Penentuan Spesifikasi Teknik Pada Pompa
Penentuan Spesifikasi Teknik Pada Pompa
Dalam perencanaan sebuah pompa, beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah
pertama jenis pompa yang didasarkan pada tujuan kondisi kerja pompa yang direncanakan,
baik karakteristik fluidanya maupun instalasi yang direncanakan. Kemudian setelah jenis
pompa ditentukan, langkah selanjutnya menentukan kapasitas dan head pompa yang
direncanakan. Selanjutnya adalah menentukan jenis penggerak pompa, putaran pompa dan
kondisi yang direncanakan sehingga akan diperoleh kerja yang efektif dan kemudian dapat
Dalam perencanaan ini kapasitas yang direncanakan adalah jumlah lateks yang
dialirkan dari tangki truk ke tangki penampungan (storage tank) persatuan waktu dan dari
Dari hasil survey yang dilakukan pada PT.Industri Karet nusantara didapat bahwa pabrik
beroperasi dalam 24 jam per hari untuk memproduksi benang karet dengan 4 unit mesin
produksi. Waktu untuk mempompakan lateks dari 1 tangki truk dengan kapasitas 14 ton lateks
adalah ± 1,5 jam. Jumlah lateks yang dipompakan dalam 1 hari untuk kebutuhan produksi
benang karet adalah 56 ton lateks(4 truk 1 hari). Adapun lapisan dalam tangki truk dilapisi
dengan aspal atau paraffin dan lateks yang dibeli sudah dicampur dengan zat pengawet seperti
𝑚
Q = ...............[Lit 14 hal. 170].
𝜌
56.10 3 kg /hari
Q=
1100kg /m 3
= 51m3/hari
Dimana lamanya pompa beroperasi 6 jam per hari; maka kapasitas aliran perjam adalah :
51 m 3 /hari
Q=
6jam /hari
= 8,5 m3 /jam
≈ 9 m3/jam
kebocoran sepanjang pipa serta penurunan efisiensi pompa setelah pemakaian yang cukup
lama. Menurut [lit. 10 hal. 15] besarnya harga faktor keamanan berkisar (10-15)%. Pada
= 10,35 m3 /jam
1.2 Pemilihan Jumlah Pompa
Dalam penentuan jumlah pompa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
lain:
1. Pertimbangan Ekonomi
biaya operasi dan pemeliharaannya. Agar biaya dapat ditekan maka jumlah pompa harus
3. Pembagian Resiko
Menggunakan hanya satu pompa untuk keseluruhan dalam instalasi mempunyai resiko yang
tinggi untuk keperluan pabrik. Instalasi tidak akan berfungsi sama sekali jika pompa satu-
kapasitas pompa 10,35 m3/jam (248,4 m3/hari), maka direncanakan pompa sebanyak dua
buah, yaitu satu buah pompa yang beroperasi dan satu buah lagi sebagai cadangan.
1.3. Penentuan Head Pompa
Head pompa adalah kemampuan suatu pompa untuk memindahkan fluida dari tempat
yang rendah ke tempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan rendah ke tempat
yang bertekanan tinggi. Head pompa dinyatakan dalam satuan tinggi kolom air (dalam meter)
yang harus dialirkan untuk memperoleh jumlah energi yang sama dengan yang dikandung
Dari gambar 3.1 dengan menentukan titik Z1 pada permukaan fluida pada tangki truk
dan titik Z2 pada permukaan fluida pada tangki penampungan, maka head pompa (Hp)
𝑃1 𝑉2
1 𝑃2 𝑉2
+ 2𝑔 + 𝑧1 + 𝐻𝑃 = + 2𝑔2 + 𝑧2 + 𝑛 −2
𝛾 𝛾
Δ𝑃 Δ𝑉 2
𝐻𝑃 = + + Δ𝑍 + 𝑛 −2
𝛾 2𝑔
Dimana :
Δ𝑃
=Perbedaan head tekanan
𝛾
Δ𝑉 2
= Perbedaan head kecepatan
2𝑔
Δ𝑍 = Perbedaan head potensial pada kedua permukaan fluida
𝑛 −2 = Kerugian head
Untuk menentukan besarnya head yang harus disediakan oleh pompa rancangan
haruslah didasarkan pada kondisi instalasi, sifat fluida yang dipompakan dan rencana operasi
pompa.
1.3.1. Perbedaan Head Tekanan
Perbedaan head tekanan yang dimaksud adalah perbedaan tekanan pada tangki truk
dengan tekanan pada tangki penampungan. Dari survey didapat bahwa tekanan pada tangki
truk (P1) adalah sebesar 1 bar (1 x 105 N/m2) dan tekanan dalam tangki penampungan (P2)
dimana :
maka :
1−0,75 𝑥10 5 𝑁 𝑚 2
𝛥𝐻𝑃 = 1100 𝑘𝑔/𝑚 3 𝑥 9,81𝑚/𝑠 2
Δ𝐻𝑃 = 2,3 m
Head statis adalah perbedaan ketinggian permukaan lateks pada tangki truk dengan
Pada gambar 3.1 dapat dilihat bahwa tinggi permukaan fluida (Z1) pada tangki truk
adalah Z1 =2m
Hs = Z2 – Z1
= 16 m – 2 m
= 14 m
Gambar instalasi pemipaan dan gambar diagram isometris dapat dilihat pada gambar 3.1 dan
3.2
1.3.3 Perbedaan Head Kecepatan
Head ini timbul sebagai akibat adanya perbedaan kecepatan aliran lateks antara titik Z 1
dan titik Z2 dalam menentukan perbedaan kecepatan aliran, terlebih dahulu diketahui besarnya
kecepatan aliran dalam pipa. Umumnya kecepatan aliran di dalam pipa yang diizinkan
menurut [lit. 10 hal. 63] adalah sebesar (1 - 2) m/det untuk pipa diameter kecil dan (1,5 - 3)
m/det untuk pipa berdiameter besar. Untuk memperoleh kecepatan aliran dan diameter pipa
isap yang sesuai, perhitungan awal sementara diambil batas kecepatan rata-rata 1,4 m/det.
dimana:
4.𝑄𝑝 4𝑥3𝑥10−3
ds = =
𝑉𝑠 .𝜋 1,4.𝜋
ds = 0,0539 m = 2,12 in
ds = 2 in (direncanakan)
Menurut [lit. 5 hal.23] berdasarkan ukuran pipa standar ANSI B36.19 Shedule 40, maka
Dengan menggunakan pipa tersebut di atas, maka kecepatan aliran yang sebenarnya sesuai
Vs = 1,47 m/det
Bila kecepatan aliran pada sisi masuk (v1) adalah kecepatan pada saat fluida dari
tangki truk memasuki ujung pipa isap dan kecepatan pada sisi keluar (v2) adalah kecepatan
fluida pada ujung pipa tekan saat memasuki tangki penampungan, akibat kapasitas aliran
lateks dari tangki truk ke tangki penampungan sama dan ukuran pipa yang digunakan sama
Δ𝑣 2 𝑣22 −𝑣12
𝐻𝑣 = =
2𝑔 2𝑔
(1,47)2 −(1,47)2
= =0
2.9,81
Kerugian head pada sisi isap terdiri dari kerugian head karena gesekan dan kerugian
Besarnya kerugian head akibat gesekan pada sisi isap diperoleh menurut rumus “darcy-
Weisbach” yaitu :
𝐿 𝑉2
𝑠
Hfl =𝑓. 𝑑 . 2𝑔 ……….(lit. 9 hal. 202)
𝑖
Dimana :
f = faktor gesekan
bilangan Reynold (Re) menurut [lit. 9 hal. 208] dicari dengan rumus :
𝑉𝑠 .𝑑 𝑖
Re = 𝜗
Dimana :
Re = bilangan reynold
maka :
1,47 𝑚/𝑑𝑒𝑡
(0,0525𝑚)
Re = 0,84𝑥10 −4 𝑚 2 /𝑑𝑒𝑡
= 0,091875.104
Berdasarkan lit 9 hal 43(Re < 2000 → aliran laminar) dengan bilangan Reynold sebesar
0,091875.104 maka alirannya laminar.
Bahan pipa isap yang direncanakan adalah Stainless Steel dengan standart ANSI
B36.19 Shedule 40 dengan kekasaran 0,046 mm.
Maka kekasaran relatif pipa yang digunakan (ε/di) adalah :
𝜀 0,046𝑚𝑚
=
𝑑𝑖 52,5𝑚𝑚
= 8,76.10-4
Dari diagram Moody untuk Re = 9,187.104 dan (ε/di) = 8,76.10-4 diperoleh faktor gesekan (f)
= 0,022. Besarnya kerugian head gesekan sepanjang pipa isap menurut rumus Darcy
Weisbach :
1,4 (1,47)2
Hfl =0,022. 0,0525 . 2.9,81
= 0,0646 m
𝑉2
Hm = 𝑠
𝑛𝑘 2.𝑔 ……………[lit. 9 hal. 212]
Dimana : n = jumlah kelengkapan pipa
Untuk mengetahui berapa besarnya kerugian head yang terjadi akibat adanya kelengkapan
pipa, maka perlu diketahui terlebih dahulu jenis kelengkapan pipa yang digunakan sepanjang
Σnk = 1,28
(Howard frase, ”proses perencanaan pemipaan,” John Willey and Sons Inc, New York 1963)
(1,47)𝟐
hms = 1,28𝑥 2.9,81
= 0,141 m
Dengan demikian besar kerugian head sepanjang pipa isap pompa adalah sebesar :
= 0,0646 + 0,141
= 0,2056 m
Dengan ukuran yang sama dengan pipa isap untuk fluida pada temperatur yang sama
𝐿 𝑠𝑉2
hf-s = 𝑓. 𝑑 . 2𝑔
𝑖
16,9 (1,47)2
hf-s = 0,022. 0,0525 . 2.9,81
= 0,78 m
Adapun kelengkapan pada instalasi pipa tekan dapat dilihat pada tabel berikut :
Σn.k = 4,08
(Howard frase, ”proses perencanaan pemipaan,” John Willey and Sons Inc, New York 1963)
(1,47)2
Hm-d = 4,08. 2.9,81
= 0,4493
= 0,78 + 0,449
= 1,229 m
h1 = hl-s + hl-d
= 0,2056 + 1,229
= 1,435 m
Besarnya head yang harus dihasilkan pompa untuk mengalirkan lateks dari tangki truk ke
Hp = ΔHp +ΔHv + hl + Hs
= 2,3 + 0 + 1,435 + 14
= 17,735 m
Untuk mengkoreksi perubahan gesekan pipa yang bergantung pada umur pipa,
perancangan head pompa haruslah ditambah sebesar (10 - 25) %. Dalam hal ini head
= 20,04 m
Ada beberapa jenis penggerak mula yang digunakan untuk menggerakkan pompa,
antara lain : turbin uap, motor bakar, motor listrik. Dalam perencanaan ini motor listrik yang
1. Energi listrik untuk menggerakkan motor listrik dengan mudah dapat diperoleh dari
pembangkit tenaga listrik yang ada baik dari PLN maupun pembangkit tenaga uap.
2. Keuntungan menggunakan motor listrik adalah : dapat dikopel langsung dengan pompa,
pengoperasiannya mudah, putaran yang dihasilkan konstan, getaran yang ditimbulkan kecil,
biaya peralatan murah serta tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
Besarnya putaran motor listrik dapat ditentukan dengan mengetahui frekwensi dan jumlah
katup pada motor listrik. Pada umumnya frekwensi listrik di Indonesia adalah 50 hz. Putaran
𝑓𝑥 120
n = (rpm)………(lit. 10 hal. 40)
𝑃
dimana :
50𝑥120
n =
2
= 3000 rpm
Putaran motor akan menentukan putaran spesifik pompa yang selanjutnya akan
menentukan efisiensi pompa. Oleh sebab itu dalam pemilihan putaran motor dilakukan
pertimbangan yang menyangkut ukuran pompa untuk dapat memberikan putaran spesifik
Putaran motor akan menjadi sama dengan putaran pompa karena pompa dikopel
langsung dengan motor listrik sehingga putaran pompa adalah 3000 rpm.
Jenis impeler pompa ditentukan dari putaran spesifik pompa dimana putaran spesifik
ini dipengaruhi oleh putaran pompa tersebut. Putaran spesifik pompa adalah putaran pompa
Putaran spesifik untuk pompa yang memiliki impeler satu tinggkat dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
𝑄𝑝
ns = 𝑛𝑝 3 …….(lit.6 hal. 27)
(𝐻𝑝 ) 4
dimana :
Qp = kapasitas pompa
47,54
ns = 2964 3
(65,62) 4
= 887 rpm
Adapun gambar grafik hubungan bentuk impeler dengan putaran spesifik adalah :
Gambar 3.4 Grafik Hubungan Bentuk Impeler Dengan Putaran Spesifik Pompa
Dari grafik pada gambar 3.4 dapat ditentukan jenis impeler yang akan digunakan dan
juga efisiensi pompa. Untuk putaran spesifik pompa ns = 887 rpm dengan jenis impeler yang
Pada pemakaian pompa yang terus – menerus, masalah efisiensi pompa (ηp) menjadi
perhatian khusus. Efisiensi pompa tergantung kepada kapasitas tinggi tekan (head) dan
kecepatan aliran yang kesemuanya sudah termasuk dalam putaran spesifik. Hubungan antara
putaran spesifik dengan efisiensi pompa dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut ini :
0,64747 𝑘𝑊
= = 85 %
0,7769 𝑘𝑊
Daya pompa (Np) merupakan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan impeler. Besarnya
Dimana :
maka :
𝑘𝑔 𝑚 𝑚3
950 . 9,81 2 . 20𝑚 .(3.10−3 )
𝑚3 𝑠 𝑑𝑒𝑡
Np = 0,85
= 647,46 W
= 0,64746 kW
𝑁𝑝 (1+𝛼)
Nm = ……….(lit. 10 hal. 60)
𝜂𝑡
dimana :
maka :
0,64746 (1+0,2)
Nm = 1
Nm = 0,7769 kW
= 0,578 Hp
Berdasarkan standard motor yang ada dipasarkan maka dipilih motor listrik dengan
daya 1 Hp.
1.10 Kavitasi
Bila tekanan pada sembarang titik didalam pompa turun menjadi lebih rendah dari
tekanan uap pada temperature cairnya, cairan itu akan menguap dan membentuk gelembung
uap. Gelembung- gelembung akan mengalir bersama- sama dengan aliran sampai daerah yang
tekanannya lebih tinggi. Saat tekanan yang lebih tinggi dicapai, gelembung akan mengecil
secara tiba-tiba atau pecah yang mengakibatkan tumbukan yang besar pada dinding yang
kerusakan mekanis seperti erosi pada sudutdan dinding sisi masuk impeller juga menimbulkan
Kavitasi dipengaruhi oleh head isap (suction head) pompa. Head ini disebut dengan
head isap positif netto. Untuk mencegah kavitasi, make head isap yang tersedia pada instalasi
dimana :
maka :
25000 −83000
NSPHA = − −0,65 − 0,2056
10791
= 2,268 m
Besarnya NPSH yang diperlukan untuk setiap pompa berbeda harganya tergantung
dari pabrik. Namun untuk penafsiran secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dari
NPSHR = σ Hp
dimana :
Menurut [lit. 2 hal. 65], untuk pompa tunggal dengan putaran spesifik pompa
Maka :
NPSHR = 0,10 x 20 m
= 1,4 m
Hasil yang didapat terlihat bahwa NPSHA > NPSHR (2,268 m > 1,4 m), sehingga
• Head pompa : Hp = 20 m
Poros merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran
dari motor penggerak ke impeler serta mendukung pembebanan impeler. Daya yang akan
ditransmisikan adalah daya motor listrik 1,6584 kw dengan putaran 2964 rpm. Untuk dapat
menahan beban tersebut direncanakan bahan poros adalah stainless stell AISI SAE 1020 yang
biasa digunakan sebagai material pompa. Baja ini mempunyai kekuatan tarik (σ b) sebesar
517,24 x 106 N/m2. Untuk merencanakan diameter poros pompa dari daya yang
ditransmisikan dan putaran yang diketahui dapat ditentukan besarnya daya rencana, yaitu :
Nd = fc .Nm
dimana :
Sehingga :
Nd = 1,2 x 0,7769
= 0,93228 kW
𝑁𝑑
T= (N.m)
𝜛
dimana :
ϖ = kecepatan sudut
2𝜋𝑛 𝑝
=
60
2𝜋.2964
=
60
= 310,3 rad/det
maka :
932,28
T= N.m
310,3
= 3,0 N.m
dimana :
Sf2 = faktor keamanan alur pasak dan perubahan diameter poros (1,3 – 3,0),
diambil 2,8
maka :
517,24𝑥10 6
τa =
6,0𝑥2,8
= 30,78.106 N/m2
Besarnya diameter poros menurut [lit. 10 hal. 7], dapat dihitung dengan persamaan :
1
5,1 3
ds ≥ τ𝑎
𝑘𝑡. 𝑐𝑏. 𝑇
dimana :
= 1,4 (direncanakan)
= 3 N.m
sehingga :
1
5,1 3
ds ≥ 𝑥1,4𝑥2,2𝑥3
30,78𝑥106
≥ 0,0147 m
≥ 14,7 mm
Harga ini merupakan harga minimal diameter poros. Dari standard diameter poros
Penentuan ukuran impeler tidak terlepas dari aliran yang terjadi di dalam impeler
tersebut. Analisa perhitungan impeler berhubungan dengan kecepatan aliran pada impeler.
