Disusun oleh :
Nim : G1D020062
Fakultas/Prodi : MIPA/Matematika
Semester : 1 (satu)
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT. Atas selesainya
tugas kajian islam ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala karunia, rahmat serta hidayah-hidayahnya.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam.
Adapun tujuan dari penulisan dari artikel ini adalah untuk memenuhi tugas pendidikan
agama islam dan juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi yang di
bahas di dalam artikel ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ini.
Saya menyadari, artikel yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada saya maupun pembaca
nantinya.
Nim : G1D020062
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR PUSTAKA 34
iii
I. IMAN, ISLAM, IHSAN
Rosulullah SAW Bersabda:
علَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَ ْو ٍم
َ ُصلَّى هللا َ ِس ِع ْندَ َرس ُْو ِل هللا ٌ بَ ْينَ َما نَحْنُ ُجلُ ْو: ع ْنهُ أَيْضا ً قَا َل
َ ُي هللا َ ضِ ع ْن عُ َم َر َر َ
،ٌ َوالَ يَ ْع ِرفُهُ مِ نَّا أَ َحد،علَ ْي ِه أَثَ ُر ال َّسف َِر
َ الَ ي َُرى،ب َش ِد ْيدُ َس َوا ِد ال َّش ْع ِر ِ َعلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِد ْيدُ بَي
ِ اض الثِيَا َ ِْإذ
َ طلَ َع
يَا:َعلَى فَخِ ذَ ْي ِه َوقَال َ س ِإلَى النَّ ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم فَأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَتَ ْي ِه ِإلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو
َ ض َع َكفَّ ْي ِه َ ََحتَّى َجل
ُ اْ ِإل سِ الَ ُم أَ ْن تَ ْش َهدَ أَ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا: هللا صلى هللا عليه وسلم َ ُم َح َّمد أَ ْخ ِبرْ نِي
ِ فَقَا َل َرس ُْو ُل،ع ِن اْ ِإل ْسالَ ِم
َ َضانَ َوتَ ُح َّج ْال َبيْتَ ِإ ِن ا ْست
طعْتَ ِإلَ ْي ِه ُ َالزكاَةَ َوت
َ ص ْو َم َر َم َّ ِيَ صالَةَ َوتُؤْ ت ِ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َرس ُْو ُل
َّ هللا َوت ُ ِقي َْم ال
ِ أَ ْن تُؤْ مِنَ ِبا: ان قَا َل
لل َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َ فَأ َ ْخ ِبرْ نِي:َ قَال،ُص ِدقُه
ِ ع ِن اْ ِإل ْي َم َ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َي ْسأَلُهُ َو ُي، َص َد ْقت
َ : ال َقا َلً َس ِب ْي
:َ قَال،ان َ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي، َصدَ ْقت
ِ ع ِن اْ ِإلحْ َس َ قَا َل.ِس ِل ِه َو ْاليَ ْو ِم اآلخِ ِر َوتُؤْ مِنَ بِ ْالقَد َِر َخي ِْر ِه َوش َِره
ُ َوكُتُبِ ِه َو ُر
َ َما ْال َم ْسؤ ُْو ُل:َ قَال،ِعة
ع ْن َها َ ع ِن السَّا َ فَأ َ ْخبِرْ نِي:َ قَال. َأَ ْن تَ ْعبُدَ هللاَ َكأَنَّكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم تَكُ ْن ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك
َ قَا َل أَ ْن تَ ِلدَ اْأل َ َمةُ َربَّتَ َها َوأَ ْن ت ََرى ْال ُحفَاةَ ْالعُ َراةَ ْالعَالَة،اراتِ َها
َ ع ْن أَ َم
َ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي.بِأ َ ْعلَ َم مِنَ السَّائِ ِل
: ُ يَا عُ َم َر أَتَد ِْري َم ِن السَّائِ ِل ؟ قُ ْلت: ث ُ َّم قَا َل،طلَقَ فَلَبِثْتُ َم ِليًّا ِ َاولُ ْونَ فِي ْالبُ ْني
َ ث ُ َّم ا ْن،ان َ طَ َعا َء ال َّشاءِ يَت
َ ِر
]] [رواه مسلم1[ . قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتـَاكُ ْم يُعَ ِل ُمكُ ْم ِد ْينَكُ ْم. هللاُ َو َرس ُْولُهُ أَ ْعلَ َم
“ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang
laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam,
tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun
diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi
lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku
tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “
Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah)
selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “,
kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan
aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah
1
kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka
Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya
“, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “
Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada
kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “ (Riwayat Muslim).
2
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah
Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam
rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna
dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
Keenam Rukun Iman tersebut adalah:
1) Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan
beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung
sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
2) Beriman kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah
untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah
telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk
beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.
3) Beriman kepada Kitab-kitab
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-
Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab
taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa,
Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi
Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
4) Beriman kepada para Rasul
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama
adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu
adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka
adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah
telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi
sesudahnya.
5) Beriman kepada Hari Akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah
membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang
penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman
3
kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi
setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
6) Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua
yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang
terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah
diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang
telah menghendaki dan menciptakannya.
2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata
kerja اسلم – يسلم – اسالماYang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera,
tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti
: kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk
kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela,
selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu
pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada
Allah.
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
b. Ab A’la al Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya
seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti
sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.
c. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada
Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada
Hukum-Nya.
4
lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan
sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat,
memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
3. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu : احسن
– يحسن – احسا ناartinya : ( فعل الحسنPerbuatan baik ).
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
a. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh
Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam
sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.
b. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang
hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk
dan sebagainya
QS Al-Maidah ayat 3 :
ليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم االسال م دينا
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah
menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah
agama yang benar bagi kalian”.
QS Ali-Imron ayat 19 :
5
ٰ اإل
سل ُم ِ َّ َِإنَّ الدينَ عِند
ِ َّللا
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan
kata addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan
Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang
membuat seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah
dengan menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh
syariat Islam.
6
seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka
titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati”.
7
B. Pendidikan Sains yang Relevan dengan Ajaran Islam
Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman
modern ini, yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara
Barat), sehingga segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Tapi, kita
sebagai kaum Muslimin harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama
Islam, meskipun pada kenyataannya kita juga harus menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.
Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan
sains tidak ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk
mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah
SAW.
Artinya :
Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap
orang Islam laki-laki dan perempuan”.
8
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa ajaran Islam juga
mencakup tentang pendidikan sains yang notabennya adalah ilmu yang
berguna bagi kehidupan (dunia) manusia.
Tapi, disini, ilmu (sains) yang dipelajari haruslah bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, menyejahterakan umat, mensyiarkan
ajaran-ajaran agama Islam. Tidak dibenarkan, apabila ada orang Islam yang
menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk mengejar pangkat, mencari gelar,
dan keuntungan pribadi. Selain itu, ilmu yang telah didapat harus disebarkan
(diajarkan kepada orang lain) dan diamalkan (tingkah lakunya sesuai dengan
ilmunya).
Bila seseorang dapat melakukan ketiga hal tersebut, maka derajat
orang tersebut diangkat oleh Allah dan disamakan dengan orang-orang yang
berjuang di medan perang (berjihad di jalan Allah). Tentu kita sebagai
hambaNya menginginkan hal tersebut.
Tapi, untuk mendapatkan bentuk sains yang seperti ini, hampir tidak
mungkin, bila dilihat dari kesadaran dan pemahaman kaum Muslimin
sekarang. Bila dilihat, mereka lebih banyak meniru dan menganut pendapat-
pendapat ilmuwan Barat, yang sudah jelas-jelas salah. Ini sangat ironis, karena
Islam yang dulu pernah menguasai ilmu pengetahuan dunia, kini malah
meniru dan berkiblat kepada sains Barat, tanpa berusaha mencari kebenaran
sains yang hakiki.
9
aktivitas manusia, yang tentunya sains termasuk di dalamnya. Dan bila diulas
kembali makna sains sebagai metode yang rasional dan empiris untuk
mempelajari fenomena alam, maka menggali ilmu sains dalam Islam adalah
satu-satunya cara untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang
Sang Pencipta, dan menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat Islam. Ia
sendiri tidak akan berakhir. Oleh karena itu, sains tidak dipelajari untuk sains
itu sendiri, akan tetapi untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. dengan
mencoba memahami ayat-ayatNya.
Dalam dunia sains, konsep sains seperti ini sering disebut sebagai
konsep sains Islam, yang notabennya adalah ilmu sains yang dalam
mempelajarinya tidak akan pernah bertentangan dengan hukum dan ajaran
Islam. Karena sains itu sendiri dijadikan sarana untuk beribadah kepadaNya,
Sang Maha Pemilik Ilmu.
10
seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan
modern, selayaknya dia merenungkan al-Qur’an”. Selanjutnya beliau
menambahkan: “Ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam karya-karya dan
sifat-sifat Allah, dan al-Qur’an adalah penjelasan esensi, sifat-sifat, dan
perbuatan-Nya. Tidak ada batasan terhadap ilmu-ilmu ini, dan di dalam al-
Qur’an terdapat indikasi pertemuannya (al-Qur’an dan ilmu-ilmu)”.
11
yang tidak sesuai dengan al-Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama
yang diciptakan Allah adalah Nabi Adam AS.
Artinya :
"......... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
12
orang-orang yang melanggar undang-undang dan norma hukum yang
mengatur masyarakat tempat anggota penegakan hukum tersebut berada.
13
Pertama, memutuskan perkara secara adil. Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang menjadi hakim lalu menghukumi dengan adil, niscaya ia
akan dijauhkan dari keburukan." (HR Tirmidzi).
Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat
penegak hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan keadilan.
Wallahu a'lam.
14
kepada Rasulullah. Ternyata usaha Usamah gagal total. Rasulullah justru
menghardik dan memberi peringatan keras kepadanya untuk tidak pandang
bulu dalam menegakkan hukum.
Kasus itulah yang menjadi latar belakang sabda Rasulullah SAW dalam
salah satu hadisnya, “Kalau Fatimah, putriku, mencuri, pastilah akan aku
potong tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ada sejumlah ayat dalam alquran yang secara jelas dan tegas
memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya.
Ini membuktikan bahwa keadilan merupakan salah satu isu penting yang
diperhatikan dalam islam. Sebagai seorang muslim, tentu saja kita harus bisa
menyerap pesan-pesan keadilan yang tersebar dalam ayat-ayat alquran.
Berikut ini beberapa ayat alquran tentang perintah menegakkan hukum secara
adil yang penting untuk kita ketahui.
يرا
ً ص َ َّ َّبِ ِه إِن
ِ ََّللا كَانَ َسمِ يعًا ب
َ علَى أَ ْنفُسِ كُ ْم أَ ِو ْال َوا ِلدَي ِْن َو ْاْل َ ْق َربِينَ إِ ْن يَكُ ْن
غنِيًّا أَ ْو َ ّلِل َولَ ْو ُ ِيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا كُونُوا قَ َّوامِ ينَ بِ ْال ِقسْط
ِ َّ ِ ش َهدَا َء
يرا َ َّ ََّاّلِل أَ ْولَى ِب ِه َما ف َََل تَتَّ ِبعُوا ْال َه َوى أَ ْن تَ ْع ِدلُوا َو ِإ ْن ت َْل ُووا أَ ْو ت ُ ْع ِرضُوا فَإِن
ً َّللا كَانَ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِب ً فَق
ُ َّ ِيرا ف
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua
orangtua dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatan (untuk kebaikannya). Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan untuk menjadi saksi, maka ketahuilah
15
bahwa Allah Mahateliti terhadap segala sesuatu yang kamu kerjakan. – (Q.S An-
Nisa: 135)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan karena
Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
(adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. – (Q.S Al-
Maidah: 8)
Mereka sangat suka mendengar berita bohong, lagi banyak memakan (makanan)
yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk
meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari
mereka. Dan jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan
membahayakanmu sedikit pun, tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka),
maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
adil. – (Q.S Al-Maidah: 42)
ُ شدَّهُ َوأَ ْوفُوا ْال َك ْي َل َو ْالمِ يزَ انَ بِ ْال ِقسْطِ ََل نُكَل
ِف نَ ْفسًا إِ ََّل َ َو ََل تَ ْق َربُوا َما َل ْاليَت ِِيم إِ ََّل بِالَّتِي ِه
ُ َي أَحْ َسنُ َحتَّى يَ ْبلُ َغ أ
َصاكُ ْم ِب ِه لَ َعلَّكُ ْم تَذَ َّك ُرون ِ َّ ُو ْس َع َها َو ِإذَا قُ ْلت ُ ْم فَا ْع ِدلُوا َولَ ْو كَانَ ذَا قُرْ بَى َو ِب َع ْه ِد
َّ َّللا أَ ْوفُوا ذَ ِلكُ ْم َو
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
serta timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan
menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya
sekalipun dia kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia
memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.” – (Q.S Al-An’am: 152)
16
ِ ْعلَى َم ْو ََلهُ أَ ْينَ َما ي َُو ِج ْههُ ََل يَأ
ت َ َّللا َمثَ ًَل َر ُجلَي ِْن أَ َحدُهُ َما أَ ْب َك ُم ََل يَ ْقد ُِر
ْ علَى َش
َ يءٍ َوهُ َو َك ٌّل ُ َّ ب َ ض َر
َ َو
ِْب َخي ٍْر هَل
Dan Allah (juga) membuat perumpamaan dua orang laki-laki, salah seorang dari
keduanya adalah seorang yang bisu, ia tidak dapat berbuat sesuatu dan dia
menjadi beban bagi penanggungnya, ke mana saja ia disuruh (oleh
penanggungnya itu), ia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan.
Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan ia berada
di jalan yang lurus?. – (Q.S An-Nahl: 76)
َع ِن ْالفَحْ شَاءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِعظُكُ ْم لَعَلَّكُ ْم تَذَ َّك ُرون
َ ان َو ِإيتَاءِ ذِي ْالقُرْ بَى َويَ ْن َهى ِ ْ َّللا يَأْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو
ِ اْلحْ َس َ َّ َِّإن
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberimu pengajaran agar kamu dapat
mengambil pelajaran. – (Q.S An-Nahl: 90)
َصابِ ِرين َ عاقَ ْبت ُ ْم فَعَاقِبُوا بِمِ ثْ ِل َما عُوقِ ْبت ُ ْم بِ ِه َولَئ ِْن
َّ صبَرْ ت ُ ْم لَ ُه َو َخي ٌْر لِل َ َوإِ ْن
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang serupa dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar. – (Q.S An-Nahl: 126)
ب َوأُمِ رْ تُ ِْل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ُم ُ َّ فَ ِلذَلِكَ فَادْعُ َوا ْستَ ِق ْم َك َما أُمِ رْ تَ َو ََل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َوقُلْ آ َم ْنتُ بِ َما أَ ْنزَ َل
ْ َّللا
ٍ مِن ِكتَا
ُ َّ
َّللا
ير
ُ صِ َّللا يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا َوإِلَ ْي ِه ْال َم
ُ َّ َربُّنَا َو َربُّكُ ْم لَنَا أَ ْع َمالُنَا َولَكُ ْم أَ ْع َمالُكُ ْم ََل ُح َّجةَ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَكُ ُم
17
Karena itu, serulah (mereka untuk beriman) dan istiqamahlah sebagaimana
diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah
dan aku diperintahkan untuk berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. Bagi kami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan-amalan
kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.” – (Q.S As-Syura:
15)
dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu. – (Q.S Ar-Rahman: 9)
ٌ ْاس بِ ْال ِقسْطِ َوأَ ْنزَ ْلنَا ْال َحدِيدَ فِي ِه بَأ
ٌس َشدِيد َ َُاب َو ْالمِيزَ انَ ِليَق
ُ َّوم الن َ ت َوأَ ْنزَ ْلنَا َمعَ ُه ُم ْال ِكت
ِ سلَنَا بِ ْالبَيِنَا
ُ لَقَدْ أَرْ َس ْلنَا ُر
ٌ ع ِز
يز ٌّ َّللا قَ ِو
َ ي ِ سلَهُ ِب ْالغَ ْي
َ َّ َّب ِإن ُ ص ُرهُ َو ُر ُ َّ اس َو ِليَ ْعلَ َم
ُ َّللا َم ْن يَ ْن ِ ََّو َمنَافِ ُع لِلن
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata
dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang memiliki kekuatan, hebat
dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. – (Q.S Al-Hadid: 25)
18
Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan
kehendak-Nya.
Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah,
yaitu Azas kemudahan atau meniadakan kesulitan. Dari azas hukum
tersebut terumuskan kaidah-kaidah hukum ibadah sebagai berikut: Al-
ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’: yaitu pada pokoknya ibadah itu tidak
wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti apa saja
yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
3. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mizan atau
keseimbangan. Kata keadilan dalam al-Qur’an kadang samakan dengan al-
qist. Pembahasan keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan
hukum atau kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam
meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai sebagai prinsip
moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah ditujukan
bukan karena esensinya, sebab Allah tidak mendapat keuntungan dari
ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemadaratan dari perbuatan maksiat
manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai jalan untuk
memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat membawa kebaikan
bagi individu dan masyarakat.
4. Prinsip Kebebasan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama
atau hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan
penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip
hukum Islam adalah kebebasan dalam arti luas yang mencakup berbagai
macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal.
Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan
dalam beragama.
5. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi
Madinah (al-Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan
penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini
merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum
19
Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak
pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.
7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang
menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya , tegasnya
toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.
Dari prinsip-prinsip tersebut, perlu kita pahami bahwa hukum Islam dapat
menciptakan masyarakat Rabbani
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan
syariat yang meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak
negatif bagi kehidupan manusia.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena
posisinya sebagai landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka
adalah orang-orang fasik.” (Ali Imran: 110)
20
yang ma’ruf, yaitu tauhid yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan
menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.
Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-
Nya adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah
perkara yang mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar
ma’ruf nahi mungkar ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum
mukminin secara menyeluruh.
Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang
mampu dan tidak ada lagi yang menegakkannya. Al-Imam an-
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amar ma’ruf nahi mungkar menjadi
wajib ‘ain bagi seseorang, terutama jika ia berada di suatu tempat yang tidak
ada seorang pun yang mengenal (ma’ruf dan mungkar) selain dirinya; atau
jika tidak ada yang dapat mencegah yang (mungkar) selain dirinya. Misalnya,
saat melihat anak, istri, atau pembantunya, melakukan kemungkaran atau
mengabaikan kebaikan.” (Syarh Shahih Muslim)
21
kemungkaran begitu banyak, dan kebodohan mendominasi, seperti keadaan
kita pada hari ini, maka dakwah (mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan
umat dari kejelekan) menjadi fardhu ‘ain bagi setiap orang sesuai dengan
kemampuannya.”
ان ِْ ف
ِ اْلي َم ْ ََم ْن َرأَى مِ ْنكُ ْم ُم ْنك ًَرا ف َْليُغَ ِيرْ ُه ِب َي ِد ِه فَإِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِب ِل َسانِ ِه فَإِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َو َذلِكَ أ
ُ ض َع
“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu,
dengan hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim no. 70 dan lain-lain).
“(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha
Pengampun.” (al-Mulk: 2)
22
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah ibadah, ketaatan, dan amal saleh. Karena
itu, harus dilakukan dengan benar dan penuh keikhlasan agar menjadi amalan
saleh yang diterima. Al-Imam Fudhail Ibnu Iyadh rahimahullah
mengemukakan bahwa suatu amalan meskipun benar tidak akan diterima jika
tidak ada keikhlasan, begitu pun sebaliknya. Keikhlasan berarti semata-mata
karena Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan kebenaran berarti harus berada
di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu yang harus dimiliki
meliputi tiga hal, antara lain: Mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar serta
dapat membedakan antara keduanya; Mengetahui dan memahami keadaan
objek yang menjadi sasarannya; serta mengetahui dan menguasai metode atau
langkah yang tepat dan terbaik sesuai dengan petunjuk jalan yang lurus
(ketentuan syariat). Tujuan utamanya adalah supaya tercapai maksud yang
diinginkan dari proses amar ma’ruf nahi mungkar dan tidak menimbulkan
kemungkaran yang lain.
Syarat kedua: Lemah lembut dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar.
Penyambutan yang baik, penerimaan, dan kepatuhan adalah harapan yang
tidak mustahil apabila proses amar ma’ruf nahi mungkar selalu dihiasi oleh
kelembutan.
23
“Tidaklah sikap lemah lembut itu ada dalam sesuatu, melainkan akan
menghiasinya, dan tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut dari sesuatu,
melainkan akan menghinakannya.” (HR. Muslim no. 4698, Abu Dawud no.
2119, dan Ahmad no. 23171, 23664, 23791)
24
kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala).” (al-Ahqaf:
35)
25
Mereka mengatakan bahwa kata مِن ْ dalam ayat مِ ْنكُ ْمuntuk penjelas dan
bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian
semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu:
َ َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُونMenegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka
yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan
tersebut hukumnya fardhu ‘ain. Oleh karena itu memiliki sifat-sifat
tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah disebutkan:
َب لَكَانَ َخي ًْرا لَّ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ مِ نُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَاسِ قُون
ِ أَ ْه ُل ْال ِكتَا
26
Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf nahi mungkar fardhu
kifayah. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang
menyatakan secara tegas adalah Abu Bakr Al-Jashash [12] , Al-Mawardiy,
Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al Ghozaliy, Ibnul Arabi, Al Qurthubiy [13],
Ibnu Qudamah [14], An-Nawawiy [15] , Ibnu Taimiyah [16] , Asy-
Syathibiy [17] dan Asy-Syaukaniy [18].
َْال ُم ْف ِلحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali
Imran:104]
27
sekelompok kaum mukminin dan tidak semuanya untuk menuntut
ilmu. Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut
yang bertanggung jawab memberi peringatan, bukan seluruh kaum
muslimin. Demikian juga jihad, hukumnya fardhu kifayah.
28
terlaksananya fardhu kifayah ini dengan terwujudnya pelaksanaan
kewajiban tersebut. Sehingga apabila kewajiban tersebut belum
terwujud pelaksanaannya oleh sebagian orang, maka seluruh kaum
muslimin terbebani kewajiban tersebut.
Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan
melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih
dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain
hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku
fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin
seluruhnya. Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya
dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan
akan berdosa seluruhnya.
in Ishaq telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu Yunus dari Abu
Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "celaka bagi
bangsa Arab, telah dekat munculnya fitnah seperti gelapnya malam, di pagi hari
seseorang dalam keadaan mukmin dan sore hari telah menjadi kafir, orang-orang
menjual agamanya dengan kenikmatan dunia, pada hari itu sedikit yang
berpegang dengan agamanya, seperti seorang yang memegang bara api, -atau
beliau mengatakan: - "seperti memegang duri." Hasan menyebutkan dalam
haditsnya, "menginjak duri." (HR. Ahmad)
Sementara yang dimaksud fitnah menurut ibnu arabi dalam linasul arab bahwa
fitnah adalah :
29
Fitnah adalah cobaan, Fitnah adalah ujian, harta adalah harta, anak-anak adalah
fitnah, kekafiran adalah fitnah, Fitnah itu bisa pula adalah perbedaan pendapat
manusia. Intinya fitnah itu adalah segala hal yang dapat menjadikan manusia
berselisih dan menjauh dari kebenaran agama.
ج ْالقَتْ ُل
ُ ْج َو ْال َهر
ُ ْع ِة َْلَيَّا ًما َي ْن ِز ُل فِي َها ْال َج ْه ُل َويُرْ فَ ُع فِي َها ْالع ِْل ُم َو َي ْكث ُ ُر فِي َها ْال َهر ْ ِإنَّ َبيْنَ َيد.
َ َي السَّا
Dari Anas bin Malik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara dekatnya hari kiamat,
hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid akan
dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.
Bencana bencana yang terjadi di akhir zaman adalah fitnah bagi umat manusia
terkhusus kaum muslimin. Bencana wabah covid-19 adalah bagian dari fitnah
akhir zaman. Kenapa demikian ?. Hal ini karena covid- 19 telah menebarkan
banyak fitnah ( seperti pembunuhan, kematian yang mendadak serta rusaknya
nama islam yang dilakukan baik oleh ummat Islam sendiri maupun uumat di luar
Islam).
Perhatikan bagaimana Covid- 19 telah menjadi bagian dari fitnah Akhir Zaman
30
ini. Bahkan semuanya dapat difitnah dengan covid-19. Perhatikan bagaimana
masjid ditutup dengan alasan covid. Setiap malam yang biasanya banyak ummat
berkumpul untuk pengajian, saat ini dilarang dengan alasan covid. Orang yang
sakitpun di fitnah dengan covid bahkan orang yang sehat pun juga dapat difitnah
dengan covid. Tidak luput pula seseorang yang mati baik-baik di dalam masjid
ataupun mati mendadak pun saat duduk-duduk di alun-alun pun dapat di fitnah
covid dan ditangani dengan menggunakan prosedur penanganan covid dengan
alasan sebagai langkah preventif. Sehingga seakan kita sulit membedakan antara
tindakan kesiagaan dengan kepanikan (fobia) yang akhirnya menjadikan
kecemasan dan kepanikan sosial yang semakin meluas. Lebih mengerikan lagi
adalah hubungan antar masyarakat yang semakin mulai renggang sebab mereka
dilanda perasaan saling curiga. Disaat seseorang bertemu dan ada seseorang yang
ingin bersalaman maka tiba-tiba dalam pikirannya muncul perasaan "jangan-
jangan" orang tersebut akan menularkan virus corona.
Fitnah covid-19 ini pun juga telah masuk ke tempat-tempat suci kaum muslimin
yaitu masjid. Shalat berjamaah di masjid dicurigai akan dapat menularkan virus
corona, hingga shaf shalat dibuat berjarak, sekalipun hal ini bisa jadi
menyinggung Allah swt, karena seakan mempersepsi buruk atas aturan Allah dan
Rasul-Nya untuk meluruskan dan merapatkan shaf sholat. Sementara seorang
muslim yang hendak melakukan shalat pastinya telah bersuci, berwudhu,
berpakaian yang bersih rapi, bahkan masjid pun setiap waktu selalu dalam
keadaan bersih dan suci, namun tetap saja di fitnah dengan fitnah covid-19 ini.
Covid-19 telah benar-benar menjadi alat fitnah terbesar bagi ummat manusia
wabilkhusus terhadap ummat Islam. Sehingga banyak aturan-aturan Allah dan
rasulnya yang tidak diindahkan dan bahkan dijauhi serta dilanggar. Pertanyaannya
adalah benarkah virus ini benar-benar sangat mematikan hingga sedemikian
menakutkannya ? ataukah ketakutan dan kepanikan kitalah sesungguhnya yang
jauh lebih mengerikan ?. Marilah bertindak lebih rasional upaya menguatkan
kesabaran dan ketawakalan kepada Allah dalam menghadapi setiap bencana agar
tindakan tindakan kita dalam menghadapi bencana termasuk wabah pandemi
covid-19 ini benar-benar terarah dan menemukan solusi secara tepat dengan
arahan rasionalitas dan spiritualitas.
Ustaz Rahmat mengatakan, pada akhir zaman ini kehidupan sudah tidak bisa
31
dikontrol lagi. Banyak hal-hal buruk bercampur ke dalam kehidupan seperti
pergaulan bebas, narkoba, bahkan aliran sesat juga banyak muncul.
"Beruntunglah kita menjadi umat akhir zaman. Mengapa demikian? Ada beberapa
sebab mengapa kita beruntung dan mesti bersyukur dijadikan sebagai umat akhir
zaman. Salah satunya adalah dengan menjadi umat akhir zaman berarti kita semua
adalah umatnya Baginda Nabi Muhammad SAW ," kata Beliau.
Fitnah dalam bahasa Arab bisa berarti ujian keimanan, fitnah atau huru hara atau
menuduh tanpa bukti. Allah Ta'ala berfirman: "Apakah manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah Beriman' dan
mereka tidak diuji?' (QS Al-Ankabut: 2)
Salah satu fenomena akhir zaman, orang yang berkata jujur didustakan, para
pendusta dibenarkan. Para pengkhianat suatu kaum, suatu bangsa menjadi
pemimpin suatu bangsa.
32
3. Munculnya suatu kelompok yang merasa paling baik.
4. Umat akhir zaman akan hancur di tangan ulama-ulama yang menjual agama
untuk kepentingannya.
2. Periode Sakit.
Loyalitas umat berporos pada orang (bangsa, negara, suku, kabilah, kelompok,
keluarga atau bahkan individu manusia).
3. Periode Kematian.
Loyalitas umat berporos pada benda (materialistis). Tolok ukur yang
berkembang di masyarakat adalah kekayaan duniawi. Masa ini diwakili oleh
masa setelah runtuhnya khilafah Turki Utsmani Tahun 1924. Seseorang
dihormati dan didengar karena pangkat, jabatan dan kekayaannya, bukan
karena ketakwaannya.
Pada akhir zaman akan lahir generasi-generasi yang jelek. Apabila ingin anak
yang baik dan saleh/salehah, maka orang tuanya dulu yang harus memperbaiki
diri, orang tuanya dulu yang harus saleh dan salehah.
Usia 0-5 tahun, Ibulah yang membentuk seorang anak. Usia yang sangat tepat
untuk membentuk akidah anak kita, perdengarkan ayat-ayat Alqur'an. Usia 6-
12 tahun, ajarkan iman dan Alqur'an. Setelah usia 12 tahun, titipkan anak kita
pada guru-guru yang memiliki ilmu yang mumpuni.
33
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786489-pengertian-filsafat-sains/log
http://my.opera.com/ilmyaku/blog/2009/11/04/sains-dalam-islam
http://sains4kidz.wordpress.com/2009/07/19/definisi-sains/
http://www.junaidi.co.cc/2010/03/pengertian-sains-teknologi-dan-seni.html
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
https://kalam.sindonews.com/berita/1457803/69/cara-menjaga-diri-dan-keluarga-dari
fitnah-akhir-zaman?showpage=all
https://kanal24.co.id/read/covid-19-dan-fitnah-akhir-zaman
https://www.researchgate.net/publication/335339304_Fitnah_Akhir_Zaman
34