Anda di halaman 1dari 15

KULIAH

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

1
Continuing Education XXXVI

Korespondensi :

Abstrak
Penyimpangan tumbuh kembang anak adalah keadaan proses pertumbuhan dan perkembangan
yang tidak wajar atau terganggu/terhambat, bisa terjadi pada tahap intra uterine, kelahiran dan
pasca lahir.Walaupun proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara simultan,
untuk memudahkan para petugas kesehatan, tolok ukur penyimpangan pertumbuhan dibedakan
dari tolok ukur perkembangan. Deteksi dini penyimpangan sangat penting untuk dapat melakukan
intervensi secara tepat guna sehingga proses tumbuh kembang selanjutnya dapat berlangsung
optimal. Perkembangan terlambat yang akan dibahas dalam makalah adalah kasus gagal tumbuh,
keterlambatan pada kemampuan bicara dan motorik yang sering ditemukan di klinik tumbuh
kembang anak.
Kata kunci: penyimpangan tumbuh kembang, FTT, keterlambatan bicara

Abstract
Deviation in growth and development is related to disorders of the processes occur during
intra uterine, birth and after birth.Growth and development of a child is a simultaneous process,
but parameters could be distinguished in practical approach to detect and to be intervened
earlier. Focus on failure to thrive, speech and motoric delay as the more prevalent cases in
Growth & Development clinic will be discussed in depth.
Key words: Growth and Developmental deviation, FTT (Failure to thrive) ,speech delay.

Pendahuluan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak


merupakan tema global utama dalam pelayanan kesehatan anak secara modern. Dalam
kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir telah dilaksanakan diberbagai negara maju, dan
semakin meningkatnya jumlah negara-negara berkembang yang menjalankan program
untuk mengidentifikasi kelainan pada anak. Kegiatan deteksi dimaksudkan untuk
penapisan / penjaringan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak, dan pengkajian
faktor risiko yang mempengaruhi sehingga tindakan intervensi dapat dilakukan sedini
mungkin.
Untuk melaksanakan deteksi secara baik diperlukan pengetahuan tentang proses
pertumbuhan dan perkembangan anak yang wajar/normal (tidak menyimpang) dahulu,
kemudian disusul pengetahuan untuk mengenali penyimpangan yang bisa terjadi pada
proses tumbuh kembang anak.1,2,3. Di bidang kedokteran terdapat kecenderungan para
ahli memfokuskan diri pada keahlian khusus yang begitu sempit sehingga seringkali
melupakan sasaran pelayanan secara utuh dan menyeluruh (holistik) pada penderitanya.
Padahal menurut etik kedokteran yang terpenting adalah ditujukan pada bagaimana
mengupayakan hal yang terbaik untuk penderita, sehingga diperlukan pendekatan
multidisipliner yang kompak untuk mencapainya.
Persamaan pengertian dan bahasa yang dipergunakan dalam pendekatan
multidisiplin tata laksana pada penyimpangan tumbuh kembang anak merupakan
prasyarat dalam pelayanan kesehatan anak di era millenium ini. Pelayanan kesehatan
anak secara komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif sudah
harus diterapkan oleh semua subdivisi bidang ilmu guna mencapai kualitas hidup anak

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG2 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

untuk menjadi manusia yang berkualitas optimal. Pada kesempatan kali ini diharapkan
para petugas kesehatan dapat memahami tentang penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan anak agar pada kesempatan pelatihan deteksi dini yang sudah dicanangkan
di Jawa Timur akan lebih mudah penerapannya.

Masalah Penyimpangan Tumbuh Kembang

Sesuai dengan definisi proses tumbuh (pertumbuhan) yaitu perobahan ukuran


fisik dan struktur tubuh, dan proses kembang (perkembangan) yaitu perobahan fungsi
dan pematangan organ, psikomotor, dan perilaku anak dari tahap intra uterine hingga
dewasa. Oleh karena itu yang dimaksud penyimpangan tumbuh kembangpun perlu
ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra uterine hingga dewasa pula.
Dalam praktek pelayanan kesehatan anak, masalah penyimpangan tumbuh kembang
secara praktis dapat dibagi 2 yaitu :
1. Penyimpangan pertumbuhan dengan menggunakan tolok ukur pertumbuhan.:
Ukuran tubuh (anthropometri) dan bentuk morfologi yang menyimpang dari
normal.
2. Penyimpangan perkembangan dengan menggunakan tolok ukur perkembangan
a). Motorik kasar
b). Motorik halus
c). Kepribadian sosial
d). Bahasa
Telah diketahui bersama bahwa pada kurva distribusi normal dari Gauss terdapat
kelompok mayoritas dalam batas normal, kemudian terdapat kelompok yang
menyimpang lambat atau cepat (gambar1). Begitu pula perkembangan yang
dibandingkan dengan milestones baku (standard).

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG3 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

Keterangan :
s.d. standart deviasi atau
S.D. Standart Deviasi

Dengan tolok ukur yang ada misalnya dengan menggunakan instrumen Denver II
dapat dinilai penyimpangan yang terdapat pada sekelompok anak dalam proses tumbuh
kembangnya (pada lampiran). Walaupun pada hakekatnya proses pertumbuhan dan
perkembangan anak itu berlangsung secara simultan (bersama-sama dan bertahap), akan
tetapi dalam sistematika prosedur menetapkan penilaian menuju diagnosis perlu
difokuskan pada pertumbuhan dahulu kemudian pada perkembangannya juga.
Masalah penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang
sangatlah bervariasi, sebagai ilustrasi dapat dikaji sepuluh macam kasus yang terbanyak
ditemukan pada penderita baru rawat jalan klinik Tumbuh Kembang RS Dr.Soetomo
tahun 2005 (tabel 1).4

Tabel 1. Urutan 10 macam kasus terbanyak penderita rawat jalan baru klinik tumbuh
kembang anak dan remaja , Unit Rawat jalan RSU Dr.Soetomo 2005

No Diagnosis Jumlah kasus


1. Developmental delay 205
2. Speech delay 190
3. Motoric delay 133
4. Down Syndrome 45
5. Cerebral palsy 33
6. Microcephaly 22
7. Autism / ADHD 20
8. Epilepsy 14
9. Hydrocephalus 13
10. Mental Retardation 12
Dikutip dari Irmawati M, Listyandarini H. Jumlah penderita baru rawat jalan Klinik Tumbuh
Kembang Anak RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2005. ( belum dipublikasi ).

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG4 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

Data yang dipakai dalam referensi perencanaan Program Nasional Bagi Anak
Indonesia 2015 menggambarkan besarnya masalah dalam prevalensi kelainan struktur
organ dan disabilitas fungsi tubuh dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.5

Tabel 2 .Prevalensi Disabilitas Fungsi Tubuh pada Anak (dalam persen)

Jenis Disabilitas Fungsi Kelompok Umur


Tubuh < 1 tahun 1 – 4 tahun 5 – 14 tahun
Mental 1,0 3,0 2,4
Sensorik dan nyeri 1,0 1,3 1,8
Bicara dan suara - 3,0 0,6
Kardiovaskuler,hematologi, 16,7 11,6 5,7
imunologi dan pencernaan
Pencernaan, metabolisme 15,2 19,6 18,1
dan endokrin
Urogenital dan reproduksi - 0,1 0,4
Neuromuskuloskeletal dan - 0,3 0,1
pergerakan
Sumber :
PNBAI 2015 th. 2004.(Survai Kesehatan Nasional 2001)

Tabel 3.Prevalensi Kelainan Struktur Organ pada Anak

Jenis Kelainan Struktur Kelompok Umur


Organ < 1 tahun 1 – 4 tahun 5 – 14 tahun
Sistim Syaraf - - 0,1
Mata dan telinga 1,0 1,5 1,4
Pembentukan suara 1,5 0,5 0,7
Kardiovaskuler, imunologi, - 0,1 0,3
dan sistem pernafasan
Pencernaan, metabolisme dan - 0,3 0,5
endokrin
Sistem Urogenital - 0,1 0,2
Kulit, kuku dan rambut 0,5 1,0 0,8
Sumber : PNBAI 2015, tahun 2004.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kes.RI. (2002)
Survei Kesehatan Nasional 2001.
Laporan SKRT 2001 : Studi Morbiditas dan Disabilitas

