Anda di halaman 1dari 15

Ilmu Tasawuf

Resume ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur Ilmu Akhlak


Dosen Pengampu Drs. Didi Sumardi, M.Ag.

Judul : Ilmu Tasawuf


Penulis : Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.
Prof. Dr. Rosihin Anwar, M.Ag.
Penerbit : CV PUSTAKA SETIA
Penulis Resume : Qotty Kintani Kifa ( 1163070110 )
Kelas :C
Jurusan : Manajemen Keuangan Syari’ah
Semester :1

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
BAB 1
PENGERTIAN, DASAR, Dan CIRI UMUM TASAWUF

A. PENGERTIAN TASAWUF

1. Secara Lughawi

Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf, baik secara


etimlogi maupun secara istiah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi,
pengertian tasawuf terdiri atas beberapa macam pengertian berikut.
Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ ahlu
suffah “, yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidup
nya di isi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid, dan mereka
mengabdikan hidup nya untuk beribadah kepada Allah.
Kedua, ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “ shafa”. Kata
“ shafa “. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan diri nya di
hadapan Tuhan-Nya.
Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata
“shaf”. Makna “shaf” ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat
selalu berada di saf yang paling depan.
Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf dinisbahkan
kepada orang-orang dari Bani Shufah.
Kelima, tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa
Grik atau Yunani, yakni “ saufi “. Istilah ini disamakan makna nya dengan
kata “ hikmah “, yang berarti kebijaksanaan.
Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “
shaufanah”, yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang
banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi
itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.
Ketujuh, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shuf”
yang berarti bulu domba atau wol.

2. Secara Istilah

Pengertian tasawuf secara istilahi telah banyak diformulasikan pula ahli


yang satu dan lainnya berbeda, sesuai dengan selera nya masing-masing.
1. Menurut Muhammad Ali Al-Qassab. Ia memberikan ulasan, “ tasawuf
adalah akhlak muia yang timbul pada waktu mulia dari seseorang yang
muia di tengah-tengah kaum nya yang mulia pula”.
2. Menurut Syamnun. Ia menyatakan, “ tasawuf adalah hendaklah engkau
memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu”.
3. Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikan , “ Tasawuf adalah
membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan
makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (nstink) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi
segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian,
bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan
terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang
teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti conth
Rasulullah dalam hal syariat”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, terutama pengertian yang di


ungkapkan Al-Junaidi, kita dapat meringkas pengertian tasawuf ssebagai
berikut: Ilmu Tasawuf adalah lmu yang mempelajari usaha-usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian
dengan makrifat menuju ke abadian, saling mengingatkan antar manusia,
serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat Rasulullah
dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-Nya.

B. Dasar-dasar Tasawuf

1. Dasar Al-Qur’an

Dalam hal iniah, tasawuf pada awal pembentukannya adalah manifestasi


akhlak atau keagamaan. Moral ke agamaan ini banyak di singgung dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian, sumber pertama tasawuf adalah
ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan
amalan-amalan serta ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat
tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan
begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
itu sendiri.

2. Dasar Hadits

Sejalan dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an, sebagaimana


dijelaskan diatas, ternyata tasawuf juga dpat dilihat dalam kerangka
hadits. Umumnya yang di nyatakan sebagai landasan ajaran-ajaran
tasawuf adalah hadits-hadits berikut.

a. “ Barang siapa yang mengenal diri nya sendiri, maka akan


mengenal Tuhan-Nya”.
b. “Auku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku
menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.
Hadits di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat
bersatu.

C. Ciri Umum Tasawuf

Karena sulitnya memberikan definisi yang lengkap tentang tasawuf, Abu


Al-Wafa’ Al-Ghainimi At-Taftazani [ peneliti tasawuf ] tidak
merumuskan definisi tasawuf dalam bukunya Madkhal ila At-Tasawwuf
Al-Islami [ Pengantar ke Tasawuf Islam ]. Menurutnya secara umum
tasawuf mempunyai lima ciri umum yaitu: [1] Peningkatan moral;
[pemenuhan fana [sirna] dalam realitas mutlak; [3] pengetahuan intuitif
langsung; [4] timbul nya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah dalam
diri seorang sufi karena tercapainya maqamat [ maqam-maqam atau
beberapa tingkatan]; dan [5] penggunaan simbol-simbol pengungkapan
yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat.

BAB 2

SEJARAH KEMUNCULAN TASAWUF:KONTAK


KEBUDAYAAN HINDU, PERSIA, YUNANI, Dan ARAB

A. TASAWUF DAN UNSUR NASHRANI ( KRISTEN )

Mereka yang beranggapan bahwa tasawuf berasal dari


unsur Nashrani mendasarkan argumentasinya pada dua hal:
pertama, adanya suatu interaksi antara orang orang arab dan
kaum Nashrani pada masa Jahiliyah maupun zaman Islam.
Kedua, adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis
atau sufi dalam hal ajaran seta cara mereka melatih jiwa [
riyadhah ] dan mengasingkan diri [ khalwat ] dengan kehidupan
Al-Masih dan ajaran ajarannya, serta dengan para rahib ketika
sembahyang dan berpakaian.
Pokok-pokok ajaran tasawuf yang diklaim bersal dari
agama Nashrani antara lain adalah:
1. Sikap fakir
2. Tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan
3. Peranan Syekh yang menyerupai pendeta. Bedanya pendeta
dapat menghapuskan dosa
4. Selibasi, yaitu menahan diri tidak kawin karena karena kawin
di anggap tidak bisa mengalihkan diri dari Tuhan
5. Penyaksian, dimana sufi menyaksikan hakikat Allah dan
mengadakan hubungan dengan Allah, demikian pula Injil
telah menerangkan terjadinya hubungan langsung dengan
Tuhan.

B. TASAWUF DAN UNSUR HINDU-BUDHA

Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu


dapat dilihat adanya persamaan seperti sikap fakir. Darwis Al-
Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan
mujahadah tasawuf dengan Hindu. Kemudian, juga paham
reinkarnasi [perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain],
cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan
diri dengan jalan mengingat Allah.

C. TASAWUF DAN UNSUR YUNANI

Kebudayaan Yunani seperti filsafat telah masuk ke dunia


Islam mulai pada akhir Daulah Amamiyah dan puncaknya pada
masa Daulah Abbasyiah ketika berlangsung zaman penerjemahan
filsafat Yunani.
Dalam tasawuf, bisa jadi ajaran-ajarannya banyak
dimasuki paham pemikiran Yunani. Misalnya, “Apabila sudah
baik, seseorang hanya memerlukan sedikit makan. Dan apabila
sudah baik, hati manusia hanya memerlukan sedikit hikamt”.

D. TASAWUF DAN UNSUR PERSIA

Sebenarnya antara Arab dan Persia sudah ada hubungan


sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran,
kemasyarakatan, dan sastra. Namun, belum ditemukan
argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani
Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan
kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu
terkenal dengan ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan
antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama
Manudan Mazdaq; antara istilah Hakikat Muhammad dengan
paham Hormuz [ Tuhan Kebaikan ] dalam agama Zarathustra.

E. TASAWUF DAN UNSUR ARAB


Untuk melihat bagaiman tasawuf berasal dari dunia
Islam, pelacakan terhadap sejarah munculnya tasawuf dapat
dijadikan dasar argumentasi munculnya tasawuf di dunia Islam.
Berikut ini akan diketengahkan sejarah tumbuh dan
berkembangnya tasawuf di dunia Islam. Mengingat kehadiran
Islam bermula dari daratan Arab, uraian tentang sejarah tasawuf
ini bermula dari tanah Arab.

BAB 3
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SALAFI (AKHLAQI), FALSAFI,
Dan SYI’I

Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua arah
perkembangan. Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku; ada pula tasawuf
yang mengarah pada teori-teori perilaku; ada pula tasawuf yang mengarah pada teori-
teori yang begitu rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. Pada
perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut sebagai
tasawuf salafi, tasawuf akhlaqi. Tasawuf sunni. Tasawuf jenis ini banyak di
kembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasikan ke arah kedua
disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf jenis kedua banyak dikembangkan para sufi
yang berlatar belakang sebagai filosof, disamping sebagai sufi.

A. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SALAFI ( AKHLAQI )

Sejarah dan perkembangan tasawuf salafi [akhlaqi] mengalami beberapa


fase berikut.

1. Abad Kesatu dan Kedua Hijriyah


2. Abad Ketiga Hijriyah
3. Abad Keempat Hijriyah
4. Abad Kelima Hijriyah
5. Abad Keenam Hijriyah

B. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF FALSAFI


Tasawuf falsafi, disebut pula dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang
ajaran-ajaran nya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai pengasasnya.
Berbeda dengan tasawuf salafi [akhlaqi], tasawuf filosofis menggunakan terminologi
filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya. Tasawuf
filosofis ini mulai muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad keenam
Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak itu tasawuf
jenis ini terus hidup dan berkembang, terutama dikalangan para sufi yang juga filosof,
sampai menjelang akhir-akhir ini.
C. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SYI’I
Diluar dua aliran tasawuf di atas, ada juga yang memasukkan tasawuf aliran
ketiga, yaitu tasawuf syi’i atau syi’ah. Pembagian tasawuf aliran ketiga ini didasarkan
atas ketajaman pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan
Tuhan.

BAB 4
KERANGKA BERPIKIR IRFANI: DASAR-DASAR FALSAFI AHWAL DAN
MAQAMAT

A. MAQAM-MAQAM DALAM TASAWUF

1. Tobat

Menurut Qamar Kailani dalam bukunya Fi At-Tashawwuf Al-Islami,


tobat adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai
permohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan
doaa.

2. Zuhud
Secara umum, zuhud dapat di artikan sebagai suatu sikap melepaskan
diri dari rasa ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan
mengutamakan kehidupan akhirat.
3. Faqr [fakir]
Al-faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai
dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta
sesuatu yang lain.
4. Sabar
Menurut Syekh ‘Abdul Qadir Al-Jailani, sabar ada tiga macam, yaitu:
a. Bersabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya.
b. Bersabar bersama Allah, yaitu bersabar terhadap ketetapan Allah dan
perbuatan-Nya terhadapmu, dari berbagai macam kesulitan dan
musibah.
c. Bersabar atas Allah, yaitu bersabar terhadap rezeki, jalan keluar,
kecukupan, pertolongan, dan pahala yang dijanjikan Allah di
kampung akhirat.

5. Syukur
Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima.
Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia adalah
berkat karunia Allah.
6. Rela [Rida]
Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang di
anugerahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan
di balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap
ketentuan-Nya.
7. Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘Azza
wa Jalla, membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki
kawasan-kawasan hukum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran
keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah.

B. AHWAL YANG DIJUMPSI DALAM PERJALANAN SUFI


Ahwal yang sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi antara lain adalah
waspada dan mawas diri [muhasabah dan muraqabah], kehampiran atau kedekatan
[qarb], cinta [hubb], takut [khauf], harap [raja], rindu [syauq], intim [uns], tentram
[thuma’ninah], penyaksian [musyahadah], dan yaqin.
C. METODE IRFANI
Qalb berpotensi untuk berdialog dengan Tuhan. Inilah yang dimaksud Al-
Ghazali dengan ungkapan bahwa diluar akal dan jiwa, terdapat alat yang dapat
menyingkap pengetahuan yang gaib dan hal hal yang akan terjadi pada masa
mendatang. Penyikapan pengetahuan seperti ini merupakan wacana ‘irfaniyah.
Hanya dengan sarana qalb itulah, ilmu makrifat dapat diperoleh manusia.

BAB 5
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM, FILSAFAT, FIQH, Dan
ILMU JIWA
A. KETERIKATAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU KALAM
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuahan. Persoalan-persoalan kalam
ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-
dasar argumentasi, baik rasional [aqliyah] maupun naqliyah.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Sebagai pemberi wawasan spritual dalam pemahaman kalam.
2. Berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf.
3. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-
perdebatankalm.

B. KETERKAITAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU FIQH


Para pengamat ilmu tasawuf mengakui bahwa orang yang telah berhasil
menyatukan tasawuf dengan fiqh adalah Al-Ghazali. Kitab Ihya’ Ulum Ad-Din-nya
dapat dipandang sebagai kitab yang mewakili dua disiplin ini, disamping disiplin
ilmu lainnya seperti ilmu kalam dan filsafat.
Paparan di atas menjelaskan bahwa ilmu tasawuf dan ilmu fiqh adalah dua
disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya,
dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap kedua disiplin ilmu ini
sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya.
C. KETERKAITAN ILMU TASAWUF DENGAN FILSAFAT
Ilmu tasawuf yang berkembang didunia Islam tidak dapat dinafikan sebagai
sumbangan pemikran kefilsafatan. Ini dapat dilihat, misalnya dalam kajian-kajian
tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara jujur, harus di akui bahwa terminologi
jiwa dan roh itu merupakan terminologi yang banyak dikaji dalam pemikiran-
pemikiran filsafat.
D. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA ( TRANSPERSONAL
PSIKOLOGI)

Dalam percakapan sehari-hari, orang banyak mengaitkan tasawuf dengan unsur


kejiwaan dalam diri manusia. Hal ini cukup beralasan, mengingat dalam
substansi pembahsannya, tasawuf selalu membicarakan persoalan-persoalan
yang berkisar pada jiwa manusia muslim, yang tentunya tidak lepas dari
sentuhan-sentuhan keislaman. Dari sinilah, tasawuf kelihatan identik dengan
unsur kejiwaan manusia itu sendiri.
BAB 6
TASAWUF AKHLAQI

A. AJARAN TASAWUF AKHLAQI


Dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai
berikut.
1. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seorang sufi.
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.

2. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.

3. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
tahalli rangkaian pendidik akhlak disempurnakan pada fase tajalli.kata tajalli
bermakna terungkapnya nur ghaib.

B. TASAWUF AKHLAQI DAN KARAKTERISTIKNYA


Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaqi antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat
pada ungkapan-ungkapan syathahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan
manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat.
5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, dan
pengobatan jiwa dengan cara riyadhah [latihan mental] dan langkah takhalli,
tahalli,dan tajalli.

C. TOKOH-TOKOH TASAWUF AKHLAQI

1. Hasan Al-Bashri [ 21-110 H ]


2. Al-Muhasibi [ 165-243 H ]
3. Al-Qusyairi [ 376-465 H ]
4. Al-Ghazali [ 450-505 H ]
BAB 7
TASAWUF IRFANI

A. HAKIKAT ‘IRFAN

Secara etimologis, kata ‘irfan merupakan kata jadian [mashdar] dari kata ‘arafa’
[mengenal/pengenalan]. Adapun secara terminologis. ‘irfan diidentikan dengan
makrifat sufistik. Orang yang ‘irfan/makrifat kepada Allah adalah yang benar-benar
mengenal Allah melalui dzauq dan kasyf [ketersingkapan]. Ahli ‘irfan adalah orang
yang bermakrifat kepada Allah.

B. TOKOH-TOKOH TASAWUF IRFANI

1. Rabi’ah Al-Adawiah [95-185 H]


2. Dzu An-Nun Al-Mishri [180-246 H]
3. Abu Yazid Al-Bustami [874-947 M]
4. Abu Manshur Al-Hallaj [855-922 M]

BAB 8
TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi


mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi
tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para
tokohnya.
Diantara tokoh-tokoh tasawuf falsafi adalah:
1. Ibn ‘Arabi (560-638 H)
2. Al-Jili (1365-1417 H)
3. Ibn Sab’in (614-669 H)

BAB 9
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
A. PENGERTIAN TAREKAT
Asal kata “tarekat” dalam bahasa Arab ialah ”thariqah” yang berarti jalan,
keadaan aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah “jalan” yang ditempuh para
sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan
utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini
menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan
cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap
muslim.
B. HUBUNGAN TAREKAT DENGAN TASAWUF
Dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah,
sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah
tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan seotang guru kepada muridnya.

C. SEJARAH TIM BULNYA TAREKAT


Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan
[Iran] dan Mesopotamia [Irak]. Pada periode ini mulai timbul beberapa, di antaranya
tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562 H/1169 M], tarekat
Khawajagawiyah yang di sponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani [w. 1389
M], tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-
Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389 M] di Turkistan, tarekat Khalwatiyah
yang di dirikan oleh Umar Al-Khalwati [w. 1397 M].

D. ALIRAN-ALIRAN TAREKAT DALAM ISLAM

Diantara tarekat yang ada dalam islam adalah senagai berikut:


1. Tarekat Qadiriyah
2. Tarekat Syadziliyah
3. Tarekat Naqsabandiyah
4. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
5. Tarekat Khalwatiyah
6. Tarekat Syatariyah
7. Tarekat Rifa’iyah
8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
9. Tarekat Sammaniyah
10. Tarekat Tijaniyah
11. Tarekat Chistiyah
12. Tarekat Mawlawiyah
13. Tarekat Ni’matullahi
14. Tarekat Sanusiyah

E. PENGARUH TAREKAT DI DUNIA ISLAM

Tarekat memengaruhi dunia islam mulai dari abad ke-13. Kedudukan tarekat
saat itu sama dengan parpol [partai politik]. Bahkan, tentara juga menjadi
anggota tarekat. Penyokong tarekat Bektashi umpamanya adalah tentara Turki.
Oleh karena itu, ketika tarekat itu dibubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara
Turki yang disebut Jenissari menentangnya. Jadi, tarekat tidak hanya bergerak
dalam persoalan agama, tapi juga bergerak dalam persoalan dunia yang mereka
pikirkan.

BAB 10
STUDI KRITIS TERHADAP ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

A. PENDAHULUAN

Tasawuf, yang dikalangan Barat dikenal dengan mistisme Islam, merupakan


salah satu aspek [esoteris] Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan Tuhan-
Nya.
Menurut Sayyid Nur bin Sayyid Ali, kritik terhadap tasawuf berlatar belakang
insiden jelek yang terjadi pada permulaan abad ke-4 H, ketika aliran-aliran
kebatinan Syi’ah, Qaramithah, dan kafir zindik memanfaatkan tarekat-tarekat
sufisme.

B. KRITIK TERHADAP SUMBER TASAWUF

Para penentang tasawuf menganggap bahwa tasawuf bukan ajaran yang berasal
dari Rasulullah dan bukan pula ilmu warisan dari para sahabat. Mereka menganggap
bahwa ajaran tasawuf merupakan ajaran sesat dan menyesatkan yang diambil dan
diwarisi dari kerabihan Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi, dan Zuhud Budha.
C. KRITIK TERHADAP TAREKAT
Sisi lain dari tarekat yang menjadi sorotan adalah bahwa tarekat umumnya
hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Bahkan, Schimmel
menyatakan bahwa tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan
Islam akhirnya menjadi unsur yang menyebabkan kemandengan orang-orang Islam.

D. KRITIK TERHADAP TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi diwakili para sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat,
sebagaiman telah disebut diatas. Para sufi yang juga filosof ini mendapat banyak
kecaman dari fuqaha, yang justru semakin keras akibat pernyataan-pernyataan
mereka yang penteistis. Di antara fuqaha yang paling keras kecamannya terhadap
golongan sufi yang juga filosof ialah Ibn taimiyah [meninggal pada tahun 728 H].

E. KRITIK TERHADAP PRAKTIK TASAWUF SECARA UMUM

Pembaruan tasawuf Al-Gazhali, yaitu upayanya menahan gerakan yang


wataknya melebih-lebihkan itu tak berhasil, walaupun pengaruhnya memang luar
biasa. Gerakan mistisme menjadi sulit dikendalikan dan tidak dominan lagi. Umat
mengalami kemunduran, yang selama dua abad terakhir ini mereka berupaya keras
mengatasi kemunduran ini. Tasawuf menjadi penyakit yang menyebabkan atau
bahkan memperburuk gejala-gejala berikut:
1. Kasyf [pencerahan gnostik] menggantikan pengetahuan.
2. Karamah [mukjizat kecil]
3. Taabbud, kerelaan untuk meninggalkan aktivitas sosial dan ekonomi untuk
melakukan ibadah spiritualistik sepenuhnya.
4. Tawakal, kepasrahan total pada faktor spiritual untuk melahirkan hasil-hasil
empiris.
5. Qismat, penyetujuan secara sembunyi-sembunyi dan pasif terhadap hasil
tindakan kekuatan di alam yang berubah-ubah menggantikan taklif, atau
kewajiban manusia untuk merajut, memotong, dan membentuk ulang ruang
waktu untuk merealisasikan pola Ilahiah di dalam nya.
6. Fana’ dan Adam, bukan realitas efemeralitas dan ketidak pentingan dunia
menggantikan keseriusan muslim menyangkutneksistensi.
7. Taat, kepatuhan mutlak dan total kepada syekh dari salah satu tarekat sufi
menggantikan tauhid, pengakuan bahwa tak ada Tuhan kecuali Allah.

BAB 11
TASAWUF di INDONESIA

Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia.
Sejak masuknya Islam di Indonesia, unsur tasawuf telah mewarnai kehidupan
keagamaan masyarakat. Bahkan hingga saat ini pun nuansa tasawuf masih kelihatan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman keagamaan sebagian kaum
muslimin Indonesia.
Berikut akan dikemukakan beberapa tokoh tasawuf di Indonesia.
1) HAMZAH FANSURI (W. 1016 H/1607 M)
2) NURUDDIN AR-RANIRI (W. 1068/1658)
3) SYEKH ABDUR RAUF AS-SINKILI (1024-1105 H)
4) ABD SHAMAD AL-PALIMBANI (W. 1203 H/1788 M)
5) SYEKH YUSUF AL-MAKASARI (1037-1111/1627-1699)
6) NAMAWI AL-BANTANI (1813-1897 M
7) HAMKA (1908-1981 M).

Anda mungkin juga menyukai