prototipe) yang sangat baik untuk proses aliran panas adalah 1-dimensi secara
studi ini. Hal ini dikarenakan kelengkapan data konduktif, fluktuasi temperatur di permukaan
bawah permukaan yang ada di wilayah ini. Kota (kedalaman, z = 0) akan mengikuti fungsi:
Jakarta merupakan salah satu wilayah yang T(z = 0, ti-1 < t < ti) = DTi (i = 1, 2, …, M) (1)
sangat strategis di Indonesia.

66
di mana t adalah waktu pada saat pengukuran untuk dianalisis secara detail (Gambar 2). Ketiga
akan dilakukan dan DTi adalah perubahan sumur tersebut berlokasi di Jakarta Utara (J-38
temperatur setelah pengukuran dilakukan antara Marunda), Jakarta Timur (J-24 Tambun), dan
ti-1 dan ti. Respons temperatur bawah permukaan Jakarta Selatan (J-19 Pasar Minggu).
terhadap perubahan temperatur akan mengikuti Jenis data yang diambil adalah data tem-
persamaan4: peratur air tanah. Pengukuran profil temperatur
M   z   z  dilakukan dengan interval 2 m dari muka air
T ( z , t = 0) = ∑ DTi erfc  − erfc  (2)
i   2 kt
 i


 2 kt
 i −1

 tanah hingga dasar sumur pantau. Peralatan
Fungsi erfc adalah fungsi error function yang digunakan adalah alat digital thermister
terhadap proses nonkonduktif yang mungkin ter- thermometer system (Technol Seven Ltd, Japan),
jadi dan k adalah nilai difusivitas panas (thermal Kabel pengukur teflon (panjang kabel 400 m) dan
diffusivity) dari material bawah permukaan yang dunit data logging (Technol Seven Ltd, Japan).
dapat didefinisikan sebagai: Resolusi dari alat ini memiliki tingkat presisi
pengukuran 0,01°C dengan tingkat keakurasian
K
k= data + 0,03°C. Sebelum pengukuran telah
rC p (3)
dilakukan tes kalibrasi di laboratorium dengan
menggunakan simulasi pengukuran dengan
di mana K, r, dan Cp adalah konduktivitas panas metode ice water pada kondisi 0,0°C (32°F).
batuan (thermal conductivity), nilai densitas Kalibrasi ini dilakukan untuk memastikan
dan specific heat dari material batuan. Tahapan bahwa pembacaan data lapangan akurat dan
selanjutnya adalah merekonstruksi nilai ini meng- dapat dipercaya.
gunakan proses inversi Bayesian berdasarkan Sumur pantau yang digunakan adalah sumur
persamaan Tarantola.5 berdiameter 3–6 inci (7,62–15,24 cm) dengan
konstruksi pipa besi dan memiliki satu screen.
Metode Penelitian Pengukuran ini merupakan pengukuran ulang
pada tiga lokasi sumur pantau terpilih dengan
Untuk mendapatkan data dilakukan proses
kedalaman lebih dari 200 m. Penelitian dilakukan
pengambilan data pada bulan Agustus 2008.
pada sumur-sumur tersebut dan dikompilasi
Pengambilan data dilakukan pada sumur-sumur
dengan data pengukuran pada tahun sebelumnya
pantau yang ada pada wilayah Jakarta. Ber-
(tahun 2004, 2006, dan 2007). Berdasarkan
dasarkan hasil pengukuran, terpilih tiga sumur

Gambar 2. Lokasi dari Sumur Pantau Jakarta Terpilih.

67
Gambar 3. Temperatur-Kedalaman (T-D) pada Sumur
Pantau dengan Kedalaman Lebih dari 200 m.

Gambar 4. Perubahan Nilai Temperatur Berdasarkan Data


T-D pada Sumur Observasi dalam Kurun Waktu Tahunan

data-data tersebut dilakukan solusi analitik dan tahun (Gambar 4). Perubahan ini jauh lebih tinggi
analisis grafis pada sumur-sumur pantau tersebut. dari perubahan iklim global (climate change)
di dunia yang memiliki nilai 0,5–0,8°C. 1,2
Hasil dan Pembahasan Nilai perubahan hasil perhitungan ini pun dapat
dikonfirmasikan dengan data perubahan suhu
Hasil pengukuran data temperatur terhadap
udara di Jakarta selama 100 tahun yang tercatat
kedalaman (profil T–D) dari ketiga sumur ini
di stasiun klimatologi Jakarta6 yang menunjukkan
(Gambar 3) menunjukkan pola kenaikan tem-
nilai kenaikan yang sama (Gambar 5), khususnya
peratur dengan nilai gradien yang berbeda-beda.
di wilayah Jakarta Utara (Gambar 4). Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan meng- ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur
gunakan persamaan (2), profil T-D sumur bawah permukaan di daerah Jakarta tidak hanya
terpilih menunjukkan perubahan temperatur yang disebabkan oleh perubahan iklim dunia (global
bervariasi antara 0,8–1,4°C dalam periode 100 warming), tetapi juga disebabkan oleh faktor lain.

