Anda di halaman 1dari 16

BAB III.

ALAT UJI KOMPRESSOR

III.1 Tujuan Percobaan


Mengetahui karakteristik kompresor secara umum, dalam pengertian mencari grafik
hubungan antara:
a) Kapasitas aliran massa udara lewat orifice terhadap tekanan buang kompresor (discarge
Pressure).
b) Kapasitas aliran udara pada sisi isap terhadap tekanan buang kompresor (discarge
Pressure).
c) Daya udara adiabatik teoritis terhadaptekanan buang kompresor (discarge Pressure).
d) Efisiensi adiabatik terhadapTekanan buang kompresor (discarge Pressure).
e) Efisiensi volumetrik terhadap Tekanan buang kompresor (discarge Pressure).

III.2 Dasar Teori


Kompresor adalah jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memampatkan udara atau gas.
Prinsip kerjanya adalah merubah energi mekanik menjadi energi tekan yang di kompresi.
Sifat-sifat fisik udara
a. Berat jenis udara
Berat jenis udara suatu gas harus disebutkan pula tekanan dan temperaturnya. Semakin berat
jenis udara maka semakin besar pula kerja kompresor.
b. Panas jenis udara
Panas jenis udara di definisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan
temperature 1 gram udara = 1oC
c. Kelembaban udara
Sejumlah uap air selalu terdapat di dalam atmosfer. Derajat kekeringan/kebasahan udara
dalam atmosfer disebut kelembapan. Kelembapan dapat dinyatakan menurut 2 cara yaitu :
- Kelembapan mutlak : berat uap air (dalam kg/g) di dalam 1m3 udara lembap
- Kelembapan relatif : perbandingan antar kelembapan mutlak udara lembap dan
kelembapan mutlak udara jenuh pada temperatur yang sama dan dinyatakan dalam %.
d. Tekanan Udara
1.Tekanan gas
Jika suatu gas/udara menempati suatu bejana tertutup, maka pada dinding bejana tersebut
bekerja suatu gaya. Gaya persatuan luas dinding ini dinamakan tekanan.
2.Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer yang bekerja di permukaan bumi dapat dipandang sebagai berat kolom
udara mulai dari permukaan bumi sampai batas atmosfer yang paling atas. Untuk kondisi
standar, gaya berat udara kolom ini pada setiap 1cm2 luas permukaan bumi adalah 1,033
kgf.Tekanan atmosfer juga bisa dinyatakan dengan tinggi kolom air raksa (mmHg) dimana
1 atm = 760 mmHg.
e. Kekentalan
Kekentalan dapat didefinisikan sebagai kelengketan suatu fluida yang mempengaruhi
pergerakan fluida di dalam atau di luar saluran dalam satuan waktu.
f. Kompresibilitas.

Kompresor Torak dan Prinsip Kerjanya


Bagian-bagian Kompresor Torak
a. Silinder dan kepala silinder
Silinder mempunyai bentuk silindris dan merupakan bejana kedap udara dimana torak
bergerak bolak-balik untuk menghisap dan memampatkan udara.Silinder harus cukup kuat untuk
menahan tekanan yang ada. Tutup silinder (atau kepala silinder) terbagi menjadi dua ruangan, satu
sebagai sisi isap dan yang lain sebagai sisi keluar. Sisi isap dilengkapi dengan katup isap dan pada
sisi keluar terdapat katup keluar.
Gambar 2.6 Silinder dan kepala silinder dengan pendingin udara
Sumber : Anonymous 19. 2013
b. Torak dan cincin torak
Torak sebagai elemen yang memproses gas / udara pada saat suction (pemasukan) dan
pengeluaran. Cincin torak dipasang pada alir alir keliling torak dengan fungsi mencegah
kebocoran.

Gambar 2.7 Torak dan cincin torak


Sumber: Anonymous 20. 2013

c. Katup
Katup isap dan katup keluar dapat membuka dan menutup sendiri sebagai akibat dari
perbedaan tekanan yang terjadi antara bagian dalam dan bagian luar silinder.

Gambar 2.8 Katup cincin


Sumber : Anonymous 21.2013
d. Poros Engkol
Berfungsi sebagai menggubah gerakan putar menjadi gerakan bolak balik.
Gambar 2.9 Poros engkol
Sumber: Anonymous 22. 2013.

e. Kepala silang (cross head )


Berfungsi meneruskan gaya dari batang penghubung ke batang torak. kepala silang
dapat meluncur pada bantal luncurnya.

Gambar 2.10 Kepala silang


Sumber: Anonymous 23. 2013

f. Batang Penghubug
Berfungsi meneruskan gaya dari poros engkol ke batang torak melalui kepala silang, batang
penghubung harus kuat dan tahan bengkok sehingga mampu menahan beban pada saat kompresi.

III.3 Prinsip kerja kompresor torak


Prinsip konversi energi dari kompresor torak adalah merubah energi potensial dalam
bentuk gas bertekanan.Masukan energi mekanik tersebut menimbulkan manfaat energi
potensial.Kompresor torak atau kompresor bolak-balik pada dasarnya dibuat sedemikian rupa
sehingga gerakan putar dengan menggunakan poros engkol dan batang penggerak yang
menghasilkan gerakan bolak-balik pada torak.Gerakan torak ini menghisap udara ke dalam silinder
dan memampatkan kerja kompresi.
(1) Isap
Bila poros engkol bekerja dalam arah panah torak bergerak ke bawah oleh tarikan engkol
maka terjadilah tekanan negatif (di bawah tekanan atmosfer) di dalam silinder.Maka katup isap
terbuka oleh perbedaan tekanan sehingga udara terhisap.

Gambar 2.11 Poros engkol


Sumber: Anonymous 24. 2013

(2) Kompresi
Bila torak bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas katup isap tertutup dan udara
di dalam silinder termampatkan.

Gambar 2.12 Poros engkol


Sumber Anonymous 25. 2013

(3) KeluarBila torak bergerak ke atas, tekanan di dalam silinder akan naik. Maka katup keluar
akan terbuka oleh tekanan udara dan batang penggerak dan kompresor kerja ganda dihubungkan
batang torak melalui sebuah kepala silang kompresi di dalam kepala silinder dilakukan oleh kedua
sisi torak. Ujung silinder yang ditembus batang torak harus diberi packing untuk mencegah
kebocoran udara.
Gambar 2.13 Poros engkol
Sumber: Anonymous 26. 2013

(4) Ekspansi

Sesaat setelah udara terkompresi keluar, torak bergerak ke bawah sebelum langkah isap

Gambar 2.14 Poros engkol


Sumber: Anonymous 27. 2013

III.4 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan


Persamaan Kontinuitas
Hukum kontinuitas mengatakan bahwa jumlah massa pada setiap penampang adalah
sama, dirumuskan :
𝑚1 = 𝑚2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝜌. 𝑄1 = 𝜌. 𝑄2
𝜌1 . 𝐴1 . 𝑉1 = 𝜌2 . 𝐴2 . 𝑉2
Dimana : - ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
- A = luas penampang (m²)
- V = Kecepatan aliran fluida(m/s)
- Dengan syarat bahwa alirannya bersifat steady.
Hukum Termodinamika (I, II dan III)
A. Hukum Termodinamika I
Bila kita berikan sejumlah panas kecil sebesar dQ pada suatu sistem, maka sistem maka
sistem tersebut akan berekspansi melakukan suatu kerja luar yang kecil sebesar dW. Di samping
itu, pemanasan terhadap sistem juga akan menimbulkan hal-hal :
1. Pertambahan kecepatan molekul dari sistem
2. Pertambahan jarak antar molekul karena sistem berekspansi
Sehingga panas dQ yang diberikan akan menyebabkan terjadi :
1. Pertambahan energi ke dalam sistem
2. Pertambahan energi kinematik molekul
3. Pertambahan energi potensial
4. Pertambahan energi fluida
Persamaan energi hukum termodinamika I
dQ = dU + dEK + dEP + dEF + dW
Bila pada sistem mengalami EK, EP dan EF konstan (dEK = 0, dEP = 0, dEF = 0) maka disebut
sistem diisolasi sehingga hukum termodinamika I :
dQ = dU + dW
B. Hukum Termodinamika II
Hukum termodinamika II merupakan batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu
proses dan memberikan kriteria apakah proses itu reversibel atau irreversibel. Salah satu akibat
dari hukum termodinamika II adalah konsep entropi. Perubahan entropi menentukan arah yang
dijalani suatu proses untuk melakukan perpindahan kerja W dari suatu sistem pada kalor. Maka
kalor yang harus diberikan kepada suatu sistem selalu lebih besar.
Qdiserap > W yang dihasilkan
ηsiklus< 100%

C. Hukum Termodinamika III


Hukum termodinamika III terikat dengan temperatur nol absolut. Semua proses akan
berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga merupakan bukti
bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
D. Proses-proses pada hukum termodinamika
a. Hukum Termodinamika I

- Isobarik
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap

Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-Gay Lussac


𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
Jika digambar dalam grafik hubungan P dan V adalah :

ΔW = ΔQ - ΔU = m.(Cp – Cv).(T2-T1)

- Isokhorik/isovolumetrikPada proses ini volume pada sistem konstan


Dengan demikian pada proses ini berlaku hukum Boyle-Gay Lussac
𝑃1 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2
Dalam grafik hubungan P dan V didapat sebagai berikut :

ΔV = 0 » W = 0 (tidak ada usaha luas selama prose)


ΔQ = U2.U1 » ΔQ = ΔU » ΔU = m.Cv.(T1-T2)

- Isotermik
Selama proses suhunya konstan

Maka persamaannya menjadi :


P1.V1 = P2.V2
Dalam grafik hubungan P dan V didapat sebagai berikut :

Persamaan :
T1 = T2 » ΔV = 0
𝑉2 𝑉2
𝑊 = 𝑃1 . 𝑉1 . (𝑙𝑛 ) = 𝑃2 . 𝑉2 . (𝑙𝑛 )
𝑉1 𝑉1
𝑃1 𝑃1
𝑊 = 𝑃1 . 𝑉1 . (𝑙𝑛 ) = 𝑃2 . 𝑉2 . (𝑙𝑛 )
𝑃2 𝑃2
𝑉1 𝑉2
𝑊 = 𝑛. 𝑅. 𝑇1 . (𝑙𝑛 ) = 𝑛. 𝑅. 𝑇2 . (𝑙𝑛 )
𝑉2 𝑉1
𝑃1 𝑃1
𝑊 = 𝑛. 𝑅. 𝑇1 . (𝑙𝑛 ) = 𝑛. 𝑅. 𝑇2 . (𝑙𝑛 )
𝑃2 𝑃2
Ln x = 2,303 log x
- Adiabatik
Selama proses tidak ada panas yang keluar/masuk sistem jadi Q = 0
Tidak adanya panas yang keluar/masuk sistem maka berlaku hukum Boyle-Gay Lussac
𝑃1 . 𝑉1 𝑃2 . 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
Jika digambar pada grafik P dan V maka didapat sebagai berikut

ΔQ = 0 » 0 = ΔU + ΔW

V2.V1 = -ΔW

T1.V1γ-1 = T2.V2γ-1

b Hukum Termodinamika II

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝑊 𝑄2 . 𝑄1 𝑄1
𝜂= = = =1−
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑄2 𝑄2 𝑄2

Menurut Carnot, untuk efisiensi mesin Carnot berlaku pada


𝑇
𝜂 = (1 − 𝑇1) 𝑥100%
2

Dimana :
T = suhu
η = efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha

Rumus Perhitungan

𝑇 = 273 + 𝑡𝑠 (𝐾)

(29,73 + 47,05𝑋) 𝑚. 𝑘𝑔
𝑅= ( )
(1 + 𝑋) 𝑘𝑔. 𝐾

𝑃𝑠= 𝑃𝑏𝑎𝑟 . 13,6(𝐻2 𝑂)


𝑃 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 . 𝑔. 𝑃𝑠 (𝑘𝑔. 𝑚−2 )
𝑃 𝑘𝑔
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = ( )
𝑅. 𝑇 𝑚3

Dimana :
T = temperatur ruangan (K)
ts = temperatur atmosfer (oC)
R = konstanta gas universal
ρudara = rapat massa udara pada sisi isap (kg.m-3)
ρsaluran = rapat massa udara pada saluran (kg.m-3)
SG = spesifik gravity
𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑆𝐺 =
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
X = kelembaban relatif (%)
Pbar = tekanan barometer (mmHg)
Ps = tekanan atmosfer pada sisi isap (mH2O)
P = tekanan atmosfer (kg.m-2)
g = percepatan gravitasi (m.s-2)
hair = beda tekanan antara sebelum dan sesudah orifice (mH2O)
k = konstanta adiabatik = 1,4
a. Kapasitas aliran massa udara lewat orifice
W =     A{( 2  g   saluran (  air  hair )}1 / 2  60 (kg  menit −1 )

Dimana :
W = kapasitas aliran massa udara [kg/menit]
 = koefisien kerugian pada sisi buang (coeffisient of discharge)=0,613852
 = faktor koreksi adanya ekspansi udara=0,999
A = luas penampang saluran pipa [ m 2 ];d=0,0175 m
g = percepatan gravitasi bumi=9,81 [m/ s 2 ]
hair = beda tekanan antara sebelum dan sesudah orifice [ mH 2 O ]

 air = rapat massa air [kg  m −3 ]

 saluran = rapat massa udara pada sisi isap [kg  m −3 ]

b. Kapasitas aliran udara pada sisi isap


W
Qs = [m 3 / menit]
 udara
Dimana :
Q s = kapasitas aliran udara pada sisi isap

W = kapasitas aliran massa udara [kg/menit]


 udara = massa jenis udara [kg/ m 3 ]

c. Daya udara adiabatik teoritis


k P  Qs  Pd  k −1 / k 
Lad =    − 1 [kW]
k − 1 6120  P  

Pd = Pdgage x 104 + 1,033 x 104 [kg m-2]

Dimana :
Lad = daya udara adiabatik teoritis [kW]
Pd = tekanan absolut udara pada sisi buang kompresor [kg m-2abs]
Pdgage = tekanan udara pada sisi buang kompresor [kg cm-2]
d. Efisiensi adiabatik
Lad
 ad =
Ls

Ls = Nm x m [kW]
Dimana :
Ls = daya input kompresor [kW]
Nm = daya input motor penggerak [kW]
m = efisiensi motor penggerak
e. Efisiensi volumetrik
Qs
v =
Qth
Qth = Vc x Nc [m3/min]

Vc =
2
.Dc .Lc .nc [m3]
4
Dimana :
Qth = kapasitas teoritis kompresor [m3/min]
Vc = volume langkah piston [m3]
Dc = diameter silinder = 0,065 [m]
Lc = langkah piston = 0,065 [m]
nc = jumlah silinder = 2
Nc = putaran kompresor [rpm]

Anda mungkin juga menyukai