Diagram kecepatan aliran fluida pada impeler dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :
Keterangan gambar :
vu = komponen tangensial v
Keterangan gambar :
Diameter hub impeler menurut [lit.3 hal 260] dihitung dengan persamaan :
DH = (1,2 – 1,4) x Ds
dimana :
Ds = diameter poros = 16 mm
maka :
DH = (1,2 – 1,4) x 16 mm
= (19,2 – 22,4) mm, diambil 22 mm.
4𝑄𝑡𝑠
Do = + 𝐷𝐻2
𝜋𝑉𝑜
dimana :
Qts= kapasitas aliran melalui impeler dibuat lebih besar (1,02 – 1,05) dari harga
kapasitas.
= (1,02 – 1,05) Qp
Vo = kecepatan fluida sebelum memasuki impeler (2- 5) m/det, diambil 2,0 m/det.
maka :
4𝑥0,00335
Do = + (0,022)2
2,0𝑥𝜋
= 0,047 m
= 47 mm
Menurut [lit. 3 hal 94], besarnya diameter sisi masuk impeler yang memiliki
kelengkungan dapat dicari dari mengambil diameter rata-rata diantara mata impeler (Do) dan
𝐷𝑜2 +𝐷𝐻2
D1 =
2
dimana :
maka :
47 2 +22 2
D1 =
2
= 36.7 mm
37 mm
Diameter sisi keluar impeler menurut [lit. 3 hal.96] diperoleh dari persamaan:
60𝛷 2𝑔.𝐻𝑝
D2 =
𝜋.𝑛 𝑝
dimana :
Hp = head pompa = 20 m
maka :
60(0,96) 2.(9,81).20
D2 =
𝜋 .3000
= 0,138 m
= 138 mm
Dari hukum kontinitas, lebar impeler sisi masuk dapat dihitung dengan persamaan :
𝑄𝑡𝑠
b1 =
𝜋𝐷1 .𝑉𝑟1
dimana :
= Vo + (5% ÷ 10%)Vo
sehingga :
0,00335
b1 =
𝜋(0,037).2,1
= 0,0137 m
= 13,7 mm
≈ 14 mm
Menurut [lit.10 hal. 98], lebar impeler sisi keluar diperoleh dari rumus :
𝑄𝑡𝑠
b2 =
𝜋𝐷2 .𝑉𝑟2
dimana :
maka :
0,00335
b2 =
𝜋(0,138).1,9
= 4,06.10-3 m
= 0,00406 m
≈ 5 mm
Pada pompa dengan radial, besar sudut masuk absolut (α1) = 90o dan kecepatan aliran
absolute (v1) adalah sama dengan kecepatan radial aliran pada sisi masuk (vr1) = 2,1 m/det.
𝜋.𝐷1 𝑛 𝑝 3,14𝑥0,037𝑥3000
u1 = =
60 60
= 5,74 m/det
2,1
= arctan = 20o
5,74
2,1
=
𝑠𝑖𝑛 20 0
= 6,14 m/det
Dari hasil perhitungan kecepatan aliran fluida masuk impeler, dapat digambar
𝜋𝐷2. 𝑛𝑝
u2 = 60
𝜋.0,138.2964
= 60
u2 = 21,4 m/det
Dalam merencanakan besar sudut (β2), harus didasarkan pada head teoritis pompa.
