Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman Bahasa Indonesia Modul 4

&5

Disusun oleh:
Muhammad Gilang Ariyana
0620101021
Universitas Widyatama Bandung
Fakultas Teknik
Prodi Informatika
MODUL 4
Materi

I. Diksi
A. Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya ketepatan penutur atau pemakai bahasa dalam
menyampaikan atau menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pemilihan kata, ada dua
persyaratan yang harus dipenuhi (Arifin, Zaenal, 2002), yaitu:
1. Ketepatan, yaitu kata-kata yang dapat mengunkapkan dengan tepa tapa yang ingin di
sampaikan dengan catatan apa yang di sampaikan harus dipahami oleh lawan bicara.
2. Kesesuiain, yaitu menuntut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan
kesempatan dan keadaan pembaca/pendengar.

Sosiokomunikasi ITB (2007) bahwa diksi dapat dartikan pula sebagai tata kata yang
didalamnya mempunyai dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk
merujuk pada wujud visual bahasa, sedang aspek makna merujuk pada pengertian yang
ditimbulkan oleh wujud visual bahasa itu.

B. Aspek Bentuk
Memperhatikan aspek bentuk dalam diski kata adalah memperhatikan pola kata
dalam penggunaanya untuk menyampaikan pesan. Pembentukan kata terdiri dari
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia itu sendiri dan pembentukan kata yang berasal
dari bahasa asing.
1. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
a. Pembentkan Kata dengan Imbuhan (Afiksasi)
Awalan (prefiks): me-, ber-, ke-, di-, se-, ter-, pe-, dan per-. Sisipan(infiks): -er-,
-el-, -em-. Akhiran (sufiks): -an, -kan, -i. Awalan akhiran (konfiks/simulfiks): ber-kan, ber-
an, peran, pe-an, per-i, me-kan, me-i, memper-i, memper-kan.
Contoh:
1) Awalan me(N)-
Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat
mengakibatkan munculnya bunyi sengau atau bunyi hidung dapat pula tidak. Hal
tersebut bergantung pada bunyi awal bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut.
me(N)- + buat → membuat
me(N)- + pakai → memakai
Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah
menjadi menge-, misalnya, dalam contoh berikut.
me(N)- + cap → mengecap
me(N)- + pak → mengepak
me(N)- + tik → mengetik
Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli
awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita perhatikan
contoh berikut.
di- + pak → dipak
di- + tik → ditik
di- + cap → dicap
2) Awalan pe(N)- dan pe(R)-
Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)-. Kata
benda yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-.
Awalan pe(N)- memiliki variasi pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi
tersebut muncul bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)-.
pe(N)- + rusak → perusak
pe(N)- + laku → pelaku
pe(N)- + beri → pemberi
Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut
muncul sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-.
pe(R)- + dagang → pedagang
pe(R)- + kerja → pekerja
pe(R)- + tapa → pertapa
pe(R)- + ajar → pelajar
3) Prefiks me- atau pe- pada kata dasar berkonsonan awal /k/, /p/, /t/, /s/, dan
vocal.
karang = mengarang/pengarang, konsep = mengonsep/pengonsep
putar = memutar/pemutar, populer = memopuler(kan)/pemopuler
proklamasi = memproklamasi(kan)/pemroklamasi(an)
tender = menender(kan)/penender, tertib = menertib(kan)/penertib
suntik = menyuntik/penyuntik, seleksi = menyeleksi/penyeleksi
ubah = mengubah/pengubah, orbit = mengorbit/pengorbit
4) Awalan ber(R)-
Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-. Variasi tersebut
muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam contoh berikut.
be(R)- + usaha → berusaha
be(R)- + diskusi → berdiskusi
be(R)- + korban → berkorban
Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan sebagai kata
berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti mempunyai uang; ber- dan
ruang berarti memiliki ruang’. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat
dalam konteks kalimat.
5) Awalan te(R)-
Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul
sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki
tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling. Kedua,
menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam
contoh di bawah ini.
te(R)- + dengar → terdengar
te(R)- + pandai → terpandai
te(R)- + rasa → terasa
te(R)- + kerjakan → tekerjakan
te(R)- + perdaya → teperdaya
te(R)- + percaya → tepercaya
6) Prefiks ber-, ter-, dan per-.
ber- + ajar = belajar (jadi bel-) per- + ajar = pelajar (jadi pel)
ber- + rantai = berantai (jadi be-) ber- + serta = beserta (jadi be-)
ter- + cermin = tecermin (jadi te-) ter- + percik = tepercik (jadi te-)
7) Konfiks pe(N)-an dan pe(R)-an
Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan
dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata benda
yang dibentuk dengan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan
dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut:
pe(N)- + rusak + -an → perusakan
pe(N)- + lepas + -an → pelepasan
pe(N)- + tatar + -an → penataran
Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang tidak
sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan,
penyucian (kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan.
8) Akhiran -an dan Konfiks ke-an
Kata benda yang mengandung akhiran -an umumnya menyatakan hasil,
sedangkan kata benda yang mengandung konfiks ke-an umumnya menyatakan hal.
Untuk memperjelas uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut.
1. Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.
2. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah
media massa.

Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya
seperti contoh berikut.

1. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran beliau


disana disambut dengan berbagai kesenian tradisional.
2. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. Keterlambatan itu menyebabkan
mereka mendapatkan nilai jelek.
9) Kata Kerja Bentuk me(N)- dan me(N)-kan
Akhiran -kan dan -i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek
kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi
akhiran -kan atau -i.
1. Beliau sedang mengajar di kelas.
2. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia.
3. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.
4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
10) Awalan ke-
Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan
tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan.
1. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat.
2. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.
Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai
bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu.
Dalam situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut.
1. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.
Seharusnya:
2. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil.
11) Akhiran Lain
terdapat pula beberapa akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan,
-man, dan -wati dari bahasa Sanskerta; akhiran -i, -wi, dan -iah dari bahasa Arab.
Akhiran -wan dan -wati produktif, sedangkan akhiran -man tidak demikian. Akhiran
-wi lebih produktif daripada akhiran -i dan -iah. Akhiran -wi tidak hanya terdapat
dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga terdapat dalam bentukan dengan bentuk
dasar bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa contoh kata berikut.
Karyawan
karyawati
olahragawan
olahragawati
kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor
tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat
menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang
mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata
dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
A. Pembentukan kata dengan pengulangan
Contoh : metode-metode, pembangunan-pembangunan, bolak-balik
B. Pembentukan kata dengan pemajemukan/penggabungan
Contoh : pembebastugasan, membebastugaskan, dibebastugaskan
C. Pembentukan kata dengan pemajemukan dan pengulangan
Contoh: rumah sakit = rumah sakit-rumah sakit/rumah-rumah sakit
D. Pola pembentukan kata
- tulis, menulis, penulis, penulisa, tulisan
- tani, bertani, petani, pertanian
- satu, bersatu, mempersatukan, pemersatu, persatuan
2. Pembentukan Kata dari Bahasa Asing
a. Diserap langsung
Misal: bank, opname, golf
b. Disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia
Misal: subject – subjek, apotheek – apotek, standard – standar, university –
universitas.
c. Diterjemahkan
Misal: starting point – titik tolak, meet the press – jumpa pers, up to date – mutakhir,
frame of thinking – kerangka piker
d. Diambil istilah seperti aslinya
Misal: de facto, status quo, cumlaude,

C. Aspek Makna
1. Makna Denotatif dan Konotatif
a. Makna denotatif, adalah makna yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa adanya.
b. Makna konotatif, adalah makna asosiatif, makna yang timbul akibat dari sikap sosial,
sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada makna konseptual.
2. Makna Umum dan Khusus
a. Makna umum, adalah kata yang acuannya lebih luas.
b. Makna khusus, adalah kata yang acuannya lebih khusus.
3. Makna Konkret dan Abstrak
a. Makna konkret, adalah kata yang acuannya mudah diserap oleh pancaindra.
b. Makna abstrak, adalah kata yang acuannya tidak mudah diserap oleh pancaindra.
4. Makna Meluas dan Menyempit
a. Makna Meluas (peyoratif), adalah kata yang mengalami perubahan makna tertentu
menjadi lebih luas
b. Makna Menyempit (amelioratif), adalah kata yang mengalami perubahan makna
yang lebih luas menjadi menyempit.
5. Sinonim, Homofon, dan Homograf
a. Sinonim, adalah dua kata atau lebih yang mempunyai makna sama.
b. Homofon, adalah kata yang sama bunyi, tetapi berbeda arti.
c. Homograf, adalah kata yang sama huruf, tetapi berbeda arti.

MODUL 5
Tata Kalimat

1. Pengertian Kalimat
Chaer (2007, hlm, 240) menyebutkan pengertian atau definisi kalimat seperti berikut ini:
“Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”. Lebih
lanjut dijelaskannya, bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
disertai dengan intonasi final. Chaer (2007, hlm. 241) memaparkan juga bahwa ada tiga jenis
intonasi final yang memberi ciri kalimat, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang ditandai dengan tanda tanya; dan
intonasi seru, yang ditandai dengan tanda seru.
Ramlan (2005, hlm. 21) mengatakan bahwa bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang
dinyatakan oleh bentuk itu. Menurutnya, bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat
dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatik. Fonologi meliputi
fonem dan suku kata, sedangkan satuan gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frasa,
kata, dan morfem.
Menurut Sakri (1993, hlm. 19), kalimat dapat didefinisikan sebagai deretan kata yang
tersusun menurut urutan tertentu sehingga bermakna dan mengungkap pikir dengan lengkap.
Suhendar, M.E. dan Pien Supinah. (1997, hlm. 48) bahwa kalimat adalah bagian bahasa
yang terkecil dan mengandung pikiran yang lengkap. Bahwa sebuah kalimat tidak ditentukan
oleh jumlah kata yang terdapat di dalam kalimat itu, tetapi ditentukan oleh lengkap tidaknya
pikiran yang terkandung di dalamnya. Pendapat tersebut pun relevan dengan pendapat Alwi,
H. dkk. (2003, hlm. 311) yang memaparkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
2. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat
Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat.
A. Subjek (S)
Subjek (S) merupakan salah satu fungsi dalam kalimat yang merupakan bagian klausa
yang menjadi pokok kalimat. Subjek dapat berupa kata benda (nomina), kelompok kata
benda (frasa nominal), atau klausa. Selain itu, subjek dapat pula disertai kata itu. Subjek
dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa atau apa. Kata tanya siapa digunakan
untuk mencarisubjek yang berupa orang atau sesuatu yang bernyawa, sedangkan kata tanya
apa digunakan untuk mencari subjek yang bukan berupa orang atau sesuatu yang tidak
bernyawa. Subjek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa nomina (N) atau frasa nominal
(FN).
subjek dapat pula berupa verba (frasa verbal) atau adjektiva (frasa adjektival). Namun,
subjek yang berupa verba atau frasa verbal itu terbatas pemakaiannya, yaitu hanya terdapat
dalam ragam lisan, bukan dalam ragam tulis.
Yang lebih penting, subjek tidak dapat didahului kata depan atau preposisi. Jika didahului
preposisi, subjek akan berubah menjadi keterangan. Meskipun begitu, ada pula subjek yang
terletak pada akhir kalimat
B. Predikat (P)
Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata kerja (verba) atau kelompok kata
kerja (frasa verbal), kata sifat (adjektiva) atau kelompok kata sifat (frasa adjektival), atau
kata benda (nomina) atau kelompok kata benda (frasa nominal).
Ciri predikat yang lain adalah dapat diingkarkan atau dapat dinegasikan. Jika berupa kata
kerja atau kata sifat, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata tidak. Jika
berupa kata benda, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata bukan. Selain
dapat diingkarkan, predikat yang berupa kata kerja dapat didahului kata sedang, belum, atau
akan.
C. Objek (O)
Objek (O) merupakan salah satu fungsi di dalam kalimat yang kehadirannya bergantung
pada jenis predikatnya. Objek biasanya berupa nomina, frasa nominal, atau klausa yang
selalu muncul di sebelah kanan predikat yang berupa kata kerja transitif (verba transitif)
Ciri objek yang lain adalah dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Yang perlu diingat
adalah bahwa bentuk pasif di- …-i pasti di- turunkan dari bentuk aktif meng-…-i, bukan dari
meng-…-kan. Demikian pula bentuk pasif di-…-kan juga pasti diturunkan dari bentuk aktif
meng-…-kan, bukan dari meng- …-i.
Sebagai catatan akhir dalam pembahasan ini adalah bahwa objek hanya terdapat dalam
kalimat aktif, itu pun hanya aktif yang transitif, sedangkan aktif intransitif tidak memerlukan
objek. Dengan demikian, kalimat pasif tidak memiliki objek karena predikat kalimat pasif
berupa verba pasif bukan verba aktif transitif.
D. Pelengkap
Pelengkap atau komplimen merupakan unsur kalimat yang letaknya berada di sebelah
objek atau bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika kalimat itu merupakan kalimat
intransitif dan semitransitif yang tidak membutuhkan keberadaan objek di dalamnya.
Pelengkap seringkali disamakan dengan objek, bahkan dengan keterangan. Padahal,
pelengkap mempunyai perbedaan dengan objek maupun keterangan.
Posisi unsur pelengkap terletak di sebelah predikat atau objek dan tidak bisa dipindah ke
posisi lainnya, sedangkan keterangan posisinya bisa di sebelah objek, predikat, pelengkap,
bahkan di awal kalimat sekali pun. Pelengkap sendiri dapat berupa klausa dalam bahasa
Indonesia, frasa verba, contoh frasa adjektiva dalam kalimat, kata benda atau pun contoh
frasa preposisional dalam bahasa Indonesia.
E. Keterangan
keterangan merupakan unsur kalimat yang dapat diletakkan setelah pelengkap, objek,
predikat, dan bahkan di awal kalimat sekalipun. Adapun definisi keterangan sendiri–yang
dikutip dari KBBI–adalah jenis-jenis kata atau kelompok kata yang menerangkan kata atau
bagian kalimat lainnya. Keterangan atau jenis-jenis kata keterangan dapat berupa keterangan
tempat, waktu, cara, dan sebagainya.
3. Jenis-jenis Kalimat
“Kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat simpleks, kompleks,
majemuk, dan majemuk campuran.” (Sasangka, 2015, hlm. 43).
A. Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks yang lazim disebut dengan kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
terdiri atas satu klausa atau satu struktur predikat. Satu struktur predikat di dalam kalimat
dapat berupa (a) subjek dan predikat (S-P); (b) subjek, predikat, dan objek (S-P-O); (c)
subjek, predikat, dan pelengkap (S-P- Pel); (d) subjek, predikat, objek, dan pelengkap (SP-
O-Pel); atau (e) subjek, predikat, dan keterangan (S-P-K). Bahkan, dapat pula hanya berupa
(f) predikat (P).
B. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama lazim disebut induk kalimat,
sedangkan klausa subordinatif lazim disebut anak kalimat. Klausa utama dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat yang lepas yang tidak bergantung pada klausa yang lain, sedangkan
klausa subordinatif selalu bergantung pada klausa utama. Tanpa kehadiran klausa utama,
klausa subordinatif tidak dapat mengungkapkan apa-apa karena informasinya belum jelas.
klausa subordinatif merupakan pengembangan dari salah satu fungsi kalimat sehingga klausa
ini hanya menduduki salah satu fungsi yang ada di dalam kalimat. Oleh karena itu,
hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini tidak sederajat atau tidak sejajar.
Klausa subordinatif selain dapat menduduki fungsi keterangan, dapat pula menduduki
fungsi objek, pelengkap, dan subjek seperti contoh berikut.
Hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini ditandai dengan penggunaan
konjungsi subordinatif berikut ini.
sejak, semenjak ketika, sambil, selama
setelah, sebelum, sehabis, selesai
asalkan, apabila, jika, jikalau, manakala, tatkala seandainya, seumpama
agar, supaya
walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun, sehingga, sampai, maka
dengan, tanpa
bahwa
yang
C. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau lebih yang dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Klausa yang satu dalam kalimat majemuk bukan
merupakan bagian dari klausa yang lain atau klausa yang satu bukan merupakan
pengembangan dari salah satu fungsi yang ada dalam klausa itu. Hubungan antara klausa
yang satu dan yang lain dalam kalimat ini menyatakan hubungan koordinatif.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Dua
di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa
yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau
kedua fungsi dalam klausa utama. Kekompleksan dalam kalimat majemuk ini ditandai
dengan perluasan salah satu atau lebih unsur (fungsi) dalam kalimat.

Anda mungkin juga menyukai