68
Gambar 5. Perubahan Temperatur Udara di Jakarta dalam
Kurun Waktu 100 Tahun6

Gambar 6. Data Pertumbuhan Penduduk Jakarta7

Berdasarkan analisis data permodelan dan perubahan temperatur akibat perubahan iklim,
data pengukuran, terlihat satu pola yang serupa. tetapi juga disebabkan oleh faktor lain.
Kedua data tersebut menunjukkan perubahan Perubahan ini akan memberikan dampak
kenaikan temperatur yang signifikan sejak tahun pada kehidupan di masa mendatang. Adaptasi
1950. Jika dibandingkan dengan data pertum- dapat mengurangi risiko yang disebabkan oleh
buhan penduduk Jakarta (Gambar 6), terdapat perubahan iklim. Strategi adaptasi memerlukan
kemiripan dari masing-masing pola. Hal ini integrasi kebijakan pada sektor dan proses
menunjukkan adanya kemungkinan penambahan rencana pembangunan agar dapat berjalan dengan
kenaikan temperatur udara dan bawah permukaan efektif.
akibat dari perkembangan kegiatan urbanisasi
kota Jakarta.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.
Kesimpulan Dr. Masno Ginting, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Perubahan panas bawah permukaan menunjukkan Indonesia atas bimbingan dan arahannya
besaran 1,4°C yang sesuai dengan data meteo- dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Ir. Haris
rologi 100 tahun terakhir. Mengacu kepada data Pindratno, M.M., Pemerintah Daerah Khusus
pemanasan global dunia yang mengindikasikan Ibukota Jakarta dan Lambok M. Hutasoit Ph.D.,
kenaikan 0,5–0,7°C selama 100 tahun, penelitian Institut Teknologi Bandung untuk izin penguku-
ini menunjukkan peningkatan temperatur bawah ran lapangan dan saran-sarannya. Ir. Abdurahman
permukaan yang lebih tinggi dari pemanasan Assegaf, M.T., Universitas Trisakti Jakarta; Dr.
global rata-rata. Hasil pengukuran menunjukkan Akinobu Miyakoshi, Geological Survey of Japan,
bahwa temperatur bawah permukaan di daerah AIST; Prof. Makoto Yamano, ERI The University
DKI Jakarta tidak hanya mengindikasikan of Tokyo; Prof. Yasuo Sakura, Chiba University;

69
dan Prof. Makoto Taniguchi, RIHN, Kyoto-Japan 3
Goto, S., Kim H.C., Uchida Y., and Okubo Y. 2005.
untuk dukungan dan masukannya. Penelitian ini Reconstruction of the ground surface tempera-
dibiayai oleh Riset Kompetitif LIPI dan project ture history from the borehole temperature data
in the southeastern part of the Republic of Ko-
2–4 “Human impacts on urban subsurface
rea. J. Geophys. Eng 2: 312–319.
environment”, Research Institute for Humanity 4
Carslaw H.S., Jaeger J.C. 1959. Conduction of Heat
and Nature (RIHN) Japan. in Solids, second ed. Oxford University Press,
New York.
Daftar Pustaka 5
Tarantola A. 1987. Inverse problem theory: Methods
1
Huang S., Pollack, H.N., Shen, P.Y. 2000. Tempera- for data fitting and model parameter estimation.
ture trends over the past five centuries recon- Elsevier Amsterdam.
structed from borehole temperatures. Nature 6
Kementerian Lingkungan Hidup Negara Kesatuan
403: 756–758. Republik Indonesia, Badan Meteorologi In-
2
Hansen, J., Lebedeff S. 1987. Global trends of mea- donesia, NOA. 2007. Data Temperatur Udara
sured surface air temperature. Journal of Geo- DKI Jakarta. KLH, Jakarta.
physics Research 92: 13345–13372. 7
Biro Pusat Statistik Negara Kesatuan Republik Indo-
nesia 2005. Jakarta Dalam Angka. BPS, Jakarta

70

Anda mungkin juga menyukai