Sedangkan data lain yang dapat dipakai untuk menggambarkan masalah


penyimpangan Tumbuh Kembang adalah murid-murid yang bersekolah di Sekolah Luar
Biasa(SLB). Dari 875 Sekolah Luar Biasa di Indonesia terdapat 52 sekolah khusus tuna
netra, 106 sekolah khusus untuk tuna rungu, 15 sekolah khusus tuna grahita, 12 untuk
tuna laras, 5 untuk bagi tuna ganda, dan 517 untuk melayani anak dengan berbagai
kekurangan. Pada tabel 4 menunjukkan gambaran jumlah siswa SLB (Depdiknas.2001)

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG5 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

Tabel 4. Jumlah Sekolah dan siswa Sekolah Luar Biasa

Negeri Swasta Jumlah


SEKOLAH 419 868 1.287
SLB 38 837 875
SD LB 228 0 228
Sekolah Terpadu 153 31 184
SISWA 13.904 35.743 49.647
SLB 3.162 35.665 38.827
SD LB 9.868 0 9.868
Sekolah Terpadu 874 78 952
Sumber : PNBAI 2015,Th. 2004,
Statistik Pendidikan Luar Biasa Tahun 2001, Depdiknas.

Penyimpangan Pertumbuhan anak 1,6,7,8,9

Penyimpangan pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara pemantauan dan


pemeriksaan seksama sejak kehamilan misalnya dengan memperhatikan kenaikan berat
badan ibu setiap bulan dan USG untuk kemungkinan kelainan organik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tanda adanya penyimpangan pertumbuhan,
perlu dideteksi secara teliti.

a. Bentuk tubuh , ukuran, simetris atau tidak :


kepala (fontanella, pembengkakan ), muka (posisi mata,bentuk palpebra, pupil,
lensa, telinga, bentuk mandibula, maxilla, hidung dan bibir), dada/thorax, jarak
puting susu, umbilicus, otot perut, vertebra scoliosis/kyphosis, spina dan posisi serta
adanya anus. Pada remaja; bentuk dan ukuran genitalia,payu dara, rambut pubis dan
axilla.

b. Anthropometri :
Ukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkaran kepala,lingkaran lengan,
lingkaran dada, panjang lengan/tungkai. Data-data pengukuran yang dilakukan
dengan tepat dan benar diplot dan dibandingkan dengan standard yang sudah
disepakati untuk negara bersangkutan atau oleh WHO untuk digunakan.

c. Gagal tumbuh (Failure to thrive)


Terminologi ini sekarang disebut juga sebagai Growth Deficiency didefinisikan
sebagai melambatnya kecepatan tumbuh yang mengakibatkan garis pertumbuhan
memotong 2 garis persentil pertumbuhan dibawahnya pada kurva pertumbuhan anak
(gambar 3).

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG6 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

FTT

FTT : Failure to Thrive

Gagal tumbuh bukanlah suatu penyakit akan tetapi suatu tanda dari keadaan
galur (pathway) umum dari banyak masalah medik, psikososial dan lingkungan yang
mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat pada anak. Walaupun konsep awal
gagal tumbuh diklasifikasikan sebagai organik dan non organik, akan tetapi sekarang
telah difahami bahwa gagal tumbuh merupakan interaksi antara lingkungan dengan
kesehatan anak, perkembangan dan perilaku.
Evaluasi pada anak dengan pertumbuhan yang lambat atau tidak tumbuh sama
sekali, merupakan tantangan bagi kemampuan dokter anak untuk secara simultan
mengevaluasi informasi biomedik dan psikososial yang didapatkan melalui
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Masalah yang penting adalah pada tahap
penegakkan diagnosis, karena kondisi anak bisa saja dalam penyakit yang gawat
atau dalam keadaan kegawatan lingkungan psikososial. Akan tetapi kebanyakan
kasus gagal tumbuh disebabkan oleh gizi yang tidak adekuat dikarenakan faktor
biologi dan lingkungan yang tidak saling menunjang
sehingga menyulitkan tercapainya status gizi yang baik.
Dalam buku Lange Current Pediatric Diagnosis& Treatment (2005) tercantum
3 pola Growth deficiency sebagai berikut:
Tipe I. Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala
tidak terganggu pertumbuhannya.
- Umumnya karena masukan kalori tidak cukup, pengeluaran kalori yang
berlebihan, masukan kalori yang berlebihan, atau ketidak mampuan

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG7 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

tubuh perifer menggunakan kalori. Kebanyakan kasus merupakan


akibat dari kegagalan pada penyampaian (delivery) kejaringan yang
dituju.
- Kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan, kesenjangan
hubungan pengasuh dan anak, pola makan yang abnormal atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Tipe II. Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam batas
normal.
- Berkaitan dengan faktor genetik pada perawakan pendek,endokrinopati,
pertumbuhan lambat konstitusional, penyakit jantung atau ginjal,
displasia tulang.

Tipe III.Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat dan lingkaran kepala)dibawah
normal
- Tipe ini berkaitan dengan Susunan Syaraf Pusat yang abnormal, defek
pada khromosom, dan gangguan perinatal.

Penyimpangan perkembangan anak 10,11,12

Penilaian perkembangan anak meliputi identifikasi dini masalah-masalah


perkembangan anak dengan screening (skrining/penapisan/penjaringan) dan surveillance
ukuran standard atau non standard, yang juga digabungkan dengan informasi tentang
perkembangan sosial, riwayat keluarga, riwayat medik dan hasil pemeriksaan
mediknya10. Penyimpangan perkembangan biasanya dibahas bersama-sama dengan
penyimpangan perilaku dalam bab yang sama, dengan kelainan yang sangat luas
variasinya.
Tolok ukur perkembangan meliputi motorik kasar, halus, berbahasa, perilaku
sosial dipakai dalam skrining pada Denver Developmental Screening Test (DDST) dan
Denver II misalnya. Sedangkan untuk IQ(Intelligence Qotient, SQ (Social Qotient),EQ
(Emotional Qotient) yang dilakukan oleh para psikolog diperlukan untuk menetapkan
batas-batas kemampuan kurang, normal, atau berbakat (pada gifted children), pada test
pemilihan sekolah/pendidikan yang tepat (placement test). atau semacam fit and proper
test pada orang dewasa. Dikatakan terdapat penyimpangan perkembangan apabila
kemampuan anak tidak sesuai dengan tolok ukur (milestones) anak normal.
Dalam survai diperoleh dari informasi kepedulian orang tua terhadap
perkembangan dan perilaku anaknya.
Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan perkembangan anak :
1. Emosi dan perilaku
2. Berbicara dan berbahasa
3. Ketrampilan sosial dan menolong diri sendiri
4. Motorik kasar
5. Motorik halus
6. Membandingkan dengan lingkungan
7. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG8 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

Tatalaksana Penyimpangan Tumbuh kembang

1).Anamnesa
• Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis/
kuesioner skrining perkembangan anak)

2).Pemeriksaan
• Observasi dan pemeriksaan (bentuk muka, tubuh, tindak tanduk anak,
hubungan anak dengan orang tuanya/pengasuhnya, sikap anak terhadap
pemeriksa).
• Pengukuran anthropometri :
Rutin :Tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan.
Atas indikasi :
Lingkaran dada, panjang lengan (armspan), panjang tungkai,
tebal kulit (skinfold).

3).Penilaian pertumbuhan
Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standard yang
dipakai: 1. PB /U, PB/BB,BB/U NCHS/CDC 2000
2. BB/U KMS – WHO
3. Lingkaran kepala Nellhaus
4. Lingkaran lengan (Depkes RI)
5. Lingkaran dada, panjang lengan/tungkai :buku referens
Untuk anak normal ataukah untuk keadaan khusus (Sindroma Down
atau Achondroplasia), Kartu Menuju Sehat/Buku KIA.

4). Penilaian maturitas


Pertumbuhan pubertas (Tanner) :
Anak perempuan (payu dara, haid, rambut pubis)
Anak laki-laki ( testis, penis, rambut pubis)
Umur tulang (bone age).

5). Penilaian perkembangan :


Skrining dengan instrumen Denver II, Munchen, Bayley , Stanford
Binnet atau lainnya.
Pilihlah test yang paling dikuasai oleh pemeriksa.

6). Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi :


Radiologi :Umur Tulang ( Bone Age), Foto tengkorak, CT scan/MRI.
Laboratorium : Darah(umum atau hormonal), urine tergantung penyakit
atau kelainan organik yang mendasari.
Fungsi Pendengaran (TDD)
Fungsi Penglihatan(TDL), Funduskopi,Lapang pandang
Pemeriksaan otot (EMG).

PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG9 ANAK


Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

7). Klasifikasi / Diagnosis Kerja :


Setelah dilakukan skrining kemudian perlu ditetapkan apakah anak termasuk kategori
Normal atau menyimpang ( terlambat atau terlalu cepat dibandingkan dengan
standard/milestones)

8). Rujukan :
Menetapkan indikasi rujukan.: Kemana ? Persiapan apa saja ?
Apabila penderita tidak bisa dikirim ? Penggunaan telemedicine?
Perlu dipersiapkan pada intervensi/tindakan invasif: Information for consent dan
disusul dengan informed consent ?

Contoh kasus :
I. Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)7,8,9
A. Evaluasi awal : Anamnes dan pemeriksaan fisik untuk identifikasi penyebabnya
Fokus pada kelainan tubuh yang sering menyebabkan termasuk
kekerasan dan penelantaran anak.
Riwayat kelahiran : Hasil skrining neonatus, IUGR, anoxia, infeksi
Kongenital.
Makanan dan gizi : Kesukaran menelan, mengunyah, menelan.
Pola makan (ASI, formula, PASI, makanan padat)
Buang air besar & kencing :
Diare, konstipasi, muntah, kesukaran kencing.
Pola Pertumbuhan : Gunakan kurva pertumbuhan KMS / NCHS
Infeksi berulang, Masuk Rumah Sakit, faktor resiko HIV.
Riwayat perkembangan
Faktor sosial dan keluarga : komposisi keluarga, status ekonomi,
dukungan, stres, penyakit keturunan, berat badan dan tinggi
badan keluarga lainnya.

B. Evaluasi Lanjut:
- Catatan diet ( kalori, protein,mikronutrien,dan pola makan) selama 3 hari
secara prospektif.
- Pemeriksaan laboratorium atas indikasi : pemeriksaan feces untuk
Malabsorpsi pada diare (clini test untuk karbohidrat, floating test untuk
lemak), proteinuria pada sindroma nefrotik
- Muntah-muntah yang menjurus pada penyebab : gastrointestinal,
metabolik, neurologik, infeksi dan ginjal.
- Waktu untuk evaluasi tergantung berat ringannya gejala dan tingkatan
gagal tumbuh.

C. Pengobatan :
- Sasaran pengobatan adalah diet dan pola makan anak, perkembangan anak,
ketrampilan pengasuhnya, dan penyakit organik yang ditemukan.
- Diet dengan kalori tinggi 150% dari kebutuhan kalori/BB ideal/hari

10ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

- Pemantauan secara ketat selama 1-2 minggu pertama, dan memperhatikan


kenaikan berat badan yang dicapai.
- Diperlukan pendampingan ahli gizi, kerja sama dengan tenaga lulusan
Akademi Gizi bisa berperan membantu keberhasilan pengobatan
- Stimulasi perkembangan anak harus diajarkan pada orang tua yang kurang
memahami cara-caranya. Dukungan moril untuk pengasuh agar konsisten
dalam mengasuh anak dengan gagal tumbuh membutuhkan kesabaran dan
ketekunan. Perbaikan nutrisi terlambat dapat mempengaruhi jangka
panjang kondisi anak.
- Untuk menjamin perbaikan holistik mungkin dapat diupayakan suatu
tempat penitipan anak sementara (day care)

II. Terlambat Bicara (Speech Delay) 11,12


A. Evaluasi awal :
Anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk identifikasi penyebabnya,catatan hasil
skrining neonatus sampai usia 3 bulan untuk
kecurigaan adanya gangguan pendengaran, kejadian frekuensi sakit
telinga/mengeluarkan cairan atau trauma karena kekerasan
- Penggunaan alat skrining awal kemampuan berbahasa.
- Test Daya Dengar., dengan ELMS (Early Language Milestone Scale)

B. Evaluasi lanjut :
- Pemeriksaan audiologi oleh konsultan ahli THT yang berpengalaman.
- Pemeriksaan yang berkaitan dengan kelainan pada syaraf : EEG atau CT Scan
/MRI atas indikasi apabila terdapat riwayat kejang, asfiksia, dan infeksi pada
SSP.
- Pemeriksaan adanya kelainan perilaku anak (Autism /ADHD)
- Identifikasi dan rujukan

C. Diagnosis
Menetapkan klasifikasi penyimpangan berbahasa/bicara :
Ekspresif, Reseptif dan Kesukaran bicara: biasanya merupakan
efek jangka pendek dan jangka panjang OM(otitis media) pada
usia sampai 2 tahun.

