Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman
Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : RANDY ARDIANSYAH
NIM : F1B020120
Fakultas&Prodi : Teknik dan Teknik Elektro
Semester : Satu

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM 2020
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini dengan tepat waktu . Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan artikel ini dengan baik.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas nikmat dan karunianya sehingga dapat membimbing kita dari jalan yang gelap
gulita ke jalan yang terang menderang.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam sehingga saya dapat
menyelesaikan artikel ini yang berjudul “KAJIAN ISLAM”.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaaf bagi kita semua yang dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang agama islam.

Penyusun, Mataram 13 Desember 2020

Nama : RANDY ARDIANSYAH

NIM :F1B020120

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii
BAB I. Iman, Islam, Ihsan ………………………………………………………..1
1.1 Ruang lingkup Iman………………………………………………………..1
1.2 Ruang lingkup ihsan………………………………………………………..2
1.3 Ruang Lingkup Islam………………………………………………………6
1.4 Hubungan Iman, Islam dan Ihsan………………………………………….7
BAB II. Islam dan Sains ………………………………………………………... 9
2.1 Pengertian sains…………………………………………………………...9
2.2 Hubungan Islam dan sains…………………………………………………9
2.3 Pendidikan Sains yang Relevan dengan Ajaran Islam…………………….12
BAB III. Islam dan Penegakan Hukum … ………………………………………14
3.1 Pengertian Hukum Islam………………………………………………….14
3.2 Penegakan Hukum dalam Islam…………………………………………14
3.3 Penegakkan Hukum Pada Masa sekarang………………………………16
BAB IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar ……………17
4.1 Pengertian Amar Makruf dan Nahi Munkar……………………………..17
4.2 Hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar…………………………………….18
4.3 Syarat dan Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar………………………..18
BABV. Fitnah Akhir Zaman ………………………………………………….. ..21
5.1 Akhir Zaman……………………………………………………………21
5.2 Fitnah Terbesar Dalam Sejarah Hidup Manusia………………………..22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...29

iii
BAB I Iman, Islam, Ihsan

1.1 Ruang lingkup Iman

A.Pengertian iman

Iman artinya percaya, menurut istilah, iman adalah membenarkan dan meyakinkan


dengan hati, diucapkan oleh lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, pengertian
iman kepada Allah yaitu dengan membenarkan dengan hati bahwa Allah Swt itu benar-
benar ada (Wujud) dengan segala sifat-sifatnya dan kesempurnaan-Nya, kemudian
pengakuan itu diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan secara
nyata yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Seseorang dikatakan memiliki iman yang sempurna apabila orang tersebut bisa
memenuhi 3 unsur keimanan, yakni membenarkan atau meyakinkannya dengan hati,
diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan atau perbuatan.
Dalam al-qur’an iman maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-
hamba-Nya  yaitu nabi dan rasul pilihan-Nya dengan kebenaran yang nyata dan
petunjuk yang jelas. Sedangkan, arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang
merupakan pembenaran dalam batin. Nabi Muhammad SAW menyebutkan hal-hal lain
sebagai iman, yakni seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta
sahabat, rasa malu dan lain-lain. Bila seseorang iman kepada Allah, maka orang tersebut
juga wajib beriman kepada malaikat, rasul, kitab Allah, qada, dan qadar, serta hari
kiamat.

B. Fungsi (Hikmah) Iman Kepada Allah SWT

Berikut ini adalah beberapa hikmah (manfaat) beriman kepada Allah SWT:

1. Meningkatkan Keyakinan
Fungsi utama ialah menambah keyakinan dan kesadaran bahwa Allah SWT
menciptakan segala sesuatu, termasuk hidup kita. Untuk itu, wajib hukumnya seorang
mukmin bersyukur dan semakin yakin.

2. Meningkatkan Ketaatan

1
Iman juga selaras dengan peningkatan ketaatan. Acuan untuk menjalankan perintah dan
menjauhi larangan Allah, sehingga hati selalu ingat dan bisa dekat dengan Sang
Pencipta.

3. Keselamatan Hidup Dunia Akherat


Hal ini telah dijanjikan Allah dan tertulis dalam Al-Quran Surat Al-Mukmin. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang beriman
dalam kehidupan di dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (di hari kiamat).”

4. Ketenteraman Hati dan Kebahagiaan Hidup


Manusia yang beriman kepada Allah SWT membuat hatinya menjadi tenteram. Hidup
menjadi lebih bahagia dan permasalahan yang sedang dihadapi menjadi lebih mudah
diselesaikan.

C. Faedah Beriman yang Benar kepada Allah SWT

Beriman yang benar diwujudkan dalam sejumlah perilaku seperti, mendirikan shalat,
beriman kepada kitab Allah, berbuat kebajikan, menahan amarah, mempercayai dan
mengamalkan dengan benar rukun iman, dan masih banyak lagi.

Bila caranya benar, maka mukmin tersebut akan memperoleh buah yang agung.
Contohnya:

1. Terwujudnya ketauhidan pada Allah dan tak ada tempat bergantung dan layak
disembah, selain Allah.
2. Sempurnanya kecintaan pada Allah dan pengagungan pada-Nya sesuai nama dan
sifat-Nya yang mulia.
3. Terbiasa beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
4. Memeluk kebahagiaan di dunia. Beriman kepada Allah memberikan ketenangan
hati dan selalu mendapatkan bimbingan menjalani kehidupan di dunia. Allah pun
menjanjikan orang-orang beriman surga di akhir perjalanan hidup manusia kelak.

1.2 Ruang lingkup ihsan

2
A.Pengertian Ihsan
Secara bahasa ihsan berarti berbuat baik. Ihsan adalah kebalikan dari Isa'ah yang berarti
berbuat buruk. Sedangkan pengertian ihsan secara istilah itu terdiri dari dua jenis :
 Ihsan dalam Ibadah kepada Allah
 Ihsan Kepada Sesama Makhluk
Ihsan dalam ibadah kepada Allah adalah seorang hamba yang beribadah kepada Allah
seakan-akan ia melihat Allah, apabila ia tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihatnya.Sedangkan ihsan kepada sesama makhluk adalah mendermakan dengan
segala jenis kebaikan pada siapapun makhluk (baik manusia maupun hewan) sesuai hak
dan kedudukannya.
B. Dalil-dalil Tentang Ihsan dalam Al-Quran dan dalam as-sunah
1. Ihsan adalah Perintah Allah

َ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬  ۚ‫ َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‬ ‫ َواإْل ِ حْ َسا ِن‬ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi


kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.

[QS. An-Nahl : 90]

Dalam tafsir As-Sa’di disebutkan : Ihsan (berbuat kebajikan) adalah keutamaan yang
dianjurkan seperti memberikan manfaat kepada manusia dengan harta, badan, ilmu dan
segala sesuatu yang bermanfaat lainnya. Hingga berbuat baik pada hewan ternak pun
juga termasuk ihsan.[2]

2. Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang

‫ َو ِذي ْالقُرْ بَ ٰى‬ ‫إِحْ َسانًا‬ ‫ق بَنِي إِ ْس َرائِي َل اَل تَ ْعبُ ُدونَ إِاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن‬
َ ‫َوإِ ْذ أَخ َْذنَا ِميثَا‬

3
ِ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم تَ َولَّ ْيتُ ْم إِاَّل قَلِياًل ِّمن ُك ْم َوأَنتُم ُّمع‬
َ‫ْرضُون‬ َّ ‫اس ُح ْسنًا َوأَقِي ُموا ال‬ ِ ‫َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
ِ َّ‫ين َوقُولُوا لِلن‬

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan  berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.

[QS. Al-Baqarah : 83]

As-Sa’di menafsirkan : Yakni berbaktilah kepada kedua orang tua. Perintah ini bersifat
kebaikan secara umum, baik itu dengan ucapan maupun perbuatan. Termasuk juga
larangan berbuat buruk kepada kedua orang tua, atau tidak berbuat baik mesikupun
tidak berbuat buruk. Karena, jika berbuat baik adalah suatu kewajiban, maka melakukan
kebalikannya adalah sebuah larangan.

3. Berbuat Baik Ketika Menyembelih


ْ‫ فَ ْلي ُِرح‬،ُ‫ َو ْليُ ِح َّد أَ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَه‬،‫ َوإِ َذا َذبَحْ تُ ْم فَأَحْ ِسنُوا ال َّذ ْب َح‬،َ‫ فَإ ِ َذا قَت َْلتُ ْم فَأَحْ ِسنُوا ْالقِ ْتلَة‬،‫َب اإْل ِ حْ َسانَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء‬
َ ‫إِ َّن هللاَ َكت‬
ُ‫َذبِي َحتَه‬

Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik terhadap segala sesuatu. Apabila


kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Dan apabila kalian
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkanlah pisanmu dan
senangkanlah hewan sembelihanmu.

[HR. Muslim : 1955]

4. Keutamaan Berbuat Baik dalam Islam


َ ‫اإل ْسالَ ِم لَ ْم يُ َؤاخ َْذ بِ َما َع ِم َل فِي‬
،‫الجا ِهلِيَّ ِة‬ ِ ‫ « َم ْن أَحْ َسنَ فِي‬:‫ أَنُ َؤا َخ ُذ بِ َما َع ِم ْلنَا فِي ال َجا ِهلِيَّ ِة؟ قَا َل‬،ِ ‫ يَا َرسُو َل هَّللا‬:ٌ‫ال َر ُجل‬
َ َ‫ق‬
‫َو َم ْن أَ َسا َء فِي ا ِإل ْسالَ ِم أُ ِخ َذ بِاألَ َّو ِل َواآل ِخ ِر‬

4
Seorang lelaki bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan kami selama
jahiliyyah akan dihukum?”

Rasulullah menjawab : “Barang siapa yang berbuat baik di dalam Islam maka apa
yang ia perbuat di masa jahiliyyah tidak akan dihukum, namun apabila ia berbuat
buruk di dalam Islam maka apa yang ia perbuat dari awal hingga akhir akan
dihukum.”

[HR. Bukhari : 6921]

C. Contoh Ihsan dalam Islam


Selain ihsan kepada Allah, yakni beribadah kepada Allah dan tidak berbuat
syirik, seorang muslim juga wajib berbuat baik kepada orang lain.Adapun bebrapa
contoh ihsan antara lain:

1. Ihsan dalam Beribadah Kepada Allah antara lain:

 Menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya


 Mengerjakan ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah seperti shalat, puasa,
haji dan sebagainya.
 Tidak berbuat bid’ah atau mengerjakan ibadah yang tidak diperintahkan.
 Mengerjakan ibadah dengan menyempurnakan syarat dan rukun-rukunnya,
menjalankan sunnah-sunnahnya serta adab-adabnya. 

2. Ihsan Kepada Kedua Orang Tua antata lain:


 Berbuat baik kepada keduanya
 Mematuhi perintah keduanya selama tidak melanggar aturan Allah
 Memohon kepada Allah agar dosa keduanya diampuni
 Melaksanakan amanah keduanya
 Memuliakan teman-teman keduanya
 Mencari ridha dari keduanya
3. Ihsan Kepada Kerabat
Contoh berbuat baik kepada kerabat, diantaranya :

5
 Mengutamakan infak kepada kerabat setelah orang tua
 Menyayangi kerabat
 Bersimpati kepada kerabat
 Tidak berbuat buruk kepada mereka
 Menyambung tali silaturahmi
4. Ihsan kepada Tetangga antara lain:
 Memperbanyak kuah sayur untuk diberikan kepada tetangga
 Tidak mengganggu tetangga baik dengan lisan maupun perbuatan
 Memberikan makan kepada tetangganya yang lapar
 Memberikan rasa aman pada tetangga
 Berbuat baik kepada tetangga meskipun orang kafir
5. Ihsan Pada Anak Yatim antara lain:
 Menjaga hak dan harta mereka
 Mendidik mereka
 Mengajarkan etika kepada mereka
 Mengusap atau mengelus kepala mereka
 Berlemah lembut kepada mereka
1.3 .Ruang Lingkup Islam
A. Pengertian Islam
Islam dalam arti tertentu (sempit) adalah Ar-Karu ‘I- Islam yaitu rukun Islam
yang ke 5. Kata Islam dalam bahasa Arab artinya tunduk, patuh dan menyerah.
Pengertian Islam dalam Aqidah Islam ialah tunduk dan patuh secara lahir batin
mengikuti dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
selaku utusan Allah SWT. Jadi, orang Islam yang tidak mau mengerjakan shalat 5
waktu, mengeluarkan zakat, mendidik anaknya agar patuh beragama. Selain itu mereka
dengan sukacita rela mencegah dirinya dari perbuatan terkutuk, seperti berzina, berjudi,
meminum minuman keras, menyakiti tetangga dan sebagainya.
Agama Islam ialah wahyu, kebijakan, dan tuntutan yang diturunkan oleh Allah
SWT, kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang
masa dan setiap persada.
B.Garis Besarnya Agama Islam

6
Pada garis besarnya Agama Islam terdirid dari:
a.       Aqidah
Islam pada umumnya berkisar pada Ar’kanu’l-Islam (rukun Iman ke 6) yaitu:
1)      Iman kepada Allah
2)      Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
3)      Iman kepada Kitab-kitab Allah
4)      Iman kepada Rasul-rasul Allah
5)      Iman kepada Hari Kiamat
6)      Iman kepada Qada dan Qadar.
b.      Qo’idah Syariah
Islam Iyah pada garis besarnya terbagi 2 bagian besar, yaitu:
1)      Qo’idah Ibadoh dalam arti khas (Qo’idah Ubudiya) yaitu tata aturan Illahi yang
mengatur hubungan ritual antara hamba dengan Tuhannya, yang cara, acara, tata cara
dan upacaranya telah ditentukan secara terperinci dalam AL-Quran dan As-Sunah
Rasul;
2)      Qo’idah Mu’amalah dalam arti luas tata aturan Illahi yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda.
c.       Ahlaq
Pada garis besarnya ahlaq terdiri dari:
1)      Ahlaq manusia kepada Khaliq
2)      Ahlaq manusia kepada mahluk
3)      Mahluk bukan manusia: flor, fauna dan lain-lain
4)      Mahluk manusia:
a)      Diri sendiri
b)      Rumah tangga/tetangga
c)      Antar tetangga
d)     Masyarakat luas lainnya.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat: 125


Artinya:

7
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang lain yang ikhlas
menyerahkan dirinya (Islam) kepada Allah dan dia berbuat ihsan, baik”. (Q.S. An-
Nisa: 125)
1.4 Hubungan Iman, Islam dan Ihsan

Iman, Islam, dan Ihsan adalah pokok-pokok ajaran Islam.Hubungan Iman, Islam
dan Ihsan itu sangat erat sekali, kalau agama Islam bagaikan pohonnya, maka iman itu
bagaikan akarnya, Islam sebagai batang tubuh pohon, maka iman ini dibahas dalam
ilmu Tauhid, islam dibahas dalam ilmu Fiqih, sedangkan ihsan dibahas dalam ilmu
Ahlaq dan ilmu Tasawwuf.
Iman letaknya di hati, Islam letaknya di dalam amal perbuatan, sedangkan Ihsan
letaknya di hati dan amal perbuatan  anggota badan seluruhnya. Sekalipun antara Iman,
Ihsan itu dapat dibeda-bedakan dalam pembahasan dan objeknya, namun dalam
pelaksanaannya tidak dapat dipisah-pisahkan, sebab keyakinan iman yang terdapat
dalam hati menuntut untuk dibuktikan dalam bentuk amal perbuatan oleh anggota badan
kita sesuai dengan Islam dan Islam menuntut untuk dilaksanakan dengan cara yang
sebaik-baiknya, yaitu, yaitu dengan ihsan.

8
BAB II Islam dan Sains

2.1 Pengertian sains

Istilah sains diambil dari bahasa Latin scio, scire, scientia, yang bermakna ”aku
tahu, mengetahui, pengetahuan” tentang apapun oleh siapapun dengan cara apapun.
Sains berarti ilmu, sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan
bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk menghadapi zaman
yang sarat dengan persaingan ini, tak terkecuali kaum muslimin. Karena dengan sains,
seseorang bisa dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains
juga menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua
bidang kehidupan memerlukan sains.
Dari sinilah, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, kita kaum
muslimin harus berusaha mempelajari dan menguasai sains. Tapi, disisi lain, kita juga
tidak diperbolehkan untuk melanggar ajaran Islam yang telah disempurnakan oleh Allah
SWT. Karena pada hakikatnya, semua yang ada di alam semesta ini akan kembali
kepadaNya, bahkan sebenarnya sains dan berbagai ilmu lainnya telah terkandung di
dalamkalamNya,al-Qur’an.
2.2 Hubungan Islam dan sains
Hubungan Islam dan Sains tidak lepas dari kemajuan dan kemunduran sains dalam
peradaban Islam. Umat Islam mulai mempelajari atau melakukan penafsiran ilmiah
sejak generasi pertama sampai abad ke-lima hijriyah hingga menjadikan diri mereka
sebagai pelopor Ilmu pengetahuan di seluruh penjuru dunia, umat Islam telah menjadi
pelopor dalam research tentang alam, sekaligus sebagai masyarakat pertama dalam
sejarah ilmu pengetahuan yang melakukan experimental science atau ilmu thabi’i
berdasarkan percobaan yang kemudian berkembang menjadi applied science atau
technology. Islam mendorong ummatnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains
seperti tercantum dalam QS Al-‘Alaq: 1-5 dan Q.S. Al-Mujadilah: 11 dan masih banyak
lagi.

A. Pandangan Al-Qur’an terhadap Sains

9
1. Seluruh pengetahuan, termasuk pengetahuan kealaman (sains) ada dalam al-Qur’an.
Pendapat ini didukung antara lain oleh al-Ghazali, al-Suyuti, dan Maurice Bucaile.
2.Al-Qur’an hanya sebagai petunjuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pendapat ini didukung antara lain oleh Ibnu Sina, al-Biruni, dan al-Haitam.

B. Faktor-faktor pendorong kemajuan sains dalam peradaban islam 

1. Universalisme

Tolong-menolong secara universal memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat
di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu
dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan manusia
merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain
sesuai dengan ketetapan Islam.

Saling membantu dalam kesusahan demi tercapainya tujuan hidup bersama merupakan
hal yang sangat mulia, hal tersebut merupakan karakter daripada islam itu sendiri,
menjadikan Ikatan Kebersamaan Umat Islam kemudian menjadikannya sebagai batu
lompatan demi tercapanya tujuan hidup bersama.

2. Toleransi

Sesungguhnya sikap toleransi dalam Islam sangat nampak pada setiap perintah dan
larangannya. Bahkan sampai kedetailnya, maka seharusnyalah sikap ini menjadi
kebangkitan baru untuk mengubah suatu bangsa menjadi bangsa yang bisa saling
bertoleransi apalagi dalam hal ilmu. Berbagi ilmu itu tidaklah sulit, tidak akan rugi,
malah akan mendapatkan wawasan baru dan juga teman-teman tentunya yang akan
sangat berterimakasih karna telah diajarkan. Dengan saling bertoleransi tentu tidak akan
teriolasi dari orang-orang karna kita mau berbagi apa yang kita punya untuk membantu
mereka, tidakkah itu baik,..??? Dan mungkin ada dari setiap orang yang diajarkan akan
membalas kebaikan yang telah kita diberikan.

3. Karakter Pasar Internasional

10
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran
agama dan kebudayaan Islam. Letak suatu negara yang strategis menyebabkan
timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran
tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang
dilakukan para mubaligh. Rihlah ilmiyah (perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan)
sudah banyak dijadikan metode dalam pembelajaran di setiap institusi pendidikan hal
ini tentu akan menjadikan sains dan teknologi di dunia Islam menjadi maju.

4. Perhargaan Terhadap Sains dan Saintis

Memberikan penghargaan kepada sains maupun saintis menjadikan mereka tahu


bahwa mereka dibutuhkan dalam perkembangan dunia yang semakin maju ini, membuat
mereka menjadi semakin semangat untuk menemukan hal baru lagi. Seperti Khalifah
Al-Makmun membangun Baitul Hikmah di Baghdad, beliau mengirim wakil-wakilnya
ke segala penjuru daerah untuk mencari naskah-naskah tentang materi pendidikan dan
Sains, motif dasarnya adalah kepentingan orang lain (altruistic) dan bukan materialistic.
Tentu saja, kemungkinan adanya balasan materi dalam bentuk teknologi maju atau baru
sebenarnya tidak ada karena hubungan Sains kuno dengan teknologi kuno jauh terpisah,
tidak seperti sekarang. Hingga melahirkan para Saintis Muslim terkemuka dibidang
Alkimia, Astronomi, Matematika dan kedokteran.

5. Keterpaduan Antara Tujuan dan Cara

Sangatlah penting dapat membedakan antara tujuan dan cara. Seperti contoh jikalau
kita punya tujuan yang jelas mengapa kita sekolah, tentunya kita tidak akan nyontek,
karena dengan cara tersebut kita tidak akan mendapatkan pelajaran yang berguna bagi
kehidupan kita kedepannya. Jadi harus ada keterpaduan antara tujuan dan cara, apabila
kita memiliki tujuan yang benar tentu kita juga harus meraihnya dengan cara yang benar
juga. Sangatlah jelas bahwa tujuan akan membedakan cara kita melakukan sesuatu,
sehingga tujuan sangatlah penting didalam kehidupan. Kalau kita tidak mempunyai
tujuan yang jelas kehidupan kita juga akan menjadi tidak jelas karena tidak ada arah
yang jelas.

11
C.Kemunduran sains

Konflik terjadi pada masa akhir kemunduran sains Islam yakni kemunculan sains
modern (Newton), konflik juga terjadi saat"Kitab Ihya Ulumuddin" karya Imam Al-
Ghazali. Siapa yang tidak mengenal kitab Ihya Ulumuddin? Ya, kitab hasil karya Imam
Abu Hamid Al-Ghazali yang sering dijadikan sebagai sandaran dan rujukan bagi
sebagian ummat Islam terutama di Indonesia. Imam Al-Ghazali sering sekali dianggap
sebagai ahli filsafat Islam dan ilmu kalam. Dan kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin
itu pun dianggap sebagai ‘masterpiece’ Imam Al-Ghazali dalam hal ilmu kalam dan
filsafat. Ihya’ ulumiddin menyerukan umat Islam untuk kembali menghidupkan ajaran
agama, pendapat ini menyebabkan kesalahpahaman bahwa adanya larangan untuk
mempelajari sains, sehingga budaya mempelajari sains ditinggalkan. Kesalahpahaman
ini berdampak pada ketimpangan posisi ilmu seperti terpisahnya tradisi filsafat
kelompok (ilmu duniawi) dengan tradisi pemikiran keagamaan (ilmu ukhrawi ).
Dampak dari kesalah pahaman agama dan sains menimbulkan ketimpangan posisi ilmu
sehingga terpisahnya tradisi filsafat dengan tradisi pemikiran keagamaan, keduanya
berada pada tempat yang berbeda, filsafat dan sains berada dalam satu kelompok (ilmu
duniawi) dan agama berada dalam kelompok lain (ilmu ukhrawi).

