Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Amar Mkhruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman.
Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Amar Mkhruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman.
Dosen pengampuh :
Dr. Taufiq Ramdhani, S. Th. I., M. Sos
Nama : M. SYAHRUL
NIM : G1D020037
Fakultas&Prodi : MIPA & MATEMATIKA
Semester : 1(satu)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini yang berjudul Tema Keislaman tepat pada waktunya.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahakan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas bimbingannya yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benerang yaitu Islam. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak Dr. Taufiq Ramdhani, S. Th. I., M. Sos pada Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, artikel ini juga bertujan untuk menambah
wawasan tentang Tema Keislaman bagi saya sendiri dan juga untuk siapapun yang
membaca nantinya.
Terimakasih atas saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdhani, S. Th.
I., M. Sos sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada siapapun yang membaca
artikel ini nantinya, serta mendapatkan nilai yang memuaskan.
Nama : M. Syahrul
NIM : G1D020037
ii
DAFTAR ISI
II ................................................................................................................................... 7
SAINS DAN TEKNOLOGI DAN AL-QUR’AN DAN AL-HADIST .................................... 7
A. Dimensi Sains dan Teknologi Dalam Al-Qur’an............................................... 7
2. Prinsip Keseimbangan.................................................................................. 11
III ................................................................................................................................ 13
GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADIST ........................................................... 13
A. Sahabat............................................................................................................. 13
iii
B. Tabi’in.............................................................................................................. 13
IV ................................................................................................................................ 15
PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADIST .......................................................... 15
V ................................................................................................................................. 17
ISLAM : AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKKAN HUKUM17
A. Ajaran Tentang Berbagi................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 24
iv
I
A. Definisi Tuhan
1
menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan
umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat
Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian
terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman
khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan
Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah
Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu
Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah.
Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.
2
perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah
menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan
kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan
Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan
kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam
terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu:
”Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan
Allah (Al-Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.”
3
hanya di hati melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Berarti orang yang melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau
mereka bukan mukmin berarti mereka kafir.
4
Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam
posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok
teologi rasional dengan sebutan Qadariah.
5
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan
Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian
kejadiannya. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta
alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai
berikut;
ْت ﺧَ ﻠَقَ ﻣَنْ َﺳﺄ َ ْﻟ َﺗ ُﮭ ْم َوﻟَﺋِن َ ْﷲ ُ ﻟَ َﯾﻘُوﻟ ُنﱠ َوا ْﻟ َﻘﻣَرَ اﻟ ﱠﺷ ْﻣسَ َو ْاﻷَر
ِ ﺿ َوﺳَﺧﱠرَ اﻟ ﱠﺳﻣ ََوا ﯾ ُْؤ َﻓﻛُونَ َﻓﺄَﻧﱠﻰ ﱠ
”Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi,
dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab
Allah.”
6
II
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit
dipisahkan satu sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus
para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil
analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari
observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang
7
diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif
ekonomis.
Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an
bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak
menyatakan hal itu secara gamblang. Akan tetapi, dalam kapasitasnya
sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan informasi stimulan
mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh
ratus lima puluh ayat. Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima
Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi
(penyelidikan). Informasi al-Qur’an tentang fenomena alam ini, menurut
Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada
Pencipta alam Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan
mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud alam serta mendorong
manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya (Ghulsyani, 1993).Dalam
visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh
sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih
dekat kepada Tuhannya. Pandangan al-Qur’an tentang sains dan
teknologi dapat ditelusuri dari pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-
Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada tingkatan yang hampir sama
dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah ayat 11:
ﺢ ٱ ﱠ ُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ۖ َو
ِ ﺲ ﻓَﭑ ْﻓ َﺴﺤُﻮا۟ ﯾَ ْﻔ َﺴ ِ ِإِذَا ﻗِﯿ َﻞ ٱﻧ ُﺸﺰُوا۟ ﻓَﭑﻧ ُﺸﺰُوا۟ ٰ ٓﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮٓ ا۟ إِذَا ﻗِﯿ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺗَﻔَ ﱠﺴﺤُﻮا۟ ﻓِﻰ ٱ ْﻟ َﻤ َٰﺠﻠ
َﺖ ۚ َوٱ ﱠ ُ ﺑِﻤَﺎ ﺗ ٍ ْﻌ َﻤﻠُﻮنَ َﺧﺒِﯿ ٌﺮﯾَﺮْ ﻓَ ِﻊ ٱ ﱠ ُ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮا۟ ﻣِﻨ ُﻜ ْﻢ َوٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ أُوﺗُﻮا۟ ٱ ْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َد َر َٰﺟ
8
Luqman: 20; al-Ghasyiyah: 17-20; Yunus: 101; al-Anbiya’: 30), membaca
(al-‘Alaq: 1-5), supaya mengetahui suatu kejadian (al-An’am: 97; Yunus:
5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15), menjadi yang berpikir atau yang
menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d: 4; al-
Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah: 5, 13), menjadi ulu al-albab(Ali
‘Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18),dan mengambil pelajaran (Yunus: 3).
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat
diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5)
Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang
berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu,
dan membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi
obyeknya, perintah iqra’itu mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh manusia. Atas dasar itu, sebenarnya tidak ada alasan
untuk membuat dikotomiilmu agama dan ilmu non agama. Sebab, sebagai
agama yang memandang dirinya paling lengkap tidak mungkin
memisahkan diri dari persoalan-persoalan yang bereperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan umatnya.
Untuk dapat memahami sunnatullah yang beraturan di alam
semesta ini, manusia telah dibekali oleh Allah SWTdua potensi penting,
yaitu potensi fitriyah(di dalam diri manusia) dan potensi sumber daya alam
(di luar diri manusia). Di samping itu, al-Qur’an juga memberikan tuntunan
praktis bagi manusia berupa langkah-langkah penting bagaimana
memahami alam agar dicapai manfaat yang maksimal. Suatu cara
penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu pengetahuan
ditunjukkan al-Qur’an dalam surat al-Mulk ayat 3-4 yang intinya mencakup
proses kagum, mengamati, dan memahami. Dalam konteks sains, al-
Qur’an mengembangkan beberapalangkah/proses sebagai berikut.
Pertama, al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk
mengenali secara seksama alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-sifat
9
danproses-proses alamiah yang terjadi di dalamnya. Perintah ini,
misalnya, ditegaskan di dalam surat Yunus ayat 101:
ُت ُﻛ ﱢﻞ َوﻣِﻦْ َو ْاﻷَ ْﻋﻨَﺎبَ َواﻟﻨﱠ ِﺨﯿ َﻞ وَاﻟ ﱠﺰ ْﯾﺘُﻮنَ اﻟﺰﱠرْ َع ﺑِ ِﮫ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﯾُ ْﻨﺒِﺖ
ِ اﻟﺜﱠ َﻤ َﺮا
ﯾَﺘَﻔَ ﱠﻜﺮُونَ ﻟِﻘَﻮْ مٍ َﻵﯾَﺔً َٰذﻟِﻚَ ﻓِﻲ ۗ◌إِنﱠ
ﺸﻤْﺲَ َواﻟﻨﱠﮭَﺎ َر اﻟﻠﱠ ْﯿ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ َوﺳَﺨﱠ َﺮ
ُﻣﺴَﺨﱠ َﺮاتٌ ۖ◌ َواﻟﻨﱡﺠُ ﻮ ُم َوا ْﻟﻘَ َﻤ َﺮ َواﻟ ﱠ
ت َﻵﯾَ َٰذﻟِﻚَ ﻓِﻲ ۗ◌إِنﱠ ﺑِﺄ َ ْﻣ ِﺮ ِه
ٍ ﯾَ ْﻌﻘِﻠُﻮنَ ﻟِﻘَﻮْ مٍ ﺎ
“Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman-tanaman
zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
10
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi mereka yang mau berpikir. Dan Dia menundukkan malam dan
siang, matahari dan bulan untukmu; dan bintang-bintang itu ditundukkan
(bagimu) dengan perintah-Nya. Sebenarnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang menalar.”
1. Prinsip Istikhlaf
2. Prinsip Keseimbangan
11
diperuntukkan bumi ini dengan kehendak-Nya untuk memenuhi
kebutuhan susunan yang membentuk manusia itu.
3. Prinsip Taskhir
12
III
A. Sahabat
B. Tabi’in
13
bertemu serta melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang
belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah. Dalam Hadist
Rasulullah disebutkan,
َﷲ َﻋ ْﺑ ِد ﻋَنْ َﻋﺑِﯾدَ َة ﻋَنْ إِﺑْرَ اھِﯾ َم َﻋنْ َﻣ ْﻧﺻُورٍ ﻋَنْ ُﺳ ْﻔﯾَﺎنُ أَﺧْ ﺑَرَ ﻧَﺎ َﻛﺛِﯾرٍ ﺑْنُ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ُد اﺣَ ﱠدﺛَن اﻟ ﱠﻧﺑِﻲﱠ أَنﱠ َﻋ ْﻧ ُﮫ ﱠ
ِ ﷲ ُ رَ ﺿِ ﻲَ ﱠ
ﺻﻠﱠﻰ أَﺣَ ِد ِھ ْم َﺷﮭَﺎ َدةُ ﺗَﺳْ ﺑِقُ ﻗ َْو ٌم َﯾﺟِﻲ ُء ُﺛ ﱠم َﯾﻠ ُو َﻧ ُﮭ ْم ذِﯾنَ اﻟﱠ ُﺛ ﱠم َﯾﻠ ُو َﻧ ُﮭ ْم اﻟﱠذِﯾنَ ُﺛ ﱠم ﻗَرْ ﻧِﻲ اﻟﻧﱠﺎسِ ﺧَ ْﯾ ُر ﻗَﺎ َل َو َﺳﻠﱠ َم َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ﱠ
َ ُﷲ
ﺻِ ﻐَﺎ ٌر َوﻧَﺣْ نُ َوا ْﻟ َﻌ ْﮭ ِد اﻟ ﱠﺷﮭَﺎ َد ِة َﻋﻠَﻰ ﯾَﺿْ رِ ﺑُو َﻧﻧَﺎ َوﻛَﺎﻧُوا إِﺑْرَ اھِﯾ ُم ﻗَﺎ َل َﺷﮭَﺎ َد َﺗ ُﮫ َو َﯾﻣِﯾ ُﻧ ُﮫ َﯾﻣِﯾ َﻧ ُﮫ
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan
kepada kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah
radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
""Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku
(generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian
orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu
kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya
dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu,
mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan
memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila
melanggar perjanjian dan persaksian) ". (H.R Bukhari)
C. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat
atau setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan
bertemu dengan generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang
yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in. Merekalah generasi
terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang datang
belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang
telah mereka tuliskan. Menurut banyak literatur Hadis : Tab’ut Tabi’in adalah
orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi’in dan
sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa
Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena
Tabi’in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah.
14
IV
Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu,
keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur
mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu nenek
moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan.
Apabila para ulama akidah membahas dan menyebut-nyebut kata salaf maka yang
mereka maksud adalah salah satu di antara 3 kemungkinan berikut:
Ketiga: Shahabat, tabi’in dan juga para Imam yang telah diakui kredibilitasnya
di dalam Islam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan
berjuang membasmi bid’ah .
Syaikh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql mengatakan, “Salaf adalah
generasi awal umat ini, yaitu para sahabat, tabi’in dan para imam pembawa
petunjuk pada tiga kurun yang mendapatkan keutamaan (sahabat, tabi’in dan
tabi’ut tabi’in). Dan setiap orang yang meneladani dan berjalan di atas manhaj
mereka di sepanjang masa disebut sebagai salafi sebagai bentuk penisbatan
terhadap mereka.”
15
Sehingga Rasul beserta para sahabatnya adalah salaf umat ini.
Demikian pula setiap orang yang menyerukan dakwah sebagaimana mereka
juga disebut sebagai orang yang menempuh manhaj/metode salaf, atau biasa
disebut dengan istilah salafi, artinya pengikut Salaf.
16
V
ْﻟﻤُﺤْ ِﺴﻨِﯿﻦَ َوأَﻧﻔِﻘُﻮا۟ ﻓِﻰ َﺳﺒِﯿ ِﻞ ٱ ﱠ ِ و ََﻻ ﺗُ ْﻠﻘُﻮا۟ ﺑِﺄَ ْﯾﺪِﯾ ُﻜ ْﻢ إِﻟَﻰ ٱﻟﺘﱠ ْﮭﻠُ َﻜ ِﺔ ۛ َوأَﺣْ ِﺴﻨُﻮٓ ا۟ ۛ إِنﱠ ٱ ﱠ َ ﯾُﺤِﺐﱡ ٱ
17
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
18
2. Hikmah Berbagi (Secdekah)
ﺳُﻧۢ ُﺑﻠَ ٍﺔ ﱢﻣ ۟ﺎ َﺋ ُﺔ ﺣَ ﱠﺑ ٍﺔ ۗ َوٱ ﱠ ُ ﱠﻣ َﺛ ُل ٱﻟﱠذِﯾنَ ﯾُﻧﻔِﻘُونَ أَﻣ َْٰوﻟَ ُﮭ ْم ﻓِﻰ َﺳﺑِﯾ ِل ٱ ﱠ ِ َﻛ َﻣ َﺛ ِل ﺣَ ﱠﺑ ٍﺔ أَﻧۢ َﺑﺗَتْ َﺳﺑْﻊَ َﺳﻧَﺎﺑِ َل ﻓِﻰ ُﻛ ﱢل
َﻋﻠِﯾ ٌم َٰوﺳِ ٌﻊ ُ َوٱ ﱠ ۗ َﯾ َﺷﺎ ٓ ُء ﻟِﻣَن ُﺿﻌِف َٰ ُﯾ
19
mendoakan kamu agar terhindar dari musibah. Hal inilah yang
membuat infaq akan melindungi kamu dari marabahaya atau
musibah. Oleh karena itu, perbanyaklah berinfaq agar terhindar
dari berbagai macam musibah.
6) Menyempurnakan Ibadah
20
Shadaqah yang berada di urutan ketiga setelah pintu surganya
untuk para nabi dan para ahli ibadah. Semakin kamu
memperbanyak infaq dan sedekah maka pintu ini akan terbuka
lebar untuk kamu.
21
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang membahas mengenai
keadilan :
1) An-Nisa : 58
ت إِﻟ ٰ َٓﻰ
ِ أَھْ ﻠِﮭَﺎ َوإِذَا ﺣَ َﻛ ْﻣﺗُم َﺑﯾْنَ ٱﻟﻧﱠﺎسِ أَن ﺗَﺣْ ُﻛﻣُوا۟ ﺑِﭑ ْﻟﻌَدْ لِ ۚ إِنﱠ ٱ ﱠ َ ﻧِ ِﻌﻣﱠﺎ إِنﱠ ٱ ﱠ َ َﯾﺄْ ُﻣ ُر ُﻛ ْم أَن ﺗ َُؤدﱡوا۟ ْٱﻷَ َٰﻣ َٰﻧ
ﺑَﺻِ ﯾرً ا َﺳﻣِﯾ ًۢﻌﺎ َﻛَﺎن َٱ ﱠ إِنﱠ ۗ ٓﺑِ ِﮫۦ ظﻛُم
ُ َﯾ ِﻌ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
2) An-Nisa : 135
ﺷ َﮭ َدآ َء ِ ﱠ ِ َوﻟ َْو َﻋﻠ ٰ َٓﻰ أَﻧﻔُﺳِ ُﻛ ْم أَ ِو ٱﻟ َْٰوﻟِ َد ْﯾ ِن َو ْٱﻷَﻗْرَ ﺑِﯾنَ ۚ إِن َﯾﻛُنْ َٰ ٓﯾﺄ َ ﱡﯾﮭَﺎ ٱﻟﱠذِﯾنَ ءَا َﻣﻧُوا۟ ﻛُوﻧُو ۟ا
ُ ِﻗَوﱠٰ ﻣِﯾنَ ﺑِﭑ ْﻟﻘِﺳْ ط
ْﺎنَ ﺑِﻣَﺎ ﺈِنﱠ ٱ ﱠ َ َﻛرِ ﺿُوا۟ َﻓ َﻏﻧِ ّﯾًﺎ أ َْو َﻓﻘِﯾرً ا ﻓَﭑ ﱠ ُ أ َْوﻟ َٰﻰ ﺑِ ِﮭﻣَﺎ ۖ ﻓ ََﻼ َﺗ ﱠﺗﺑِﻌُوا۟ ٱ ْﻟﮭ ََو ٰ ٓى أَن ﺗَﻌْ ِدﻟ ُو ۟ا ۚ َوإِن َﺗﻠْوُ ۥٓا۟ أ َْو ﺗُﻌ
ﺧَ ﺑِﯾرً ا َﺗَﻌْ َﻣﻠ ُون
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
22
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan
mengikuti rasul-Nya, jadilah orang-orang yang senantiasa berlaku
adil dalam semua hal dan memberikan kesaksian yang benar untuk
siapa pun. Walaupun hal itu akan merugikan diri kalian sendiri,
merugikan kedua orangtua, atau karib kerabat kalian. Dan jangan
sekali-kali kemiskinan atau kekayaan seseorang mendorong kalian
untuk memberikan kesaksian atau menolak memberikan kesaksian.
Karena Allah lebih mengerti keadaan orang yang miskin dan orang
yang kaya di antara kalian dan lebih mengetahui apa yang terbaik
baginya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu kalian dalam
memberikan kesaksian supaya kalian tidak menyimpang dari
kesaksian yang benar. Jika kalian memalsukan kesaksian dengan
memberikan kesaksian yang tidak semestinya atau menolak
memberikan kesaksian, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kalian perbuat.
3) “Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang
sebelum kalian adalah, apabila seorang bangsawan mencuri,
mereka biarkan, tetapi bila ada orang lemah dan miskin mencuri,
mereka tegakkan hukuman kepadanya. Demi Allah, andaikan
Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong
tangannya.” (HR: Ibnu Majah).
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan,
1989), h. 16-21, 54-56.
Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2001), h. 28-39.
Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
Kadir, Muhammad Mahmud Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta: al-Hidayah, 1981), h. 9-
11.
Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-77.
Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55-
152.
Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta:
Dana Bhakti Wakaf.
Barbour, Ian G. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama,
Bandung: Mizan.
https://blog.kitabisa.com/7-keajaiban-hikmah-infaq-dan-sedekah-untuk-yang-memberi/
24