Anda di halaman 1dari 43

RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG

(Kec. Bantarkawung)

REVIEW FEASIBILITY
STUDY (FS) KELAYAKAN
BENDUNGAN
BANTARKAWUNG
KAB.BREBES

DANANG MIFTAYUGI 21010119410023


DYAKSA NUGRAHANTO R 21010119410035
GANJAR R 21010119410040
ANGGI PUSPITA D 21010119410041

KELAYAKAN PROYEK
Prof. Dr. Ir. Sriyana, MS
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

TUGAS
KELAYAKAN PROYEK
Prof. Dr. Ir. Sriyana, MS

Oleh :

DANANG MIFTAYUGI 21010119410023


DYAKSA NUGRAHANTO R 21010119410035
GANJAR R 21010119410040
ANGGI PUSPITA D 21010119410041

MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 UMUM
Pemanfaatan air akan semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pola hidup dan jumlah penduduk serta industri di daerah
aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan kelangkaan air di suatu
wilayah. Sejalan dengan pesatnya pembangunan di berbagai macam
sektor maka tuntutan pemenuhan air berdasar waktu, ruang, mutu, dan
jumlah semakin meningkat. Pembangunan di bidang sumberdaya air
diupayakan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber air juga
melestarikan mutu ketersediaan air di seluruh wilayah.
Pembangunan di bidang sumberdaya air yang diharapkan dapat
mengakomodir pelestarian mutu ketersediaan air salah satunya adalah
bendungan. Sebagaimana diketahui bahwa di Kabupaten Brebes hanya
ada 2 bangunan bendungan, yaitu Bendungan Penjalin dan Bendungan
Malahayu. Keduanya sudah melampaui batas usia pemanfaatan
bendungan, untuk itu ada wacana pembangunan bendungan baru di
Kabupaten Brebes, yaitu Bendungan Bantarkawung yang diharapkan
dapat mengakomodir kebutuhan akan ketersediaan air di wilayah
Kecamatan Bantarkawung dan Kabupaten Brebes pada umumnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR no 27 tahun 2015 tentang
Bendungan, bahwa perencanaan pembangunan bendungan perlu
dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu studi kelayakan pendahuluan,
studi kelayakan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan pembangunan.
Mengingat hal tersebut, maka Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Brebes bermaksud melaksanakan Penyusunan Studi
Kelayakan Bendungan Bantarkawung sebagai tahapan awal dalam
perencanaan pembangunan Bendungan Bantarkawung.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari penelitian Penyusunan Studi Kelayakan Bendungan Bantarkawung Kabupaten
Brebes adalah
a. Mengumpulkan data konkrit yang akan dijadikan bahan analisis selanjutnya.
b. Mengetahui kebutuhan air baku dan air irigasi di Kabupaten Brebes.
c. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam upaya
mengembangkan prasarana dan sarana irigasi di Kabupaten Brebes melalui program
yang terpadu dan berkelanjutan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan studi kelayakan bendungan Bantarkawung
yang dapat menjadi pedoman perencanaan pembangunan Bendungan Bantarkawung
selanjutnya. Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Pengumpulan dan identifikasi data pendukung Penyusunan Studi Kelayakan Bendungan
Bantarkawung Kabupaten Brebes.
b. Pengujian data awal yang sudah terkumpul.
1.3 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes, Penjelasan lokasi
sebagaimana Gambar 1.1.

Lokasi PENELITIAN

Gambar 1.1 Lokasi PENELITIAN


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

1.4 LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup Penelitian Penyusunan Studi Kelayakan Bendungan Bantarkawung
Kabupaten Brebes ini terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup substansi.
a. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi wilayah perencanaan, meliputi seluruh wilayah Kecamatan
Bantarkawung, Kabupaten Brebes dan seluruh daerah irigasi yang memanfaatkan air dari
Sungai Pemali di bagian hilir Sungai Citandang.

b. Lingkup Substansi
Mengacu pada pasal 21 Peraturan Menteri PUPR no 27 tahun 2015 tentang Bendungan,
dokumen studi ini sekurang-kurangnya data yang harus ditampilkan serta dilakukan
pengujian terhadapnya meliputi
 Kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan akses, quarry dan borrow
area, penyimpanan material, tempat pembuangan galian, dan daerah genangan.
 Data struktur geologi dan lithologi yang berkaitan dengan tapak bendungan,
lokasi material bahan bendungan, dan daerah genangan.
 Foto udara daerah yang termasuk dalam lingkup wilayah.

 Data meterorologi dan klimatologi wilayah perencanaan.


 Data hidrologi daerah tangkapan air.
 Data geoteknik dan mekanika tanah.
 Data sumberdaya air (sungai dan jaringan irigasi).

 Data kependudukan di daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta


daerah penerima manfaat bendungan.

 Data sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan dan rencana
genangan serta daerah penerima manfaat bendungan.
 Lain-lain (land use, kehutanan, data tenaga listrik, bangunan-bangunan lama).
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 2
GAMBARAN KONDISI LOKASI

2.1 LOKASI PENELITIAN

Studi Kelayakan Bendungan Bantarkawung Desa Sindangwangi, Kecamatan


Bantarkawung, Kabupaten Brebes, pada 7o 9’ 40.04 LS, 108o 54’37.71” BT. Gambar 2.1.

Lokasi
PENELITIAN

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

2.2 GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI


Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di
antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48
Lintang Selatan dan Wilayah Kabupaten Brebes berbatasan dengan :
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Timur : Kab Tegal dan Kota Tegal

 Sebelah Selatan : Kab Banyumas dan Kab Cilacap


 Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat
Ibukota kabupaten Brebes terletak : 3 m diatas permukaan air laut
Jarak Terjauh : Utara – Selatan : 87 km, Barat – Timur : 50 km
Luas Daerah Kabupaten Brebes : 166.296 Ha
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian
besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi
(dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara
terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan
kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman
padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
Wilayah studi berada di Desa Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten
Brebes. Kondisi topografi di wilayah studi berupa pertemuan sungai anak K. Pemali, yaitu
S. Citanggang dan S. Cimarenggeng, dengan ketinggian elevasi dasar sungai +149,40 mdpl
sampai dengan +83 mdpl. Kecamatan Bantarkawung terletak di sebelah Barat Daya Ibukota
Kabupaten Brebes dengan batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Larangan
 Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
 Sebelah Barat : Kecamatan Salem dan Kabupaten Cilacap
 Sebelah Timur : Kecamatan Tonjong dan Bumiayu
Sumber : Monografi Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Bantarkawung Dalam Angka 2014
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

2.3 KONDISI IKLIM DAN CURAH HUJAN


Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah sebesar 1.662,96 km2, terdiri dari 17
Kecamatan dan 297 desa/kelurahan. Jumlah curah hujan rata-rata di Kabupaten Brebes pada
tahun 2013 sebesar 2.531 mm, rata-rata jumlah curah hujan per bulan 211 mm sedangkan
jumlah rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2013 adalah 11 hari. Curah hujan tertinggi
terjadi di Kecamatan Paguyangan sebesar 4.132 mm, sedangkan jumlah hari hujan
terbanyak adalah 226 hari terjadi di Kecamatan Bumiayu.
2.4 JENIS TANAH
2.4.1. Keadaan tanah
Survai penyelidikan mekanika tanah dilakukan dengan dasar peta tanah di
Kabupaten Brebes dan hasil penelitian Eka Kadarsetia (2011) yang menjabarkan zonasi
kerentanan gerakan tanah di Kabupaten Brebes. Penelitian tersebut menjabarkan jenis
tanah yang ada di lokasi.

Gambar 2.2 Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Di Kabupaten Brebes


Pemetaan geologi di lokasi didasarkan pada hasil penelitian Dinta Anindy Ismiralda (2013)
dan Tomy Sumijaya (tanpa tahun). Penelitian Dinta Anindy Ismiralda (2013) menekankan
tentang geologi dan kajian endapan turbidit formasi halang daerah Bantarkawung
Kabupaten Brebes, sedangkan penelitian Tomy Sumijaya menjabarkan tentang lokasi
bahan agregat kasar dan agregat halus.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Waru dan Sekitarnya Kecamatan


Bantarkawung Kabupaten Brebes

Dalam SWP III, dengan pusat di kota Bumiayu meliputi Kecamatan Bumiayu,
Tonjong, Sirampog, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem. Sektor yang dikembangkan
adalah sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan
Kabupaten Brebes memiliki beberapa potensi sumber daya mineral yang potensial
untuk dieksploitasi, meliputi batu kapur, trass, batu splite , dan batu bata, serta potensi
sumber minyak bumi dan panas bumi.
Cadangan batu bara muda di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, ditemukan potensi
cadangan batu bara muda di desa Bentarsari sebanyak 24,24 juta ton dengan kandungan
minyak mencapai 5,30 liter per ton berdasarkan temuan Kementerian ESDM di tahun 2008.
Kandungan batu bara muda ini baru dapat dimanfaatkan sekitara 50 sampai 100 tahun ke
depan karena menunggu proses pelapukan dan pengkristalan
Paradigma baru dalam pengelolaan sumberdaya air di Indonesia dapat dijelaskan
sebagai berikut :
o Pengelolaan yang terpadu antar setiap jenis sumberdaya air (air hujan, air permukaan,
dan airtanah), tidak lagi terfragmentasi.

o Pengelolaan bersifat desentralisasi, daerah kabupaten/kota berwenang mengelola


sumberdaya nasional (termasuk sumberdaya air) yang tersedia di wilayahnya.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

o Peran pemerintah pusat dari regulator dan sekaligus operator yang sentralistik menjadi
sebagai regulator, pembuatkebijakan, perencanaan nasional, pembinaan, konservasi
dan standarisasi nasional, dan menyerahkan pelaksanaan kebijakan dan pengambilan
keputusan pengelolaaan kepada pemerintah daerah, serta melibatkan para stake
holders, akar rumput di daerah, dan sector swasta.
o Pengelolaan yang tidak hanya menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya air,
tetapi juga menjamin keberlanjutan (sustainability) ketersediaan sumberdaya air dalam
ruang dan waktu tertentu, baik jumlah maupun kualitasnya.
Pengelolaan sumberdaya airtanah harus dilakukan secara bijaksana oleh semua
pihak dengan bertumpu pada aspek teknis dan aspek hukum dan kelembagaan yang benar.
Secara teknis, Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu suatu wilayah yang dibatasi hidrologis,
tempat semua kejadian hidrologis, seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan
air tanah berlangsung.

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


PROVINSI JAWA TENGAH

Gambar 2.4 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Tengah


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Tabel 2.1 Daftar Cekungan Air Tanah Lintas Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah

O NAMA CAT LUAS WILAYAH ADMINISTRASI POTENSI AIR TANAH (Juta


(Km) M3/Tahun)
BEBAS TERTEKA
CAT PEKALONGAN - 1.681,6 PEKALONGAN,PEMALANG, BATANG, KOTA 644,3 17,1
PEMALANG PEKALONGAN.
CAT LEBAKSIU 661,2 PEMALANG, BREBES, TEGAL 365,9 3,4
CAT PURWOKERTO - 1.318,2 BANYUMAS, PURBALINGGA, BANJARNEGARA 502,6 9,7
PURBALINGGA
CAT CILACAP 217,6 CILACAP, BAYUMAS 43,2 -
CAT KROYA 422,8 CILACAP, BANYUMAS, KEBUMEN 65,1 -
CAT KEBUMEN - 1.126,6 KEBUMEN, PURWOREJO 129,8 -
PURWOREJO
CAT SUBAH 874,2 BATANG, KENDAL, TEMANGGUNG 426,8 7,7
CAT KARANGKOBAR 316,4 BANJARNEGARA, WONOSOBO 152,9 4,2
CAT WONOSOBO 665,7 WONOSOBO, TEMANGGUNG, MAGELANG 210,1 7,6
0 CAT SEMARANG - DEMAK 1.839,2 KOTA SEMARANG, DEMAK, KENDAL, GROBOGAN, 783,1 18,9
BLORA, SEMARANG.
1 CAT UNGARAN 329,3 SEMARANG, KENDAL, KOTA SEMARANG 144,7 8,1
2 CAT SIDOMULYO 207,3 TEMANGGUNG, KENDAL, SEMARANG 41,6 -
3 CAT MAGELANG - 1.783 MAGELANG, TEMANGGUNG 871,6 13,9
TEMANGGUNG
4 CAT RAWAPENING 303,1 SEMARANG, KOTA SALATIGA 133,2 12,6
5 CAT SALATIGA 85,29 SEMARANG, KOTA SALATIGA, BOYOLALI 10,24 2,2
6 CAT KUDUS 1.178 KUDUS, JEPARA, PATI, DEMAK 436,4 10,7
7 CAT PATI - REMBANG 1.028 PATI, REMBANG 273,1 DAYA MINERAL
DINAS ENERGI DAN SUMBER 3,9
PROVINSI JAWA TENGAH
CAT WATUPUTIH 30,78 REMBANG, BLORA 3,2 -

2.5. AREAL DAN LUAS GENANGAN RENCANA WADUK BANTARKAWUNG DESA


SINDANGWANGI.
Areal genangan rencana Waduk Bantarkawung Desa Sindangwangi, hanya
meliputi Desa Sindangwangi. Berdasarkan dari peta digital topografi, sumber peta
Bakusurtanal Tahun 2001, didapatkan perkiraan luas genangan air di Desa
Sindangwangi seluas 47.124,12 Ha dengan rincian sebagai berikut :
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambar 2.6 Peta Google Earth Lokasi Calon As Bendung

Pada rencana elevasi 137.5 mdpl, tata guna lahan yang tergenang air meliputi :
Kebun : 26.32 Ha
Sawah Irigasi : 30.61 Ha
Sawah Tadah Hujan : 26.6 Ha Tegal
: 84.014 Ha

Infra struktur Desa Sindangwangi tidak terkena genangan air.


Rencana lokasi As Tubuh Bendungan Bantarkawung Desa Sindangwangi pada 70 9’ 40.04”
Lintang Selatan dan 1080 54’ 37.71” Bujur Timur.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 3
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. TATA CARA PERENCANAAN BAKU

Metodologi kerja yang disusun pada penelitian Studi Kelayakan Bendungan Bantarkawung
di Kabupaten Brebes ini akan didasarkan atas penugasan yang diamanatkan dalam kerangka
acuan kerja. Untuk menghasilkan kebutuhan analisis dan desain rinci bendungan, sesuai
dengan Permen PUPR no 27 tahun 2015 tentang Bendungan, pasal 23- 25, yaitu

a. Analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan akses, quarry dan
borrow area, penyimpanan material, tempat pembuangan galian, dan daerah genangan.
b. Analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi material bahan
bendungan dan daerah genangan.
c. Analisis hidrologi daerah tangkapan air.
d. Analisis kependudukan di daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah
penerima manfaat bendungan.
e. Analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan dan rencana
genangan serta daerah penerima manfaat bendungan.
f. Membuat gambar teknis rencana bendungan beserta bangunan pelengkapnya dan
fasilitas yang berkaitan dengan pembangunan bendungan dan peta genangan.
g. Menyusun nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam menyusun
desain dan perhitungan gambar teknis sebagaimana dimaksud pada huruf f.

h. Membuat spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk mencapai
kualitas penelitian yang disyaratkan dan peralatan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan konstruksi.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

i. Menyusun metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan aliran
sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan peralatan hidromekanikal.
j. Menyusun rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi bendungan yang meliputi
perhitungan volume Penelitian dan biaya.
3.2. PENYELIDIKAN GEOLOGI
Setiap proses pembangunan bendungan, dimulai dari studi kelayakan, perencanaan dan
proses pembangunannya, tidak terlepas dari faktor kelayakan kondisi geologi site
bendungan, terutama geologi bawah bendungan dan potensi patahan, sesar dan lipatan
pada lokasi rencana bendungan.

Banyak kasus keterlambatan bendungan, pembengkakan biaya pembangunan bahkan


kegagalan melanjutkan pembangunan karena kurang akuratnya informasi teknis yang
didapat selama masa studi kelayakan dan perencanaan, sehingga pada masa pembangunan
harus terjadi review design yang seringkali diluar dugaan dan membutuhkan biaya dan
teknologi khusus.
Sebagai contoh kasus permasalahan geologi adalah

a. Bendungan Bajulmati di Jawa Timur yang mengalami pembengkakan biaya hingga 300%
dari rencana anggaran biaya (engineers estimate) dari hasil perencanaan karena kondisi
pondasi bendungan yang tidak sesuai dimana very loose material dan boulder sehingga
membutuhkan treatment dengan teknologi tinggi yang sangat mahal.
b. Bendungan Jatigede di Jawa Barat juga menyimpan permasalahan geologi bawah
permukaan (sesar) yang menyebabkan kebutuhan treatment dan penambahan biaya
konstruksi >200%.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Penekanan tinjauan khusus kepada faktor geologi pondasi dan daerah tampungan waduk
bukan berarti mengesampingkan faktor lain seperti topografi, hidrologi, konstruksi
bendungan dan jenis materialnya. Disebabkan faktor selain geologi tersebut lebih dapat
diprediksi dan dianalisis melalui rekayasa teknis terkini, karena pada umumnya memiliki
data-data teknis yang lebih akurat dan mudah didapat. Sebagai gambaran, kondisi geologi
pondasi dan daerah genangan bisa menyebabkan biaya yang dapat mencapai 50
% atau lebih dalam hal biaya pembangunan.
a. Acuan Baku
 Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan, Keputusan Direktur Jenderla
Sumberdaya Air no 27/KPTS/D/2008 tanggal 31 Januari 2008.
 Pedoman Pembangunan Bendungan Urugan pada Pondasi Tanah Lunak, Keputusan
Direktur Jenderla Sumberdaya Air no 04/KPTS/D/2007 tanggal 16 Februari 2007.
 SNI 03-2849-1992, Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan.
b. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi didasarkan pada hasil pengeboran dan investigasi geologi teknik
bawah permukaan. Hal yang perlu menjadi catatan khusus adalah
 Pengaruh dan jarak terhadap sesar aktif baik patahan maupun sesar sekunder lain
termasuk adanya joints (kekar) yang dapat membahayakan keamanan bendungan
sehingga harus dilakukan pemetaan geologi teknik detail, studi kelongsoran dan
dibantu dengan pengamatan hasil pemboran untuk meneliti karakteristik dan
tingkat keaktifan sesar tersebut.
 Pengeboran inti dilakukan dengan kedalaman 2/3 H – H dimana H adalah tinggi
bendungan yang dihitung dari dasar terdalam pondasi bendungan baik galian
maupun tanah asli. Pengeboran inti dilakukan pada beberapa titiik di as bendungan,
pelimpah dan rencana terowongan pengelak.
 Analisis geologi terkait potensi gempa dan dampaknya terhadap keruntuhan
bendungan, harus dilakukan survai geoseismik (seismik refraksi/refleksi), untuk
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

mengetahui pelapisan batuan bawah permukaan, keberadaan sesar, kekar (joints),


kecepatan rambat gelombang gempa, rongga batuan, dan sebagainya serta studi
gempa. Kegiatan ini direkomendasikan dilakukan pada studi kelayakan dan detail
desain.
 Jenis dan prosedur investigasi geologi dan mekanika tanah lain adalah sesuai
pedoman investigasi geologi teknik untuk bendungan yang diterbitkan Balai
Bendungan.
 Pemetaan geologi di lokasi didasarkan pada hasil penelitian Dinta Anindy Ismiralda
(2013) dan Tomy Sumijaya (tanpa tahun). Penelitian Dinta Anindy Ismiralda (2013)
menekankan tentang geologi dan kajian endapan turbidit formasi halang daerah
Bantarkawung Kabupaten Brebes, sedangkan penelitian Penelitian Tomy Sumijaya
menjabarkan tentang lokasi bahan agregat kasar dan agregat halus.
3.3. SURVAI PENYELIDIKAN MATERIAL BENDUNGAN
Survai penyelidikan mekanika tanah dilakukan dengan dasar peta tanah di Kabupaten
Brebes dan hasil penelitian Eka Kadarsetia (2011) yang menjabarkan zonasi kerentanan
gerakan tanah di Kabupaten Brebes. Penelitian tersebut menjabarkan jenis tanah yang ada
di lokasi. Penelitian lain yang digunakan dalam studi ini adalah hasil penelitian Tomy
Sumijaya (tanpa tahun). Penelitian Tomy Sumijaya menjabarkan tentang lokasi bahan
agregat kasar dan agregat halus. Menurut Panduan Perencanaan Bendungan Urugan –
Volume I Survei dan Investigasi, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Pengairan (1999)
sebagai acuan baku, perlu dilakukan pengujian lubang (test pit) untuk menentukan material
bendungan. Tahap studi memerlukan uji sampel tanah sebanyak 1 uji untuk setiap 25.000
m3 jumlah perkiraan material tubuh bendungan.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambar 3.1
Contoh Galian Sumur Uji (Test Pit)

Sumuran uji atau lubang pengujian tegak digunakan dalam investigasi bahan/material
untuk bahan urugan bendungan, endapan sungai pada alas bendungan dan lain-lain.
Lubang-uji tegak untuk penyelidikan bahan urugan bendungan, terutama untuk
mengumpulkan contoh tanah (sampel) untuk uji laborat disamping untuk memastikan
setiap lapisan secara visual. Umumnya sumur ini digali secara manual, diameter dan
kedalamannya masing-masing 1.0 – 1.5 m dan 1.0 – 5.0 m.
Sumur uji untuk investigasi endapan dasar sungai dimaksudkan untuk menentukan
ketebalan endapan serta distribusi butirannya. Juga untuk pengujian kelulusan air serta uji
pembebanan di dalam sumur tersebut.
3.4. STANDAR PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Berikut disajikan bagan alir untuk penyelidikan geologi dan mekanika tanah sesuai Panduan
Perencanaan Bendungan Urugan – Volume I Survei dan Investigasi, Direktorat Bina Teknik,
Direktorat Jenderal Pengairan (1999) dengan disertai contoh pada Lampiran 2.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Persiapan Mulai

Peta Topografi Peta Geologi skala 1:1.000


Peta Geologi
Peta Situasi
Studi terdahulu
Identifikasi Geologi Lokasi

Diskusi/ Penetapan Lokasi


Revisi T Y
Titik Bor dan Test Pit

Test Pit
Pemboran Inti
Borrow Area

Test Laboratorium
Analisis dan Evaluasi
Mekanika Tanah

Laporan Geologi dan


Mekanika Tanah

Diskusi/
Revisi Y Selesai
Asistensi

Gambar 3.2
Bagan Alir Pelaksanaan Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. VOLUME GENANGAN AIR


Data berupa peta digital topografi skala 1: 25.000, dari Bakosurtanal Tahun 2001,
sedangkan batas-batas areal genangan dari keterangan stake holder, perangkat desa
Sindangwangi Kecamatan Bantarkawung, pengarahan Direksi PENELITIAN serta dilakukan
peninjauan bersama ke lokasi.

Garis imajiner

Garis imajiner

Gambar 4.4
Rencana As Tubuh Bendungan
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Berdasarkan peta digital topografi dari Bakusurtanal Tahun 2001, rencana lokasi As
Tubuh Bendungan Bantarkawung Desa Sindangwangi pada 70 9’ 40.04” Lintang Selatan dan
1080 54’ 37.71” Bujur Timur, dengan menggunakan hasil pembacaan kontur, dimana elevasi
rata-rata dasar sungai eksisting + 87,5 mdpl, didapatkan :

Alternatif 1). Pada 137,5 mdpl, tubuh bendungan panjang 733,23 m, areal
genangannya seluas : 47.124,12 Ha , volume : 35,999 juta m3, tata guna lahan yang
tergenang air meliputi : kebun : 26,32 Ha, sawah irigasi : 30,61 Ha, sawah tadah hujan : 26,6
Ha, tegal : 84,014 Ha.
Alternatif 2). Pada 125 mdpl, tubuh bendungan panjang : 654,09 m, areal
genangannya seluas 25.324,60 Ha , volume : 18,928 juta m3 , tata guna lahan yang tergenang
air meliputi : kebun : 17,15 Ha, sawah irigasi : 20,74 Ha, sawah tadah hujan : 21,63 Ha, tegal
: 49,88 Ha.
Alternatif 3). Pada 112,5 mdpl, tubuh bendungan panjang 575,06 m, areal
genangannya seluas 11.414,10 Ha , volume : 8,218 juta m3 , tata guna lahan yang tergenang
air meliputi : kebun : 9,322 Ha, sawah irigasi : 13,85 Ha, sawah tadah hujan : 16,56 Ha, tegal
: 26,13 Ha.
Semua areal genangan air baik alternatif 1), 2), dan 3), tidak mengenai atau
menenggelamkan infra struktur di Desa Sindangwangi, semua areal genangan air masuk
wilayah Desa Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes. Meskipun
demikian kita perlu sosialisasikan kepada masyarakat setempat yaitu Desa Sindangwangi,
Kecamatan Bantarkawung, kabupaten Brebes.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambar 4.6
Peta Google Earth Lokasi Calon As Bendung

Tata Guna Lahan Dalam


Genangan 137 mdpl
Kebun 26,32 ha
Sawah Irigasi 30,61 ha
Sawah tdh hujan 26,6 ha
Tegal 84,014 ha

Gambar 4.7
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Peta Genangan Bendungan Bantarkawung


Elevasi (m)

Gambar 4.9
Lengkung Kapasitas Waduk Bantarkawung Sindangwangi

4.2. CURAH HUJAN DAN HIDROLOGI


Tujuan analisis debit banjir adalah untuk memperoleh debit puncak yang akan
digunakan sebagai data dalam desain. Analisis dilakukan dengan menggunakan hidrograf
satuan sintetis. Hidrograf satuan sintetis merupakan suatu cara untuk memperkirakan
penggunaan konsep hidrograf satuan dalam suatu perencanaan yang tidak tersedia
pengukuran-pengukuran langsung mengenai hidrograf banjir (Limantara, 2009).
Hidrograf satuan adalah hidrograf dari aliran permukaan tanah yang terjadi oleh curah hujan
efektif yang tingginya 1 mm. Secara umum hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat
dihitung dengan persamaan (Harto, 1993)
Qk = U1Ri + U2Ri–1 + U3R i–2 + + UnRi–n+1 + Bf
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Dimana:
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke I
Bf = Aliran dasar (base flow)

Hasil analisis debit banjir daerah tangkapan air Bantarkawung untuk 4 metode
analisis disajikan pada Tabel berikut. Berdasarkan tabel tersebut, metode yang
digunakan dalam analisis selanjutnya adalah debit terbesar yaitu metode Snyder
Aleksejev
Tabel 4.2 Hidrograf Satuan

Periode Metode Metode Metode Snyder Metode


Ulang Gama I Nakayasu Aleksejev US SCS

Tahun m3/dtk

2 41.093 7.945 41.173 21.989

5 46.001 8.923 46.244 24.698

10 48.133 9.349 48.447 25.874

20 49.654 9.652 50.018 26.713

25 50.056 9.732 50.433 26.935

50 51.104 9.941 51.517 27.514

100 51.921 10.104 52.361 27.965

200 52.568 10.233 53.029 28.322

500 53.229 10.364 53.711 28.686

1000 53.616 10.442 54.112 28.900

10000 54.439 10.606 54.962 29.354


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

4.3. DEBIT ANDALAN


Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan kemungkinan debit terpenuhi
80% sehingga dapat dipakai untuk kebutuhan irigasi. Debit andalan pada umumnya
dianalisis sebagai debit rata–rata untuk periode sepuluh harian, setengah bulanan atau
bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi ditetapkan 20% untuk menilai tersedianya air
berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement).

Debit andalan yang optimal didapatkan melalui analisis dengan menggunakan


metode catatan debit sungai dan atau apabila catatan debit itu terdapat bagian yang tidak
ada, maka digunakan analisis metode keseimbangan air (water balance) dari Dr. FJ. Mock
(1973 dalam, Sinaro dan Yusuf, 1987).
Catatan debit atau hasil analisis empiris akan dianalisis kembali untuk mendapatkan
peluang keandalan yang diperlukan yang dapat dipilih keandalan yang lebih besar dari 80%.
Tahap ini menggunakan 3 macam metode untuk menentukan seberapa besar keandalan
aliran. Hasil dari 3 macam tahap ini digunakan nilai terkecil yang memungkinkan sehingga
didapat safety range debit keandalan.
4.3.1. Analisis Evapotranspirasi
Evapotranspirasi yang menjadi acuan adalah penguapan yang dialami
rerumputan pendek dimana albedo sebesar 0,25. Eto adalah kondisi evaporasi berdasarkan
keadaan meteorologi yang meliputi temperatur, lama penyinaran matahari atau radiasi,
kelembaban dan angin.

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan menentukan kebutuhan maksimum air irigasi.
Kebutuhan air di sawah untuk padi dan palawija ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan
lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, penggantian lapisan air dan curah
hujan efektif. Curah hujan efektif diperhitungkan dalam mencari kebutuhan air di sawah,
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

demikian juga efisiensi tercakup didalam hitungan tersebut. Data yang diperlukan untuk
analisis kebutuhan air adalah data klimatologi yang didapatkan dari stasiun yang terdekat
dan diambil minimal 5 tahun. Data klimatologi yang diperlukan meliputi
a. Suhu udara bulanan rata-rata (0C)
b. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata (%)
c. Kecepatan angin bulanan rata-rata (m/det)

d. Penyinaran matahari bulanan rata-rata (%)


Data klimatologi didapatkan dari Stasiun Waduk Malahayu sebagai stasiun pencatatan yang
available terdekat dengan lokasi Waduk Bantarkawung. Lokasi pencatatan dan lokasi
penelitian cukup jauh namun karena kondisi yang given maka pencatatan ini yang
digunakan. Data lengkap selama 5 tahun (2010-2014)

Tabel 4.3 Evapotranspirasi

½ Bulan I ½ Bulan II
Bulan
mm/hari

Jan 2.88 2.88

Feb 3.07 3.07

Mar 3.05 3.05

Apr 2.96 2.96

Mei 2.91 2.91

Jun 2.91 2.91

Jul 2.99 2.99

Agu 3.75 3.75

Sep 3.47 3.47

Okt 3.51 3.51

Nov 3.17 3.17

Des 2.92 2.92

(Sumber : Analisis Data, 2015)


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

4.3.2. Analisis Debit Andalan Metode Dr. FJ Mock


Metode analisis keseimbangan air dari Dr. FJ. Mock digunakan untuk
menghitung harga debit bulanan berdasarkan tranformasi data curah hujan
bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah. Metode
empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang.

Curah hujan rata–rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitung berdasarkan


data pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya dari data
meteorologi dengan menggunakan metode Cropwath dan karakteristik vegetasi.
Perbedaan antara curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air
hujan langsung (direct run off), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat
(storm run off).

Gambar 4.15 Debit Andalan Waduk Bantarkawung

4.4. KEBUTUHAN BIAYA KONSTRUKSI

Untuk membuat perkiraan biaya konstruksi rencana pembangunan Waduk


Bantarkawung Sindangwangi, diperlukan gambaran umum PENELITIAN apa saja yang
diperlukan.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambaran umum penelitian-penelitian yang perlu dalam pembangunan Waduk


Bantarkawung Sindangwangi adalah sebagai berikut :
- Penelitian Tubuh Bendungan.
- Penelitian Bangunan Pelimpah.
- Penelitian Bangunan Pengeluaran / Pengelak.

Estimasi biaya langsung pembangunan Waduk Bantarkawung Sindangwangi


(biaya konstruksi) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Estimasi Biaya Langsung (Direct Cost) Alternatif 1

No. Jenis PENELITIAN Biaya ( Rp. )


1 PENELITIAN Tubuh Bendungan 980,044,455,948.27
2 PENELITIAN Bang. Pelimpah 13,767,934,779.81
3 PENELITIAN Bang. Pengeluaran / 6,908,117,448.6
Pengelak
Jumlah : 1,000,720,508,176.68
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% : 100,072,050,817.67
Biaya Langsung (Konstruksi) : 1,100,792,558,994.35
Dibulatkan : 1,100,792,559,000.00

Tabel 4.8 : Estimasi Biaya Langsung (Direct Cost) Alternatif 2

No. Jenis PENELITIAN Biaya ( Rp. )


1 PENELITIAN Tubuh Bendungan 521,039,274,624.91
2 PENELITIAN Bang. Pelimpah 13,177,501,519.11
3 PENELITIAN Bang. Pengeluaran / 3,944,019,406.5
Pengelak
Jumlah : 538,160,795,550.46
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% : 53,816,079,555.05
Biaya Langsung (Konstruksi) : 591,976,875,105.51
Dibulatkan : 591,976,875,000.00
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Tabel 4.9 : Estimasi Biaya Langsung (Direct Cost) Alternatif 3

No. Jenis PENELITIAN Biaya ( Rp. )


1 PENELITIAN Tubuh Bendungan 227,354,096,145.47
2 PENELITIAN Bang. Pelimpah 12,587,068,258.41
3 PENELITIAN Bang. Pengeluaran / 3,453,519,584.8
Pengelak
Jumlah : 243,394,683,988.65
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% : 24,339,468,398.86
Biaya Langsung (Konstruksi) : 267,734,152,387.51
Dibulatkan : 267,734,152,000.00

4.5. BIAYA MODAL (CAPITAL COST)


1) Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung merupakan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan.
2) Biaya Tak Langsung (Inderect Cost)
Biaya tak langsung merupakan prosentase dari biaya langsung dan besarnya
tergantung dari pertimbangan pemilik dan perencana (Kodoatie, 2005).
Biaya langsung terdiri dari :
a) Biaya engineering

Biaya engineering biasanya diambil sebesar 7% dari biaya konstruksi.


b) Biaya administrasi
Biaya administrasi biasa diambil sebesar 5% dari biaya konstruksi.

c) Biaya tak terduga


Biaya tak terduga diambil sebesar 5% dari biaya konstruksi ditambah biaya
engineering,
d) Tingkat inflasi
Biaya inflasi diambil sama dengan 8% dari biaya-biaya konstruksi.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Perhitungan biaya modal (capital cost) untuk ketiga alternatif pembangunan


Waduk Bantarkawung Sindangwangi adalah sebagai berikut :
Tabel : 4.11 : Perhitungan Biaya Modal Alternatif 1

Jenis Biaya Notasi Perhitungan Biaya (Rp. )


Biaya Konstruksi (1) 1 1,100,792,559,000
Biaya Engineering (2) 2 = 7% x 1 77,055,479,130
Biaya Administrasi (3) 3 = 5% x 1 55,039,627,950
Biaya Tak Terduga (4) 4 = 5% x ( 1 + 2 ) 58,892,401,906.50
Inflasi (5) 5 = 8% x 1 88,063,404,720
Biaya Modal (6) 6=(1+2+3+4+5) 1,379,843,472,707

Tabel : 4.12 : Perhitungan Biaya Modal Alternatif 2


Jenis Biaya Notasi Perhitungan Biaya (Rp. )
Biaya Konstruksi (1) 1 591,976,875,000
Biaya Engineering (2) 2 = 7% x 1 41,438,381,250
Biaya Administrasi (3) 3 = 5% x 1 29,598,843,750
Biaya Tak Terduga (4) 4 = 5% x ( 1 + 2 ) 31,670,762,812.50
Inflasi (5) 5 = 8% x 1 47,358,150,000
Biaya Modal (6) 6=(1+2+3+4+5) 742,043,012,813

Tabel : 4.13 : Perhitungan Biaya Modal Alternatif 3


Jenis Biaya Notasi Perhitungan Biaya (Rp. )
Biaya Konstruksi (1) 1 267,734,152,000
Biaya Engineering (2) 2 = 7% x 1 18,741,390,640
Biaya Administrasi (3) 3 = 5% x 1 13,386,707,600
Biaya Tak Terduga (4) 4 = 5% x ( 1 + 2 ) 14,323,777,132.00
Inflasi (5) 5 = 8% x 1 21,418,732,160
Biaya Modal (6) 6=(1+2+3+4+5) 335,604,759,532
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

4.6. KEUNTUNGAN (BENEFIT) PEMBANGUNAN WADUK BANTARKAWUNG


SINDANGWANGI
Estimasi hasil panen dari sawah dan ladang yang diairi dari Waduk
Bantarkawung Sindangwangi pada musim tanam adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 : Perhitungan Luas Tanam


Volume Air di Kebutuhan Air selama MT 1, 2, 3 Luas Tanam Peningkatan Luas Tanam
Skenario
Waduk ( m3 ) ( M3 ) ( Ha ) ( Ha )
Eksisting
Alternatif 1) 35,999,063.51 35,999,063.32 60,959.00 2,542,879,100.01
Alternatif 2) 18,927,696.49 18,927,696.39 60,959.00 1,103,775,459.99
Alternatif 3) 8,218,036.59 8,218,036.40 60,959.00 200,959,022.01

Menurut keterangan perangkat Desa Sindangwangi Kecamatan Bantarkawung,


Kabupaten Brebes dalam angka 2014, bahwa hasil panen padi rata-rata daerah tersebut
pada musim tanam ( MT ) 1, 2 sebanyak 6 ton per hektar dan pada hasil panen jagung rata-
rata musim tanam ( MT ) 3 sebanyak 6,63 ton hektar.
Perkiraan hasil panen adalah sebagai berikut.

Tabel 4.15 : Estimasi Hasil Panen MT 1

Hasil Panen Peningkatan


Skenario Luas Panen ( Ha ) Hasil Panen ( ton )
(ton/Ha) Panen ( ton )
Eksisting 39,773.71 6.00 238,642.26
Alternatif 1) 847,626,366.67 6.00 5,085,758,200.02 5,085,519,557.76
Alternatif 2) 367,925,153.33 6.00 2,207,550,919.98 2,207,312,277.72
Alternatif 3) 66,986,340.67 6.00 401,918,044.02 401,679,401.76

Tabel 4.16 : Estimasi Hasil Panen MT 2


Hasil Panen Peningkatan
Skenario Luas Panen ( Ha ) Hasil Panen ( ton )
(ton/Ha) Panen ( ton )
Eksisting 39,773.71 6.00 238,642.26
Alternatif 1) 847,626,366.67 6.00 5,085,758,200.02 5,085,519,557.76
Alternatif 2) 367,925,153.33 6.00 2,207,550,919.98 2,207,312,277.72
Alternatif 3) 66,986,340.67 6.00 401,918,044.02 401,679,401.76
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Tabel 4.17 : Estimasi Hasil Panen MT 3

Hasil Panen Peningkatan


Skenario Luas Panen ( Ha ) Hasil Panen ( ton )
(ton/Ha) Panen ( ton )
Eksisting 10,067.00 6.63 66,744.21
Alternatif 1) 847,626,366.67 6.63 5,619,762,811.02 5,619,696,066.81
Alternatif 2) 367,925,153.33 6.63 2,439,343,766.58 2,439,277,022.37
Alternatif 3) 66,986,340.67 6.63 444,119,438.64 444,052,694.43

Dengan harga jual panen padi (gabah kering) seharga Rp. 5.116,- dan harga jual jagung
kering panen seharga Rp. 3.500,-, maka hasil panen dapat diperkirakan. Dengan dasar
asumsi di muka maka perhitungan keuntungan (benefit) dari pembangunan Waduk
Bantarkawung Sindangwangi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.18 : Estimasi Keuntungan (Benefit) Hasil Panen MT 1

Hasil Panen MT 1 Harga Gabah Benefit MT 1


Skenario
( ton ) ( Rp/Kg ) ( Rp )
Eksisting
Alternatif 1) 5,085,519,557.76 5,116 26,017,518,057,500.20
Alternatif 2) 2,207,312,277.72 5,116 11,292,609,612,815.50
Alternatif 3) 401,679,401.76 5,116 2,054,991,819,404.16

Tabel 4.19 : Estimasi Keuntungan (Benefit) Hasil Panen MT 2

Hasil Panen MT 1 Harga Gabah Benefit MT 2


Skenario
( ton ) ( Rp/Kg ) ( Rp )
Eksisting
Alternatif 1) 5,085,519,557.76 5,116.00 26,017,518,057,500.20
Alternatif 2) 2,207,312,277.72 5,116.00 11,292,609,612,815.50
Alternatif 3) 401,679,401.76 5,116.00 2,054,991,819,404.16
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Tabel 4.20 : Estimasi Keuntungan (Benefit) Hasil Panen MT 3


Hasil Panen MT 1 Harga Jagung Benefit MT 3
Skenario
( ton ) ( Rp/Kg ) ( Rp )
Eksisting
Alternatif 1) 5,619,696,066.81 3,500.00 19,668,936,233,842.30
Alternatif 2) 2,439,277,022.37 3,500.00 8,537,469,578,287.65
Alternatif 3) 444,052,694.43 3,500.00 1,554,184,430,512.35

Tabel 4.21 : Estimasi Keuntungan (Benefit) Hasil Panen

Estimasi Benefit
No. Skenario
( Rp. )
1 Alternatif 1) 71,703,972,348,843
2 Alternatif 2) 31,122,688,803,919
3 Alternatif 3) 5,664,168,069,321
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 5
ANALYSA KELAYAKAN

Dari keterangan masyarakat, perangkat Desa Sindangwangi Kecamatan


Bantarkawung, pengarahan Direksi, dikatakan bahwa Waduk Bantarkawung Sindangwangi
sangat dibutuhkan sekali. Diharapkan Waduk Bantarkawung sangat membantu dan punya
manfaat :
a. Untuk mensuply bendung atau pengambilan bebas yang dibagian hilir ,Desa
Pangarasan, terutama musim kemarau.
b. Diharapkan bisa memasok air sampai ke Bendung Notog dengan luas areal 25.180
Ha, meliputi Kecamatan Songgom, Jatibarang, Brebes, Larangan, Ketanggungan,
Bulakamba, Wanasari yang mana pada musim kemarau banyak areal tidak bisa
terlayani dengan baik, .
c. Dapat digunakan sebagai air baku, untuk masyarakat setempat, maupun yang
dibagian hilirnya.
d. Pengendali banjir maupun sedimen.
e. Digunakan pembangkit PLTA.
f. Pariwisata, yang akan bisa menaikan ekonomi maupun kemakmuran masyarakat
setempat.

Gambar 5.1
Peta Daerah Irigasi di wilayah Balai PSDA Pemali Comal
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Gambar 3.3
Skema Sungai di UPTD Pemali Hulu

5.1. ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI


5.2.1. Periode Pengembalian (Payback Period)

Analisis periode pengembalian (payback period) adalah untuk mengetahui


jangka waktu (periode) investasi dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang
pokok (break event point) yang merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali modal (mengembalikan investasi). Jika komponen cash flow
benefit dan cost-nya bersifat annual (tahunan), maka formula periode
pengembalian adalah :
 
K =  Investasi × periode waktu

 
 Annual Benefit 
(PBP)

Keterangan :
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

K(PBP) = Periode pengembalian


Investasi = Modal yang diperlukan
Annual benefit = (Keuntungan – Pengeluaran) per tahun
Periode waktu = tahun.
Untuk mengetahui mengetahui suatu rencana investasi layak atau tidak
secara ekonomi diperlukan suatu ukuran / kriteria tertentu. Dalam periode
pengembalian (Payback Period) ini ukuran layak (feasible) tidaknya suatu investasi
adalah :
Jika K ≤ n, investasi layak (feasible)
Jika K ≥ n, investasi tidak layak

Keterangan : K = adalah periode pengembalian n


= umur investasi.

5.2.2. Nilai Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio / BCR)
Benefit cost ratio adalah hasil perbandingan antara present value jumlah
benefit kotor pada setiap periode (tahun) dengan jumlah present value dari biaya dan
investasi yang dikeluarkan (Cipta Karya, 2007). Menurut Giatman, 2007 metode
analisis benefit cost ratio dijelaskan sebagai berikut :

Benefit Benefit
BCR = atau
Cost Cost

Jika analisis dilakukan terhadap present :

PWB
BCR =
PWC

Kriteria layak tidaknya suatu investasi / proyek dilaksanakan adalah sebagai


berikut :

Jika nilai BCR ≥ 1, berarti investasi / proyek layak (feasible).


Jika nilai BCR < 1, berarti investasi / proyek tidak layak (unfeasible
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Perhitungan Kelayakan (Feasibility) Ekonomi


1) Periode Pengembalian (Payback Period)
 
K =  Investasi × periode waktu

 
 Annual Benefit 
(PBP)



a) Alternatif 1.
Nilai investasi untuk pembangunan Waduk Bantarkawung
Sindangwangi sebesar Rp. 1.379.843.472.707,- , keuntungan tahunan
(annual benefit) sebesar Rp. 71.703.972.348.842,70 , periode waktu 3 tahun
dan umur investasi adalah 50 tahun, maka periode pengembalian :
1.379.843.472.707
K(PBP) = ( )x 3
71.703.972.348.842,70

K(PBP) = 0.06 tahun

K (= 0,06 ) < n ( = 50 ), jadi layak ( feasible ) untuk dibangun

b) Alternatif 2.
Nilai investasi untuk pembangunan Waduk Bantarkawung
Sindangwangi sebesar Rp. 742.043.012.813,- , keuntungan tahunan (annual
benefit) sebesar Rp. 31.122.688.803.918,70 , periode waktu 3 tahun dan
umur investasi adalah 50 tahun, maka periode pengembalian :
742.043.012.813
K(PBP) = ( )x 3
31.122.688.803.918,70

K(PBP) = 0.07 tahun

K (= 0.07 ) < n ( = 50 ), jadi layak ( feasible ) untuk dibangun


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

c) Alternatif 3.
Nilai investasi untuk pembangunan Waduk Bantarkawung
Sindangwangi sebesar Rp. 335.604.759.532,- , keuntungan tahunan (annual
benefit) sebesar Rp. 5.664.168.069.320,67
, periode waktu 3 tahun dan umur investasi adalah 50 tahun, maka
periode pengembalian :

335.604.759.532
K(PBP) = ( )x 3
5.664.168.069.320,67

K(PBP) = 0.18 tahun

K (= 0.18 ) < n ( = 50 ), jadi layak ( feasible ) untuk dibangun

2) Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio / BCR)


Umur investasi Waduk Bantarkawung Sindangwangi diharapkan sampai
50 tahun, sehingga jumlah keuntungan (benefit) selama umur investasi sama
dengan annual benefit dikalikan dengan umur investasi waduk. Sedangkan cost
adalah biaya modal dalam hal ini adalah biaya pembangunan waduk sehingga :

Benefit
BCR =
Cost

a) Alternatif 1.

Benefit = 50 x 71.703.972.348.842,70 = 3.585.198.617.442.130


Cost ( Biaya ) = 1.379.843.472.707

3.585.198.617.442.130
BCR = ------------------------- = 2.598,26
1.379.843.472.707
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BCR = 2.598,26 > 1 , sehingga waduk layak (feasible) untuk dibangun

b) Alternatif 2.

Benefit = 50 x 31.122.688.803.918,70 = 1.556.134.440.195.930


Cost ( Biaya ) = 742.043.012.813

1.556.134.440.195.930
BCR = ------------------------- = 2.097,09
742.043.012.813

BCR = 2.097,09 > 1 , sehingga waduk layak (feasible) untuk dibangun

c) Alternatif 3.
Benefit = 50 x 5.664.168.069.320,67 = 283.208.403.466.033
Cost ( Biaya ) = 335.604.759.532

283.208.403.466.033
BCR = = 843.87
335.604.759.532

BCR = 843.87 > 1 , sehingga waduk layak (feasible) untuk dibangun


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

3). Di bidang pelaksanaan penelitian konstruksi, secara tidak langsung akan


ditemukan adanya harga ekonomis konstruksi ( waduk ), untuk menaksir harga
konstruksinya mempunyai nilai ekonomis. Disini nilai ekonomis konstruksi waduk
dihitung dari bahan atau material ( cost/biaya ) yang digunakan dan keuntungan
atau kegunaan ( daya tampung waduk ) yang diperoleh, dalam rupiah per m3.

a). Alternatif 1
1.379.843.472.707
Harga Konstruksi = ---------------------- =
35.999.063,51

Rp. = 38.329,98 / m3

b). Alternatif 2
742.043.012.813
Harga Konstruksi = -------------------- =
18.929.696,49

Rp. = 39.204,08 / m3

c). Alternatif 3
335.604.759.532
Harga Konstruksi = ---------------------- =
18.218.036,59

Rp. = 40.837,5 / m3
Dari ke 3 Alternatif, maka dipilih yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi yaitu alternatif 1) dengan nilai Rp 38.329,98 / m3

5.2. ANALISIS KELAYAKAN SOSIAL

Aspek sosial dan budaya merupakan kajian yang perlu dan harus dilakukan
dalam setiap tahap proses pengembangan sumber daya air maupun kelestariannya.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Pemilihan alternative berakibat menambah luasan genangan, volume tampungan, biaya dari
yang akan digunakan untuk pembangunan.
Pemahaman dan pengertian sosial terhadap pentingnya pengembangan
sumberdaya air merupakan usaha untuk memberikan informasi tentang pengembangan
kepada masyarakat dan menggali informasi tentang keinginan dari masyarakat.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

BAB 6
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil analisis kelayakan pembangunan Waduk Bantarkawung
Sindangwangi, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Waduk Bantarkawung layak secara teknis, ekonomi maupun sosial, baik dibangun
seperti alternatif 1, karena tidak mengganggu bangunan infra struktur setempat,
kegiatan masyarakat setempat.

2) Pemilihan alternative 1 berakibat menambah luasan genangan, volume


tampungan lebih banyak, sehingga berguna sebagai cadangan air, biaya yang
akan digunakan lebih banyak untuk pembangunan.
3) Pemilihan alternative, berakibat juga diharapkan punya nilai plus , yang punya
manfaat multi :
a) untuk mensuply air irigasi untuk bendung atau pengambilan bebas yang
dibagian hilir rencana waduk, meliputi : Desa Pangarasan, Kebandungan, dan
sekitarnya terutama musim kemarau.
b) Diharapkan bisa memasok air sampai ke Bendung Notog dengan luas areal
25.180 Ha, meliputi Kecamatan Songgom, Jatibarang, Brebes, Larangan,
Ketanggungan, Bulakamba, Wanasari yang mana pada musim kemarau
banyak areal tidak bisa terlayani dengan baik,
c) Dapat digunakan sebagai air baku, untuk masyarakat setempat, maupun
yang dibagian hilirnya.
d) Menaikkan muka air tanah.
e) Pengendali banjir maupun sedimen.

f) Digunakan pembangkit PLTA.


RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

g) Pariwisata, yang akan bisa menaikan ekonomi maupun kemakmuran


masyarakat setempat.

6.2 REKOMENDASI

1. Perlu adanya sosialisasi yang menerus, akan kegunaan dibangunnya Waduk


Bantarkawung di Desa Sindangwangi, dimana secara morfologis, hidrologis,
kondisi cekungan air tanah, punya manfaat multi, dan layak bisa dibangun waduk,
sehingga banyak dukungan semua pihak yang terkait..
2. Perlu penyelidikan tanah dilokasi as tubuh bendungan, meskipun dari hasil
pengumpulan data sekunder masih aman terhadap geologis, dan kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan DED Waduk.
3. Perlu ditindaklanjuti dengan studi kelayakan, DED Waduk, dan pelaksanaan
pembangunan waduk.
4. Adanya dukungan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam pencapaian target Renstra Dinas
PSDA maupun RPJMD Provinsi Jawa Tengah meliputi adanya bantuan atau
sharing pendanaan dalam hal pembebasan lahan untu pembangunan
waduk/embung dan pembangunan irigasi untuk pemenuhan konservasi sumber
daya air serta pengendalian banjir.
5. Perlu diberikan penyuluhan kepada pengguna air untuk menerapkan System of
Rice Intensification (SRI) dalam bercocok tanam padi.
RINGKASAN STUDI KELAYAKAN BENDUNGAN BANTARKAWUNG
(Kec. Bantarkawung)

Anda mungkin juga menyukai