2.3 Pendidikan Sains yang Relevan dengan Ajaran Islam

Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern ini,
yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga
segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Tapi, kita sebagai kaum Muslimin
harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada kenyataannya
kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan sains tidak
ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu
dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.
َ ْ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِريــ‬  :‫ى هللا تــ َ َعالَى َعلَيــْ ِه َو َسلـ َّ َم‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُمســـلِ ٍم َو ُمسْـــلِ َم ٍة‬ َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
َّ ‫صل‬
Artinya   : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap orang Islam
laki-laki dan perempuan.”[7]

12
Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu
adalah fardhu ain (harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat yang muncul
dalam menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits tersebut. Para ahli ilmu
kalam memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah kewajiban, sementara para
fuqaha’ berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an. Sedangkan menurut
Imam Ghazali, ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan
kewajiban syari’at Islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya, seseorang yang
bekerja sebagai peternak binatang, haruslah mengetahui hukum-hukum tentag zakat.

ilmu (sains) yang dipelajari haruslah bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan


bangsa, menyejahterakan umat, mensyiarkan ajaran-ajaran agama Islam. Tidak
dibenarkan, apabila ada orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk
mengejar pangkat, mencari gelar, dan keuntungan pribadi. Selain itu, ilmu yang telah
didapat harus disebarkan (diajarkan kepada orang lain) dan diamalkan (tingkah lakunya
sesuai dengan ilmunya).

13
BAB III Islam dan Penegakan Hukum

3.1 Pengertian hukum islam

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur


tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara
tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang
bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan
kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum islam menurut bahasa adalah
menetapkan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut istilah merupakan ketentuan kitab
Allah yang berhubungan dengan perbuatan orang mukalaf, yang mengandung perintah,
atau larangan, anjuran, dan membolehkan memilih antara mengerjakan atau
meninggalkan.

3.2Penegakan Hukum dalam Islam

Islam telah menggariskan sejumlah aturan untuk menjamin keberhasilan


penegakkan hukum antara lain:

A. Semua produk hukum harus bersumber dari wahyu.

 Seluruh konstitusi dan perundang-undangan yang diberlakukan dalam Khilafah


Islamiyah bersumber dari wahyu. Ini bisa dipahami karena netralitas hukum hanya
bisa diwujudkan tatkala hak penetapan hukum tidak berada di tangan manusia, tetapi
di tangan Zat Yang menciptakan manusia. Menyerahkan hak ini kepada manusia—
seperti yang terjadi dalam sistem demokrasi-sekular—sama artinya telah
memberangus “netralitas hukum”.Dalam sistem Islam, sekuat apapun upaya untuk
mengintervensi hukum pasti akan gagal. Pasalnya, hukum Allah SWT tidak berubah,
tidak akan pernah berubah, dan tidak boleh diubah. Khalifah dan aparat negara
hanya bertugas menjalankan hukum, dan tidak berwenang membuat atau mengubah
hukum. Mereka hanya diberi hak untuk melakukan ijtihad serta menggali hukum
syariah dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw.

B. Kesetaraan di depan hukum.

14
          Di mata hukum Islam, semua orang memiliki kedudukan setara; baik ia
Muslim, non-Muslim, pria maupun wanita. Tidak ada diskriminasi, kekebalan
hukum, atau hak istimewa. Siapa saja yang melakukan tindakan kriminal (jarimah)
dihukum sesuai dengan jenis pelanggarannya. Dituturkan dalam riwayat sahih,
bahwa pernah seorang wanita bangsawan dari Makhzum melakukan pencurian. Para
pembesar mereka meminta kepada Usamah bin Zaid agar membujuk Rasulullah saw.
agar memperingan hukuman. Rasulullah saw. murka seraya bersabda:

َّ‫فـ أَـقَـاـ ُمـوـاـ َعـلَـ ْيـ ِهـ اـ ْلـ َـحـدـ‬


‫ضـ ِعـيـ ُـ‬ َ ‫فـ تَـ َرـ ُكـوـهُـ َوـإِـ َذـاـ َسـ َرـ‬
َّ ‫قـ فِـيـ ِهـ ُمـ اـل‬ ‫شـ ِرـيـ ُـ‬
َّ ‫قـ فِـيـ ِهـ ُمـ اـل‬ ‫كـ اـلـَّ ِذـيـ َـنـ قَـ ْبـلَـ ُكـ ْمـ أَـنـَّهُـ ْمـ َكـاـنُـوـاـ إِـ َذـاـ َـ‬
َ ‫س َرـ‬ َ ‫إِـنـَّ َمـاـ أَـ ْهـلَـ‬
‫طـ ْعـ ُـ‬
‫تـ يَـ َدـهَـاـ‬ ‫هللا لَـ ْـوـ أَـ ـَّن فَـاـ ِطـ َمـةَـ بِـ ْنـ َـ‬
‫تـ ُمـ َحـ َّمـ ٍدـ َسـ َرـقَـ ْـ‬
َ ‫تـ لَـقَـ‬ ‫َوـاـ ْيـ ُمـ ِـ‬
Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah tatkala ada
orang yang terhormat mencuri, mereka biarkan; jika orang lemah yang mencuri,
mereka menegakkan had atas dirinya. Demi Zat Yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri niscaya akan aku
potong tangannya (HR al-Bukhari).
c. Mekanisme pengadilan efektif dan efisien.

Mekanisme pengadilan dalam sistem hukum Islam efektif dan efisien. Ini bisa
dilihat dari beberapa hal berikut ini. Pertama: keputusan hakim di majelis pengadilan
bersifat mengikat dan tidak bisa dianulir oleh keputusan pengadilan manapun. 

d. Sebuah ijtihad tidak bisa dianulir dengan ijtihad yang lain.

Keputusan hakim hanya bisa dianulir jika keputusan tersebut menyalahi nas
syariah atau bertentangan dengan fakta. Keputusan hakim adalah hukum syariah
yang harus diterima dengan kerelaan. Oleh karena itu, pengadilan Islam tidak
mengenal adanya keberatan (i’tiradh), naik banding (al-istinaf) dan kasasi (at-
tamyiiz). Dengan begitu penanganan perkara tidak berlarut-larut dan bertele-tele.
Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar ra. pernah memutuskan
hukum musyarakah karena tidak adanya saudara sepupu. Lalu ia menetapkan bagian
di antara saudara tersebut dengan musyarakah. Khalifah Umar lalu berkata, “Yang

15
itu sesuai dengan keputusanku, sedangkan yang ini juga sesuai dengan
keputusanku.”
Beliau menerapkan dua hukum tersebut sekalipun keduanya bertentangan.
Khalifah Umar juga pernah memutuskan bagian kakek dengan ketentuan yang
berbeda-beda, namun dia tidak mencabut keputusannya yang pertama (Abdul Qadim
Zallum, Nizham al-Hukmi fi al-Islam, ed. IV, 1996, Daar al-Ummah, Beirut,
Libanon, hlm. 1920).
3.3 Penegakkan Hukum Pada Masa sekarang
Di indoenesia penegakkan hukum tidak menggunakan hukum islam melainkan
campuran campuran system hukum eropa,hukum agama,dan hukum agama
meskipun begitu kondisi hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik
daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan
hukum , kesadaran hukum , kualitas hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang
berkaitan dengan proses berlangsungya hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai
peraturan. Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di
Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu
dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya uang banyak
pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. 
Ada pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat penegak
hukum tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara menyeluruh
dan adil.Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi
juga dipermainkan seperti barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat
pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam mesin pembunuh karena
didorong oleh perangkat hukumyang morat-marit.Praktik penyelewengan dalam proses
penegakan hukum seperti, mafia hukum di peradilan, peradilan yang diskriminatif atau
rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam penegakan
hukum di negeri ini. Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat berpengaruh
besar terhadap kesehatan dan kekuatan demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak
hukum yang memperjualbelikan hukum sama artinya dengan mencederai keadilan.
Merusak keadilan atau bertindak tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah
melawan kehendak rakyat. 

16
BAB IV Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar

4.1 Pengertian Amar Makruf dan Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah upaya menciptakan kealamatn umat dan
memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap individunya. Dengan demikian, segala
hal yang bertentangan dengan urusan agama dan merusak keutuhannya, wajib
dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya.Persoalan ini tentu bukan hal
yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang meliputi seluruh kebaikan dan
menutup segala celah yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena posisinya
sebagai landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Ali
Imran: 110)

Adpun hadist mengenai Amar ma’ruf nahi mungkar:

ِ ‫ال َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه لَتَأْ ُمر َُّن بِ ْال َم ْعر‬
ْ‫ُوف َولَتَ ْنهَ ُو َّن ع َِن ْال ُم ْن َك ِر أَو‬ َ ‫ْن ُح َذ ْيفَةَ ب ِْن ْاليَ َما ِن َع ِن النَّبِ ِّي‬
َ َ‫صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ث َعلَ ْي ُك ْم ِعقَابًا ِم ْنهُ ثُ َّم تَ ْدعُونَهُ فَاَل يُ ْستَ َجابُ لَ ُك ْم‬ َ ‫ُوش َك َّن هَّللا ُ أَ ْن يَ ْب َع‬
ِ ‫لَي‬

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi SAW bersabda:” Demi dzat yang
jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau
jika tidak Allah hampir mengirim azabnya, kemudian engkau berdo’a tetapi tidak
dikabulkan”(HR At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan
diturunkannya Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan yang
ma’ruf, yaitu tauhid yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan
menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.

17
Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya
adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah perkara yang
mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar ma’ruf nahi
mungkar ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.

4.2 Hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi tiap-tiap muslim yang memiliki
kemampuan. Artinya, jika ada sebagian yang melakukannya, yang lainnya terwakili.
Dengan kata lain, hukumnya fardhu kifayah.Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi
fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan tidak ada lagi yang menegakkannya. Dengan
kata lain, kewajibannya terletak pada kemampuan. Dengan demikian, setiap orang wajib
menegakkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya dapat berubah menjadi haram dalam beberapa
kondisi, seperti,

-Pertama, orang yang tidak berilmu atau bodoh terhadap urusan ma’ruf dan munkar,
tidak bisa membedakan hakikat keduanya, maka dia haram melakukan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar.

-Kedua, pelaksanaakn Amar Ma’ruf Nahi Munkar justru menimbulkan kemunkaran


yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya
haram.

-Ketiga, aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar berkonsekuensi pada timbulnya bahaya


terhadap jiwa dan kehormatan kepada selain pelakunya—baik keluarga, tetangga dan
selainnya. (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 17/230)

4.3 Syarat dan Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar

18
Para penegak amar ma’ruf nahi mungkar hendaknya memerhatikan dan memenuhi
beberapa syarat berikut:

-Syarat pertama: Ilmu dan pemahaman sebelum memerintah dan melarang.


Apabila tidak ada ilmu, dapat dipastikan yang ada adalah kebodohan dan
kecenderungan mengikuti hawa nafsu. Padahal siapa saja yang beribadah kepada
Allah subhanahu wa ta’ala tanpa ilmu, maka kerusakan yang diakibatkannya jauh lebih
dominan daripada kebaikan yang diharapkan.
Dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu yang harus dimiliki
meliputi tiga hal, antara lain: Mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar serta dapat
membedakan antara keduanya; Mengetahui dan memahami keadaan objek yang
menjadi sasarannya; serta mengetahui dan menguasai metode atau langkah yang tepat
dan terbaik sesuai dengan petunjuk jalan yang lurus (ketentuan syariat). Tujuan
utamanya adalah supaya tercapai maksud yang diinginkan dari proses amar ma’ruf nahi
mungkar dan tidak menimbulkan kemungkaran yang lain.

-Syarat kedua: Lemah lembut dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar.
Penyambutan yang baik, penerimaan, dan kepatuhan adalah harapan yang tidak
mustahil apabila proses amar ma’ruf nahi mungkar selalu dihiasi oleh kelembutan.
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan dalam sabdanya:
ِ ‫ْطي َعلَى ْال ُع ْن‬
ُ‫ف َو َما اَل يُ ْع ِطي َعلَى َما ِس َواه‬ ِ ‫ق َويُ ْع ِطي َعلَى ال ِّر ْف‬
ِ ‫ق َما اَل يُع‬ َ ‫ق يُ ِحبُّ ال ِّر ْف‬
ٌ ‫إِ َّن هللاَ َرفِي‬

“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai sikap lemah lembut dalam tiap
urusan. Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kepada sikap lemah lembut
sesuatu yang tidak akan diberikan kepada sikap kaku atau kasar dan Allah subhanahu
wa ta’ala akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan kepada selainnya.” (HR.
Muslim “Fadhlu ar-Rifq” no. 4697, Abu Dawud “Fi ar-Rifq” no. 4173, Ahmad no. 614,
663, 674, dan 688, dan ad-Darimi “Bab Fi ar-Rifq” no. 2673)
Termasuk sikap lemah lembut apabila senantiasa memerhatikan kehormatan dan
perasaan manusia. Oleh karena itu, dalam beramar ma’ruf nahi mungkar hendaknya
mengedepankan kelembutan dan tidak menyebarluaskan aib atau kejelekan. Kecuali,
mereka yang cenderung senang dan bangga untuk menampakkan aibnya sendiri dengan

19
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan secara terang-terangan. Sebab itu, tidak
mengapa untuk mencegahnya dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Siapa yang menasihati saudaranya dengan
sembunyi-sembunyi, sungguh ia benar-benar telah menasihatinya dan menghiasinya.
Siapa yang menasihati saudaranya dengan terang-terangan (di depan khalayak umum),
sungguh ia telah mencemarkannya dan menghinakannya.” (Syarh Shahih Muslim)

-Syarat ketiga: Tenang dan sabar menghadapi kemungkinan adanya gangguan setelah
beramar ma’ruf nahi mungkar.
Gangguan seolah-olah menjadi suatu kemestian bagi para penegak amar ma’ruf nahi
mungkar. Oleh karena itu, jika tidak memiliki ketenangan dan kesabaran, tentu
kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada kebaikan yang diinginkan.

Al-Imam ar-Razi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang beramar ma’ruf nahi


mungkar itu akan mendapat gangguan, maka urusannya adalah bersabar.
Al-Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga mengemukakan bahwa para rasul adalah
pemimpin bagi para penegak amar ma’ruf nahi mungkar. Allah subhanahu wa
ta’ala telah memerintah mereka semua agar bersabar, seperti firman-Nya:
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang
memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk
mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, merasa seolah-olah tinggal (di
dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak
ada yang dibinasakan, selain kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah subhanahu wa
ta’ala).” (al-Ahqaf: 35)

20
BAB V Fitnah Akhir Zaman

5.1 Akhir Zaman

A.Pengertian Akhir Zaman

Akhir zaman adalah waktu terakhir adanya dunia ini, sebelum terjadinya kiamat.
Yang mana tanda tanda kiamat kecil (sugro) sudah banyak terjadi, jika tanda kiamat
kecil sudah terjadi semuanya maka muncullah tanda kiamat besar (kubro), setelah tanda
kiamat besar terpenuhi maka terjadilah hari kiamat.

Dan kita sekarang pada masa ini, sudah masuk ke dalam akhir zaman, seperti
yang di jumpai dalam banyak hadits yang menerangkan tentang akhir zaman, di
antaranya adalah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas Radhiyallahu
anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dan kita
sekarang pada masa ini, sudah masuk ke dalam akhir zaman, seperti yang di jumpai
dalam banyak hadits yang menerangkan tentang akhir zaman, di antaranya adalah hadits
yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت أَنَا َوالسَّا َعةُ َكهَاتَ ْي ِن‬


ُ ‫ب ُِع ْث‬.

Artinya: “Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.’” Anas
Radhiyallahu anhu berkata, “Dan beliau menggabungkan jari telunjuknya dengan jari
tengah.” [HR Muslim].

B.Tiga Macam fitnah akhir zaman

Dari hadis syamiyyin ada catatan menarik dimana  fitnah lebih banyak berarti ada
kekacauan sosial-politik. Dengan tegas, hadis syamiyyin menjelaskan tiga macam fitnah
akhir zaman yaitu al-Ahlas, al-Sarra’, dan al-Duhaima’.

-Pertama, Fitnah Al-Ahlas berarti pengungsian dan perampasan harta serta nyawa.

-Kedua,  Fitnah Al-Sarra’ punya tiga pengertian, yaitu kekacauan karena perebutan
sumber kekayaan duniawi, kekacauan yang membuat senang musuh, atau kekacauan
karena kebencian dan sakit hati.

