NinipHanifah B10 PDF
NinipHanifah B10 PDF
NinipHanifah B10 PDF
Oleh:
Dra. Ninip Hanifah, M. Hum.
NIP: 195308151993032001
I. Pendahuluan
Etnograli merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa.
Etnografi, dalarr kegiatannya memerikan (mengungkap) uraian terperinci mengenai aspek
cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Kebudayaan meliputi segala
sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran serta keyakinan suatu
masyarakat. Ha yang dipelajari bisa berupa bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi,
organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami
unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama masyarakat yang
diteliti dalam wa<tu yang cukup ama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan
dokmen-dokumon tentang obyek yang diteliti.
Dengan bahasan terhadap tulisan-tulisan tersebut, mereka berusaha untuk
membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia
mula muncul di muka bumi sanpai ke masa terkini. Mereka bekerja keras mengungkap
relaita yang tercapat dalam sua au komunitas masyarakat dan menyusun secara sistematis
deskripsi budaya-budaya pada masyarakat tersebut.
Menjelarg akhir abad ke-19, muncul pandangan baru dalam ilmu antropologi.
Kerangka evolu si masyarakat dan budaya yang disusun oleh para ahli teori terdahulu kini
dipandang sebagai tindakan yaig tidak realistis, tidak diukung oleh bukti yang nyata. Dari
sini kemudian muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri
kelompok masyarakat yang menjadi objek kajiannya, jika dia ingin mendapatkan teori yang
lebih mantap. Irilah asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam
antropologi.
Teknik etnografi utama pada masa awal ini adalah wawancara yang panjang, berkali-
kali, dengan beberapa informan kunci, yaitu orang-orang tua dalam masyarakat tersebut
yang kaya dentjan cerita tentaig masa lampau, tentang kehidupan yang "nyaman" pada
suatu masa dahulu. Orientasi teoretis para peneliti terutama berkaitan dengan perubahan
sosial dan kebu jayaan.
Berdasakan uraian di alas, makalah ini berisi kajian sederhana mengenai penelitian
etnografi yang dimulai dari sejarah munculnya penelitian etnografi sampai dengan prosedur
melaksanakan penelitian etnografi berdasarkan referensi tokoh-tokoh etnografi yang
berkompeten.
2
II. Pembahasan
A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti 'orang' dan graphein
yang berarti 't jlisan'. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang
menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan
manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang
dipelajari manusia dan digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk
tingkah laku, dan ethrografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang
eksplisit maupun implisit.
Etnografi adalah deskripsi tertulis mengenai organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol
dan sumber material dan karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu.
(Duranti, 1997: 85). Mengacu pada pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa, penelitian
etnografi merupakan penelitian mengenai aktivitas sosial dan, perilaku masyarakat atau
kelompok masyarakat tertentu. Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih
banyak terkait jengan antropologi, yang mempelajari dan mendeskripsikan peristiwa
budaya, yang monyajkan pandangan hidup subjek yang menjadi obyek studi. Deskripsi itu
diperoleh oleh peneliti dengan cara berpartisipasi secara langsung dan lama terhadap
kehidupan sosial suatu masyarakat.
Etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi
sosial. Ciri-ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang
holistic-integrative, thmk descnption, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan
native's point cf vie/v. Teknik pengumpulan data yang utama adalah partipasi dan
wawancara terbuka dan mendalam, yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama,
3
bukan kunjungan singrat dengari daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian
survai.
Secara bahasa, etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut Marvin Harris and
Orna Johnson (/.000), penelitian etnografi adalah gambaran tertulis tentang suatu budaya,
yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku- berdasarkan pengamatan peneliti yang terjun
langsung ke lapangan. Etnografi adalah metode penelitian sosial yang tergantung
sepenuhnya pada pengamatan peneliti secara dekat sehingga ia perlu membekali diri
dengan kemampuan bahasa, budaya, dan pengetahuan mendalam tentang wilayah/bidang
penelitian,dan penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian.
.
