Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Kewajiban Menegakkan Amar Makruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman
Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Kewajiban Menegakkan Amar Makruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman
Disusun oleh :
Nim : G1D020062
Fakultas/Prodi : MIPA/Matematika
Semester : 1 (satu)
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT. Atas selesainya
tugas kajian islam ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala karunia, rahmat serta hidayah-hidayahnya.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam.
Adapun tujuan dari penulisan dari artikel ini adalah untuk memenuhi tugas pendidikan
agama islam dan juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi yang di
bahas di dalam artikel ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ini.
Saya menyadari, artikel yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada saya maupun pembaca
nantinya.
Nim : G1D020062
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR PUSTAKA 35
iii
I. IMAN, ISLAM, IHSAN
Rosulullah SAW Bersabda:
وْ ٍمDDَلَّ َم َذاتَ يDصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس َ ِ بَ ْينَ َما نَحْ نُ جُ لُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا: ض َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً قَا َلِ ع َْن ُع َم َر َر
هُ ِمنَّاDُْرف
ِ َوالَ يَع،فَ ِرDالس َّ ُرDَ ِه أَثD َرى َعلَ ْيDُ الَ ي،ْر َّ د َس َوا ِدDُ ب َش ِد ْي
ِ عDالش ِ اض الثِّيَا َ إِ ْذ
ِ َطلَ َع َعلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِد ْي ُد بَي
َ ه َو َوDِ D ِه إِلَى رُ ْكبَتَ ْيDس إِلَى النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم فَأ َ ْسنَ َد ُر ْكبَتَ ْي
ِهD ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْيD َع َكفَّ ْيDض َ َ َحتَّى َجل،أَ َح ٌد
َهَ َد أَ ْن الDالَ ُم أَ ْن ت َْشD ْا ِإل ِس: لمDه وسDD فَقَا َل َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا علي، يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإل ْسالَ ِم:َوقَا َل
َوتَ ُح َّج ْالبَيْتَ ِإ ِن َانD ض َ وْ َم َر َمD َص َّ وْ ُل هللاِ َوتُقِ ْي َمD هَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َر ُسD َإِل
ُ اَةَ َوتD ؤتِ َي ال َّزكDْ Dُالَةَ َوتD الص
أَ ْن: ا َلDDَان قD
ِ Dأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإل ْي َمDDَ ف:الD َ أَلُهُ َويD فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَ ْس، َص َد ْقت
َ Dَ ق،ُ ِّدقُهDُص َ : ال َ َا ْستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه َسبِ ْيالً ق
َ َ ق، َ َد ْقتDص
الD َ ا َلDَ ق.رِّ ِهDر ِه َو َشDْ
ِ َر خَ ي ِ دDَؤ ِمنَ بِ ْالقDْ ُ ِر َوتDوْ ِم اآل ِخDَلِ ِه َو ْاليDُس ُ ِه َورDِه َو ُكتُبDِ Dِؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتDْ ُت
أ َ ْخبِرْ نِي ع َِنDDَ ف:ا َلDDَ ق. ك َ Dَراهُ فَإِنَّهُ يD
َ راD َ َّد هللاَ َكأَنDَ ُ أَ ْن تَ ْعب:ال
َ Dَك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت َ َ ق،فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإلحْ َسا ِن
اDDَ قَا َل أَ ْن تَلِ َد ْاألَ َمةُ َربَّتَه، قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َْن أَ َما َراتِهَا. َما ْال َم ْس ُؤوْ ُل َع ْنهَا بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ السَّائِ ِل: قَا َل،السَّا َع ِة
اDDَ ي: ا َلDَ ثُ َّم ق،اDًّت َملِي ُ ق فَلَبِ ْث
َ Dَ ثُ َّم ا ْنطَل،ا ِنDDَا َولُوْ نَ فِي ْالبُ ْنيDَا ِء يَتَطDالش
َّ َوأَ ْن تَ َرى ْال ُحفَاةَ ْال ُع َراةَ ْال َعالَةَ ِرعَا َء
[رواه ]1[ . ُل أَ َتـا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْمDال فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي
َ َ ق. هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ َم: ت
ُ ُع َم َر أَتَ ْد ِري َم ِن السَّائِ ِل ؟ قُ ْل
]مسلم
“ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk
disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut
sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada
seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk
dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami
semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia
bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “
Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun
yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata
1
lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah
engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “
Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “
Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki
dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “.
Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian “ (Riwayat Muslim).
2
kepada Sunnah”.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah
Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada
enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang
sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
Keenam Rukun Iman tersebut adalah:
1) Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan
beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung
sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
2) Beriman kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah
untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya,
Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita
dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.
3) Beriman kepada Kitab-kitab
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para
Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan.
Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan
kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw.
4) Beriman kepada para Rasul
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama
adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu
adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka
adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan
Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka
tidak ada nabi sesudahnya.
5) Beriman kepada Hari Akhirat
3
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah
membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat
yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman
kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi
setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
6) Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua
yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang
terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah
diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang
telah menghendaki dan menciptakannya.
2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata
kerja الماDDDDDDDDلم – اسDDDDDDDDلم – يسDDDDDDDD اسYang secara etimologi mengandung
makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm,
mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-
kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera,
tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata
itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri
kepada Allah.
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
b. Ab A’la al Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya
seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti
sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.
c. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada
Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada
Hukum-Nya.
4
حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر
قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بني اإلسالم على خمس شهادة:رضي هللا عنهما قال
) أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا وإقام الصالة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah
bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid
dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas
lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah
dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan
sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
3. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu : احسن
– يحسن – احسا نا artinya : فعل الحسن ( Perbuatan baik ).
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
a. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi
oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan
islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena
Allah.
b. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang
hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk
dan sebagainya
5
QS Al-Maidah ayat 3 :
ليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم االسال م دينا
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku
telah menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam
adalah agama yang benar bagi kalian”.
QS Ali-Imron ayat 19 :
ٰ إِ َّن ال ّدينَ ِعن َد هَّللا ِ ا ِإل
سل ُم
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan
kata addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan
Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan
yang membuat seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah
dengan menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh
syariat Islam.
6
Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan
Ikhsan sebagai berikut:
إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن : قال علي
النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, “
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh
dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat
seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka
.”titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati
7
4. Sedangkan ilmu sains yang tergolong dalam kumpulan ilmu sains
terapan (telah mengalami penyesuaian, antara makna dengan kenyataan)
adalah dikaitkan dengan teori dan dasar untuk menciptakan sesuatu hasil
yang dapat memberi manfaat kepada manusia. Sehingga sains mengkaji
tentang fenomena fisik.
Dari beberapa pengertian diatas, maka secara ringkas sains
merupakan ilmu/pengetahuan yang dapat menjelaskan sebuah
gejala/fenomena alam, sehingga berguna bagi kehidupan manusia.
Artinya :
Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap
orang Islam laki-laki dan perempuan”.
8
pemula mupun para sarjana terdidik. Apapun tingkat ilmu yang dapat
dicapainya, ia seperti anak kecil yang beranjak dewasa, sehingga ia harus
mempelajari hal-hal yang sebelumnya tak wajib baginya.
2. Hadits ini menyiratkan arti bahwa seorang Muslim tidak akan pernah keluar
dari tanggung jawabnya untuk mencari ilmu.
3. Tidak ada lapangan pengetahuan atau sains yang tercela atau jelek dirinya
sendiri, karena ilmu laksana cahaya, dengan demikian selalu dibutuhkan.
Alasan mengapa beberapa ilmu dianggap tercela adalah karena akibat-akibat
tercela yang dihasilkannya.
9
Tapi, untuk mendapatkan bentuk sains yang seperti ini, hampir tidak
mungkin, bila dilihat dari kesadaran dan pemahaman kaum Muslimin
sekarang. Bila dilihat, mereka lebih banyak meniru dan menganut pendapat-
pendapat ilmuwan Barat, yang sudah jelas-jelas salah. Ini sangat ironis,
karena Islam yang dulu pernah menguasai ilmu pengetahuan dunia, kini
malah meniru dan berkiblat kepada sains Barat, tanpa berusaha mencari
kebenaran sains yang hakiki.
Dalam dunia sains, konsep sains seperti ini sering disebut sebagai
konsep sains Islam, yang notabennya adalah ilmu sains yang dalam
mempelajarinya tidak akan pernah bertentangan dengan hukum dan ajaran
Islam. Karena sains itu sendiri dijadikan sarana untuk beribadah kepadaNya,
Sang Maha Pemilik Ilmu.