Hal ini diperlukan untuk menjaga agar head pompa yang dihasilkan (aktual) sesuai dengan
yang dibutuhkan. Besar sudut ini antara 15o – 40o. Head teoritis pompa dapat dihitung dengan
persamaan :
𝑢2 𝑣
𝑟2
Htr = 𝑢2 − 𝑎𝑟𝑐 tan
𝑔 𝛽 2
Hubungan head teoritis (Htr) dengan head pompa (Hp) menurut [lit. 10 hal. 96]
adalah :
𝐻𝑝
Htr =
𝑘
dimana :
Hp = head pompa = 20 m
sehingga :
20
Htr = = 40 m
0,65
maka :
21,4 1,8
40 = 21,4 − 𝑎𝑟𝑐 tan 𝛽
9,81 2
−18
Arctanβ2 =
−3,064
= 0,587
β2 = 30,4o
dimana :
maka :
𝑣𝑟2
vu2 = 𝑢2 −
tan 𝛽 2
1,8
= 21,4 −
tan 30,4 0
= 17,04 m/det
sehingga :
1,8
α2 = arc tan
17,04
= 5,6o
= 6o
1,8
=
𝑠𝑖𝑛 6𝑜
= 18,3 m/det
𝑣𝑟2 1,8
w2 = = = 3,55 m/det
sin 𝛽 2 𝑠𝑖𝑛 3𝑜,4 𝑜
′
4.2.9.1 Kecepatan radial (𝑣u2 )
Menurut [lit. 10 hal 33], komponen kecepatan tangensial pada sisi keluar impeler dapat dicari
dengan persamaan :
′
𝑣u2 = ηs. vu2
dimana :
maka :
v'u2 = 0,7x18,3
= 12,8 m/det
′ ′ 2
v'2 = (𝑣u2 )2 + (𝑣r2 )
= (12,8)2 + (1,8)2
= 12,92 m/det
𝑣′r2
𝛽2′ = arctan
𝑢2 −𝑣′u2
1,8
𝛽2′ = arctan21,4−12,8
= 11,8o
= 12o
𝑣′r2
𝛼2′ = arctan
𝑣′u2
1,8
𝛼2′ = arctan12,8
= 8o
′ 2 ′ 2
𝑤2′ = (𝑣r2 ) + (𝑢2 − 𝑣u2 )
= 8,78 m/det
Dari perhitungan kecepatan aliran dan sudut pada impeler sisi keluar, maka dapat
Keterangan gambar :
baik pada fluida. Jumlah sudu yang terlalu banyak akan menyebabkan kerugian gesek yang
besar. Menurut [lit. 10 hal 115], jumlah sudu dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
𝐷2 +𝐷1 𝛽 1 +𝛽 2
Zi =6,5 𝑠𝑖𝑛
𝐷2 −𝐷1 2
dimana :
sehingga :
138+37 20+30,4
Zi =6,5 𝑠𝑖𝑛
138−37 2
= 4,8
5 buah
4.3.2 Tebal Sudu
Menurut [lit. 10 hal. 106], tebal sudu diperoleh dari persamaan sebagai berikut :
𝜋𝐷 (1−𝜀)
tsi = 𝑠𝑖𝑛𝛽
𝑧𝑖
dimana :
D1 = 37 mm β1=20o
sehingga :
𝜋40(1−0,9)
tsi-1 = 𝑥𝑠𝑖𝑛20𝑜
5
= 0,8 mm
sehingga :
𝜋138(1−0,92)
tsi-2 = 𝑥𝑠𝑖𝑛30,4𝑜
5
= 3,5 mm
4.3.3 Jarak Antar Sudu Impeler
πD 1
Pv =
𝑧𝑖
Menurut [lit.10 hal.106] ada dua metode yang digunakan dalam melukis bentuk sudu,
yaitu :
Dalam perencanaan ini digunakan metode arkus tangen. Pada metode ini impeler
𝑅2 −𝑅1
ΔR =
𝐼
dimana :
= D1/2 = 37/2
= 18,5 mm
= D2/2 = 138/2 = 69 mm
maka :
69−18,5
ΔR =
4
= 12,625 mm
menurut persamaan :
𝛽 2 −𝛽 1
Δβsi =
𝐼
30,4−20
Δβsi =
4
= 2,6o
Jari-jari kelengkungan yang berada pada setiap lingkaran dapat dihitung menurut [lit.9
𝑅02 −𝑅𝑖2
Rk = 2(𝑅
𝑜 𝑐𝑜𝑠 𝛽 𝑜 −𝑅𝑖 𝑐𝑜𝑠𝛽 𝑖 )
dimana :
Harga-harga dari setiap busur dan sudut pada setiap bagian lingkaran yang membentuk sudut
pusat titik O.
3. Garis OA dibuat dengan menarik garis dari titik pusat lingkaran O hingga memotong
lingkaran I.
4. Buat garis yang membentuk sudut β1 = 20oterhadap garis OA. Titik pusat busur yang
pertama adalah B terletak pada garis AB yang jaraknya sebesar kR = 27,58 mm dari titik A.
5. Gambar busur lingkaran dari titik A dengan jari-jari busur Rk = 27,58 mm sehingga
6. Tarik garis dari titik C ke B dan buat titik D sejauh Rk = 43,67 mm dari titik C. Titik ini
7. Gambar busur lingkaran dari titik C dengan Rk = 43,67 mm sehingga memotong lingkaran
b di titik E.
8. Perpanjangan garis ED dan buat titik F sejauh Rk = 61,45 mm dari titik E. Titik ini menjadi
9. Gambar busur lingkaran dari titik E dengan jari-jari busur Rk = 61,45 mm sehingga
10.Perpanjang garis GF dan buat titik H pada garis Hini sejauh Rk = 82,07 mm dari titik G.
11.Gambar busur lingkaran dari titik G dengan jari-jari Rk = 82,07 mm sehingga memotong
lingkaran 2 di titik I.
Gambar 4.6 Bentuk Sudu Impeler
Panjang sudu dapat dihitung dengan menjumlahkan panjang busur yang membentuk
𝜋.𝜃.𝑅𝑘
L =
180 𝑜
dimana:
𝜋.𝜃1 .𝑅𝑘 1
L1 =
180 𝑜
𝜋.60 𝑜 .27,58
L1 = = 28,88 mm
180 𝑜
3 23 61,45 24,66
20 82,07 28,64
4
Ln 114,95
Rumah pompa adalah bagian yang sangat penting dari sebuah pompa, yang berfungsi
mengalirkan fluida dan mengubah energi kinetik fluida menjadi energi tekanan.
Pada jenis ini terdapat pengarah disekeliling impeller dengan tujuan untuk mengubah
kecepatan fluida menjadi head tekanan. Rumah pompa jenis ini biasanya digunakan untuk
pompa-pompa dengan head yang relatif tingi atau biasanya untuk pompa-pompa bertingkat
banyak.
2. Rumah pompa volute
Jenis ini berbentuk spiral, biasanya disebut sebagai rumah keong. Rumah pompa ini
dibentuk sedemikian rupa sehingga luas penampang rumah pompa semakin luas dalam arah
radial. Jenis ini sering digunakan untuk pompa satu tinggkat dan konstruksinya sangat
sederhana.
3. Rumah vorteks
Jenis ini sama dengan jenis rumah volute, hanya berbeda pada ruangan antar impeler
Dalam perencanaan ini rumah pompa yang digunakan adalah rumah keong (volute
casing). Rumah pompa ini berbentuk spiral, luas penampang casing perlahan-lahan semakin
luas kearah sisi luar rumah pompa. Konstruksi rumah keong ini sederhana dan biaya
Bentuk rumah pompa keong (volute casing) dapat dilihat seperti gambar berikut :
𝑄𝑝
Athr = 𝐶
𝑡 𝑟
dimana :
Diperoleh dari grafik hubungan Cthr dengan kecepatan spesifik (ns) = 897 rpm
Cthr/u2 = 0,6
maka :
3.10 −3
Athr = 12,84
= 2,4 x 10-4 m2
Jari-jari leher volute adalah :
𝐴𝑡 𝑟
Rthr =
𝜋
2,4𝑥10 −4
=
𝜋
Jari-jari volute menurut [lit.3 hal 18] dapat dihitung dengan rumus :
Rvol = Rt + 2ρ
Rt = (1,02-1,05)x R2
Dimana :
= D2/2 = 138/2
= 69 mm
= 6,9 cm
maka :
Rt = (1,02 – 1,05) x 69 mm
= (70,38 – 72,45) mm
= 7,2 cm
Φ 2Φ𝑅𝑡
ρ= +
𝑥 𝑥
Sedangkan harga x diperoleh dari :
𝑢3
x = 720πR2
𝑄
dimana :
u3 = u2.k
u2 = 21,4 m/det
maka :
u3 = 0,65 x 21,4
= 13,91 m/det
= 1391 cm/det
sehingga :
1391
x = 720π.6,9
3194
= 6797o/cm
45 𝑜 2.45 𝑜
ρ1 = +
6797 6797
= 0,315 cm
maka :
= 7,83 cm
Harga dari jari-jari volute untuk setiap penampang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.3 Penampang dan jari-jari volute
Sudut lidah volute adalah sudut dimana dimulainya rumah keong dimana dapat
132.log
(𝑅𝑡 𝑅2
θ1v =
𝑡𝑎𝑛𝛼 2
dimana :
sehingga :
132log
(72/69)
θ1v =
6𝑜
= 23,2o
4.4.2 Tebal Dinding Rumah Pompa
Tebal dinding rumah pompa sangat berhubungan dengan tekanan yang bekerja pada
P = ρgHp
dimana :
ρ = 1100 kg/m3
Hp = head pompa = 20 m
sehingga :
P = 1100 x 9,81 x 20
= 215,820 N/m2
= 0,21582 N/mm2
Berdasarkan pertimbangan diatas maka untuk bahan rumah pompa dipilih besi cor
kelabu JIS G 5501 FC 20 dengan tegangan tarik (σt) = 20 kg/mm2 = 196,2 N/mm2. Dengan
Tebal dinding rumah pompa menurut [lit 9 hal. 112] dihitung dengan persamaan :
𝑃.𝐷𝑝
td = x.y. +𝑆
2.𝜍 𝑖
dimana :
= 8,486 + 9,05
= 17,5 cm
Sehingga :
0,215 𝑥17,5
td = 4,25x1,6
2𝑥19,6
+3
= 3,7 mm
4 mm
ANALISA GAYA PADA POROS
beroperasi ataupun diam. Adapun gaya-gaya tersebut disebabkan oleh impeler, poros, putaran
poros dan gaya akibat fluida yang arahnya menuju sisi masuk pompa. Gaya-gaya tersebut
adalah gaya radial, gaya aksial dan gaya tangensial atau gaya sentrifugal.
Berat roda impeler dihitung dengan cara pendekatan yaitu membagi impeler menjadi beberapa
bagian impeler, dimana alur pasak, lubang pengimbang diabaikan. Berat tiap segmen dihitung
dengan persamaan :
𝜋
w1 = 4 (𝑑 o2 – d i 2 ) .t1. γ [N]
dimana :
= 76800 N/m3
Gbr. 5.1 Bentuk dan Ukuran Impeler
Berat impeler (Wi) adalah jumlah dari berat segmen impeler yang ditabelkan sebagai berikut :
1 22 16 3 0,041
2 91 72 3,5 0,654
3 138 22 3 3,358
𝟒. 𝟎𝟓𝟖
Pada roda impeler terdapat 5 buah sudu, dimana masing-masing sudu mempunyai bentuk dan
𝑏1 +𝑏2 𝑡 1 +𝑡 2
ws = z1.L 𝛾
2 2
dimana :
ws = berat sudu
= 76,8 N/mm3
maka :
14+5 0,8+3,5
ws = 5.114,595 . . 76,8
2 2
= 9,016 N
wis = wi + ws
= 4,085 + 9,016
= 13,074 N
kontruksinya bertingkat dimana perbedaan diameter sepanjang poros, maka perhitungan berat
poros dilakukan untuk tiap tingkat diameter. Adapun dimensi poros yang direncanakan adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.2 Bentuk dan Ukuran Poros
dimana :
Dp = diameter poros
l p = panjang poros
4 0,04 1,51
0,025
5 0,06 0,926
0,016
𝑤𝑝 =13,3
5.3 Gaya Radial
Gaya radial adalah gaya yang arahnya tegak lurus terhadap garis sumbu. Pada pompa
poros horizontal, gaya radial ini timbul sebagai akibat berat komponen pompa (poros dan
impeler). Dalam menghitung gaya radial pada poros, beban dianggap terbagi rata. Diagram
Dengan menggunakan kesetimbangan momen pada titik A, maka gaya reaksi pada
ΣMB = 0
-250(Wis+Wp1)-160 (Wp2)+100RA-50(Wp3)+20(Wp4)+50Wp5)= 0
-250(12,761+0,926)-160(4,524)+100RA-50(5,429)+20(1,508)+50(0,926)=0
RA= 44,71 N
ΣFy = 0
0 = Wp+Wis-RA-RB
RB = Wp+Wis-RA
Gaya aksial adalah gaya yang arahnya sejajar dengan garis sumbu. Pada pompa poros
horizontal, gaya aksial timbul akibat aliran fluida. Akibat aliran fluida. Akibat aliran ini
timbul perubahan momentum dan perbedaan tekanan fluida antara sisi isap dan sisi tekan
impeler. Tekanan pada sisi isap lebih kecil daripada tekanan pada sisi tekan. Oleh sebab itu
isap. Gaya akibat perubahan momentum berlawanan arah dengan gaya yang disebabkan
perbedaan tekanan.
3 (𝑢 22 −𝑢 12 )
Dimana : P1-P0 = . .γ
4 2𝑔
sehingga :
3 (21,42 −5,742 )
P1-P0 = . . 9319,5
4 2.9,84
𝑄.𝑉𝑂
Fm = γ 𝑔
0,00335 .2
= 9319,5. 9,81
Fm = 6,365 N
FA = FA-P – FAM
= 205,13– 6,365
Gaya aksial yang terjadi pada pompa akan ditanggung oleh bantalan aksial. Semakin besar
gaya aksial akan semakin besar pula bantalan yang digunakan. Agar bantalan yang digunakan
tidak terlalu besar, gaya aksial ini harus dikurangi. Umumnya untuk mengatasi gaya aksial
1. Torak pengimbang
2. susunan berimbang
3. Kombinasi wearing ring (cincin penahan aus) dengan balance hole (lubang
pengimbang)
4. Cakram pengimbang
Pada perancangan ini digunakan metode kombinasi wearing ring dan balancing hole.
Pemakaian wearing ring, gaya yang dikurangi masih kecil sehingga harus dikombinasikan
dengan balancing hole yang diletakkan dibelakang impeler pada diameter yang relative sama
dengan mata impeler. Metode ini dapat mengurangi gaya aksial sebesar (75-90) %.
= (19,876 – 49,69) N
Gaya aksial yang terjadi diambil yang maksimum yaitu FAF = 49,69 N
5.5 Perhitungan defleksi Pada Poros
Pembebanan pada poros adalah akibat dari berat impeler dan berat poros itu sendiri.
Dalam perhitungan defleksi ini poros dianggap sebagai beban terbagi rata dengan
Pada analisa putaran kritis, diasumsikan bahwa poros mempunyai diameter rata-rata
dan massanya terbagi rata, sehingga berat tiap bagian yang dipisahkan oleh tumpuan dapat
dianggap sebagai beban terpusat. Beban yang menyebabkan putaran kritis adalah beban akibat
4𝑤 𝑝
Dsm =
𝜋.𝑙 𝑝 . γ
dimana :
wp = berat poros = 13,3 N
sehingga :
4.13,3
Dsm =
𝜋.0,38.76800
= 0,024 m = 24 mm
𝜋
q = (𝐷𝑠𝑚 )2 . γ
4
𝜋
= (0,024)2 . 76800
4
q = 34,74 N/m
q = 0,347 N/cm
𝑤𝑝 3 5,42
q2 = = = 0,0542 N/mm
𝑙𝑝 3 100
𝑤 𝑝 4 +𝑤 𝑝 5 1,51+0,926
q3 = = =0,0243 N/mm
𝑙 𝑝 4 +𝑙 𝑝 5 40+60
FA = 198,765 N
wis = 8,05 N
pembebanan pada poros. Pada perhitungan defleksi ini diasumsikan bahwa defleksi
maksimum terjadi pada titik C. Dengan berat impeler Wis = 8,05 N dan beban aksial FAF =
49,69 N, gaya berat impeler dapat diganti dengan sebuah momen yang bekerja pada tumpuan
Mai = wis . l3
= 8,05 x 150
= 1207,5 Nmm
• Slope tumpuan A
𝑀 𝑎𝑖 .𝑙 1 1207,5.180 72450
ϴA1 = = = mm
3.𝐸𝐼 3.𝐸𝐼 3.𝐸𝐼
𝑀 𝑎𝑖 .𝑙 2 1207,5.100 2 7546,87.100 2
yib = = = mm (kearah atas)
16.𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
• Defleksi di titik C
𝑞 1 .𝑙 1 2 0,0302.180 2
Mai = =
2 2
= 489,24 Nmm
• Slope tumpuan A
𝑀 𝑎𝑖 .𝑙 2 489,24.100 16308
ϴA1 = 3.𝐸𝐼
= = mm
3.𝐸𝐼 3.𝐸𝐼
• Defleksi di titik B
𝑀 𝑎𝑖 .𝑙 2 2 489,24.100 2 305775
yib = − =− =− mm
16.𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
• Defleksi di titik C
• Slope tumpuan A
𝑞 2 .𝑙 2 2 0,0542.100 2 22,5833
ϴAi2 = = = mm
24.𝐸𝐼 24.𝐸𝐼 𝐸𝐼
• Defleksi di titik B
5𝑞 2 .𝑙 2 3 5.0,0542.100 3 705,73
yb2 = = = mm
384.𝐸𝐼 384.𝐸𝐼 𝐸𝐼
• Defleksi di titik C
−𝑙 1 .𝛳𝐴𝑖 2 22,5833 4064,994
yc2 = = −180. = mm
𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝑞 3 .𝑙 3 2 0,0243.100 2
Mb3 = = = 121,5 N mm
2 2
• Slope tumpuan A
• Defleksi di titik C
• Defleksi di titik B
𝑀𝐵 3 .𝑙 2 2 121,5.100 2 75937,5
yb3 =− =− =− mm
16𝐸𝐼 16𝐸𝐼 𝐸𝐼
Selanjutnya defleksi yang terjadi akibat keseluruhan beban adalah jumlah defleksi pada setiap
yc yb
𝜋 𝐷𝑠3 4 𝜋 0,03 4
I2 = = 64 = 0,2485.10-8m4
64 2 2
Karena defleksi pada poros yang terbesar adalah pembebanan pada titik C, maka perhitungan
𝑦𝑐 16336875
ymaks = = 2,16.1011 (8669)
𝐸𝐼
= 8,72.10-6 m
= 8,72.10-3mm
diamana:
𝑐.𝑔
= 𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠
dengan:
maka:
1,1.9,81
wc = = 1112 rad/det
8,72.10 −6
= 10622,92 rpm
Batas putaran kritis yang aman adalah <30% dari putaran kritis atau 0,7x10622,92
rpm. Putaran operasi pompa 2964 rpm jauh lebih kecil dari putaran kritis, jadi pompa akan
Bantalan merupakan bagian dari mesin yang berfungsi untuk menumpu poros
terutama poros terbeban pada perencanaan ini menumpu poros dan impeler. dari perhitungan
sebelumnya telah diketahui besar gaya aksial (FA = 49,69 N) gaya radial pada tumpuan A (RA
Berdasarkan hasil perhitungan, gaya yang terjadi tidak begitu besar maka bantalan
yang cocok adalah bola dengan tipe 6305 05 ZZ dengan data-data sebagai berikut:
d = 25mm
D = 62mm
B = 17mm
r = 2mm
Bantalan yang dipilih harus dioperasikan terhadap beban nominal dinamis yang
dimana:
fn = faktor kecepatan
Beban ekivalen dinamis bantalan bola (Lit.11 hal 135) dapat dicari dengan persamaan
Pe = X.V.Fr + Y.FA
maka:
𝐹𝐴 49,69
= 1.11,09
𝑉.𝐹𝑟
= 4,48 N
X = 0,56
Y = 1,71
Sehingga :
= 91,18 N
33,3 3/10
fn =
𝑛
dimana :
33,3 3/10
fn = = 0,26
2964
𝐿 3/10
fh =
500
dimana :
maka:
25000 3/10
fh =
500
= 3,23
3,23
C= . 91,18
0,26
= 1132,73 N
= 115,46 kg
Dapat dilihat bahwa beban dinamis spesifik yang timbul jauh lebih kecil dari kapasitas
Fungsi utama pasak adalah memindahkan daya dan putaran dari poros ke impeler.
Ukuran pasak yang digunakan dipilih berdasarkan diameter poros yang digunakan
standarisasi ukuran pasak. dari satandarisasi ukuran pasak dan hubungannya dengan poros
Bahan pasak dipilih bahan sedikit lebih lunak dari pada bahan poros yaitu: JIS G 321
SFCM 60 S yang memiliki kekuatan terik 60 kg/mm 2 (5,88 . 108 N/mm2). Dalam operasinya
pasak akan mendapat pembebanan (gaya-gaya0 yang akan menimbulkan tegangan geser, dan
teagangan tumbuk sehingga kekuatan pasam akan diperiksa terhadap kedua tegangan tersebut
Momen reaksi yang bekerja pada poros akan menimbulkan gaya tangensial (Ft) pada
permukaan sekeliling poros. Besarnya gaya tangensial yang terjadi menurut (Lit. 11 hal 25)
𝑇
Ft = 𝑟
𝑝
dimana:
= 0,016/2 = 0,008 m
maka :
6,4
Ft = 0,008
= 800 N
𝐹
τg = 𝐴𝑡
𝑔
dimana :
= 0,005 x 0,02
= 10-4m2
maka :
800
τg = 10 −4
= 8.106 N/m2
dimana:
= (1,3-3) direncanakan 2
= 5,25.107 N/m2
Dapat dilihat bahwa tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser izin sehingga
Gaya tangensial (Ft) yang terjadi disekeliling poros juga menyebabkan terjadinya
tegangan tumbuk pada pasak. Tegangan tumbuk yang timbul pada pasak adalah :
𝐹
τp = 𝐴𝑡
𝑏
dimana :
= (1 x t)
= 0,02 x 0,003
= 6.10-5m2
maka :
800
τp = 6.10 −5
= 133,33.10-5N/m2
τpi = 2 x τgi
= 10,5.107N/m2
Dapat dilihat bahwa tegangan tumbuk yang terjadi jauh lebih kecil dari tegangan
tumbuk izin. Dengan demikian pasak aman terhadap teganan geser dan tegangan tumbuk
6.1 Kesimpulan
berikut.
- Head pompa : 20 m
- Putaran/frekuensi : 3000rpm/50 Hz