Fettermgn (dsilam Genzjk, 2003) mendefinisikan etnografi sebagai "...the art and
science of deserting a group or culture. The description may be of a small tribal group in an
exotic land or i\ classroom in middle-class suburbia." Secara lebih terperinci, American
Anthropological Association (2002) mendefinisikan etnografi sebagai: "... the description of
cultural systems or an aspect of culture based on fieldwork in which the investigator is
immersed in the ongoing everyday activities of the designated community for the purpose of
describing the social context, relationships and processes relevant to the topic under
consideration." Penelitian etnografi memusatkan perhatian pada keyakinan, bahasa, nilai-
nilai, ritual, adat istiadat dan tingkah laku sekelompok orang yang berinteraksi dalam suatu
lingkungan sosial-ekcnomi, religi, politik, dan geografis. Analisis etnografi bersifat induktif
dan dibangun berdasarkan perspektif orang-orang yang menjadi partisipan penelitian.
temukan?". Namun ketika ditanya tentang gambaran wilayah hutan tersebut, dia akan
mampu menjelaskan secara panjang lebar.
1
B. Objek Etnografi
Objek etiografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit.
Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan mudah
karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar.
Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang
tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus
disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal
inilah yang membuat seorang etnografe r perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang
diteliti dengan berperan sebagsi pengamat berparisipasi (participant-observer). Spradley
(1980: 51) menekankan: "participation allows you to experience activities directly, to get the
feel of what events are like, and to record your own perceptions."
Awalnya, etnografi digunakan dalam antropologi, metode ini kemudian diadopsi dan
dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi, komunitas, dan disiplin
ilmu. Etnografer kontemporer meneliti dunia pendidikan, kesehatan masyarakat,
pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan bidang lain dalam
kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), peneltian etnografi dapat dilakukan
untuk memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola 'kaidah-kaidah'
(rules) yang merdasaii sesuatu yang 'dialami' atau 'dimiliki' {shared) oleh sekelompok orang
secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam
konteks pendidikan, peneltian etnografi dapat dilakukan untuk memahami pola hubungan
antar guru di sebuah sekolah , proses pengajaran dengan menggunakan metode atau media
tertentu (seperti pengajaran kosa-kata dengan metode Total Physical Response), atau
prosedur pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti program English Speaking Days di suatu
sekolah dan pembelajaran menc arang melalui internet di sebuah kelas. Cakupan kelompok
5
(masyarakat) yang diteliti bisa luas (sebuah universitas), sedang (sebuah fakultas) atau kecil
(sebuah kelas atau keluarga).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, etnografi adalah metode riset
yang menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial
dan budaya sehari-hari. Etnograli berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang
membuat manusa melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan
baik secara eksp isit maupun implisit.
2. Etnografi Baru
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopori oleh Radcliffe-Brown dan Malinowski,
yang memusatkan pehatian pada organisasi internal suatu masyarakat dan membanding-
bandingkan system sosial.dalam rangka untuk mendapatkan kaida-kaidah umum tentang
masyarakat, maka etnografi baru ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana
berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan
kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.
Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran (mind) manusia, dan bentuknya
adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan
dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut.
Cara terbaik untuk belajar etnografi adalah melakukannya, kerjakan, terus kerjakan.
Namun, untuk mengerjakan secara sistematis, terarah, dan efektif diperlukan satu metode
panduan yang khas Metode ini disebut Developmental Research Sequence, atau "Alur
Penelitian Maju Bertahap". Metode ini diasarkan atas 5 prinsip, yaitu teknik tunggal,
identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian orisinal dan problem-solving.
8
F. Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Oreswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan
tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah
etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog.
Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif
berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan
penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third
person point of view).
Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 475); Pertama, peneliti
mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data
yang diperolei melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka.
Peneliti tidak melihatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai
peliput fakta-fakta. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk
informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti
boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang
disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem
status, jaringa n-jarhgan sosial, dan lain-lain. Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan
para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah
makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada
bagian akhir laporan.
2. Studi Kasus
Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-depth
exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on
extensive collection" (Creswell, 2008: 476). Istilah "bounded" atau "terbatas" dalam
definisi ini berarti bahwa 'kasus' yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi
waktu, temps t, dan batas-batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh
hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain
meskipun masih sejenis. Dalam ilmu psikologi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-
depth study of one person" (Wagner, 2009). Kebanyakan karya dan teori Freud
dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu yang dilakukan
dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup seseorang untuk menemukan
pola-pola dan penyebab tingkah laku orang tersebut.
9
Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki karakteristik; kasus bisa
berbentuk incividu tunggal, beberapa individu yang terpisah dalam sebuah kelompok
khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-
aktivitas. Jadi, dale m konteks pendidikan kasus yang diteliti bisa berbentuk "Kehidupan
Seorang Gurj Teadan Nasional Sebagai Pendidik", "Intervensi Bahasa Ibu dalam
Pelafalan Bahasa Inggris oleh Siswa-Siswa Berkebangsaan Jepang di Sekolah
Internasional Global Jakarta", "Upaya-Upaya Kelompok Dosen Bahasa Inggris di
Universitas X Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Mahasiswa", "Proses
Pembelajaran Menulis Surat Niaga di SMK X", "Proses Penulisan Buku Ajar Reading
Comprehension di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas X", dan lain-lain.
3. Etnografi Kritis
Etnogiafi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk
membantu dsn memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalisasi.
Etnografer kritis biasanya merupakan individu berpikiran politis yang, melalui
penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan.
Etnografer
f kritis, misalnya, Disa meneliti sebuah sekolah yang memberi perlakuan
istimewa terhadap siswa dari golongan tertentu, menciptakan situasi yang tidak
mendukung bagi siswa dari kelompok tertentu, atau cenderung menganggap siswa laki-
laki berpikiran lebih logis daripada siswa perempuan, dan sebagainya.
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut.
Pertama, etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan,
ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan. Kedua, penelitian
diarahkan urtuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti
dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan
para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan
meninggalkan lapangan penelitian. Ketiga, etnografer kritis menyadari bahwa
interpretasinya dipengaruhi deh kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, interpretasi
tersebut bersifat tentatif, selalu dapat dipertanyakan, dan didasarkan pada pandangan
para partisipan dari pembaca. Keempat, etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai
pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada nilai-
nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan kepada
status-quo. Akibatrya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat objektif—
seperti yang dilakukan etnografer realis. Kelima, posisi etnografer kritis yang tidak netral
memungkinkan baginya un:uk menyarankan perubahan dalam masyarakat agar
kelompok-kelompok yang seama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan. Keenam,
10
laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif yang diperoleh
dengan beragan metode.
manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam aktor sosial—di antara, bukan di
dalam dan mereka adalah umum tidak mempribadi.
Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis
etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit
menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk
tujuan mengenal penelitian etnografi sehingga penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian
kualitatif lainnya, psmahaman terhadap ketujuh karakteristik berikut sudah sangat memadai.
1. Tema-Tema Kultural
Etnograler pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari bidang
antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai sebuah
pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara langsung atau
tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah laku,
keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan tentang bagian-
bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema kebudayaan yang spesifik.
yang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan
berhubungan dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam sebuah
latar kultural. E ahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu berbicara dengan
individu lain dalam sebuah latar kultural. Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah
laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin
penting. Pertama, kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama
yang dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti sama-
sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga
unsur itu.
4. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di
lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer menjaring
data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana
mereka pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lain-
lain. Untuk nremeroleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut serta
bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan tidak mungkin seorang
etnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi
salah seorang partisipan untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis: data emik, data
etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi yang diberikan langsung oleh
para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang
berbentuk bahasa lokal, pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang
dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan
informasi beroentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan perspektif para
partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat kedua, yaitu ungkapan-
ungkapan atau terminologi yang dibuat peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama
dengan yang diungkapkan para partisipan. Data negoisasi merupakan informasi yang
disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk digunakan dalam penelitian.
Negoisasi dapat erjadi dalam tahapan yang berbeda-beda selama pelaksanaan
penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para partisipan dan peneliti meyepakati bidang-
bidang apa saja yang akan digali oleh peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu
di lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan sebagainya. Pada saat penelitian
berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna, penggunaan,dan ruang lingkup
sebuah ungkapan.
12
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat
dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas
fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi
atau fakta bermakna. Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu
mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
bersama-sama oleh para partisipan.
7. Refleksivitas Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan peneliti
utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap menghargai
dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut
peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus
memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya
mengapa peneliti harus berregoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika
akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan, peneliti juga menyadari bahwa
interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga
interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk didiskusikan
kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu menunjukkan posisi dan sudut
pandang yang digunakannya dalam menginterpretasi. Sebagai contoh, seorang
etnografer yang meneliti majalah-majalah remaja untuk mempelajari perkembagan
identitas remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut: "Saya tidak mau
dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas, ... Mereka mempercayai saya
dan kami menegoisasikan sejenis hubungan yang menunjukkan kesenjangan antara pola
identitas mereka dengan wani ta dewasa (Creswell, 2008:480).
2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan pertanyaan etnografi.
Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif pada saat wawancara, aktivitas ini
pada dasarnya sudah dilakukan pada saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang
diajukan pada saat observasi adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang
mereka lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu, peneliti
melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terfokus.
3. Pengumpulan Dai a
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data etnografi.
Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan prosedur beragam {multiple
procedures), dan intensitas prosedur-prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang
dilakukan.
Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama dengan para
partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat catatan-catatan lapangan
berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artifak, dan
simbol-simbol.
mengumpulkan
e data melalui wawancara, pengamatan, dokumen, dan rekaman-rekaman
audivisual.
4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut direkam dan
diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan bentuknya. Sebagian data
dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan. Sebagian lagi direkam dalam bentuk
foto, peta, video, dan cara-cara lain. Yang penting rekaman-rekaman data tersebut
dapat dipahami dengan mudah ketika mengadakan analisis.
5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan dengan
pengumpular data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan dan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam rekaman-
rekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya. Seiring
dengan diperolehnya jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan deskripsi,
analisis tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah berlangsung.
Diliha: dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk: analisis domain,
analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Analisis domain
digunakan uituk memeroleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh tentang
objek penelitan atau situasi sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat
permukaan mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini
dilakukan daam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan hubungan semantis
yang bersifat universal—jenis;, spasial, sebab-akibat, rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara
mencapai tujuan, urutan/tahap, dan karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2)
menyiapkan lembar analisis domain; (3) memilih salah satu sampel catatan lapangan
terakhir untuk memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah bagian yang cocok
dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi usaha pencarian
16
domain hingg a semua hubungan semantis habis; dan (6) membuat daftar domain yang
telah teridentiukasi. (Moleong, 2004: 149-150).
Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang merah di antara
domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai, premis, etos, pandangan dunia,
atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006: 243). Analisis ini berpangkal pada pandangan
bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh atau
tidak terpecah-pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur diri; (2)
melakukan analisis: komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan perspektif yang
lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan budaya; (4) menguji dimensi
kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (5) mengidentifikasi^ domain terorganisir;
(6) membuat gambar untu memvisualisasikan hubungan antar domain; dan (7) mencari
tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik berikut: konflik sosial,
kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, pemerolehan dan
pemeliharaar status, dan pemecahan masalah (Moleong, 2004: 149-150). Dalam
penelitian pengajaran kosa kata dengan menggunakan TPR, tema kultural yang dicari
mungkin saja merupakan kontradiksi budaya (bila temuan yang menonjol adalah
perbedaan prosedur TPR yang diteliti dengan yang standar atau yang ada dalam teori)
atau pemecahan masalah(bila temuan yang menonjol adalah penerapan TPR yang
diteliti merupakan upaya gjru untuk meningkatkan hasil pembelajaran kosa kata
siswanya).
17
6. Penulisan Laporan
Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada penggambaran terperinci
tentang kasus yang diteliti, bukan pada pengembangan tema kultural. Sedangkan studi
kasus lain mungkin saja menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang
diteliti.
18
I. Mempersiapkan instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instalment atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi
seberapa jauh psnelit kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan. (Sugiyono, 2010: 222). Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi
validasi terhadap perns harnan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi
diri seberapa j aur pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, sertai kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Bila dilihat dari >egi cara aitau teknik pengumpul data, maka teknik pengumpul data
dapat dilakukan dencian obser/asi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.
Observasi
Wawancara
Macam Teknik
Pengumpulan Data
Dokumentasi
Triangulasi/
20
Observasi yang
pasif
Observasi
partisipatif
Observasi Observasi yang
moderat
Macam-mac am
Observasi terus Observasi yang
observas)
terang dan aktif
Observasi yang
lengkap
Observasi tak
terstruktur
Hampir semua orang dapat menjadi informan, tetapi tidak setiap orang dapat
menjadi informan yang baik. Hubungan antara etnografer dengan informan penuh dengan
kesulitan. Salah satu tantangan besar dalam melakukan etnografi adalah untuk memulai,
mengembangkan, dam mempertahankan hubungan dengan informan yang produktif.
21
(Spredley:1997: 59). Mengacu pada uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam
melaksanakan penelitian etnografi, kita harus mencari informan yang betul-betul mampu
memberikan da a yang lengkap
Untuk menghasilkan data yang baik, informan harus dipilih yang memenuhi syarat.
Spredly (1997: (11) mengemukakan, persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik
1. enkulturasi penuh
2. keterlibatan langsung
3. suasana budaya yang tidak dikenal
4. cukup wakti
1
5. nonanalitis
K. Pelaku/Subjek
Seorang pelaku adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan dalam suatu
setting alam. Etnografer seringkah' menggunakan pengamatan terlibat sebagai suatu strategi
untuk mendengarkan masyarakat dan menyaksikan mereka dalam setting yang wajar.
Dengan demikian, orang-orang yang mereka pelajari menjadi pelaku dan pada saat yang
sama menjadi in forman Wawancara informan dapat dilakukan secara sambil lalu sambil
melakukan pengamatan tehibat. Subjek merupakan pelaku utama, dan dari data ini peneliti
menguji hipotesisnya, la merupakan pelaku utama, dan biasanya untuk menguji.
1. Wawancara Persahabatan :
a. Sapaan
b. Tidak ada sapaan yang eksplisit
c. Menghindari pengulangan
d. Mengajukan pertanyaan
e. Menunjukkan minat
f. Menunjukkan ketidaktahuan
g. Bergiliran
h. Penyingkatan
i. Waktu sela
j. Penutupan
2. Wawancara Etnografis
a. Tujuan yang efektif
b. Penjelas an etnografis
1) Penjelasan proyek
2) Penjelasan perekaman
23
3) Penjelasan bahasa as i
4) Penjelasan wawancara
5) Penjelasan pertanyaan
3. Penjelasan Etnografis
a. Pertanyaan deskriptif
b. Pertanyaan stmctural
c. Pertanyaa n kor tras
0. Membuat Catatan Etnografis
Dalam melakukan penelitian etnografi dengan pendekatan "Alur Penelitian Maju
Bertahap" adalah mulai mengumpulkan catatan penelitian. Bahkan sebelum melakukan
kontak dengan informan, etnografer akan mempunyai berbagai kesan, pengamatan, dan
keputusan untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu komunitas asing, maka
dibutuhkan waktu benninggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum melakukan wawancara
sistematis dengan seorang in forman.Ketika mempelajari suatu suasana budaya dalam
masyarakat kita sendiri, etnografer paling tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan
kemungkinan sudah menyaksikan suatu budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama
ini akan terbukti mempunyai makna penting nantinya. Yang pasti, kontak pertama dengan
seorang informan pantas untuk didokumentasikan.
Terdapat dua prinsip yang yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah catatan
etnografis: a. prinsip identifikasi bahasa, 2. prinsip harfiah. Prinsip ini mempunyai tujuan
tunggal yaitu, untuk mengurangi pengaruh kepandaian etnografer untuk menerjemahkan
ketika membuat catatan etnografer.
1. Laporan Ringkas
Semua catalan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi lapangan
menunjukkar sebuah versi ringkas yang sesungguhnya terjadi. Misalnya peneliti
mengamati informan yang sedang melakukan pekerjaannya, peneliti mencatat hal-hal
yang dilakuakn oleh seorang informan. Tentu saja catatan peneliti ini merupakan pokok-
pokoknya saja yang akan diperluas nanti setelah melakukan pengamatan.
1. Secara Ontologi, paradigma ini menyatakan bahwa realitas bersifat sosial dan
karena itu akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari
26
masyarakatnya. Dengan demikian, tidak ada suatu realitas yang dapat dijelaskan
secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. Realitas ada sebagai perangkat
bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersifat konfliktual dan dialektis.
2. Secara Epistimologi, hubungan antara peneliti dan objek penelitiannya bersifat
interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat dirumuskan dengan
memperhatikan gejala hubungan yang terjadi antara keduanya. Oleh karena itu, hasil
rumusan ilmu yang dikembangkan sangat bersifat subjekif.
3. Secara IV etodologi, paham ini secara jelas menyatakan bahwa penelitian harus
dilakukan di luar laboralorium, yaitu di alam bebas sewajarnya (natural) untuk
menangkap fenomena alam apa adanya dan secara menyeluruh tanpa campur
tangan dan manipulasi pengamat atau pihak peneliti. Dengan setting natural ini,
maka metode yang banyak digunakan adalah metode kualitatif dan metode
pengumpulan data dilakukan melalui proses hermeneutik dan dialektik yang
difokuskan pada konstruksi, rekonstruksi dan elaborasi suatu proses sosial.
Menurut pengcagasnya yaitu Barney Glaser dan Anselm Strauss, grounded theory
tertulis sebagai.. the discovery cfteory from data-which we call grounded theory... Memang
betul, ajaran utama pendekatan ini adalah, bahwa teori harus muncul dari data atau dengan
kata lain, teori harus berasal (grounded) dalam data (Chamberlain, 1995). Ungkapan
grounded theory merujuk pada teori yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan data.
Bila dilakukan dengan baik, maka teori yag dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan
data tadi.
Definisi Grourdet Theory (teori dasar) menurut Strauss & Corbin dalam Emzir,
2010:191) teori dasa' adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian
fenomena yangi mewakilinya. Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk
sementara waktu
t dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, analisis data yang
menyinggung fenomena tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data, analisis data, dan
teori berada di dalam hubungan timbal balik satu dengan lainnya. Orang tidak mulai dengan
teori, orang mulai dengan suatu area studi dan apa yang berkaitan dengan area tersebut
dibiarkan muncul.
27
Pendekatan teoii dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan
suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang
memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena. Temuan penelitian merupakan suatu
rumusan teoretis menyangkut kenyataan di bawah penyelidikan, bukan terdiri atas
serangkaian angka-angka, atau sjatu kelompok yang terlepas berhubungan dengan tema-
tema. Melalui metodologi ini, konsep dan hubungan antarkonsep tidak hanya dihasilkan,
tetapi juga untuk sementara diuji (Strauss SCorbin, dalam Emzir, 2010: 191).
Grounded theoiy lebih bersifat induktif jika dibandingkan dengan analisis konten
karena teori tersebut muncul dari jata dan belum pernah ada sebelumnya. Menurut Strauss
dan Corbin (1994: 273» dalam Cchen (2009 : 491), groundedtheory adalah metode umum
untuk mengembangkan suatu teori yang berbasis data yang dikumpulkan dan dianalisis
secara sistematis
Berdasarkan hal di atas, teori tidak ditentukan sebelumnya sehingga prabaca teori
tidak diharuskan sepeli riset yang lain. Sangat berbahaya jika terjadi keprematuran dalam
28
merumuskan teori dari data sebagai akibat melihat data dari kaca mata teori tertentu.
Sebelum melakukan riset grounded teori, seseorang harus memilki bacaan yang luas yang
terkait dengan rr aterí penelitian, bukan referensi yang terkait langsung dengan materi
penelitian.
Menurut Glasser dan Strauss, kekhasan dari metode ini dengan metode-metode
penelitian kualitat f yang lain adai ah dari penghasilan teori yang beralas data. Tetapi dalam
tulisan Stren (1934) lebih jelas terungkap perbedaan grounded theory dengan metode-
metode penelitian kualitatif yang I ain. (a) Kerangka kerja konseptualnya dihasilkan dari data,
bukan dari kajian terdahulu, walaupun demikian kajian terdahulu juga selalu mempengaruhi
hasil akhir penelitian, (b) Peneliti yang menggunakan metode grounded theory selalu
berusaha menemukan proses-proses dominan di suatu situasi sosial, bukannya
menguraikan unit sosial yang diteliti, (c)seiiap bagian dari data dibandingkan dengan bagian
data yang lain guna menemukan model kategori jawaban yang sesuai dengan tujuan
penelitian, (d) pengumpulan jata dilapangan dapat dimodifikasi sejalan dengan
pengemangan model kategorisasi, proporsi dan dalil yang ditemukan di lapangan guna
mengembangkan teori baru, dan (e) Peneliti tidak mengikuti penggunaan langkah-langkah
yang bersifat linier, melainkan kerja dengan matriks, dimana beberapa proses penelitian
dilakukan secara simultan.
Menurut Galser dan Strauss, metode ini baik digunakan bila peneliti ingin
membangun teori, baik teori subtantif maupun teori formal dalam seperangkat kode-kode
properti maupun dalam diskusi teoritis. Sedangkan menurut Stren (1994), metode grounded
theory paling baik diterapkan pada investigasi hal-hal yang masih belum jelas, atau untuk
memperoleh persepsi baru dari hal-hal yang dianggap sudah lumrah.
Menurut Schlege l (1984) dan Stren (1994) ada tiga elemen dasar dari grounded
theory, yang masing-masing tidak terpisahkan satu sama lainnya. (1) Konsep, dimana
konsep ini dihasilkan cari konseptualisasi atas data. (2) Kategorisasi, merupakan level atau
tingkatan yang lebih tinggi dan lebih abstrak dari konsep. Kategori juga merupakan "córner
stone" dari pengembangan teori, dimana disini ada proses pengelompokan konsep melalui
perbandingan yang sama atau berbeda pada kelompoknya masing-masing. (3) Proposisi,
adalah suatu pernyataan yang menunjukkan pada adanya hubungan yang konseptual.
Cara untuk menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase
yang harus diikut
u i, yailu: a) desain penelitian, b) pengumpulan data, c.penyusunan data, d)
analisis data, dan e) pembandingan dengan literatur. Fase-fase ini masih diturunkan
menjadi sembilan langkah, yaitu: a) tinjauan ulang literatur teknis, b) memilih kasus, c)
29
telah ada.
Tekait proses tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa
saling dipisahkan, yaitu konsvp, kategori, dan proposisi. Konsep diperoleh melalui
konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator
potensial dari fenomena yang kemudian diberikan nama/lebel secara konseptual.
Berikutnya, dibandingkan dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka
diberikan nama dengan istilah yang sama. Begitupula berlaku dengan peristiwa yang
berbeda.
Unsur kedua adalah kategori. Kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan
abstrak dari konsep. Kategori diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara
membuat perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan
landasan dasar penyusunan teori. Unsur ketiga adalah proposisi. Proposisi menunjukkan
adanya hubungan konseptual, /akni suatu pernyataan berdasarkan hubungan berbagai
konsep yang mengandung deskripsi sistem pemahaman tertentu yang relevan dengan
kondisi di lapargan. Pembentukkan dan pengembangan konsep-konsep, kategori, dan
30
proposisi merupakan suatu keharusan dalam proses penyusunan teori, atau melalui proses
interaktif.
Grounded research memang tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti
pemula, sebab memiliki model aralisis data yang terus-menerus, selama data di lapangan
masih tetap dikumpulkan. Proses operi coding merupakan bagian dan analisis data, dimana
peneliti melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala yang
ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian peneliti itu
sendiri. Berikutnya adalah axial coding. Tahap ini, adalah menghubungkan berbagai
kategori penelitian dalam bentuk susunan property (sifat-sifat) yang dilakukan dengan
menghubungkan kode-kode, dan merupakan kombinasi cara berfikir induktif dan deduktif.
Tahap selanjutnya adalah, sélective coding, yakni memilih kategorisasi iriti, dari
menghubungkan kategori-kategori lain pada kategori inti. Selama proses coding ini,
diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar gagasan kaku, namun
terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses penelitian berlangsung.
Itulah inti penemuan grounded theiory yang digagas sejak tahun 1967.
Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan
fenomena yang dapat menjelaskan kondisi yang relevan di lapangan, dilakukan
pengulangan sejak pada proses pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga
merasa jenuh (data baru tidak ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi,
memperluas, dan mempertajam kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian
bilamana, peningkatan atau penambahan yang diperoleh tidak berarti.
dihasilkan, serta data empirisnya sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang
dihasilkan.
b. Pemilihan kasus
Kasus yaig dipilih untuk contoh bersifat teoritis, bukan acak. Dimana hal ini
dilakukan sebagai upaya memfokuskan pada kasus yang bermanfaat secara teoritis.
1) Data Primer
Kata-kata ekspresi dan Tindakan
Sumber dan jenis kata primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek
serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar
32
2) Data Sekunder
• Sumber Tertulis
Berbagai sumber teitulis yang memungkinkan dapat dimanfaatkan dalam
penelitian ini akari digunakan semaksimal mungkin demi mendorong keberhasilan
penelitian ini. Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian
ini. Pada fungsi yang optimal dapat memberikan pemahaman teoritik dan metodologi
yang melandasi dalam melakukan penelitian yang benar.
• Data statistik
Data stalistik digunakan untuk memperkaya informasi baik yang bedaku umum
maupun yang berlaku spesifik. Dengan data statistik ini kita juga bisa membuat
pemahaman atau kecenderungan-kecenderungan yang nantinya bisa membandingkan
dengan keadaan yamg berada pada kenyaataan (grass roots) pada saat penelitian.
b. Masuk ke Lapangan
Di lapangan akan dialami tumpang- tindih antara pengumpulan data dan analisis
data karena keduanya di laksanakan secara terus menerus dan secara bersamaan. Di
sini metode pengumpulan data menggunakan metode yang fleksibel dan oportunistik.
Semua ini dilaksanakan agar proses analisis bisa cepat dan mempermudah peneliti
memanfaatkan tema dan keislimewaan kasus yang muncul.
1) Observasi
Observasi dilakukan setelum dan selama penelitian ini diberlangsung yang meliputi
gambaran urrum, suasana kehidupan sosial, kondisi fisik, kondisi ekonomi dan kondisi
sosial yang terjadi.
2) Studi Dokumentasi
Informasi, data yang c iperlukan dalam penelitian ini juga kami peroleh dari studi
dokumentasi. Sebelum pene itian lapangan, peneliti telah melakukan telaah terhadap
buku literatur, majalah, jurnal hasil seminar, artikel baik yang tersedia dalam media on-
line (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan.
33
1. Tahap pengolahan awal, meliputi: Open coding yaitu membuat konsep, kategori dan
properti; Ax/a/ coding yaitu mengembangkan hubungan antara kategori dan sub
kategori, Selective Coding yaitu mengintegrasikan kategori untuk membangun
kerangka kerja teoritis.
2. Tahap Percontohan teoritis yaitu melakukan replikasi teoritis, terus diulang lagi dari
langkah kéduá hingga teori matang/jenuh. Pádá tahap dilakukan konfirmasi,
perluasan dan pertajaman kerangka kerja teoritis.
3. Tahap akhir (tari analisis, disini diadakan pematangan teori lagi kalau mungkin.
Dimana menghentikan proses apabila peningkatan atau pertambahan yang diperoleh
tidak berarti.
H. Fase Perba ndim jan Litera tur
Dalam fase ini diadakan perbandingan teori yang muncut dari hasil penelitian dengan
teori yang ada dalam literatur. Di sini dilakukan kegiatan membandingkan dengan kerangka
kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas internal serta
meningkatkan validitas eksternal.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang etnografi dan grounded theory, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut.
34
1. Penelitian Etnografi
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian
etnografi merupakan metode penelitian yang meneliti perilaku manusia dalam lingkungan
spesifik alamiah mengenai sosial budaya, bahasa, kebiasaan, hubungan antarmanusia
dalam satu komuiitas, perilaku, dan lain-lain.
Penerapan metode etnografi memerlukan pengetahuan prasarat bagi peneliti, la harus
menguasai konsep-konsep berbahasa yang baik dan pengetahuan prasarat lainnya.
Metode etrografi dapat berhasil jika tahapan-tahapan penelitian dilakukan. Peneliti
sebagai instrumen, ia harus mampu dan menguasai hal-hal yang akan diteliti. Etnograf er
perlu memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat ia meneliti dan mempersiapkan
instrumen-instrumen yang relevan.
2. Penelitian Grounded Thoory
Penelitian Grounded theory merupakan penelitian yang lahir atas paradigma
kontruktivisme, yaitu suatu cara pandang dalam keilmuan dimana mencoba mengkontruksi
atau merekonstruksi suatu fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan data empirik dan
bekal pengetahuan yang membangun pola pikir si peneliti.
Metode g-ounded theory merupakan pemelitian dasar yang dapat membawa pada
perkembangan ilnu yang lebih maju, kontekstual dan spesifik. Kekuatan analisisnya yang
terstruktur dan memenuhi kaidah sebuah ilmu dan metodologi merupakan modal dari
pengembangan keilmuan (pengembangan dari grand theory atau middle theory). Langkah
konseptualisasi, kategorisasi dan penarikan proposisi serta mencari jalinan proposisi dari
rimba data meruoakan inti dari metode ini. Penggunaan metode ini memerlukan kesiapan
yang matang dari secrang Peneliti. Kesiapan yang menjadi syarat utama adalah sebuah
idealitas dari peneliti untuk membongkar, mengkaji, merekontruksi sebuah teory yang ada.
Kesiapan lain adalah perlunya pemahaman yang lebih terhadap metodologi penelitian
secara umum. Persiapan yang paling pokok adalah kesiapan mental peneliti, karena proses
penelitian akan menguras banyak energi.
dan dalil yang d temukan di lapangan guna mengembangkan teori baru, dan (e) Peneliti
tidak mengikuti penggunaan langkah-langkah yang bersifat linier, melainkan kerja dengan
matriks, dimana beberapa proses penelitian dilakukan secara simultan.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, Chris. 2000. Cultural Studies, Tgeory And Practice. London: Sage Publication.
Cohen, Louis. Lawrence Manion dan Keith Morrison. 2009. Research Methods in Education.
London: Ftoutledge
Emzir. 2010. Mvtodoloai Penelilan Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Giafindo Perkasa.
Spradley, J. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Widowson, H . J. 1998. Language and Culture. New York: Oxford University Press.