Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN GERONTIK


HIPERTENSI

CT: Muhammad Rauf, Ns., M.Kep


CI: Rosa Sosiawati, S.Kep., Ns

Disusun Oleh:
Nama : Midila Aulia Wati, S.Kep

NPM : 2014901110044
PROGRAM STUDI PROFESI NERS A
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas batas-
batas tekanan darah normal. Tekanan darah normal didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg (WHO,2013).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang paling umum terjadi hampir
semua golongan masyarakat diseluruh dunia, baik lelaki maupun perempuan
pada umur 45-59 tahun (Fitrina, 2013).
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal
yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan
darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan
darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk
orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009)

B. Etiologi
1. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada
yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri
dan kematian premature.
2. Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi dari
pada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai
meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih
tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.
4. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien
telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan
rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya
berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga
dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor
resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia
dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arteros
klerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
1. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,
seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat timbul oleh penyakit hipertensi adalah sebagai
berikut:
1. Nyeri kepala
2. Nyeri atau tengkuk terasa berat
3. Susah tidur
4. Mudah lelah dan emosional
5. Gemetar
6. Nadi cepat setelah aktivitas
7. Terkadang juga disertasi mual, muntah, sesak hingga epistaksis

D. Patofisiologi
Vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai
viskositas dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia(Udjianti, 2013, p. 109)
2. Kimia darah (Udjianti, 2013, p. 109)
3. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal
renal
4. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin
5. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus
6. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
7. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi
8. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
9. Elektrolit (Udjianti, 2013, p. 109)
10. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi deuretik)
11. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
12. Urine(Udjianti, 2013, p. 109)
13. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan
difusi renal atau diabetes
14. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
15. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin
juga meningkat
16. Radiologi (Udjianti, 2013, p. 110)

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Gagal jantung
2. Stroke
3. Hipertensi maligna
4. Hipertensi ensefalopati

G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi adalah pengobatan atau
perawatan jangka panjang atau bahkan bisa seumur hidup. Jika hipertensi jenis
sekunder biasanya pengobatan dilakukan dengan mengobati faktor penyebabnya
dahulu kemudian hipertensinya. Sedangkan untuk hipertensi esensial biasanya
akan menggunakan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Berikut adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan standar triple
therapy, diantaranya adalah:
1. Diuretik, seperti furosemid, tiazid dan hidrokortiazid
2. Betablocker, seperti metildopa dan reserpin
3. Vasodilator seperti dioksid, pranosin dan hidralasin
4. ACE inhibitor
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merubah gaya hidu
anda seperti di bawah ini agar hipertensi dapat dikontrol dan dicegah, antara lain:
1. Turunkan berat badan
2. Kurangi konsumsi alkohol
3. Beraktivitas secara teratur
4. Mengurang konsumsi natrium berlebihan
5. Kurangi atau bahkan berhenti merokok
H. Patwhay
II. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur(kebanyakan terjadi pada usia  tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosis medis
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Gejala
yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan di hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala
sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur,
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit
ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat TD, hipotensi postural, takikardi,  perubahan warna kulit,
suhu  dingin.
4. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor
stress multiple
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan
pola bicara

5. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
6. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
7. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
8. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
9. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
11. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit ginjal, factor resiko etnik : penggunaan pil KB atau hormone.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 :nyeri akut
a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul dari kerusakan jaringan baik secara aktual atau potensial atau
merupakan kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional) yang terjadi
secara tiba-tiba atau dengan waktu yang lama dengan intensitas ringan
sampai berat dan dapat diantisipasi atau diprediksikan dan lamanya
kurang dari 6 bulan.
b. Batasan Karakteristik
 Laporan secara verbal atau non verbal
 Fakta dari observasi
 Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
 Gerakan melindungi
 Tingkah laku berhati-hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri
 Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum
c. Faktor Yang Berhubungan
 Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
 Analgesic Administration
d. Tujuan
 Pain Level
 Pain control
 Comfort level
e. Kriteria hasil
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang normal
f. Intervensi Keperawatan dan Rasional
 Kaji saka nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang
tepat.
 Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
 Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
 Observas tanda-tanda vital
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.
 Berikan penanganan nyeri nonfarmakolohi
Rasional: mengurangi nyeri
 Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
2. Diagnosa 2 : Intoleransi Aktifitas
a. Definisi
Penurunan kapasitas fisiologi seseorang atau energi fisiologis untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan
b. Batasan Karakteristik
 Tekanan darah menjadi abnormal setelah aktivitas
 Denyut jantun menjadi abnormal setelah aktivitas
 Perubahan EKG (aritmia)
 Perubahan EKG menggambarkan iskemia
 Dispnea
 Fatigue
 Ketidaknyamanan
 Kelemahan
c. Faktor Yang Berhubungan
 Bedres
 Kelemahan secara umum
 Ketidakseimbangan oksigen
 Imobilisasi
 Gaya hidup santai
d. Tujuan
 Aktivitas pasien terpenuhi.
e. Kriteria hasil
 Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan
 Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
f. Intervensi Keperawatan dan Rasional
 Kaji respon klien terhadap aktifitas catat : denyut nadi, keluhan
sesak  napas, nyeri dada, keletihan yang sangat, diaphoresis.
Rasional: Tanda dan gejala tersebut mengindikasikan penurunan curah
jantung da perfusi jaringan , akibat peningkatan preload dan afterload
ventrikel kiri.
 Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasonal: kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
 Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy
Rasional: tekhnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy,
dan juga membantu kesimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan
waktu istirahat sepanjang siang dan sore
Rasional: istirahat memungkinkan penghematan energy
 Kolaborasi pemberian obat digixin
Rasional: pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung.

3. Diagnosa 3 : Resiko Jatuh


a. Definisi
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic
spesifik.
b. Faktor Resiko
 Usia diatas 65 tahun
 Riwayat jatuh
 Hidup seorang diri
 Tungkai bawah tiruan
 Menggunakan alat bantu
 Menggunakan kursi roda
 Anemia
 Arthritis
 Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
 Diare
 Pusing ketika memutar atau menegakkan leher
c. Tujuan
 Keseimbangan; kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrium
 Gerakan terkoordinasi; kemampuan otot untuk bekerja sama secara
volunteer untuk melakukan gerakan yang bertujua
 Perilaku pencegahan jatuh; tindakan individu atau pemberi asuhan
untuk meminimalkan factor risiko yang dapat memicu jatuh
dilingkungan individu
 Kejadian jatuh
 Pengetahuan: pencegahan jatuh; tingkat pemahaman mengenai
pencegahan jatuh
d. Intervensi dan rasional
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain
Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi
resiko injuri
 Pertahankan tirah baring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan
Rasional : untuk memungkinkan viterus human bekerja sebagai
kekuatan memotifasi untuk mengontrol perdarahan.
 Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah
Rasional : mengurangi resiko perlukaan / pembuluh darah retina yang
akan menyebabkan menurunnya penglihatan.
 Modifikasi lingkungan sekitar pasien
Rasional : meningkatkan rasa nyaman
Daftar Pustaka

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung,


Dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka.
Fitrina, Yossi. 2013. Pengaruh pemberian jus mentimun terhadap penurunan
Tekanan darah pada penderita hipertensi di jorong Balerong bunta wilayah
kerja puskesmas Sungai tarab 1 kecamatan sungai tarab Kabupaten tanah datar
Bukit Tinggi. (ejournal.stikesyarsi.ac.id.pdf, diakses 04 Januari 2018)
Hurst, Marlene. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah,Vol 1. Jakarkta : EGC
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, Edisi Revisi, Jilid 2. Yogyakarta :
Mediaction.
Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public
health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. ( 2013). KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Banjarmasin, 1 November 2020


Preseptor Akademik Preseptor Klinik Ners Muda
(Muhammad Rauf, Ns.,M.Kep (Rosa Sosiawati, S.Kep., Ns) (Midila Aulia Wati, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai