Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA KASUS RETENSIO PLASENTA


DI SUSUN OLEH

 Bella Monika
 Hazriani Br.Sidabalok
 Hena Rustiwati Manullang
 Ramadani
 Trisna Waruwu
Dosen: Anita Sri Gandaria Purba,S.Kep,Ns,M.kep

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Keperawatan
maternitas pada kasus retensio plasenta”. Dalam waktu yang telah ditentukan.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya
dalam ruang lingkup ilmu keperawatan. Kami menyadari bahwa susunan
pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang sempurna. Oleh karena itu,
kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata selamat membaca dan semoga
makalah ini dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-
hal yang masih belum di pahami pada pembahasan retensio plasenta.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan


ibu dan bayi baru lahir. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada
saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah


jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Prawirohardjo, 2005). Pada kejadian
retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30 menit tenaga
kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual. Adapun kemungkinan
komplikasi yang ditimbulkan setelah melakukan tindakan manual palsenta yaitu
perforasi uterus, terjadi infeksi akibat terdapat sisa plasenta atau membran dan
bakteria terdorong ke dalam rongga rahim dan terjadi perdarahan karena atonia
uteri. (Manuaba, 2007).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka melalui tugas Keperawatan


Maternitas kami akan memaparkan sebuah asuhan keperawatan yang membahas
suatu kasus retensio plasenta.

B. TUJUAN
 Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan
Retensio Plasenta.
 Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien dengan
Retensio Plasenta serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan pada pasien Retensio Plasenta.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala
dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di
bawah pusat.
2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan
tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan
plasenta secara Duncan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah


retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada
kasus retensio plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan
dengan pertimbangan terdapat perdarahan.

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009) Retensio
plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian
plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan
segera. (Manuaba, 2006 ) Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta
belum lahirsetengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008). Jadi menurut
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
B. ETIOLOGI

Penyebab retensio plasenta adalah :

1. Fungsional: a. His kurang kuat (penyebab terpenting) b. Plasenta sukar


terlepas karena : Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya :
Plasenta membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005).
2. Patologi – anatomi: a. Plasenta akreta b. Plasenta inkreta c. Plasenta
perkreta. (Sastrawinata, 2005) .

C. PATOFISILOGI

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu
lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa
retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah
serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang (Prawirohardjo, 2009).

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat
putus akibat traksi yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan. (Prawirohardjo, 2009)

a. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio
sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang
lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar
dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian
kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang
berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai
chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi
sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa
metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2,
membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
(Prawirohardjo, 2009)
b. Fisiologi Pelepasan Plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
myometrium sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran
area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau
berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk.
Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya
akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong keluar
vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah
retroplasenta. (WHO, 2001)
c. Predisposisi Retensio Plasenta
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a. Grandemultipara.
b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi
plasenta yang agak luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh
darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)
E. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
a. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat
sedikit perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian
yang melekat membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri.
c. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik.
d. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen,
perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik
dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro
invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
e. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :
i. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan
dengan tindakan yang akan diambil.
ii. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan
bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi
terkontrol tali pusat.
iii. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan
40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol 400 mg/rektal.
iv. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta,
lakukan manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk
menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
v. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan. f. Berikan
antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral +
metronidazoll gr supositoria/oral).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :


1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung,
nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan
yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400
cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang
sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk
eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya
pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan
di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
Klien bernama Ny. E berumur 33 tahun, jenis kelamin Perempuan,
beragama Islam, pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong,
nomor rekam medik 3157, klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 30
November 2014 jam 16.30 WIB di ruang Kebidanan Rumah sakit
TK.II Kesdam IM dengan diagnosa medis Retensio Plasenta. Tn. M
selaku Suami Pasien, umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS
DKA, pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong. Keluhan
utama pasien merasa pusing, riwayat kesehatan sekarang pasien
mengatakan sebelum masuk rumah sakit TK. II Kesdam IM ± 4 jam
klien telah melahirkan di rumah di tolong oleh bidan, klien
mengatakan plasenta nya belum keluar disertai perdarahan banyak dan
klien merasakan mules.
Pada saat dikaji tanggal 1 Desember 2014, klien mengeluh pusing,
pusing dirasakan bertambah apabila klien banyak beraktivitas, dan
berkurang apabila diistirahatkan. Pusing dirasakan seperti berkunang-
kunang. Pusing dirasakan ± 5 menit. Riwayat kesehtan masalalu
menurut penuturan pasien sebelumnya klien belum pernah mengalami
hal yang klien alami saat ini. Dan klien tidak mempunyai penyakit
yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan ataupun
penyakit menular maupun penyakit keturunan. Riwayat kesehatan
keluarga menurut penuturan pasien didalam keluarga tidak ada yang
mengalami hal yang sama seperti klien sekarang, dan tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menular. Riwayat Obaterti, G : 3 P : 3
A : 0, Riwayat persalinan sekarang pasien bersalin tanggal 30
November 2014 dengan Spontan, lamanya berlangsung kala 1 ± 3
jam, kala 2 ± 2 jam, dan kala 3 pasien mengalami permasalahan
sehingga di rujuk ke rumah sakit TK. II Kesdam IM, Anak yang di
lahirkan berjenis kelamin laki- laki, BB bayi 31 gram, Tinggi badan 48
cm, APGAR Score 6 Pemeriksaan fisik ibu pada tanggal 1 Desember
2014 Oleh pengkaji di dapat kan hasil kadaan ibu tampak lemas,
kesadaran compos mentis, TTV TD : 110/ 70 mmHg, N : 72 x/I, RR :
20 x/I, T: 36,5° C pemeriksaan Headto Toe yang di dapat kan adalah :
a. Integumen ; Kulit Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat,
turgor kulit baik terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan
bersih. Kuku Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika ditekan
kembali ke keadaan semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak
kotor.
b. Kepala ;Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran
merata, lubrikasi tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat
lesi, oedema maupun massa, dan keadaan bersih.
c. Muka Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih
d. Mata Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata
kiri, sklera putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang
cahaya, pergerakan bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai
dengan klien dapat membaca papan nama mahasiswa pada jarak ± 50 cm.
e. Hidung Pada saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri
dan kanan, fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat
membedakan bau minyak wangi dan alkohol dengan mata ditutup,
keadaan bersih, tidak terdapat secret.
f. Telinga Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi
pendengaran baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa
diulang, tidak terdapat benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat
serumen pada liang telinga.
g. Mulut Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa
kering . Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak
warna putih, permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi
pengecapan baik terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis. 8.
Leher Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP,
dapat digerakan kesegala arah dan keadaan bersih.
h. Dada;Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, bunyi pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung
reguler, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat
retraksi intercostalis, dan keadaan bersih. 10. Payudara Kedua payudara
tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi keras, putting susu
kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola, ASI (+) dan
keadaan payudara tampak bersih.
i. Abdomen Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan
linea alba, tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat
bising usus (+), dan keadaan perut bersih.
j. Genetalia Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia,
tampak keluaran lochea serosa ± 5 cc, perineum tampak utuh.
k. Anus Tidak terdapat hemoroid.
l. Ekstremitas;Atas Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat
digerakan ke segala arah pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
Bawah Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan, dengan
kekuatan otot 5 (0-5).

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Ny. E
Hasil Laboratorium: Tanggal : 30 November 2014

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 8,4 gr/dl 12- 16 gr/dl
Hematokrit 24% 35- 47 %
Leukosit 12.200/ mm3 4000-10.000/ mm3
Trobosit 336.000/ mm3 150.000-450.000/mm3
Eritrosit 2,81 juta/ mm3 3,6 – 5,8 juta/ mm3

2. Penatalaksanan Medis
a. Infus Ringer laktat : 20 tetes/menit
b. Cefotaxime : 2x1 gr (Bolus)
c. Metronidazole : 2x1 500 ml (Bolus)

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Perdarahan akibat komplikasi
 DS : Klien mengatakan telah
dari tindakan manual plasenta
mengalami perdarahan Klien
sehingga menyebabkan
mengeluh pusing. Kekurangan
1 kehilangan melalui vaskuler
 DO : Klien tampak pucat, Hb volume cairan
mengganggu proses sirkulasi
8,4 gr/dl, Mukosa bibir kering ,
mengakibatkan kekurangan
Konjungtiva anemis
volume cairan
2  DS : Klien menegluh nyeri ASI tidak keluar maksimal Nyeri akut
pada payudara menyebabkan terjadinya
 DO : - Payudarah tampak penggumpalan sehingga
bengkak - saat di palpasi terjadi pembengkakan pada
kondisinya keras payudara (engorgement) dan
payudara menjadi keras
menimbulkan nyeri
Nyeri
3  DS : Klien mengeluh belum Tonus otot usus menurun Gangguan pola
BAB selama persalinan eliminasi BAB:
 DO : - Perut tampak distensi menyebabkan peristaltik usus Konstipasi
menurun, sehingga buang air
besar menjadi terganggu.

b. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara.
3. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot usus

c. Rencana keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi rasional
keperawatan
1 Kekurangan volume  TU : Dalam jangka pendek a. Observasi tanda vital, a. Penurunan sirkulasi darah
cairan berhubungan 1x24 jam, setelah dilakukan bandingkan dengan hasil dapat terjadi dari
dengan kehilangan tindakan keperawatan normal pasien saat ini atau peningkatan kehilangan
vaskuler berlebihan, kekurangan volume cairan sebelumya. cairan mengakibatkan
ditandai dengan. teratasi b. Kaji dan catat, tipe dan sisi hipotensi dan takikardi
 KH:Tidak terjadi perdarahan b. Perkiraan kehilangan darah,
perdarahan,Pusing c. Berikan cairan sesuai dan adanya bekuan-bekuan
berkurang Hb 10 gr/dl indikasi membantu, membuat
,Konjungtiva merah d. Awasi pemeriksaan diagnosa banding dan
muda,Mukosa bibir lembab laboratorium, misal: Hb, Ht. menentukan kebutuhan
penggantian.
c. Penggantian atas kehilangan
dapat memperbaiki
konsentrasi ginjal /adanya
kegagalan
d. .Peningkatan menunjukan
hemokonsentrasi.
2 Nyeri akut berhubungan  TU : Dalam jangka pendek a. Kaji keluhan nyeri, a. Dengan mengetahui
dengan pembengkakan 1x24 jam, setelah dilakukan b. termasuk lokalisasi seberapa besar rasa nyeri
payudara, ditandai tindakan keperawatan nyeri c. lakukan dan ajarkan yang dirasakan dan
dengan dapat teratasi. klien untuk melakukan lokalisasinya dapat
 KH:Nyeri berkurang perawatan payudara. memudahkan intervensi
Pembengkakan payudara d. Penkes tentang selanjutnya.
berkurang perawatan payudara b. Merangsang kelenjarkelenjar
air susu sehingga produksi
ASI lancar dan Mengurangi
pembengkakan pada
payudara.
c. Diharapkan pengetahuan
klien bertambanh sehingga
klien dapat melakukannya
secara mandiri.
3 Gangguan pola  TU : Dalam jangka a. Kaji/auskultasi a. Bunyi usus secara
eliminasi BAB : pendek 1x24 jam bising usus. umum menurun pada
konstipasi setelah dilakukan b. Anjurkan klien konstipasi
berhubungan tindakan keperawatan mengkonsumsi b. Melancarkan BAB dan
dengan penurunan gangguan pola makanan tinggi menurunkan distress
tonus otot usus eliminasi dapat teratasi serat dan hindari dan distensi abdomen
menurun  KH : Klien makanan yang
mengatakan sudah membentuk gas
dapat BAB
d.Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
perencanaan yang telah ditetapakan sesuai dengan kondisi, situasi serta
keadaan klien sekarang.
a. Untuk mengatasi kekurangan volume cairan diberikan cairan
sesuai indikasi dan mengawasi pemeriksaan laboratorium seperti
Hb dan Ht.
b. Untuk mengatasi nyeri, melakukan dan mengajarkan ibu untuk
perawatan payudara.
c. Untuk mengatasi gangguan pola eliminasi BAB, yaitu dengan
mendorong masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari dan
memberitahu klien untuk menghindari makanan yang
membentuk gas dan mengkonsumsi makan yang tinggi serat.
e.Evaluasi
 S :Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien
selama 3 x 24 jam, didapatkan bahwa Klien mengatakan
sudah tidak pusing. Dan Klien mengatakan payudara nya
sudah tidak nyeri Klien mengatakan sudah BAB.
 O : angka nyeri menurun, pasien sudah BAB, Bunyi usus
secara umum menurun pada konstipasi
 A : Masalah teratasi
 P : intervensi selesai masalah teratasi.
BAB IV

PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis
menarik beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai
berikut :
Kesimpulan Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa pengertian retensio plasenta menurut buku
obstetri adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah
jam. Dan tindakan pertama yang dilakukan yaitu dengan cara manual
plasenta, dimana tindakan ini dilakukan untuk mengeluarkan atau melepas
plasenta secara manual (mengggunakan tangan) dari tempat implantasinya.
Asuhan keperawatan pada pasien post manual plasenta adalah
suatu tindakan yang diberikan pada ibu post partum mulai dari pengkajian
data, menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan
mengimplementasikan dan terakhir melakuakan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan. Dari hasil pengkajian dan di analisa pada Ny. E dapat
ditegakan empat masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan,
nyeri akut, gangguan eliminasi BAB : konstipasi dan risiko tinggi terjadi
infeksi. dapat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien
dengan post manual plasenta sesuai dengan teori yang ada, kemudian
melakukan tindakan keperawtan sesuai dengan perencanaan yang dibuat
sebelumnya, dan implementasi keperawatan dapat diberikan sesuai dengan
rencana dan memberikan hasil yang positif terhadap Ny. E yaitu masalah
dapat teratasi. Kemudian melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan kepada Ny. E
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh:

Diana Kurnia S. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan

Keperawatan INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi

dan Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai