Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

WORKSHOP PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM


DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dosen Pengampu:
 Ir. Moh. Zaenal Efendi, MT.

    Oleh :

M. Irfan Abdillah (1303181048)

Fitri Handayani (1303181049)

Nadhiv Afiansah (1303181060)

      3 D3 Teknik Elektro Industri B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
OBSERVASI 1

INSPEKSI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK DALAM RANGKA


PEMELIHARAAN DAN PENGOPERASIAN

I. TUJUAN

a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


1. Praktikan / Mahasiswa mengetahui dan memahami alur jaringan distribusi tenaga
listrik
2. Praktikan / Mahasiswa memahami peralatan dan komponen yang terdapat pada tiap
jaringan
3. Praktikan/ Mahasiswa memahami fungsi setiap komponen pada tiap jaringan
b. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Praktikan/Mahasiswa dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil percobaan
2. Praktikan/ Mahasiswa dapat menggambar serta memahami SLD dari sistem jaringan
distribusi

II. TEORI PEUNUNJANG


II.1Gardu Induk
II.1.1 Pengertian
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran
(transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti, gardu induk
merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem
penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam
pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara
keseluruhan.
II.1.2 Bagian – Bagian Gardu Induk
Terdapat istilah switchyard yang artinya adalah bagian dari gardu induk yang
dijadikan sebagai tempat peletakan komponen utama gardu induk. Adapun
pemahaman mengenai switchyard yaitu sebagai berikut :

 Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbuka yang luas,
maka disebut switch yard.
 Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas (sempit) dan
di dalam gedung, maka disebut switchgear.
 Sebenarnya yang dimaksud switchgear , adalah peralatan yang ada di switc
yard.
Komponen – komponen gardu induk yaitu sebagai berikut :

II.1.2.1Transformator Daya
Gambar 2.1 Transformator Daya

Transformator daya berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik,


dengan merubah tegangan dengan frekuensi tetap. Selain itu transformator daya
juga berfungsi untuk pengatur tegangan.

Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi


untuk mendapatkan titik neutral dari trafo daya. Peralatan ini disebut dengan
Neutral Current Transformer (NCT). Perlengkapan yang lainnya adalah
pentanahan trafo, yang disebut Neutral Grounding Resistance (NGR).

II.1.2.2Neutral Grounding Resistance (NGR)

Gambar 2.2 Neutral Grounding Resistance (NGR)

Pembumian titik netral yang melalui tahan (resistance grounding) adalah


suatu sistem yang mempunyai titik netral yang dihubungkan dengan tanah
melalui tahanan atau resistor. Pembumian jenis ini lebih dikenal dengan sebutan
pembumian dengan resistor (Neutral Grounding Resistance) atau NGR. NGR
adalah sebuah tahanan yang dipasang seri dengan netral sekunder pada generator
sebelum terhubung ke tanah.

Gambar 2. 3 Neutral Grounding Resistance (NGR)

Pada umumnya nilai tahanan lebih tinggi dari pada reaktansi sistem pada
tempat di mana tahanan tersebut di pasang. Sebagai akibat besar arus gangguan
fasa ke tanah hal yang pertama dapat dibatasi oleh tahanan itu sendiri, untuk itu
penentuan nilai tahanan yang tepat sangat perlu dilakukan. Karena jika
pemilihan nilai tahanan yang tidak tepat dapat menimbulkan gangguan mekanis
pada generator yang akan mempengaruhi kinerja sistem tenaga listrik.
II.1.2.3Circuit Breaker (CB)

Gambar 2.4 Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) adalah peralatan


pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam keadaan
berbeban. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi berbagai macam gangguan
dalam konsumsi listrik. oleh karena itu untuk mencegah gangguan tersebut terjadi
maka diperlukan circuit breaker. Pemasangan circuit breaker ditujukan untuk
menghindari terjadinya kerusakan pada peralatan - peralatan Gardu Induk yang
nantinya akan menyebabkan terhambatnya penyaluran tenaga listrik ke beban
(konsumen).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari circuit breaker atau PMT


yaitu besarnya arus gangguan hubung singkat yang terjadi. Besar atau kecilnya
arus gangguan itu dipengaruhi oleh jarak terjadinya gangguan, semakin jauh titik
gangguan maka semakin kecil arus gangguan yang terjadi begitu pula sebaliknya,
semakin dekat titik gangguan maka semakin besar pula arus gangguan yg terjadi.
Kemudian yang berikutnya mempengaruhi kinerja circuit breaker atau PMT
adalah setting relai arus lebih. Semakin cepat waktu kerja relai untuk
memerintahkan circuit breaker atau PMT memutus jaringan maka akan semakin
baik pula kinerjanya.

II.1.2.4Disconnecting Switch (DS)

Gambar 2.5 Disconnecting Switch (DS)

Disconnecting switch adalah saklar pemutus yang didesain tidak bisa


terbuka pada saat arus beban yang melewatinya masih ada. Biasanya
disconnecting switch dipasang untuk mengisolasi peralatan–peralatan yang
mungkin tersupply daya besar.

Disconnecting switch biasanya dilengkapi dengan peringatan visual untuk


keamanan para pekerja, dengan kata lain pada saat keadaan saklar terbuka atau
tidak ada arus beban yang mengalir maka visual sign akan menyala untuk
memberitahukan keadaan aman dan sebaliknya. Disconnecting switch harus benar
– benar tertutup untuk mencegah kemungkinan munculnya bunga api antara pisau
penghubung dengan klip penjepitnya, yang jika terjadi hal – hal tesebut akan
membahayakan operator.

II.1.2.5Lightning Arrester (LA)

Gambar 2.6 Lightning Arrester (LA)

Berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di gardu induk


dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada kawat
transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching surge).

Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan), LA bersifat isolatif atau


tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dalam keadaan terjadi gangguan yang
menyebabkan LA bekerja, maka LA bersifat konduktif atau menyalurkan arus
listrik ke bumi.

II.1.2.6Current Transformator (CT)

Gambar 2.7 Current Transformator (CT)

Berfungsi merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang kecil
atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus
untuk sistem pengukuran dan proteksi. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap
rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan
tinggi.

II.1.2.7Potential Transformer (PT)

Gambar 2.8 Potensial Transformer (PT)

Trafo tegangan digunakan untuk menurunkan tegangan sistem dengan


perbandingan transformasi tertentu. Transformator Tegangan/Potensial (PT)
adalah trafo instrument yang berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan Volt meter. Prinsip kerja Trafo
tegangan, kumparan primernya dihubungkan parallel dengan jaringan yang akan
diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter langsung
dihubungkan pada sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi
open circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban disisi sekunder.
Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo daya step-down tetapi dengan
beban yang sangat ringan.

Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian
rancangannya berbeda dalam beberapa hal, yaitu :
a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk daya yang kecil.
b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dan sekuder lebih
kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran.
c. Salah satu terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ ditanahkan.
d. Tegangan pengenal sekunder biasanya 100 atau 100√3 V

Ada dua macam trafo tegangan yaitu :

a. Transformator tegangan magnetik

Transformator ini pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 – 150


VA. Faktor ratio dan sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder
dirancang sedemian rupa supaya faktor kesalahan menjadi kecil. Salah satu ujung
kumparan tegangan tinggi selalu diketanahkan. Trafo tegangan kutub tunggal
yang dipasang pada jaringan tiga fasa disamping belitan pengukuran, biasanya
dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang digunakan untuk mendeteksi arus
gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga trafo tegangan dihubungkan secara
seri

b. Trafo Tegangan Kapasitip


Trafo pembagi tegangan kapasitip dipakai untuk keperluan pengukuran
tegangan tinggi, sebagai pembawa sinyal komunikasi dan kendali jarak jauh. Pada
tegangan pengenal yang lebih besar dari 110 kV, karena alasan ekonomis maka
trafo tegangan menggunakan pembagi tegangan dengan menggunakan kapasitor
sebagai pengganti trafo tegangan induktif. Pembagi tegangan kapasitif dapat
digambarkan seperti gambar dibawah ini. Oleh pembagi kapasitor, tegangan pada
C2 atau tegangan primer trafo penengah V1 diperoleh dalam orde puluhan kV,
umumnya 5, 10, 15 dan 20 kV. Kemudian oleh trafo magnetik tegangan primer
diturunkan menjadi tegangan sekunder standar 100 atau 100√3 Volt. Jika terjadi
tegangan lebih pada jaringan transmisi, tegangan pada kapasitor C2 akan naik dan
dapat menimbulkan kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk mencegah
kerusakan tersebut dipasang sela pelindung (SP). Sela pelindung ini dihubung seri
dengan resistor R untuk membatasai arus saat sela pelindung bekerja untuk
mencecah efek feroresonansi.

Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya


induktansi pada trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi
resonansinya yang timbul menyebabkan tegangan tinggi yang cukup besar dan
menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan sehingga
menimbulkan panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan.
Diperlukan elemen peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek terhadap
hasil pengukuran walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
II.1.2.8Trafo Pemakaian Sendiri (TPS)
Trafo PS berfungsi sebagai alat listrik untuk menurunkan tegangan tinggi
biasanya 20 kV menjadi tegangan rendah 220380 Volt . Trafo PS ini berguna
sebagai sumber AC 3 phase – 220380 Volt untuk kebutuhan listrik di suatu Gardu
Induk misalnya : untuk penerangan, AC-AC, Rectifier dan peralatan lain yang
memerlukan tenaga listrik.

II.1.2.9Rel (Busbar)

Gambar 2.9 Rel (Busbar)

Busbar merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran


Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Ada beberapa jenis konfigurasi busbar
yang digunakan saat ini, antara lain:
 Sistem cincin atau ring, semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain
dan membentuk seperti ring/cicin.
 Busbar Tunggal atau Single busbar, semua perlengkapan peralatan listrik
dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada umumnya gardu dengan
sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu transmisi.
 Busbar Ganda atau double busbar, Adalah gardu induk yang mempunyai dua /
double busbar . Sistem ini sangat umum, hamper semua gardu induk
menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk mengurangi pemadaman
beban pada saat melakukan perubahan.
 Busbar satu setengah atau one half busbar, gardu induk dengan konfigurasi
seperti ini mempunyai dua busbar juga sama seperti pada busbar ganda, tapi
konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada Gardu induk Pembangkitan dan
gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi operasional dan
dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan sistem.
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang
secara seri.

II.1.3 Kubikel
II.1.3.1Pengertian
Kubikel  ialah  suatu  perlengkapan  atau peralatan listrik yang berfungsi
sebagai pengendali, penghubung  dan  pelindung  serta  membagi  tenaga listrik
dari sumber tenaga listrik, Kubikel istilah umum yang mencangkup peralatan
switching dan kombinasinya dengan peralatan kontrol, pengukuran, proteksi dan
peralatan pengatur. Peralatan tersebut dirakit dan saling terkait dengan
perlengkapan, selungkup dan penyangga. Sesuai IEC 298 : 1990
didespesifikasikan sebagai perlengkapan hubung bagi dan kontrol berselungkup
logam rakitan pabrik untuk arus bolak-balik dengan tegangan pengenal diatas 1 kV
sampai dengan dan termasuk 35 kV.

Gambar 2.10 Kubikel 20 KV

Fungsi Kubikel

 Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama


 Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
 Membagi sirkuit  dilakuan  oleh  pembagian jurusan/kelompok (busbar)

II.1.3.2Jenis-jenis
Berdasaran fungsi dan nama peralatan yang terpasang kubikel dibedakan
menjadi beberapaJenis yaitu:
a. Kubikelpms (pemisah)

Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung aliran listrik 20 kv kontak


penghubung tidak Dilengkapi alat peredam busur api sehingga posisi alat kontak (
buka tutup) harus dilakukan Dalam keadaan tidak berbeda. Bisa
terpasang pada sisi kabel incoming gardu distribusi Simbol diagram ons.

b. Kubikellbs ( loadbreakswitch)

Berfungsi sebagai pemutus ataij penghubung aliran listrik 20 kvkontaik


penghubung dilengkapi Peredam busur api sehingga dapat dioperasikan dalam
keadaan berbeda bisa terpasang pada Kabel incoming atau outgoing gardu
distribusi atau gardu hubung Pada umumnya kubikellbs dilengkapi dengan sakelar
pentanahan yang didalam tabung lbs atau Terpisah diluar tabung yang bekerjanya
interkoneksi degan lbs.

c. Kubikelcboutmetering ( pmt)

Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam
keadaan normal Maupun gangguan kubikel ini disebut juga istilah kubikelpmt
(pemutus tenaga) kubikel ini Dilengkapi degan relayperoteksicircuitbreaker (pmt,
cb) kubikel ini bisa di pasang sebagai alat Pembatas pegukuran dan pengaman
pada pelanggan tegangan menengah curenttransformer Yang terpasang memiliki
doublesecunder satu sisi untuk mensuplai arus ke alat ukur kwh dan Satu sisi lagi
untuk menggerakan relai proteksi pada saat ter jadi gangguan.

d. Kubikeltp (transformerprotection)

Berfungsi sebagai alat pengaman transformator distribusi, dikenal juga


dengan istilah kubikelPb (pemutus beban) kubikel ini berisi lbs dan fuse
pengaman trafo dengan ukijran beragam dari 25a, 32a, 43a tergantung kapasitas
trafo yang akan diamankan

e. Kubikelpt (potensial transformer)

Berfungsi sebagai kubikel pengukuran, didalamkubikel ini terdapat pms dan


transformator Tegangan yang menurunkan tegangan dari 20.000 volt menjadi 100
volt untuk mensuplai tegangan Pada alat ukur kwh kubikel ini kadang kala disebut
juga dengan istilah kubikelvt (voltageTransformer). Handlekubikelpt harus selalu
dalam keadaan masuk dan tersegel Untuk pengamanan trafo tegangan terhadap
gangguan hubung singkat maka dipasanglah Ude Tm

II.1.3.3Komponen Kubikel
a. Kompartemen
Kompartemenmerupakan rumah dari terminal penghubung. LBS. PMT. PMS,
FUSE. Trafo ukur. (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan rendah.
Sehingga tidak membahayakan operator terhadap adanyasentuhan langsung ke
bagian – bagian yang berteganganberupa lemari kotak/terbuat pelat baja, terbagi
menjadi 2 (dua) bagian. Bagian atas untukbusbar dan bagian bawah untuk
penyambungan dengan terminasi kabel.Komponen bagian bawah, pada bagan
depan berupa pintu yang dapat dibuka tetapi bisa dilakukan apabila tegangan
sudah dibebaskan dan terminasi kabel sudah ditanahkan.
b. Rel busbar
Sebagai Rell penghubung antara kubikel yang satu dengan
lainnya, posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel,
pada kubikeltype RMU (Ring Main Unit) rell 20 kv terdapat dalam
tabung SF 6 vacum bentuk rell ada yang bulat ada yang pipih.

c. Kotak Pemutus
Sebagai pemutus penghubung aliran listrik kontak pemutus
terdiri dari dua bagian vaitu kontak gerak (movingcontact) dan kontak tetap
(fixedcontact) sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau CB
digunakan media minyak, gas SF 6, vacum atau dengan hembusan udara selain itu
memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan pembukaan dan penutupan
kontak pemutus secara cepat secara mekansi.

d. Pemisah Hubung Tanah


Fungsi pemisa hubung tanah untuk mengamankan kubikel pada saat tidak
bertegangan dengan menghubungkan terminal kabel ketanah (grounding) sehingga
bila ada personil yang bekerja pada kubikel tersebut terhindar terhadap adanya
kesalahan operasi yang menyebabkan kabel terisi tegangan PMS tanah ini
biasanya mempunyai sistem interlock dengan pintu kubikel dan mekanik lbs. pintu
tidak bisa dibuka jika pms tanah belum masuk, LBS tidak bisa masuk sebelum
PMS tanah dibuka.

e. Terminal Hubung
Fungsi terminal penghubung untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel
yang bertegangan satu dengan yang lainny

f. Mekanik Kubikel
Berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi membuka menutup
kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung tanah dibuatsedemikian rupa
sehingga pada waktu membuka danmenutup kontakpemutus berlangsung dengan
cepat.

g. Lampu Indikator
Fungsi lampu indikator untuk menandai adanya tegangan (20 kv) pada sisi
kabel, baik berasal dari sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai
akibat alat hubung dimasukkan lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus
kapasitif yang dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan

h. Pemanas (heater)
Fungsi pemanas (heater)untuk memanaskan ruang terminal kabel agar
kelembabannya terjaga. keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona
pada terminal kubikel tersebut. besarnya tegangan heater 220 v sumber tegangan
berasal dari trafo distribusi.

i. Hendlekubikel (tuas operasi)


Fungsi handlekubikel untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu
membuka atau menutup posisi kontak hubung : PMT, PMS, LBS, Pemisah tanah
(grounding) atau pengisian pegas untuk energi membuka/menutup kontak hubung
pada satu kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih.

II.2Jaringan Tegangan Menengah


Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses). Dengan ditetapkannya standar Tegangan
Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV,
konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk
didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase
dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi
jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah
Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan
Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan
sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.

II.2.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Gambar 2.11 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi


termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini
terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan
di Indonesia.
Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang
ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang,
dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan
ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar
bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman
atau dengan jangkauan manusia.

II.2.2 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Gambar 2.12 Kabel Udara Tegangan Menengah

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian


utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang
digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan
35 mm2.
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga
listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada
konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan
dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin.
Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung
mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban
kerja tiang beton penopangnnya.

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk
gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan
baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian
sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa
makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar.
Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton. Perencanaan material dan
ukuran tiang  jaringan listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis seperti momen,
kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan
sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :
 Tiang awal / akhir
 Tiang penyangga
 Tiang sudut
 Tiang Peregang / tiang tarik
 Tiang Topang

II.2.3 Saluran Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Gambar 2.13 Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di
tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari
luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan
tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka
kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :
 Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
 Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
 Pemeliharaannya hampir tidak ada.
Jenis kabel jaringan listrik TM adalah :
1. Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.
2. Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.
Contoh : CPT dan VIC
3. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel (Schoen cable), Instalasi
Pembumian

II.2.4 Konstruksi Tiang Tegangan Menengah (TM)


a. Konstruksi TM-1
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan
lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin
insulator dan tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini
hanya dapat dilakukan pada sudut 170°-180°. Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang
penyangga yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan
hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung
oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

Gambar 2.14 Konstruksi Tiang Penyangga TM-1 SUTM

Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1, bedanya
TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua traves (cross-
arm) dan enam buah isolator jenis pin insulator. Satu taves diletakkan pada puncak
tiang, sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.

b. Konstruksi TM-2
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan
sudut 150° –170°, menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang
sudut maka konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.

Gambar 2.15 Konstruksi Tiang Sudut TM-2 SUTM


Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok
dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D
mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-2D digunakan untuk
saluran ganda (double sirkuit), dan menggunakan double treck schoor yang
diletakkan dibawah masing-masing traves.

c. Konstruksi TM-3
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double
traves. Isolator yang digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga
buah isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.

Gambar 2.16 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM

Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3,


bedanya TM-3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves,
12 isolator jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.

d. Konstruksi TM-4
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM
akhir. Mempunyai double traves, dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator
dan memakai treck schoor.

Gambar 2.17 Konstruksi Tiang Akhir TM-4 SUTM


Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan
tiang yang dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar,
dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D.
Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya TM-4D mempunyai
double sirkuit dengan double treck schoor.

e. Konstruksi TM-5
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan
antara 120° – 180°, menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis
suspension dan tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.

Gambar 2.18 Konstruksi Tiang Penegang TM-5 SUTM

Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D


digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.

f. Konstruksi TM-6
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60° – 90°).
Masing-masing double traves disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension
insulator sebanyak 6 buah dan satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini
memakai treck skoor ganda. Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang
merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
Gambar 2.19 Konstruksi Tiang Belokan TM-6 SUTM

g. Konstruksi TM-7
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan
menengah dengan sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. Pada
TM induk memakai isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai
isolator suspension dan menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai
treck skoor. Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) sudut siku (90°). Masing-masing satu traves disilang 2.
TM induk memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator
tumpu. Type isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

h. Konstruksi TM-8
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku
(90°). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu
dan TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan
ada dua jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya
bedanya pada isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya
bedanya TM-8D mempunyai double sirkuit.

i. Konstruksi TM-9
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus.
Satu traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih
banyak digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan.

Gambar 2.20 Konstruksi Tiang Belokan TM-9 SUTM

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan


tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya
karena beban kawat.

j. Konstruksi TM-10
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada
konstruksi tiang tikungan siku (sudut 60° – 90°). Masing-masing double traves
disilang 4. Isolator type suspension. Memakai treck skoor ganda.

k. Konstruksi TM-11
Konstruksi TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir, Opstijg kabel.
TM double traves. Isolator type suspension. Satu traves untuk lightnig arrester. Dan
memakai treck skoor.

Gambar 2.21
Konstruksi Tiang opstijg kabel TM-11 SUTM

Konstruksi TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat
pekerja terhadap tiang dari satu arah.

l. Konstruksi TM-12
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang pada
konstruksi tiang pada hutan lindung. Mempunyai isolator jenis tumpu. Tidak
memakai traves. Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang
adalah gaya karena beban kawat.

m. Konstruksi TM-13
Konstruksi TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus. Terpasang
pada konstruksi tiang hutan lindung. Isolator type tumpu. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-13 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada
saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
dimana gaya yang ditanggung oleh tiang
adalah gaya karena beban kawat.

n. Konstruksi TM-14
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150° –
170°). Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension.
Tidak memakai traves.

o. Konstruksi TM-15
Konstruksi TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi tiang tarik
akhir dengan menggunakan Arrester. Mempunyai double traves. Type isolator
tumpu. Memakai treck skoor.
 
Gambar 2.22
Konstruksi Tiang Akhir Dengan Arrester TM-15 SUTM

Konstruksi TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat
pekerja terhadap tiang dari satu arah.

p. Konstruksi TM-16
Konstruksi TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double traves.
Isolator yang digunakan jenis suspension, dan jenis pin. Konstruksi TM-16
digunakan untuk jaringan yang melalui sungai dengan treck schoor.

Gambar 2.23
Konstruksi Tiang Portal (Single Arm) TM-16 SUTM

q. Konstruksi TM-16A
Konstruksi TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya pada TM-
16A digunakan untuk double circuit dengan 2 pasang double traves.

Gambar 2.24
Konstruksi Tiang Portal (Double Arm) TM-16A SUTM

r. Konstruksi TM-17
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan
menggunakan isolator jenis suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini
digunakan untuk jaringan bersudut 120°-180° dengan treck schoor.

s. Konstruksi TM-18.
Konstruksi TM-18 ini digunakan untuk sudut 90° yang merupakan kontruksi
tiang tarik vertikal yang menggunakan double treck schoor. Isolator yang dgunakan
jenis suspension tanpa travers.

t. Konstruksi TM-19
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break
Switch) pada bagian puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang
digunakan jenis suspension.

 
Gambar 2.25
Konstruksi Tiang LBS TM-19 SUTM

II.3Gardu Distribusi

Merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem distribusi PLN yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke Konsumen atau untuk mendistribusikan
tenaga listrik pada konsumen atau pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah
maupun pelanggan tegangan rendah.

Pengertian Gardu Distribusi adalah sebuah bangunan Gardu Listrik


 yang berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah 
( PHB-TM ), Transformator Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah ( PHBTR ) Untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik
dengan tegangan menengah ( TM 20 KV ) maupun Tegangan rendah ( TR 220/380 Volt )

Gambar 2.26 Gardu Distribusi

Dalam Gardu Distribusi ini Biasanya digunakan Transformator distribusi yang


berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi
menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down
transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.
Sedang transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up
transformator), hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang
didistribusikan pada suatu jaringan panjang (long line) tidak mengalami penurunan
tegangan (voltage drop) yang berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang
diperkenankan 5% dari tegangan semula. 
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
 Jenis pemasangannya :
a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
 Jenis Konstruksinya :
a. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c. Gardu Kios
 Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
b) Gardu Pelanggan Khusus

2.3.1 Gardu Trafo Tiang


Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah peralatan listrik yang terpasang pada jaringan
distribusi yang konstruksinya terdiri dari beberapa komponen yang berfungsi
menurunkan daya dari tegangan menengah menjadi tegangan rendah, untuk kemudian
disalurkan kepada konsumen.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
20kV. Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara
langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer merupakan saluran
yang akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), unit peralatan yang termasuk sisi
primer, sbb:
 Saluran sambungan (jamper) dari SUTM ke unit trafo (Primer Trafo)
 Cut Out (CO)
Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai berikut:
 Membuka dan menutup saluran ke GTT, untuk mengoperasikan harus
memakai tongkat khusus (stick) dan prinsip kerjanya seperti sakelar
 CO sebagai pengamanan trafo atau GTT, karena unit CO dilengkapi dengan
Fuse Link dan akan bekerja atau putus apabila dilewatioleh arus listrik yang
lebih besar dari kapasitasnya
Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link harus
disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada fuse atau
sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan putus, dan
bisa
 Ligthning Arrester (LA)
 Saluran masukan
2.4 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
2.4.1 Pengertian Umum

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat /
pelanggan listrik. Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung
berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka selain harus
memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman
terhadap pengguna dan akrab terhadap lingkungan. Konfigurasi Saluran Udara. Tegangan
Rendah pada umumnya berbentuk radial.
Terdapat sejumlah komponen utama konstruksi pada Jaringan Tegangan Rendah :
• Tiang Beton
• Penghantar Kabel Pilin Udara (NFA2Y)
• Penghantar Kabel Bawah Tanah (NYFGBY)
• Perlangkapan Hubung Bagi dengan Kendali
• Tension bracket
• Strain clamp
• Suspension bracket
• Suspension Clamp
• Stainless steel strip
• Stopping buckle
• Link
• Plastic strap
• Joint sleeve Press Type ( Al – Al ; Al – Cu )
• Connector press type
• Piercing Connector Type
• Elektroda Pembumian
• Penghantar Pembumian
• Pipa galvanis
• Turn buckle
• Guy-wire insulator
• Ground anchor set
• Steel wire
• Guy-Anchor
• Collar bracket
• Terminating thimble
• U – clamp
• Connector Block
2.4.2 Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah
Berikut adalah konstruksi saluran kabel jaringan tegangan rendah :
1. Konstruksi TR-1
Gambar 2.28 Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Penyangga TR 1

Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR)
yang menggunakan suspension small angle assembly (penggantung untuk tiang
sangga/tumpu).

2. Konstruksi TR-2

Gambar 2.29 Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Sudut TR 2

Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan sudut kurang dari
45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang
belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah
gaya tarikan kawat horizontal.

3. Konstruksi TR-3

Gambar 2.30 Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Awal/Akhir TR 3

Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau tiang
awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp complete plastic
strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).
4. Konstruksi TR-4

Gambar 2.31
Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Penyangga pada Persimpangan TR 4

Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai tiang penyangga


pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada suspension small angle
assambly.

5. Konstruksi TR-5

Gambar 2.32 Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Penegang TR 5

Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang penegang.
Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang
yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap
tiang dari dua arah yang berlawanan.

6. Konstruksi TR-6

Gambar 2.33 Konstruksi pemasangan SKUTR Tiang Pencabangan TR 6


2.4.3 Ruang Bebas Hambatan (Right Of Way) dan Jarak Aman (Saety Distance)
Ruang bebas hambatan atau right of way pada jaringan tegangan rendah kabel
pilin
adalah jalur lintas yang dilalui jaringan tegangan rendah tersebut. Pada jalur lintas
tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan penghantar bersentuhan dengan pohon
atau bangunan.
Jarak Aman atau safety distance merupakan jarak dimana penghantar saluran
udara
tidak terjangkau oleh tangan manusia dan kendaraan yang berjalan. Ukuran jarak aman
terdapat pada table 2.1

c) ALAT DAN BAHAN

Pada observasi kali ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
A. Peralatan yang digunakan
1. Handphone/ kamera DSLR
2. Teropong (bila ada)
3. Alat kendaraan
B. Perlengkapan APD
1. Wearpack
2. Masker/Faceshield
3. Sarung Tangan
4. Sepatu
5. Helm/topi

d) GAMBAR RANGKAIN

Gambar SLD Jaringan Tegangan Menengah dari GI


e) LANGKAH PERCOBAAN

Pada observasi ini dilakukan beberapa langkah percobaan sebagai berikut:


1. Mencari Gardu Induk yang terdekat dari rumah masing-masing
2. Mulai observasi jaringan dari GI hingga ke rumah pelanggan
3. Mengamati jenis tiang yang digunakan setiap saluranya
4. Mengambil foto saluran tenaga listrik
5. Menuliskan laporan hasil pengamatan observasi lapangan
f) HASIL PENGAMATAN

1. Gardu Induk 150 KV

Nama
Gambar Keterangan
Konstruksi/Komponen

150 KV Kondisi
Baik 
(Trafonsformator Daya) 

 Rel (Busbar) Kondisi Baik 

 Disconnecting Switch
 Kondisi Baik
(DS)

Circuit Breaker (CB)   Kondisi Baik

 
 

Current Transformer
 Kondisi Baik
(CT) 
 

Pemisah Tanah (Ebs)


 Kondisi Baik

Input Trafo

 Kondisi Baik

Output Trafo

Kondisi Baik 

 
2. Inspeksi dan Observasi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

a. Konstruksi Tiang Akhir dengan Pemasangan Kabel Tanah TM-11

3
2
4

1
6

10

No Keterangan Jumlah Kondisi


.
1. Lightning Arrester 3 Baik
2. Cros Arm 4 Baik
3. Lightning Arrester 3 Baik
4. Long Rod Insulator 20Kv 3 Baik
5. Arm Tie Type 750 Pipe O 3/4" 8 Baik
6. Kabel AAAC Baik
7. Saluran Output GI Trafo 150KV Baik
8. Ijuk Baik
9. Tiang Beton Baik
10. Pipa Grounding Arrester Baik
11 RoW Aman

b. Konstruksi Tiang Sudut TM-10

2 7
3

4 8

5
No Nama Komponen Jumlah Kondisi
.
1. Lightning Arrester 3 Baik
2. Aluminium Binding Wire 9 Baik
3. Pin Post Insulation 20KV 1 Baik
4. Long Rod Insulator 20 KV 9 Baik
5. Kabel AAAC Baik
6. Ground Wire Clamp 1 Baik
7. Arm Tie Type 750 Pipe O 4 Baik
3/4"
8. Cros Arm 4 Baik
9 Tiang 1 Baik
10 RoW Aman

c. Konstruksi Tiang Penyangga TM-1

1 3
2

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. 20 KV Pin Post Insulator 3 Baik
2. Arm Tie Type 750 Pipe O 3/4" 1 Baik
3. Cros Arm 1 Baik
4. Kabel AAAC Baik
5. Ground Wire Clamp 1 Baik
6. Tiang Beton 1 Baik
7. RoW Aman
d. Konstruksi Tiang Penyangga Ganda TM-2

5
6

1
2 3

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. 20 KV Pin Post Insulator 6 Baik
2. Cros Arm 2 Baik
3. Arm Tie Type 750 Pipe O 3/4" 2 Baik
4. Tiang Beton 1 Baik
5. Ground Wire Clamp 1 Baik
6. Kabel AAAC Baik
7. RoW Aman

e. Konstruksi Tiang Tarik Akhir TM-3

2
4

5
1
6
7
No. Nama Komponen Jumlah Kondisi
1. Strain Clamp Baik
2. Cross Arm Clevis Baik
3. Ground Wire Clamp type B + bolt, Baik
Preformed, cousen
4. Long Rod Insulator 20 KV Baik
5. Cross Arm NP Baik
6. Arm Tie Baik
7. Bolt & Nut + Washer (Double Baik
Arm)
8. Tiang Baik
9. RoW Aman

f. Konstruksi Percabangan Tiang Penyangga dan Tarik TM-8

12
1

2
3
11
4
10

9
5 6 7
8

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Ground Wire Clamp type C + Baik
bolt, Preformed, cousen
2. 20 KV Pin Post Insulator Baik
3. Cross Arm NP Baik
4. Double Arm Baik
5. Alluminium Binding Wire 3,2 Baik
mm
6. Long Rod Insulator 20 KV Baik
7. Cross Arm NP ( type tarik ) Baik
8. Tiang Miring
9. Arm Tie Band , Nut , Washer Baik
10. Arm Tie Type 750 Baik
11. Cross Arm Clevis Baik
12. Line Tap Connector Baik
13. RoW Aman
g. GTT Trafo Portal

1 7

3
6
4

2 14

13

9
10 12

11

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Saluran TM 20 KV Baik
2. FCO 3 Baik
3. Ligjtning Arrester 3 Baik
4. Input Primer 3 Baik
5. Transformator 1 Baik
6. Saluran TR Baik
7. 20 KV Pin Post Insulator 3 Baik
8. Output Sekunder 3 Baik
9. Dudukan Trafo Baik
10. Pipa Saluran Output Sekunder Baik
11. Box PHB 1 Baik
12. Tiang Beton 2 Baik
13. Output Box PHB TR Baik
14 Cross Arm 2 Baik
15. RoW Aman
h. Konstruksi Tiang Gardu Portal Akhir – TM 12

7 8 5

1 4
6

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Long Rod Insulator 20kV 3 set Baik
2. Cross Arm NP – 10 tebal min 3 pcs Baik
5,0 2000 ( type tarik )
3. Arm Tie Type 750 Pipe O 3/4" 3 pcs Baik
4. Bolt & Nut M 16x350 / 6 set Baik
M16x400 + Washer (Double
Arm)
5. 20 KV Pin Post Insulator 6 set Baik
6. Cross Arm Clevis + Bolt & Nut 3 pcs Baik
M16x120 + Washer
7. Ground Wire Clamp type A + 1 set Baik
bolt, Wire Clip
8. Ground Wire Clamp type B + 1 set Baik
bolt, Preformed, cousen
9. Preformed Termination 22 / 35 Tidak ada -
mm u/ Ground Shield Wire
10. Thimble / cousen 22 / 35 mm Tidak ada -
11. Thimble / cousen 22 / 35 mm 1 pcs Baik
12. Tiang Beton 2 unit Baik
13. RoW Tidak aman ( jarak pohon dan
tiang kurang dari 2,5 meter)

3. Inspeksi dan Observasi Jaringan Tegangan Rendah (JTR)


a) Konstruksi Tiang Penyangga – TR 1

3 1

4 2 6
No. Nama Komponen Jumlah Kondisi
1. Suspension Clamp Bracket 1 set Baik
2. Suspension Clamp 1 set Baik
3. Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 2 pcs Baik
4. Stopping Buckle 2 pcs Baik
5. Plastic Strap 3 pcs Baik
6. Line Tap Connector 70-50 + 4 set Baik
Heatshrink
7. Tiang Besi 1 unit Baik
8. RoW Aman

b) Konstruksi Tiang Sudut Silang TR-4B

3 4
5
2 6
1
7

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Compresiont Connector All. 70 / 8 pcs Baik
50
2. Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 4 pcs Baik
3. Stopping Buckle 4 pcs Baik
4. Tension Bracket 2 pcs Baik
5. Strain Clamp 4 set Baik
6. Bundled 50 mm – 50 cm 4 set Baik
(kumisan) + Tanda Phasa
7. Line Tap Connector 70-50 + 4 set Baik
Heatshrink
8. Tiang Baik
9. RoW Aman
c) Kon
struksi Tiang Penegang TR-5

5
6
1 3 4
2

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Line Tap Connector 70-50 + 4 set Baik
Heatshrink
2. Bundled 50 mm – 50 cm 4 set Baik
(kumisan) + Tanda Phasa
3. Plastic Strap 3 pcs Baik
4. Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 2 pcs Baik
5. Tension Bracket 2 set Baik
6. Strain Clamp 2 set Baik
7. RoW Aman
d) K
onstruksi Tiang Exsisting TR-7

2
3 4

No. Nama Komponen Jumlah Kondisi


1. Strain Clamp 1 set Baik
2. Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 2 pcs Baik
3. Plastic Strap 2 pcs Baik
4. Tension Bracket 1 set Baik
5. Tiang 1 unit Baik
6. RoW Aman
g) ANALISA DATA
h) KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai