Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.

1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 1 METRO

Martini

Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang


E-mail: alul_martini@yahoo.co.id

Abstrak
Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang.Angka kejadian anemia
remaja putri di Indonesia masih cukup tinggi. Prevalensi anemia di Lampung pada remaja tahun
2007 sebesar 25,9%, masih lebih tinggi dibandingkan Nasional sebesar 19,7%. Hasil pra survei
pada remaja putri Kelas XI di MAN 1 Metro Lampung Timur diperoleh 50% dari 10 remaja putri
yang diperiksa Hb mengalami anemia. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri Kelas XI MAN 1 Metro Lampung Timur.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel remaja putri kelasXI
berjumlah 115 responden. Sampel diperoleh dengan teknik simplerandom sampling.Analisis data
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.Hasil penelitian
diperoleh kejadian anemia berjumlah 40% dari 115 responden. Hasil uji statistik menggunakan
chi-square menunjukkan factor-faktor yang berhubungan dengan anemia adalah status gizi
p=0,009), pengetahuan (p=0,048), pendidikan ibu (p=0,036). Perlu upaya peningkatan pencegahan
anemia pada program UKS terhadap remaja putri di MAN 1 Metro Lampung Timur bekerja sama
dengan institusi terkait, seperti Puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang anemia dan
pemberian tablet Fe pada remaja putri.
Kata kunci: Kejadian Anemia, status gizi, pengetahuan

Abstract
Anemia is a nutritional problem in the world, especially in developing countries. The prevalence
of anemia girls in Indonesia is still quite high. The prevalence of anemia in Lampung in
adolescents in 2007 amounted to 25.9%, still higher than the national 19.7%. The results of pre-
survey on adolescent girls in class XI MAN 1 Metro East Lampung obtained the result 50% of the
10 adolescent girls who checked Haemoglobin anemic. The objective of this study was to
determine the factors related with the incidence of anemia among adolescent girls class XI MAN 1
Metro East Lampung. This study used cross sectional design with a sample of adolescent girls in
class XI numbered 115 respondents. Samples were obtained by simple random sampling
technique. Analyzed using univariate and bivariate analysis with chi square test. The results were
obtained anemia amounted to 40% of the 115 respondents. The results of the bivariate analysis
with chi-square test showed factors related with anemia is nutritional status p = 0.009),
knowledge (p = 0.048), maternal education (p = 0.036). Necessary efforts to improve the
prevention of anemia in School Health Unit program for young women in MAN 1 Metro East
Lampung in cooperation with relevant institutions, such as health centers to provide counseling
about anemia and iron tablet administration in adolescent girls.
Keywords: The prevalence of anemia, nutritional status, knowledge

Pendahuluan umumnya banyak terjadi di Negara berkembang


(developing countries) dan pada kelompok
Anemia merupakan masalah kesehatan sosial – ekonomi rendah (Siahaan, 2012) 2.
yang paling sering di jumpai di negara-negara Angka kejadian anemia remaja putri di
maju maupun berkembang. Meskipun penyebab Indonesia terjadi penurunan. Berdasarkan hasil
utama adalah kekurangan zat besi, namun Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
anemia juga merupakan masalah kurang gizi tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi
mikro yang cukup besar didunia dengan anemia defisiensi tertinggi terdapat pada remaja
prevalensi 40% (WHO, 2005)1. Anemia pada putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%,
Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 1
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

dibandingkan pada ibu hamil 50,5%, ibu nifas Faktor-faktor yang berhubungan
45,1%, dan balita 40,5%. Data Riskesdas 2007 dengan terjadinya anemia defisiensi besi ini
juga menunjukkan secara nasional prevalensi adalah pendidikan orang tua, pendapatan
anemia pada wanita perempuan dewasa (≥15 keluarga, pengetahuan dan sikap remaja putri
tahun) ditemukan kejadian anemia sebesar 19,7 tentang anemia, tingkat konsumsi gizi, pola
% dan hasil Riskesdas 2013 ditemukan proporsi menstruasi, dan kejadian infeksi dengan
anemia pada remaja (15-24 tahun) sebesar kejadian anemia pada remaja putri (Wati,
18,4% (Badan Litbangkes Depkes RI, 2013)3. 2010) 7.
Prevalensi anemia dianggap menjadi masalah Dampak anemia pada remaja putri yaitu
kesehatan jika > 15%.Berarti hal ini masih pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi,
menunjukkan bahwa kejadian anemia pada kebugaran tubuh berkurang, semangat belajar
remaja putri masih tinggi walaupun sudah dan prestasi menurun, sehingga pada saat akan
terjadi penurunan. menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko
Prevalensi anemia pada remaja tahun tinggi (Fransis, 2008) 8. Pada remaja putri juga
2001 di Provinsi Lampung tercatat sebagai memiliki banyak dampak lain, diantaranya:
peringkat ketiga setelah Sumatera Barat dan menurunkan kemampuan dan konsentrasi
Sumatera Utara yaitu sebesar 25,9% (Badan belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga
Litbangkes Depkes RI, 2008)4, dan pada tahun tinggi badan tidak mencapai optimal,
2010 ditemukan hasil kejadian anemia 25,9% menurunkan kemampuan fisik olahragawati dan
pada perempuan dewasa (≥ 15 tahun). mengakibatkan muka pucat (Harli, 1999)9. Di
Sedangkan untuk prevalensi anemia remaja di samping itu hasil penelitian pada wanita usia
Kibang berdasarkan penelitian Sukmawati 15-49 tahun di Bangladesh menunjukkan bahwa
tahun 2011 didapatkan hasil 65% dari dari 142 ketersedian besi dalam tubuh, tinggi badan, dan
siswi SMP Negeri Kibang menderita anemia konsumsi tablet besi mempunyai pengaruh yang
(Sukmawati, 2011)5. signifikan terhadap kadar hemoglobin
Berdasarkan hasil studi pendahuluan (Bhargava et al., 2001)10. Penelitian yang
yang dilakukan pada remaja putri Kelas XI dilakukan oleh Antelman et al. (2000)11 di
MAN 1 Metro Lampung Timur terhadap 10 Tanzania menunjukkan bahwa ada hubungan
remaja putri yang diperiksa Hb diperoleh hasil yang signifikan indeks massa tubuh (IMT),
sebanyak 5 remaja putri (50%) mengalami konsumsi sayuran dan kadar serum retinol
anemia, sedangkan dari 10 remaja putri tersebut dengan anemia pada wanita usia subur (Farida,
ternyata terdapat 5 remaja putri (57%) memiliki 2007)12. Tujuan penelitianuntuk mengetahui
pengetahuan yang kurang tentang anemia dan 5 faktor–faktor yang berhubungan dengan
remaja putri mempunyai pengetahuan yang kejadian anemia pada remaja putri kelas XI di
baik. Dari 5 remaja putri yang mengalami MAN 1 Metro Lampung Timur.
anemia terdapat 2 remaja (40%) mempunyai
status gizi di bawah normal dan 3 remaja putri Metode
mempunyai status gizi normal. Hasil tersebut
menunjukkan kejadian anemia di Kelas XI Penelitian ini merupakan penelitian
MAN 1 Metro Lampung Timur.masih tinggi, analitik dengan rancangan penelitian cross
dibandingkan hasil penelitian dengan hasil uji sectional. Rancangan penelitian ini digunakan
statistik kejadian anemia pada remaja putri di untuk mengetahui faktor-faktor yang
wilayah kota Depok sebanyak 35,7% yang berhubungan dengan kejadian anemia. Populasi
mengalami anemia (Siahaan, 2012) 1. penelitian adalah semua remaja putri remaja
Remaja wanita usia 10-19 tahun putri kelas XIdi MAN 1Metro Lampung
merupakan salah satu kelompok yang rawan Timur.Besar sampel berjumlah 115 responden
menderita anemia, hal ini disebabkan oleh diperoleh dengan perhitungan menggunakan
berbagai factor antara lain karena masa remaja rumusSolvin (N=162, d=5%).Sampel diperoleh
adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan dengan menggunakan teknik simplerandom
zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan
Disamping itu remaja putri mengalami
observasi dan menyebarkan kuesioner.Metode
menstruasi setiap bulannya sehingga observasi dilakukan untuk mengumpulkan data
membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara variabel anemia dengan alat ukur haemometer sahli
makanan yang dikonsumsi lebih rendah dari dan variabel status gizi remaja putri dengan indicator
pria, karena faktor takut gemuk (Depkes RI, IMT melalui alat ukur timbangan dan mikrotois (alat
2003)6. pengukur tinggi baan).Kuesioner untuk

Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 2
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

mengumpulkan data variabel tingkat pengetahuan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


anemia dan tingkat pendidikan ibu.Analisis data Kejadian Anemia
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Hasil uji statistik analisis bivariat
menggunakan uji chi square dengan selang untuk mengetahui hubungan variabel
kepercayaan (confident interval) 95% dan tingkat
independen dengan kejadian anemia pada
kesalahan (α) 0,05.
remaja putri melalui uji chi square dengan α =
0,05diperoleh hasil faktor-faktor yang teliti
Hasil berhubungan semua secara bermakna, yaitu
status gizi (IMT) (p=0,009; OR 3,059 CI 95%
Gambaran Responden Berdasarkan 1,380-6,781), pengetahuan (p=0,048; OR 2,331
Variabel Penelitian CI 95%: 1,080-5,027), dan pendidikan ibu
Hasil penelitian menunjukkan remaja (p=0,036; OR CI 95%; 1,127-5,271) (lihat tabel
putri dari 115 orang yang mengalami anemia 2).
berjumlah 40% dengan rata-rata Hb 11,8 gr%.
Status gizi responden yang berdasarkan Pembahasan
indikator IMT menunjukkan kategori kurus
berjumlah 34,8%. Kejadian Anemia
Pengetahuan remaja putri tentang anemia Hasil penelitian yang dilakukan di
yang diperoleh dengan menggunakan angket Kelas XI MAN 1 Metro Lampung Timur
terdapat 40% mempunyai pengetahuan diperoleh kejadian anemia sebanyak 40% (46)
kurang.Pendidikan ibu remaja putri terdapat dari 115 responden yang mengalami anemia.
52% berpendidikan rendah atau SMP ke bawah Kejadian anemia dalam penelitian ini lebih
(lihat tabel 1). tinggi dibandingkan dengan hasil Riskesdas
tahun 2007 provinsi Lampung yang mengalami
anemia pada perempuan dewasa (≥15 tahun)
Tabel 1
yaitu sebesar 25,9% (Badan Litbangkes Depkes
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Remaja Putri
RI, 2008)4. Hasil penelitian ini juga tidak
Kejadian Anemia n=115 % berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan
Anemia (Hb < 12 gr%) 46 40% Andarwati (2010) pada remaja putri di SMA
Tidak (Hb > 12 gr%) 69 60% Negeri I Metro yang mengalami anemia
Kurus (IMT ≤18,5) 40 34,8 sebanyak 49,5%.
Normal (IMT>18,5) 75 65,2 Penyebab utama anemia gizi di
Kurang baik 46 40% Indonesia adalah rendahnya asupan zat besi
Baik 69 60%
(Fe). Anemia gizi besi dapat mengakibatkan
Rendah 60 52
Tinggi 55 48
penurunan kemampuan fisik, produktivitas
Anemia (Hb < 12 gr%) 46 40% kerja, dan kemampuan berpikir. Selain itu
Tidak (Hb > 12 gr%) 69 60% anemia gizi juga dapat disebabkan oleh asupan
zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang
tidak adekuat (Arisman, 2009)13.

Tabel 2
Distribusi Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Anemia Remaja Putri
Kejadian Anemia
P OR
Variabel Anemia Tidak Anemia Jumlah
value (CI 95%)
n=46 % n=69 % n=115 %
Status gizi (IMT)
Kurus 23 57,5 17 42,5 40 100 3,059
0,009
Normal 23 30,7 52 69,3 75 100 (1,380-6,781)
Pengetahuan
Kurang 24 52,2 22 47,8 46 100 2.331
0,048
Baik 22 31,9 47 68,1 69 100 (1,080-5,027)
Pendidikan ibu
Rendah 30 50 30 50 60 100 2,436
0,036
Tinggi 16 29,1 39 70,9 55 100 (1,127-5,271)

Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 3
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

Zat besi yang berasal dari makanan seperti Faktor yang Berhubungan
daging, hati, telor,sayuran hijau dan buah- Status Gizi
buahan diabsorpsi di usus halus.Rata-rata dari Hasil penelitian menyimpulkan adanya
makana yang mengandung 10-15 mg zat besi hubungan antara status gizi dengan kejadian
tetapi hanya 5-10% yang diabsorpsi.Penyerapan anemia di Kelas XI MAN 1 Metro Lampung
zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya Timur (p= 0,009 < α = 0,05). Remaja dengan
protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang status gizi dalam kategori kurus mempunyai
menghambat serapan adalah kopi, teh, garam risiko 3,1 kali mengalami anemia dibandingkan
kalsium dan magnesium, karena bersifat dengan remaja yang status gizinya dalam
mengikat zat besi. Menurunnya asupan zat besi kategori normal (OR=3,059 (95% CI:1,425-
yang merupakan unsur utama pembentukan 6,761).
hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
juga akan menurun (Tarwoto & Wasnidar, penelitian di SMA sekota Metro oleh Riyanto
2007)14. (2010)15 yang menunjukan bahwa ada
Anemia kekurangan zat besi dapat hubungan yang bermakna antara status gizi
menimbulkan berbagai dampak pada remaja dengan kejadian anemia (p = 0,018). Hasil
putri antara lain: menurunkan daya tahan tubuh penelitian ini sama dengan penelitian
sehingga mudah terkena penyakit, mengganggu Gunatmaningsih (2007)16 di SMA Negeri
pertumbuhan sel tubuh sehingga tinggi badan Jatibarang Brebes bahwa menunjukan ada
tidak mencapai optimal, menurunkan aktivitas hubungan antara status gizi dengan kejadian
dan prestasi belajar, kemampuan dan anemia defisiensi besi (p=0,002 dan OR=2,18).
konsentrasi belajar menjadi menurun, konsumsi Pada dasarnya anemia dipengaruhi
makanan yang tidak teratur, menurunkan secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-
bugaran dan kemampuan fisik, dan hari yang kurang mengandung zat besi, selain
mengakibatkan muka pucat. faktor infeksi sebagai pemicunya.Secara umum,
Masalah defisiensi zat besi cukup konsumsi makanan berkaitan erat dengan status
diterapi dengan memberikan makanan yang gizi. Bila makanan yang dikonsumsi
cukup mengandung zat besi, namun jika anemia mempunyai nilai gizi yang baik, maka status
sudah terjadi tubuh tidak akan mungkin gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang
menyerap zat besi dalam jumlah yang besar dan dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan
dalam waktu yang relatif singkat. Cara menyebabkan kekurangan gizi dan dapat
pengobatan lain, yaitu menambah jumlah menimbulkan anemia (Hapzah & Yulita,
makanan yang kaya zat besi untuk menambah 2012)17. Remaja dengan status gizi yang tinggi
penyerapan zat besi. Dosis pemberian zat besi maka kejadian anemia rendah, Bila status gizi
pada anemia derajad ringan terhadap remaja kurang maka kejadian anemia tinggi. Gizi baik
dan dewasa, yaitu 120 mg (Arisman, 2009) 13. akan dapat dicapai dengan memberi makanan
Tingginya kejadian anemia tersebut yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan
kemungkinan disebabkan asupan zat besi yang dan gizi kurang menggambarkan ketidak-
kurang karena tingkat pengetahuan remaja seimbangan makanan yang di makan dengan
tentang anemia kurang.Hasil penelitian yang kebutuhan tubuh manusia. Ekonomi rendah
dilakukan pada 115 responden yang cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang akan berpengaruh pada kemampuan untuk
anemia sebanyak 40% responden.Selain itu, konsumsi makanan dan zat gizi sehingga
tingginya proporsi anemia juga disebabkan keadaan tersebut memungkinkan untuk
karena ketidaktahuan remaja saat minum teh terjadinya anemia pada remaja. Pada keadaan
setelah atau bersamaan dengan makan dapat sakit asupan energi tidak boleh dilupakan,
menyebabkan anemia. Untuk itu, perlu upaya remaja di anjurkan mengkonsumsi tablet
dari tenaga kesehatan untuk mencegah kejadian mengandung zat besi atau makanan yang
anemia dengan cara memberikan informasi atau mengandung zat besi seperti hati bayam dan
melakukan penyuluhan tentang tanda-tanda sebagainya.Demi kesuksesan keadaan gizi
anemia dan konsumsi minuman teh yang benar remaja harus mendapatkan tambahan protein,
untuk mengurangi kejadian anemia.. mineral, vitamin dan energi.

Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 4
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

Setiap aktivitas memerlukan energi 61,7% (37) dari 60 responden, sedangkan


maka banyak aktivitas yang dilakukan maka diantara remaja putri dengan pengetahuan yang
banyak energi yang diperlukan.Makanan yang baik terdapat 40,9% (27) dari 64 remaja yang
dikonsumsi oleh remaja harus memiliki jumlah mengalami anemia. Risiko ini lebih rendah dari
kalori dan zat gizi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1
kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, Kibang oleh Sukmawati (2011) bahwa remaja
vitamin, mineral, serat dan air sehingga satus putri dengan pengetahuan yang kurang tentang
gizinya dapat tercukupi dan tidak mengalami anemia mempunyai risiko 3,2 kali mengalami
anemia. anemia (OR= 3,2).
Hasil analisis risiko penelitian ini Pada penelitian ini terdapat remaja putri
ditemukan bahwa remaja putri dengan status dengan pengetahuan baik, namun mengalami
gizinya dalam kategori kurus mempunyai risiko anemia berjumlah 40,9% (27) dari 66
3,059 kali mengalami anemia dibandingkan responden. Hal ini kemungkinan di karenakan
dengan remaja putri yang status gizinya dalam perilaku remaja putri kurang kearah yang
kategori normal..Risiko ini tidak jauh beda positif. Sesuai dengan teori Green mengatakan
dengan penelitian yang dilakukan di SMA perilaku tidak selalu mengikuti urutan tertentu
Negeri 1 Jatibarang oleh Gunatmaningsih sehingga terbentuk perilaku positif yang selalu
(2007) bahwa remaja putri dengan pengetahuan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif.
yang kurang tentang anemia mempunyai risiko Namun, secara minimal jika didasari
2,18 kali mengalami anemia (OR= 2,18). pengetahuan yang cukup, perilaku positif yang
terbentuk relatif lebih lama (Maulana, 2009)18.
Pengetahuan Remaja tentang Anemia Sedangkan, remaja putri dengan pengetahuan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kurang, namun tidak mengalami anemia
ada hubungan antara pengetahuan dengan berjumlah 38,3% (23) dari 60 responden. Hal
kejadian anemia (p= 0,048 < α = 0,05). Remaja ini disebabkan mungkin sebagian remaja
dengan pengetahuan yang kurang mempunyai asupan Fe terpenuh, namun pengetahuannya
risiko 2,3 kali mengalami anemia dibandingkan kurang mendukung karena pada dasarnya
dengan remaja yang berpengetahuan baik pengetahuan atau kognitif merupakan domain
(OR=2,331; 95% CI:1,080-5,027). yang sangat penting dalam membentuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan tindakan seseorang.
penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Berdasarkan pengalaman dan penelitian
Kibang oleh Sukmawati (2011) yang terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
menunjukan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku
antara pengetahuan tentang anemia dengan yang tidak didasari oleh pengetahuan
kejadian anemiia remaja putri dengan (Notoatmodjo, 2010)19. Dalam hal ini informasi
pengetahuan yang kurang tentang anemia yang diperoleh dari media elektronik juga dapat
mempunyai risiko2,3 kali mengalami anemia. memberikan pengaruh terhadap pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat remaja. Pengetahuan yang kurang dapat
mempengaruhi terjadinya anemia, karena meningkatkan risiko remaja terkena anemia
pengetahuan dapat mempengaruhi perilakunya terutama remaja putri pada saat menstruasi yang
termasuk pola hidup dan kebiasaan makan. seharusnya mengkonsumsi tambahan asupan
Kurangnya pengetahuan tentang anemia, tanda- zat besi (Departemen Gizi dan Kesehatan
tanda, dampak, dan pencegahannya Masyarakat FKUI, 2009 dalam Riyanto,
mengakibatkan remaja mengonsumsi makanan 2010) 15..
yang kandungan zat besinya sedikit sehingga Untuk itu, remaja putri perlu informasi,
asupan zat besi yang dibutuhkan remaja tidak materi, maupun penyuluhan yang berhubungan
terpenuhi (FKUI, 2009 dalam Riyanto, 2010)15. tentang anemia agar lebih berwawasan yang
Hasil analisis risiko penelitian ini cukup, sehingga dapat mencegah kejadian
ditemukan bahwa remaja putri dengan anemia. Selain itu, peningkatan peran guru
pengetahuan yang kurang mempunyai risiko 2,3 dengan pelatihan bagi guru tentang pendidikan
kali mengalami anemia dibandingkan dengan anemia dan pemberian tablet Fe terhadap
remaja putri dengan pengetahuan yang baik. responden yang memiliki tanda-tanda anemia
Keadaan ini dapat dilihat dari hasil penelitian seperti sering pusing, lelah, letih, lesu, apatis,
ini bahwa remaja putri dengan pengetahuan mudah tersinggung, dan penurunan konsentrasi
yang kurang yang mengalami anemia terdapat belajar.

Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 5
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

Pendidikan Ibu pihak MAN 1 Metro Lampung Timur


Hasil penelitian menunjukkan adanya pentingnya melakukan rujukan terhadap remaja
hubungan pendidikan ibu dengan kejadian putri (siswi) yang terlihat terdapat tanda dan
anemia di MAN 1 Metro Lampung Timur (p = gejala anemia ke fasilitas kesehatan, seperti
0,036 >  = 0,05). Penelitian ini tidak sesuai Puskesmas.
dengan penelitian Siahaan (2012)2 yang
menyebutkan tidak terdapat hubungan yang Daftar Pustaka
bermakna antara pendidikan ibu dengan
kejadian anemia pada remaja (p=0,53). Temuan 1. WHO, 2008, Worldwide Prevalence of Anaemia
ini sesuai dengan teori yang di kemukakan 1993–2005. Tersedia Online:
[http://whqlibdoc.who.int] [3 Maret 2014]
Gunatmaningsih (2007)16 yang menyatakan
2. Siahaan, Nahsty Raptauli, 2012, Factor – Factor
bahwa seorang ibu yang berpendidikan rendah, yang Berhubungan Dengan Status Anemia Pada
kurang memperhatikan makanan yang Remaja Putri di Wilayah Kota Depok Tahun
dikonsumsi anaknya dan kurang 2011. Tersedia Online:
memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi [http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id] [16
seimbang. Bagi keluarga dengan tingkat Januari 2014]
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah 3. Badan Litbangkemenkes RI, 2013, Riset
menerima informasi kesehatan khususnya Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, [Online],
bidang gizi, sehingga dapat menambah Tersedia [http://labdata.litbang.kemenkes.go.id/]
pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam (9 Februari 2014)
4. Badan Litbang Depkes RI, 2008, Riset
kehidupan sehari-hari (Gunatmaningsih,
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Tersedia
2007) 16. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Online: [http://labdata.litbang.depkes.go.id/]
Notoatmodjo (2010) bahwa semakin tinggi [1 Januari 2014]
pendidikan maka ia akan mudah menerima hal- 5. Sukmawati, 2011, Faktor-faktor yang
hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada
yang baru tersebut. Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMP Metro
Secara teori, pendidikan ibu dapat Kibang Lampung Tiur Tahun 2011, KTI, Tidak
berhubungan dengan kejadian Dipublikasikan
anemia.Pendidikan ibu merupakan faktor yang 6. Depkes RI, 2003, Program Penanggulangan
sangat penting. Tingkat pendidikan ibu secara Anemoa pada WUS, Jakarta, Dirjend Gizi
Depkes RI
langsung maupun tidak langsung dapat
7. Wati, Yudia 2010, Faktor-faktor yang
menentukan pengetahuan dan keterampilan Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
dalam menentukan menu keluarga yang Siswi SMA Negeri 1 Pundong.Tersedia
selanjutnya akan berpengaruh terhadap status Online:[http://core.kmi.open.ac] [26 oktober
kesehatan keluarga termasuk kejadian anemia 2013]
pada anaknya (Farida, 2007)12. 8. Fransis, 2008, Dampak Anemia.Tersedia Online:
[http://fransis.wordpress.com] [10-06-2014]
Simpulan 9. Harli, 1994, Mengatasi Penyebab Anemia
Kurang Besi, Tersedia Online:
Hasil penelitian menunjukkan kejadian [http://indomedia.com] [10-08-2014]
anemia pada remaja putri Kelas XIMAN 1 10. Bhargava, A. et al., 2001. Dietary Intakes and
Socioeconomic Factors are Associated with The
Metro Lampung Timur berjumlah 40% dari 115
Hemoglobin Concentration of Bangladesh
orang. Faktor yang meningkatkan Women. Am J Clin Nutr, vol 131, p:758-764
(berhubungan) dengan kejadian anemia pada 11. Antelman, G. et al., 2000. Nutritional Factor and
remaja putri adalah status gizi, pengetahuan Infectious Disease Contribute to Anemia among
tentang anemia dan pendidikan ibu. Pregnant Woment with Human
Immunodeficiency Virus in Tanzania. Am J Clin
Saran Nutr, p:1950-51
Perlu upaya peningkatan pencegahan 12. Farida, Ida, 2007, Determinan Kejadian Anemia
anemia pada program UKS terhadap remaja Pada Remaja Putri Di Kecamatan Gebog
putri di MAN 1 Metro Lampung Timur bekerja Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tersedia
Online:[http://eprints.undip.ac.id] [30 Desember
sama dengan institusi terkait, seperti Puskesmas
2013]
untuk melakukan pemeriksaan HB kepada 13. Arisman, 2009, Gizi dalam Daur Kehidupan,
remaja putri (siswi) secara berskala, Jakarta: EGC
memberikan penyuluhan tentang anemia dan 14. Tarwoto, Wasnidar, 2007, Buku Saku Anemia
pemberian tablet Fe pada remaja putri. Kepada Pada Ibu Hamil, Jakarta: Trans Info Medika
Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 6
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X

15. Riyanto; Weliyati, 2010, Factor Terjadinya 17. Hapzah; Ramlah Yulita, 2012, Hubungan
Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Negeri Kota Tingkat Pengetahuan Dan Status Gizi Terhadap
Metro, Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Kejadian Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas
Volume V No,2 Edisi Desember 2012 III Di SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali
16. Gunatmaningsih, Diah, 2007, Faktor-faktor yang Mandar, Tersedia Online:
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada [http:/jurnalmediagizipangan.files.wordpress.co
Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kecamatan m] [12 Maret 2014]
Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007, 18. Maulana, Heri, 2009, Promosi Kesehatan,
Tersedia Online: [http://digilib.unnes.ac.id] [14 Jakarta: EGC
April 2011] 19. Notoatmodjo, S., 2010. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Martini, Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri ... 7

Anda mungkin juga menyukai