10
C. Al-Qur’an Sebagai Sumber Ilmu Sains
Di zaman sekarang, bila kita amati banyak orang yang mencoba
menafsirkan beberapa ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan ilmu
pengetahuan modern. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat
al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu, dan untuk menumbuhkan rasa bangga
kaum muslimin karena telah memiliki kitab yang sempurna ini.
11
Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya
kekuasaan Allah SWT. dalam menciptakan mahluk-mahlukNya. Tidak
berhenti sampai disitu, kita juga diperintahkan untuk mempelajarinya
(mahluk). Hal ini telah banyak dilakukan oleh orang (ilmuwan) Barat, dan
malah kebanyakan dari kita hanya mengikuti apa yang mereka katakan.
Padahal, kita sebagai hambaNya seharusnya memiliki keharusan yang lebih
besar dari pada mereka. Karena bila diamati, tidak sedikit dari pandangan
mereka melenceng dari ajaran agama Islam. Bila kita hanya mengikuti
mereka, dikhawatirkan kita akan terjerumus kedalam jalan kesesatan
bersama mereka. Seperti contoh, pandangan Darwin tentang teori evolusi
yang menyebutkan bahwa manusia zaman dahulu memiliki bentuk fisik
menyerupai kera, itu merupakan pendapat yang tidak sesuai dengan al-
Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama yang diciptakan Allah adalah
Nabi Adam AS.
Artinya :
"......... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
12
Dari sini, maka pantaslah kalau di zaman ini banyak ilmuwan
(ilmuwan Barat khususnya) yang berusaha mempelajari al-Qur’an demi
memahami suatu kajian sains. Tapi, kita sebagai umat Muslim jangan sampai
kalah dengan mereka, sehingga peradaban Islam dapat bangkit kembali.
Ketika peradaban Islam mulai bangkit, maka kemungkinan besar dunia dapat
dikuasai oleh Islam, sehingga konsep Islam sebagai agama yang “Rahmatan
lil-‘Alamin” (kesejahteraan bagi seluruh dunia) dapat terwujud secara nyata.
13
Dari penglihatan sehari-hari, sering kali kita menyaksikan keadilan
masih lebih berpihak kepada orang berduit, sehingga muncul istilah yang
dipelesetkan, kasih uang habis perkara, atau istilah wani piro.
Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat
penegak hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan
keadilan. Wallahu a'lam.
14
yakni tidak memihak atau tidak berat sebelah, karena yang dijadikan
pegangan adalah kebenaran.
Ada sejumlah ayat dalam alquran yang secara jelas dan tegas
memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya.
Ini membuktikan bahwa keadilan merupakan salah satu isu penting yang
diperhatikan dalam islam. Sebagai seorang muslim, tentu saja kita harus bisa
menyerap pesan-pesan keadilan yang tersebar dalam ayat-ayat alquran.
Berikut ini beberapa ayat alquran tentang perintah menegakkan hukum
secara adil yang penting untuk kita ketahui.
اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل إِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ِ إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمانَا
ِ َّت إِلَى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن
15
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah
MahaMendengar lagi Maha Melihat”. – (Q.S An-Nisa: 58)
ْيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ بِ ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَى أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْال َوالِ َد ْي ِن َواأْل َ ْق َربِينَ إِ ْن يَ ُك ْن َغنِيًّا أَو
ِ فَقِيرًا فَاهَّلل ُ أَوْ لَى بِ ِه َما فَاَل تَتَّبِعُوا ْالهَ َوى أَ ْن تَ ْع ِدلُوا َوإِ ْن ت َْل ُووا أَوْ تُع
ْرضُوا فَإ ِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِيرًا
ُْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى أَاَّل تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َرب
ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan karena
Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. – (Q.S
Al-Maidah: 8)
ََش ْيئًا َوإِ ْن َح َك ْمتَ فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ ْالقِ ْس ِط إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين
َواَل تَ ْق َربُوا َما َل ْاليَتِ ِيم ِإاَّل بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ َحتَّى يَ ْبلُ َغ أَ ُش َّدهُ َوأَوْ فُوا ْال َكي َْل َو ْال ِميزَ انَ بِ ْالقِ ْس ِط اَل نُ َكلِّفُ نَ ْفسًا إِاَّل
16
َد هَّللا ِ أَوْ فُوا َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونDِ ُو ْس َعهَا َوإِ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِدلُوا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ بَى َوبِ َع ْه
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah
takaran serta timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah
sejujurnya sekalipun dia kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Demikianlah
Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.” – (Q.S Al-An’am: 152)
ِ ْب هَّللا ُ َمثَاًل َر ُجلَي ِْن أَ َح ُدهُ َما أَ ْب َك ُم اَل يَ ْق ِد ُر َعلَى َش ْي ٍء َوه َُو َك ٌّل َعلَى َموْ اَل هُ أَ ْينَ َما يُ َوجِّ ْههُ اَل يَأ
ْت بِ َخي ٍْر هَل َ ض َر
َ َو
Dan Allah (juga) membuat perumpamaan dua orang laki-laki, salah seorang
dari keduanya adalah seorang yang bisu, ia tidak dapat berbuat sesuatu dan dia
menjadi beban bagi penanggungnya, ke mana saja ia disuruh (oleh
penanggungnya itu), ia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan.
Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan ia
berada di jalan yang lurus?. – (Q.S An-Nahl: 76)
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang serupa dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar. – (Q.S An-Nahl: 126)
ك ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ إِ َّن ِ ُق َواَل تَتَّبِ ِع ْالهَ َوى فَي
َ َّضل ِّ اس بِ ْال َح ِ ْك َخلِيفَةً فِي اأْل َر
ِ َّض فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ الن َ يَا دَا ُوو ُد ِإنَّا َج َع ْلنَا
ِ د بِ َما نَسُوا يَوْ َم ْال ِح َساDٌ ضلُّونَ ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ لَهُ ْم َع َذابٌ َش ِدي
ب ِ َالَّ ِذينَ ي
17
sesat dari jalan Allah akan mendapatkan azab yang berat disebabkan karena
mereka melupakan hari perhitungan.” – (Q.S Shad: 26)
ِ َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم لَنَا أَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم أَ ْع َمالُ ُك ْم اَل ُح َّجةَ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ُم هَّللا ُ يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا َوإِلَ ْي ِه ْال َم
صي ُر
ََوأَقِي ُموا ْال َو ْزنَ بِ ْالقِ ْس ِط َواَل تُ ْخ ِسرُوا ْال ِميزَ ان
dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu. – (Q.S Ar-Rahman: 9)
َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِ ْس ِط َوأَ ْن َز ْلنَا ْال َح ِدي َد فِي ِه بَأْسٌ َش ِدي ٌد
َ ت َوأَ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت
ِ لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا
َزي ٌز
ِ يع ِ ص ُرهُ َو ُر ُسلَهُ بِ ْال َغ ْي
ٌّ ب إِ َّن هَّللا َ قَ ِو ُ اس َولِيَ ْعلَ َم هَّللا ُ َم ْن يَ ْن
ِ ََّو َمنَافِ ُع لِلن
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata
dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang memiliki kekuatan, hebat
dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. – (Q.S Al-Hadid: 25)
18
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini
menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang
sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa
Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman Allah
SWT QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka
pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan
manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai maniprestasi
kesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi setiap
mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya.
Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia
kepada keseluruhan kehendak-Nya.
Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah,
yaitu Azas kemudahan atau meniadakan kesulitan. Dari azas hukum
tersebut terumuskan kaidah-kaidah hukum ibadah sebagai berikut: Al-
ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’: yaitu pada pokoknya ibadah itu
tidak wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti
apa saja yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
3. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mizan atau
keseimbangan. Kata keadilan dalam al-Qur’an kadang samakan dengan
al-qist. Pembahasan keadilan pada umumnya berkonotasi dalam
penetapan hukum atau kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam
hukum Islam meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai
sebagai prinsip moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah
Allah ditujukan bukan karena esensinya, sebab Allah tidak mendapat
keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemadaratan dari
perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai
jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat
membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.
4. Prinsip Kebebasan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama
atau hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi
berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang
menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dalam arti luas yang
19
mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun
kebebasan komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan
prinsip tidak ada paksaan dalam beragama.
5. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi
Madinah (al-Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan
penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini
merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum
Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti
tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.
7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang
menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya , tegasnya
toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah
dan syariat yang meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang
berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena
posisinya sebagai landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
20
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik.” (Ali Imran: 110)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh
Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar….” (Ali Imran: 110)
Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang
mampu dan tidak ada lagi yang menegakkannya. Al-Imam an-
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amar ma’ruf nahi mungkar menjadi
wajib ‘ain bagi seseorang, terutama jika ia berada di suatu tempat yang tidak
ada seorang pun yang mengenal (ma’ruf dan mungkar) selain dirinya; atau
21
jika tidak ada yang dapat mencegah yang (mungkar) selain dirinya.
Misalnya, saat melihat anak, istri, atau pembantunya, melakukan
kemungkaran atau mengabaikan kebaikan.” (Syarh Shahih Muslim)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu,
dengan hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim no. 70 dan lain-lain).
22
B. Syarat dan Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar
Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita agar kita beribadah dan
menjalankan ketaatan kepada-Nya sebaik mungkin. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha
Pengampun.” (al-Mulk: 2)
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah ibadah, ketaatan, dan amal saleh. Karena
itu, harus dilakukan dengan benar dan penuh keikhlasan agar menjadi
amalan saleh yang diterima. Al-Imam Fudhail Ibnu
Iyadh rahimahullah mengemukakan bahwa suatu amalan meskipun benar
tidak akan diterima jika tidak ada keikhlasan, begitu pun sebaliknya.
Keikhlasan berarti semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala,
sedangkan kebenaran berarti harus berada di atas sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu yang harus
dimiliki meliputi tiga hal, antara lain: Mengetahui yang ma’ruf dan yang
mungkar serta dapat membedakan antara keduanya; Mengetahui dan
memahami keadaan objek yang menjadi sasarannya; serta mengetahui dan
menguasai metode atau langkah yang tepat dan terbaik sesuai dengan
petunjuk jalan yang lurus (ketentuan syariat). Tujuan utamanya adalah
supaya tercapai maksud yang diinginkan dari proses amar ma’ruf nahi
mungkar dan tidak menimbulkan kemungkaran yang lain.
Syarat kedua: Lemah lembut dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar.
Penyambutan yang baik, penerimaan, dan kepatuhan adalah harapan yang
tidak mustahil apabila proses amar ma’ruf nahi mungkar selalu dihiasi oleh
kelembutan.
23
kasar dan Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan apa-apa yang tidak
diberikan kepada selainnya.” (HR. Muslim “Fadhlu ar-Rifq” no. 4697, Abu
Dawud “Fi ar-Rifq” no. 4173, Ahmad no. 614, 663, 674, dan 688, dan ad-
Darimi “Bab Fi ar-Rifq” no. 2673)
“Tidaklah sikap lemah lembut itu ada dalam sesuatu, melainkan akan
menghiasinya, dan tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut dari sesuatu,
melainkan akan menghinakannya.” (HR. Muslim no. 4698, Abu Dawud no.
2119, dan Ahmad no. 23171, 23664, 23791)
24
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul
yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab
disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan,
merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.
Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, selain
kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala).” (al-Ahqaf:
35)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
25
َْال ُم ْفلِحُون
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali
Imran:104]
ِ ا الَ يَتِ ُّّم ْال َوا ِجبُ إِالَّ بِ ِه فَه َُو َو
ٌاجب
َب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون
ِ أَ ْه ُل ْال ِكتَا
26
Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana
Umar bin Al Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang
yang bergabung ke dalam barisan umat Islam. Beliau berkata setelah
membaca surat Ali Imran:110,”Wahai sekalian manusia, barang siapa
yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah
darinya”
َْال ُم ْفلِحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali
Imran:104]
27
diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya“. [At-Taubah : 122]
28
Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,”Demikian
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini tidak diwajibkan
kepada setiap orang, akan tetapi merupakan fardhu kifayah”
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِهَ ِ س ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا َ ُق َح َّدثَنَا ابْنُ لَ ِهي َعةَ ع َْن أَبِي يُون َ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ إِ ْس َحا
ْ ب فِتَنًا َكقِطَع اللَّ ْي ِل ْال ُم
ظلِ ِم يُصْ بِ ُح ال َّر ُج ُل ُم ْؤ ِمنًا َويُ ْم ِسي َكافِرًا يَبِي ُع قَوْ ٌم َ ب ِم ْن َش ٍّر قَ ْد ا ْقتَ َر ِ َو َسلَّ َم َو ْي ٌل لِ ْل َع َر
ِ
ك قَا َل َح َس ٌن فِي ِ ْال َعلَى ال َّشو َ ْ
َ َض َعلَى ال َج ْم ِر أوْ ق ْ
ِ ِذ بِ ِدينِ ِه َكالقَابDٍ ِك يَوْ َمئ ْ
ُ ض ِم ْن ال ُّد ْنيَا قَلِي ٍل ال ُمتَ َم ِّس ٍ ِدينَهُ ْم بِ َع َر
َح ِديثِ ِه َخبَ ِط ال َّشوْ َك ِة
in Ishaq telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu Yunus dari Abu
Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "celaka bagi
bangsa Arab, telah dekat munculnya fitnah seperti gelapnya malam, di pagi hari
seseorang dalam keadaan mukmin dan sore hari telah menjadi kafir, orang-orang
menjual agamanya dengan kenikmatan dunia, pada hari itu sedikit yang
berpegang dengan agamanya, seperti seorang yang memegang bara api, -atau
29
beliau mengatakan: - "seperti memegang duri." Hasan menyebutkan dalam
haditsnya, "menginjak duri." (HR. Ahmad)
Sementara yang dimaksud fitnah menurut ibnu arabi dalam linasul arab bahwa
fitnah adalah :
Fitnah adalah cobaan, Fitnah adalah ujian, harta adalah harta, anak-anak adalah
fitnah, kekafiran adalah fitnah, Fitnah itu bisa pula adalah perbedaan pendapat
manusia. Intinya fitnah itu adalah segala hal yang dapat menjadikan manusia
berselisih dan menjauh dari kebenaran agama.
ُلDDرْ ُج ْالقَ ْتDDَرْ ُج َو ْالهDDَا ْالهDDَ ُر فِيهDDُا ْال ِع ْل ُم َويَ ْكثDDَ ُع فِيهDDَ ُل َويُرْ فDDْا ْال َجهDDَز ُل فِيهDD
ِ ا يَ ْنDDا َع ِة أَل َيَّا ًمDDالس
َّ ْ َديDDَإِ َّن بَ ْينَ ي.
Dari Anas bin Malik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara dekatnya hari kiamat,
hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid
akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.
30
Bencana bencana yang terjadi di akhir zaman adalah fitnah bagi umat manusia
terkhusus kaum muslimin. Bencana wabah covid-19 adalah bagian dari fitnah
akhir zaman. Kenapa demikian ?. Hal ini karena covid- 19 telah menebarkan
banyak fitnah ( seperti pembunuhan, kematian yang mendadak serta rusaknya
nama islam yang dilakukan baik oleh ummat Islam sendiri maupun uumat di
luar Islam).
Perhatikan bagaimana Covid- 19 telah menjadi bagian dari fitnah Akhir Zaman
ini. Bahkan semuanya dapat difitnah dengan covid-19. Perhatikan bagaimana
masjid ditutup dengan alasan covid. Setiap malam yang biasanya banyak ummat
berkumpul untuk pengajian, saat ini dilarang dengan alasan covid. Orang yang
sakitpun di fitnah dengan covid bahkan orang yang sehat pun juga dapat difitnah
dengan covid. Tidak luput pula seseorang yang mati baik-baik di dalam masjid
ataupun mati mendadak pun saat duduk-duduk di alun-alun pun dapat di fitnah
covid dan ditangani dengan menggunakan prosedur penanganan covid dengan
alasan sebagai langkah preventif. Sehingga seakan kita sulit membedakan antara
tindakan kesiagaan dengan kepanikan (fobia) yang akhirnya menjadikan
kecemasan dan kepanikan sosial yang semakin meluas. Lebih mengerikan lagi
adalah hubungan antar masyarakat yang semakin mulai renggang sebab mereka
dilanda perasaan saling curiga. Disaat seseorang bertemu dan ada seseorang
yang ingin bersalaman maka tiba-tiba dalam pikirannya muncul perasaan
"jangan-jangan" orang tersebut akan menularkan virus corona.
Fitnah covid-19 ini pun juga telah masuk ke tempat-tempat suci kaum muslimin
yaitu masjid. Shalat berjamaah di masjid dicurigai akan dapat menularkan virus
corona, hingga shaf shalat dibuat berjarak, sekalipun hal ini bisa jadi
menyinggung Allah swt, karena seakan mempersepsi buruk atas aturan Allah
dan Rasul-Nya untuk meluruskan dan merapatkan shaf sholat. Sementara
seorang muslim yang hendak melakukan shalat pastinya telah bersuci,
berwudhu, berpakaian yang bersih rapi, bahkan masjid pun setiap waktu selalu
dalam keadaan bersih dan suci, namun tetap saja di fitnah dengan fitnah covid-
19 ini.
Covid-19 telah benar-benar menjadi alat fitnah terbesar bagi ummat manusia
wabilkhusus terhadap ummat Islam. Sehingga banyak aturan-aturan Allah dan
rasulnya yang tidak diindahkan dan bahkan dijauhi serta dilanggar.
Pertanyaannya adalah benarkah virus ini benar-benar sangat mematikan hingga
sedemikian menakutkannya ? ataukah ketakutan dan kepanikan kitalah
sesungguhnya yang jauh lebih mengerikan ?. Marilah bertindak lebih rasional
upaya menguatkan kesabaran dan ketawakalan kepada Allah dalam menghadapi
setiap bencana agar tindakan tindakan kita dalam menghadapi bencana termasuk
31
wabah pandemi covid-19 ini benar-benar terarah dan menemukan solusi secara
tepat dengan arahan rasionalitas dan spiritualitas.
Ustaz Rahmat mengatakan, pada akhir zaman ini kehidupan sudah tidak bisa
dikontrol lagi. Banyak hal-hal buruk bercampur ke dalam kehidupan seperti
pergaulan bebas, narkoba, bahkan aliran sesat juga banyak muncul.
Fitnah dalam bahasa Arab bisa berarti ujian keimanan, fitnah atau huru hara atau
menuduh tanpa bukti. Allah Ta'ala berfirman: "Apakah manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah Beriman' dan
mereka tidak diuji?' (QS Al-Ankabut: 2)
Salah satu fenomena akhir zaman, orang yang berkata jujur didustakan, para
pendusta dibenarkan. Para pengkhianat suatu kaum, suatu bangsa menjadi
pemimpin suatu bangsa.
32
Rasulullah SAW bersabda: "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang
penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang
jujur malah didustakan. Pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah
justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara. Ada
yang bertanya, "Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?". Beliau menjawab, 'Orang
bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas."
(HR. Ibnu Majah)
2. Periode Sakit.
Loyalitas umat berporos pada orang (bangsa, negara, suku, kabilah,
kelompok, keluarga atau bahkan individu manusia).
3. Periode Kematian.
Loyalitas umat berporos pada benda (materialistis). Tolok ukur yang
berkembang di masyarakat adalah kekayaan duniawi. Masa ini diwakili oleh
masa setelah runtuhnya khilafah Turki Utsmani Tahun 1924. Seseorang
dihormati dan didengar karena pangkat, jabatan dan kekayaannya, bukan
karena ketakwaannya.
Pada akhir zaman akan lahir generasi-generasi yang jelek. Apabila ingin
33
anak yang baik dan saleh/salehah, maka orang tuanya dulu yang harus
memperbaiki diri, orang tuanya dulu yang harus saleh dan salehah.
Usia 0-5 tahun, Ibulah yang membentuk seorang anak. Usia yang sangat
tepat untuk membentuk akidah anak kita, perdengarkan ayat-ayat Alqur'an.
Usia 6-12 tahun, ajarkan iman dan Alqur'an. Setelah usia 12 tahun, titipkan
anak kita pada guru-guru yang memiliki ilmu yang mumpuni.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786489-pengertian-filsafat-sains/log
http://my.opera.com/ilmyaku/blog/2009/11/04/sains-dalam-islam
http://sains4kidz.wordpress.com/2009/07/19/definisi-sains/
http://www.junaidi.co.cc/2010/03/pengertian-sains-teknologi-dan-seni.html
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
https://kalam.sindonews.com/berita/1457803/69/cara-menjaga-diri-dan-keluarga-dari
fitnah-akhir-zaman?showpage=all
https://kanal24.co.id/read/covid-19-dan-fitnah-akhir-zaman
https://www.researchgate.net/publication/335339304_Fitnah_Akhir_Zaman
35