D. Intervensi/ Pengobatan
1). Konservatif
2). Aktif terhadap keadaan yang akut, bila keadaan tenang dianjurkan ke Rumah
Sakit yang pelayanan sudah lengkap dengan speech therapy (terapi wicara)
3).Pada Autism / ADHD perlu secara multidisiplin dengan Pskolog dan
Psikiater dan Rehabilitasi Medik, serta peningkatan interaksi anak dengan
orang tuanya.
4). Konseling apabila diperlukan Alat Bantu Dengar.

11ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

Kesimpulan
Penyimpangan Tumbuh kembang anak dapat terjadi dalam kurun waktu proses
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sejak intra uteriine hingga dewasa.
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor genetik, dan lebih banyak dipengaruhi oleh
Faktor lingkungan dan peyakit-penyakit yang dialami anak. Deteksi dini dan intervensi
yang tepat guna, dapat mengoptimalkan kualitas Tumbuh Kembang anak selanjutnya.
Gagal tumbuh dan pengobatannya memerlukan pendekatan multidisipliner.
Keterlambatan berbahasa merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian lebih
banyak karena kasusnya kompleks dan dampak pada masalah komunikasi perlu dicegah.

Daftar Pustaka

1. Narendra M.B. Deteksi Dini dan Tindak Lanjut Penyimpangan Tumbuh Kembang
Anak. Disampaikan pada Simposium Deteksi Dini Tumbuh kembang Anak Nasional.
Bandung, 2004.

2. Narendra M.B. Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh kembang Anak. Disampaikan


Pelatihan Stimulasi dan deteksi dini Tumbuh kembang Balita. Surabaya, 2005.

3. Brayden R.M., Daley M.F., Brown J.M. Ambulatory & Community Pediatrics.
In: Hay W.M, Levin M.J, Sondheimer J.M, Deterding R.R. Eds. Current Pediatric
Diagnosis & Treatment.17thed. New York, The McGraw-Hill Co.; 2005: 227-47.

4. Irmawati M, Listyandarini H. Jumlah penderita baru rawat jalan Klinik Tumbuh


Kembang Anak RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2005. ( belum dipublikasi ).

5. Kelompok Kerja Penyusunan PNBAI 2015. Buku II Naskah Akademis. Dalam:


Kelompok Kerja Penyusunan PNBAI 2015. Program Nasional Bagi Anak Indonesia
(PNBAI}. Jakarta, Bappenas; 2004:44.

6. Goldson E, Reynolds A. Child Development & Behavior. Dalam: Hay W.M, Levin
M.J, Sondheimer J.M, Deterding R.R. Ed. Current Pediatric Diagnosis & Treatment.
Edisi ke-17. New York, The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005:66-93.

7. Frank D. Failure to Thrive. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Ed. Behavioral and


Developmental Pediatrics. Boston, Little, Brown and Company; 1995: 134-9.

8. Glascoe FP. Developmental Screening. Dalam: Behavioral and Developmental


Pediatrics. Boston, Little, Brown and Company; 1995: 25-9.

9. Gahagan S. Failure to Thrive : A consequence of Undernutrition. Pediatr in Review;


2006(27): 1-11

10. Needlman RD. Developmental Assessment. Dalam: Behrman, Kliegman, Jenson Ed.
Nelson’s Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia, Saunders co; 2004: 62-6.

12ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

11. Chase C. Hearing Loss and Development: A Neuropsychologic Perspective. Dalam:


Eavey RD, Klein JO. Ed. Hearing Loss in Childhood: A Primer. Ross Conference on
Pediatric Research ke102. Ohio, Ross lab; 1992: 88-94.

12. Sukmawardani M, Wiyarni, Rufiati R, Kamil SA, Narendra M.B. Characteristic of


Children with Speech delay in Dr.Soetomo Hospital Surabaya. 2005 (Masih dalam
proses publikasi).

13ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

14ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
Continuing Education XXXVI

15ANAK
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra

Anda mungkin juga menyukai