21
-Ketiga, Fitnah Al-Duhaima’ berarti kesimpang-siuran kebenaran yang akan menimpa
seluruh orang yang terlibat dalam konflik. Ketiga macam fitnah ini berkaitan dengan
masalah sosial dan politik.

Di sini kita bisa mengambil pelajaran penting bahwa sumber fitnah, kekacauan dan
konflik adalah masalah duniawiah.Sekalipun dibungkus dengan bahasa agama, hal itu
tidak menafikan bahwa sumbernya adalah duniawi.Karenanya, tidak heran para ulama
lebih menganjurkan agar umat menjauhi terlibat dalam konflik. Bahkan pergi ke
gunung, hidup menjadi penggembala kambing. Sampai di sini, ternyata, hadis tentang
fitnah akhir zaman yang selama ini dikampanyekan oknum ustaz pendukung kelompok
politik tertentu, dan mendorong umat Islam terlibat dalam aksi-aksi fitnah (menciptakan
keresahan dan kekacauan), pada kenyataannya justru menganjurkan orang menjauhi
kekacauan.

Jika ada yang menggunakannya untuk mendorong orang awam terlibat konflik sosial-
politik, berarti ada pemutarbalikan maksud hadis.

5.2 Fitnah Terbesar Dalam Sejarah Hidup Manusia

Satu hal yang sangat perlu menjadi bahan perhatian bagi setiap muslim dan muslimah
-terlebih mereka yang hidup di akhir zaman- adalah mengetahui perkara Dajjal. Sebab,
fitnah Dajjal merupakan fitnah paling dahsyat yang akan melanda umat manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

َ ‫ث نَبًِي¼ـًّا إِاَّل َح َّذ َر أُ َّمتَهُ ال َّدج‬


‫َّال َوأَنَا‬ ْ ‫ض ُم ْن ُـذ َذ َرأَ هَّللا ُ ُذ ِّريَّةَ آ َد َم أَ ْعظَ َم ِم ْن فِ ْتنَ ِة ال َّدجَّا ِل َوإِ َّن هَّللا َ لَ ْم يَ ْب َع‬
ِ ْ‫إِنَّهُ لَ ْم تَ ُك ْن فِ ْتنَةٌ فِي اأْل َر‬
ُ
َ‫َار ٌج فِي ُك ْم اَل َم َحالَة‬ ِ ‫آ ِخ ُر اأْل َ ْنبِيَا ِء َوأَ ْنتُ ْم آ ِخ ُر اأْل َم ِم َوه َُو خ‬

“Sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini semenjak Allah menciptakan Adam,
yang lebih besar dari fitnah Dajjal. Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali
memperingatkan umatnya dari Dajjal.Sedangkan Aku adalah Nabi yang terakhir dan
kamu juga ummat yang terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Ad-Dajjal
akan keluar di tengah-tengah kalian.” (HR. Ibnu Majah: 4077, Shahih al-Jami’: 7875)

22
Oleh karena itu, sebagai bentuk kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau mengajarkan kita untuk senantiasa berlindung dari fitnah ini dalam setiap shalat
dengan sabdanya:

ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬


‫ت‬ ِ ‫إِ َذا فَ َر َغ أَ َح ُد ُك ْم ِمنَ التَّ َشهُّ ِد اآل ِخ ِر فَ ْليَتَ َعو َّْذ بِاهَّلل ِ ِم ْن أَرْ بَ ٍع ِم ْن َع َذا‬
ِ ‫ب َجهَنَّ َم َو ِم ْن َع َذا‬
ِ ‫َو ِم ْن َش ِّر ْال َم ِس‬
‫يح ال َّدجَّا ِل‬

“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah
perlindungan pada Allah dari empat hal; siksa neraka jahannam, siksa kubur,
penyimpangan ketika hidup dan mati, kejelekan Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim no.
588).
A. Semua Tempat Akan Disinggahi Kecuali Dua
Dalam hadits Fathimah binti Qais, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menceritakan kembali kisah pertemuan Dajjal dan Tamim ad-Dari. Dajjal mengatakan:

ْ َ‫ض فَال أَ َد َع قَرْ يَةً إِال هَب‬


َ‫ َغي َْر َم َّكة‬، ً‫طتُهَا فِي أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬ ِ ْ‫ فَأ َ ْخ ُر َج فَأ َ ِسي َر فِي األَر‬، ‫ُوج‬ ُ ‫َوإِنِّي أُو ِش‬
ِ ‫ك أَ ْن ي ُْؤ َذنَ لِي فِي ْال ُخر‬
ِ ‫َوطَ ْيبَةَ فَهُ َما ُم َح َّر َمت‬
َّ َ‫َان َعل‬
‫ي‬

“Sungguh aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Aku akan keluar dan berjalan di
muka bumi. Tidak ada satu kampung pun melainkan akan aku singgahi selama empat
puluh hari keluali makkah dan Madinah, keduanya diharamkan bagiku.” (HR. Muslim:
5228)
B. Lama Keberadaan Dan Fitnahnya
Dalam hadits Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu bahwa para sahabat bertanya
kepada Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai Dajjal,

‫ض قَا َل أَرْ بَعُونَ يَوْ ًما يَوْ ٌم َك َسنَ ٍة َويَوْ ٌم َك َشه ٍْر َويَوْ ٌم َك ُج ُم َع ٍة َو َسائِ ُر أَيَّا ِم ِه َكأَيَّا ِم ُك ْم‬
ِ ْ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ َو َما لَ ْبثُهُ فِى األَر‬.

“Wahai Rasulullah, berapa lamakah ia tinggal di bumi?” Beliau menjawab: “Selama


empat puluh hari; sehari seperti setahun, yang seharinya lagi seperti sebulan dan yang
sehari lagi seperti sejum’at, dan hari-hari lainnya sepeti hari-harimu.”
َ ‫ك ْاليَوْ ُم الَّ ِذى َك َسنَ ٍة أَتَ ْكفِينَا فِي ِه‬
ُ‫ الَ ا ْق ُدرُوا لَهُ قَ ْد َره‬: ‫صالَةُ يَوْ ٍم قَا َل‬ َ ‫قُ ْلنَا يَا َرس‬.
َ ِ‫ُول هَّللا ِ فَ َذل‬

23
Kami bertanya: “Wahai Rasulullah satu hari itu seperti setahun, apakah cukup bagi
kami shalat sehari?” Beliau menjawab: “Tidak, tapi prediksikan waktunya.”
‫ث ا ْستَ ْدبَ َر ْتهُ الرِّي ُح فَيَأْتِى َعلَى ْالقَوْ ِم فَيَ ْدعُوهُ ْم فَي ُْؤ ِمنُونَ بِ ِه‬ ِ ‫ َك ْال َغ ْي‬: ‫ال‬ َ َ‫ض ق‬ِ ْ‫ُول هَّللا ِ َو َما إِ ْس َرا ُعهُ فِى األَر‬ َ ‫قُ ْلنَا يَا َرس‬
‫َت ُذرًا َوأَ ْسبَ َغهُ ضُ رُوعًا‬ ْ ‫ط َو َل َما َكان‬ ْ َ‫ار َحتُهُ ْم أ‬
ِ ‫ت فَتَرُو ُح َعلَ ْي ِه ْم َس‬ ُ ِ‫ض فَتُ ْنب‬ َ ْ‫َويَ ْستَ ِجيبُونَ لَهُ فَيَأْ ُم ُر ال َّس َما َء فَتُ ْم ِط ُر َواألَر‬
‫ْس بِأ َ ْي ِدي ِه ْم َش ْى ٌء ِم ْن‬
َ ‫ص ِرفُ َع ْنهُ ْم فَيُصْ بِحُونَ ُم ْم ِحلِينَ لَي‬ َ ‫ص َر ثُ َّم يَأْتِى ْالقَوْ َم فَيَ ْدعُوهُ ْم فَيَ ُر ُّدونَ َعلَ ْي ِه قَوْ لَهُ فَيَ ْن‬
ِ ‫َوأَ َم َّدهُ خَ َوا‬
‫ب النَّحْ ِل‬ِ ‫اسي‬ ِ ‫ فَتَ ْتبَ ُعهُ ُكنُو ُزهَا َكيَ َع‬.‫ك‬ ِ ‫أَ ْم َوالِ ِه ْم َويَ ُمرُّ بِ ْال َخ ِربَ ِة فَيَقُو ُل لَهَا أَ ْخ ِر ِجى ُكنُو َز‬

Mereka bertanya, “Bagaimana kecepatanya di bumi?” Beliau menjawab. “Seperti


hujan yang ditiup angin kencang. Dia (Dajjal) mendatangi suatu kaum, menyeru
mereka lalu mereka beriman padanya dan memenuhi seruannya. Dia perintahkan
langit, maka langit pun menurunkan hujan. Dia memerintahkan bumi, maka bumi pun
menumbuhkan tetanaman; binatang piaraan menjadi gemuk dan kenyang dan
melimpah air susunya. Kemudian dia datang pada suatu kaum lalu menyeru mereka,
dan mereka pun enggan memenuhi seruannya, lalu dia berpaling sehingga keesokan
harinya mereka dalam keadaan kekeringan dan tidak sedikitpun harta mereka yang
tersisa. Lalu dia melewati suatu daerah bernama Khoribah dan mengatakan pada
daerah tersebut, “Keluarkan olehmu simpanan berhargamu.” Sehingga harta itu
mengikutinya bagaikan segerombolan lebah.” (HR. Muslim: 2937)
C. Menghidupkan Orang Mati
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Umamah yang panjang:

‫ فَيَتَ َمثَّ ُل‬.‫ نَ َع ْم‬:ُ‫ك أَبَاكَ َوأُ َّمكَ ؛ أَتَ ْشهَ ُد أَنِّي َربُّكَ ؟ فَيَقُوْ ل‬َ َ‫ت ل‬ ُ ‫ أَ َرأَيْتَ ِإ ْن بَ َع ْث‬:‫ أَ ْن يَقُوْ َل ِلألَ ْع َرابِ ِّي‬-ُ‫ ال َّدجَّال‬: ْ‫أَي‬- ‫َوإِ َّن ِم ْن فِ ْتنَتِ ِه‬
‫ك‬ َّ َ‫ يَا بُن‬:‫ فَيَقُوْ الَ ِن‬،‫لَهُ َش ْيطَانَا ِن فِ ْي صُوْ َر ِة أَبِ ْي ِه َوأُ ِّم ِه‬.
َ ُّ‫ي! اِتَّبِ ْعهُ؛ فَإِنَّهُ َرب‬

“Dan di antara fitnahnya -yakni fitnah Dajjal- bahwa dia berkata kepada orang Arab
kampung, ‘Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan bapak dan ibumu
untukmu, apakah engkau mau bersaksi bahwasanya aku adalah Rabb-mu?’ Dia
berkata, “Ya.” Lalu dua syaitan menjelma menjadi bapak dan ibunya, keduanya
berkata, ‘Wahai anakku! Ikutilah dia karena dia adalah Rabb-mu.’” (HR. Ibnu Majah:
4077)
D. Waspadalah, Waktunya Semakin Dekat

24
Hal ini bertambah penting bagi kita yang hidup di hari ini. Sebab, takdir Allah ternyata
mengantarkan kita sebagai umat yang hidup di akhir zaman. Artinya, kita hidup pada
zaman keluarnya Dajjal.

Syaikh Muhammad al-Munajjid pernah ditanya: “Apakah Anda mengira bahwa


munculnya salah satu di antara tiga tanda tadi yaitu Mahdi, Dajjal dan Isa sudah sangat
dekat dan hal itu akan terjadi ketika kita masih hidup?”

Beliau menjawab: “Tentang apakah hal tersebut akan terjadi waktu dekat ini maka
keterangan syariat menunjukkan demikian. Akan tetapi apakah hal itu terjadi dalam
kehidupan kita ataukah setelah itu, maka ini termasuk hal yang ghaib yang tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Allah.” (Islamqa soal no. 3259)
E.Ada Apa Dengan Danau Tiberias?
Danau Tiberias adalah danau air tawar yang terletak di wilayah negara Zionis Yahudi
sekarang. Danau yang satu ini punya tempat tersendiri dalam masalah ini. Karena ia
disebutkan dalam sebuah hadits panjang tentang Dajjal.

Dalam hadits tersebut dikisahkan bagaimana Tamim ad-Dari (sebelum masuk Islam),
seorang pelaut Arab yang beragama Nasrani dihempas badai selama sebulan hingga
terdampar di sebuah pulau dan bertemu dengan Dajjal. Di antara dialognya dengan
Dajjal yaitu:

‫ قَا َل أَ َما إِ َّن َما َءهَا‬.‫ى َشأْنِهَا تَ ْست َْخبِ ُر قَا َل هَلْ فِيهَا َما ٌء قَالُوا ِه َى َكثِي َرةُ ْال َما ِء‬
ِّ َ‫ قُ ْلنَا ع َْن أ‬.‫ال أَ ْخبِرُونِى ع َْن بُ َحي َْر ِة الطَّبَ ِريَّ ِة‬ َ َ‫ق‬
َ ‫ك أَ ْن يَ ْذه‬
‫َب‬ ُ ‫يُو ِش‬

Ia (Dajjal) berkata: ‘Beritahukan padaku tentang danau Thabari.’ Kami (Tamim ad-
Dari dan rombongannya) bertanya: ‘Tentang apanya yang kau tanyakan?’ Ia
menjawab: ‘Apakah ada airya?’ mareka menjawab: ‘Airnya banyak.’ Ia berkata:
‘Ketahuilah, airnya sebentar lagi akan habis.’ (HR. Muslim: 2942)
Maksudnya, jika nanti air danau itu benar-benar habis maka itulah waktu Dajjal
diizinkan oleh Allah untuk keluar menebar fitnah.

Menurut berita terbaru, kedalaman danau ini telah berkurang 16 m dari sebelumnya 43
m. Itu artinya, debit airnya telah menyusut sepertiganya. Makanya, diceritakan bahwa

25
ketika Syaikh Abdul Aziz bin Baz diberi tahu tentang hal itu, beliau menangis sejadi-
jadinya sampai air matanya membasahi jenggot dan baju bagian depannya, kemudian
beliau berkata: “Inilah zaman keluarnya Dajjal”

F.Dajjal Adalah Manusia Nyata Bukan Imajinasi


Rasulullah bersabda:

َ َ‫طافِئَةٌ َكأَنِّى أُ َشبِّهُهُ بِ َع ْب ِد ْال ُع َّزى ْب ِن ق‬


‫ط ٍن‬ َ ُ‫إِنَّهُ َشابٌّ قَطَطٌ َع ْينُه‬

“Dajjal adalah seorang pemuda yang berambut keriting, matanya buta seakan aku
mengumpamakannya dengan Abdul Uzza bin Qathn.” (HR. Ahmad 1/240, 313)

Syaikh al-Albani memberikan keterangan: “Hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa
Dajjal Akbar termasuk manusia, memiliki sifat-sifat manusia, terlebih lagi tatkala Nabi
mengambarkannya seperti sahabat Abdul Uzza bin Qathn. Hadits ini juga merupakan
salah satu dari sekian banyak dalil yang menunjukkan batilnya takwil sebagian
kalangan bahwa Dajjal bukan manusia, melainkan simbol kemajuan bangsa Eropa,
kemegahan serta fitnah mereka.” (Silsilah Ahadits Ash-Shahihah 3/190)
G.Dari Mana Dajjal Muncul Dan Apa Agamanya?
Dajjal akan muncul dari arah timur antara Syam dan Iraq (HR. Muslim :2137),
dikatakan negeri itu adalah Khurasan (HR. Ahmad: 1/4) dan dalam riwayat lain dari
daerah Asbahan. Tidak ada pertentangan antara riwayat-riwayat tersebut. Sebab,
Khurasan dan Ashbahan adalah satu arah yaitu arah bumi sebelah timur.

Agama Dajjal adalah Yahudi sebagaima yang dikuatkan oleh Syaikh Walid bin
Muhammad an-Nashr:

“Yang nampak bagiku bahwa agama Dajjal adalah Yahudi, berdasarkan hadits Ibnu
Shayyad tatkala ia berkata kepada Abu Sa’id al-Khudri: ‘Apa urusanku atasmu,
bukankah Nabi telah mengatakan bahwa Dajjal itu Yahudi, sedangkan aku seorang
muslim.’ (HR. Muslim: 2927) Maka beliau menetapkannya.”

Oleh sebab itu dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Dajjal akan dikuti
oleh  70.000 Yahudi Asbahan. (HR. Muslim: 2944)

26
Faidah dari ceramah beliau di Masjid Namirah, Lamongan Jawa Timur, pada 22 Jumada
Ula 1438H

H.Mayoritas Pengikut Dajjal Adalah Wanita


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َحتَّـى إِ َّن ال َّرج َُل يَرْ ِج ُع إِلَى َح ِم ْي ِم ِه َوإِلَى أُ ِّم ِه‬،‫ فَيَ ُكوْ نُ أَ ْكثَ ُر َم ْن يَ ْخ ُر ُج إِلَ ْي ِه النِّ َسا ُء‬،َ‫يَ ْن ِز ُل ال َّدجَّا ُل فِ ْي هَ ِذ ِه ال َّس ْب َخ ِة بِ ِمرْ قَنَاة‬
‫ َوا ْبنَتِ ِه َوأُ ْختِ ِه َو َع َّمتِ ِه فَيُوْ ثِقُهَا ِربَاطًا؛ َمخَافَةَ أَ ْن ت َْخ ُر َج إِلَ ْي ِه‬.

“Dajjal akan turun (singgah) di Mirqonah (nama sebuah lembah) dan mayoritas
pengikutnya adalah kaum wanita, sampai-sampai ada seorang yang pulang menemui
istri, ibu, putri, saudari dan bibinya kemudian mengikatnya karena khawatir keluar
menuju Dajjal.” (HR. Ahmad: 2/67)
I.Hubungan Erat Antara Yahudi Dan Syi’ah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُ‫يَ ْتبَ ُع ال َّدجَّا َل ِم ْن يَهُو ِد أَصْ بَهَانَ َس ْبعُونَ أَ ْلفًا َعلَ ْي ِه ُم الطَّيَالِ َسة‬

“Akan mengikuti Dajjal 70.000 Yahudi Ashbahan (Iran), mereka mengenakan Thilsan


(jubah yang menutup pundak dan badan)” (HR. Muslim: 2944)
Syaikh Salim bin I’ed al-Hilali berkomentar:

“Mengapa Nabi menyebutkan Yahudi Ashbahan (Iran) secara khusus?! Jawabnya,


karena hubungan yang amat erat antara Yahudi dan Syi’ah. Sejarah mencatat bahwa
kaum Syi’ah sepanjang masa selalu membantu kaum Yahudi untuk menghancurkan
kaum muslimin, tidak seperti yang sering digambarkan oleh media-media penyesat
sekarang yang mengambarkan bahwa kaum Syi’ah mengusir Yahudi dan
memerdekakan negeri dari Yahudi. Demi Allah, semua itu adalah politik dan
kedustaan.” (Kaset Syarh Ushul Sunnah Ahmad bin Hambal no. 9 dinukil
dari Abiubaidah.com)
Inilah sekelumit dari seluk-beluk fitnah Dajjal. Semoga dapat menambah wawasan
keislaman kita. Dan yang terpenting yaitu sebagai usaha kita untuk senantiasa
mengingat-ngingat fitnahnya. Rasulullah pernah bersabda:

27
‫ك اأْل َئِ َّمةُ ِذ ْك َرهُ َعلَى ْال َمنَابِر‬
َ ‫ َو َحتَّى تَ ْت ُر‬،‫اَل يَ ْخ ُر ُج ال َّدجَّا ُل َحتَّى يَ ْذهَ َل النَّاسُ ع َْن ِذ ْك ِر ِه‬

“Dajjal tidak akan keluar hingga manusia lupa mengingatnya dan para imam tidak
menyebutnya lagi di atas mimbar.” (HR. Ahmad: 4/71 )

28
DAFTAR PUSTAKA

Al- Minangkabawi,Zahir.2020. “FITNAH TERBESAR DALAM SEJARAH HIDUP


MANUSIA”. https://maribaraja.com/dajjal-fitnah-besar-di-akhir-zaman/.Diakses 12
Desember 2020.

Apriliandi,R.Andri.2009. “Makalah Tentang Agama Islam | Islam, Iman dan Ihsan”.


http://www.makalahskripsi.com/2014/07/makalah-tentang-agama-islam-islam-
iman.html?m=1.Diakses Pada 11 Desember 2020.

Arda,Tubagus Azmi.2011. “Hadits Amar Maruf Nahi Mungkar”.


https://bagoesaje.wordpress.com/2011/05/04/hadits-amar-maruf-nahi-mungkar/.
Diakses pada 11 Desember 2020.

Fajar,Sodiq.2018. “Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum,


dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya”. https://www.dakwah.id/amar-maruf-nahi-
munkar-urgensi-dalil/. Diakses pada 11 Desember 2020.

Ilham, Mughnifar .2020.“Apa Arti Iman ? – Pengertian dan Penjelasannya Lengkap”.


https://materibelajar.co.id/apa-arti-iman/.Diakses pada 11 Desember 2020.

Islammidia.com, “3 Macam Fitnah Akhir Zaman”, 11 November 2018.


https://islamidia.com/3-macam-fitnah-akhir-zaman/[Diakses,12 Desember 2020)

Muzaqqi, Ahmad.2013. “Makalah Sains dan Islam”.


http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-sains-dan-islam.html?m=1.Diakses
pada 11 Desember 2020.

Penaungu.com. Hadits Tentang Fitnah Akhir Zaman.Hadits Fitnah Akhir Zaman.4


September 2020 [Diakses 12 Desember 2020).Diakses dari
https://penaungu.com/hadits-tentang-fitnah-akhir-zaman/.

29
Pramudia,Teday.2019. “Bagaimana Kondisi Hukum dan Penegakan Hukum di
Indonesia”.
https://www.kompasiana.com/tedaypramudia/5c775788aeebe15c304fe44c/bagaimana-
kondisi-hukum-dan-penegakan-hukum-di-indonesia?page=all.Diakses pada 11
Desember 2020.

Putra,Dian Pratama.2012. “Hubungan Islam dan Sains”.


http://guardyan.blogspot.com/2012/11/hubungan-islam-dan-sains.html?m=1. .Diakses
pada 11 Desember 2020.

Putra,Michael.2016.“Pengertian Iman Kepada Allah –


Fungsi,Cara,Contoh,Hikmah,Makalah”.https://www.sayanda.com/iman-kepada-
allah/.Diakses pada 11 Desember 2020.

Redaksi.2018. “Islam dan Sains; Pandangan Al-Qur’an terhadap Sains”.


https://www.suaraislam.co/islam-dan-sains-pandangan-al-quran-terhadap-sains/.Diakses
pada 11 Desember 2020.

Rizkala,Adam.2020.“Pengertian Ihsan dlam Islam Beserta Dalil dan Contohnya dalam


kehidupan”. https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-ihsan-dalam-
islam.html.Diakses pada 11 Desember 2020.

Redaksi.2012. “Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Mungkar”.https://asysyariah.com/kewajiban-


amar-maruf-nahi-mungkar-2/. Diakses pada 11 Desember 2020.

Sarono, A. (2015). Penegakan Hukum dalam Perspektif Hukum Islam. VALUE


ADDED| MAJALAH EKONOMI DAN BISNIS, 11(2).

Sholihah, Luthfiyani Islami.2020. “Pengertian Hukum Islam Beserta Sumber dan


Tujuan”.https://ayoksinau.teknosentrik.com/hukum-islam/.Diakeses pada 11 Desember
2020.

30

Anda mungkin juga menyukai