PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
CHOIRUNNISA HARAHAP
NIM.17010004
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mendapatkan
perhatian khusus ditingkat global. Hal ini terjadi karena prevalensi Diabetes Mellitus
meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun.(Stino and Smith 2017). Menurut data dari
Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 jumlah kasus Diabetes Melitus
adalah 463 juta jiwa dimana jumlah ini meningkat dari 10,4 juta jiwa pada tahun 2010.
mengatakan data kejadian penderita Diabetes Mellitus di seluruh dunia mencapai 415 juta
jiwa, dan di perkirakan pada tahun 2040 jumlah penderita Diabetes Mellitus menjadi 642 juta
jiwa. Peningkatan Prevalensi ditingkat global ini juga dialami dinegara Indonesia. Menurut
prevalensi penderita Diabetes Melitus dengan jumlah kasus sekiar 10,7 juta jiwa pada tahun
2019.(Internation Diabetes Federation 2019). Data yang hampir sama juga di keluarkan oleh
RISKESDAS (2018) bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus saat ini telah mencapai
jumlah komplikasi yang terjadi. Komplikasi dari Diabetes Mellitus ada 2 yaitu
Makrovaskuler dan Mikrovaskuler, kasus yang paling tertinggi dari komplikasi Diabetes
Menurut data dari Shiferaw dkk (2020) prevalensi Diabetic Peripheral Neuropathy
sangat bervariasi dari berbagai Negara. Prevalensi Diabetic Peripheral Neuropathy di Negara
Afrika adalah sebesar 46 %.(Shiferaw et al. 2020). Penelitian di Inggris juga melaporkan
pada tahun 2014 jumlah kasus Diabetic Peripheral Neuropathy adalah 53,7% dimana jumlah
ini meningkat dari 11% pada tahun 2011.(Aslam, Singh, and Rajbhandari 2014). Sedangkan
data Prevalensi Diabetic Peripheral Neuropathy khususnya di Negara Asia tenggara, data
yang dapat dijumpai adalah Malaysia (54,3%), Filipina (58,0 %) dan Indonesia (58,0 %)
(Malik et al 2020). Di Indonesia, Menurut penelitian yang telah dilakukan Fitri dkk (2019)
mayoritas pasien Diabetes Melitus akan mengalami Diabetic Peripheral Neuropathy sebesar
58%,sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Irawan dkk (2019) didapatkan hasil
bahwa sebagian besar pasien Diabetes Melitus mengalami Diabetic Peripheral Neuropathy
sebesar 55,4%.
hidup paling berbahaya dari komplikasi Diabetes Melitus lainnya. Karena komplikasi ini
menyebabkan kehilangan sensorik, nyeri, gangguan gaya berjalan, cedera dan ulkus pada
kaki bahkan amputasi.(Stino and Smith 2017). Neuropati perifer disebabkan oleh tingginya
kadar gula darah yang bisa mengakibatkan kerusakan pada sel-sel saraf, semakin banyak sel
saraf yang rusak maka akan semakin parah terjadinya Neuropati perifer. Untuk mengetahui
tingkat keparahan Neuropati perifer bisa menggunakan alat ukur Toronto Clinical Scoring
System (TCSS) ataupun dapat menggunakan Kuesioner dan lembar pemeriksaan seperti
Gaya hidup adalah cara yang digunakan oleh seseorang, kelompok dan bangsa dan
dibentuk dalam teks geografis, ekonomi, politik, budaya dan agama tertentu. Gaya hidup
mengacu pada karakteristik penduduk suatu wilayah pada waktu dan tempat tertentu. Ini
mencakup perilaku sehari-hari dan fungsi individu dalam pekerjaan, aktivitas, kesenangan,
dan diet. Saat ini, perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan semua orang. Gizi buruk,
pola makan tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba, stres dan
sebagainya, merupakan presentasi dari gaya hidup tidak sehat yang mereka gunakan sebagai
bentuk gaya hidup yang dominan. Selain itu, kehidupan warga negara menghadapi tantangan
baru. Misalnya, teknologi baru yang muncul dalam IT seperti internet dan jaringan
komunikasi virtual, membawa dunia kita ke tantangan besar yang mengancam kesehatan fisik
Menurut Ghavami et al (2018) mengatakan bahwa gaya hidup yang buruk seperti
merokok, pola makan yang buruk, kurang aktivitas fisik dan stress yang berlebihan
merupakan factor pencetus utama dalam perkembangan yang paling signifikan dalam
peningkatan penyakit kronis termasuk Diabetes Melitus. Pengaturan gaya hidup berupa
mengontrol kadar glukosa, meningkatkan aktivitas fisik, menurunkan berat badan dan
melakukan perawatan kaki efektif dalam menurunkan tingkat keparahan Neuropati Perifer
pada penderita Diabetes Melitus. Penelitian yang dilakukan oleh Farhud et al (2019)
menambahkan gaya hidup memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan
mental manusia karena gaya hidup yang dominan akan mengarah pada kelainan genetik.
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu faktor pencegah penurunan
tingkat keparahan Diabetic Peripheral Neuropathy dengan beberapa faktor yaitu usia (p
value 0,018), lama menderita DM (p value 0,001), HbA1c (p value 0,043) dan gaya hidup (p
value 0,005). Hal ini mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peter
R .Mertens et al (2020) yang menyatakan bahwa faktor terjadinya neuropati meliputi faktor
usia, linggar pinggang yang lebih besar, durasi diabetes, tingkat HbA1C yang lebih tinggi,
hipertensi, obesitas, aktivitas rendah, kadar HDL rendah, dan jangkauan terbatas gerak.
dilakukan oleh Qureshi (2017) dan Ghavami (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan
gaya hidup dengan kejadian Diabetes Melitus sekaligus berhubungan dengan komplikasi
Diabetes Melitus dengan pengaruh gaya hidup yang dominan maka akan menambah tingkat
keparahan komplikasi dari penyakit genetik seperti Diabetes Melitus. Namun Penelitian
terkait Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Keparahan Diabetic Peripheral Neuropathy
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Keparahan Diabetes
Peripheral Neuropathy
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umum untuk
Neuropathy
Neuropathy.
1.3 Manfaat Penelitian
Neuropathy.
antara Gaya Hidup dengan Tingkat Keparahan Diabetes Peripheral Neuropathy pada
penderita DM.
Diabetes Peripheral Neuropathy pada pasien DM dapat memberikan kontribusi pada klinis
untuk melakukan skrining pada pasien DM khususnya yang telah menderita neuropati
diabetik untuk mendeteksi adanya gaya hidup yang buruk sehingga terapi dan edukasi yang
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mendapatkan
perhatian khusus ditingkat global. Hal ini terjadi karena prevalensi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan salah satu keadaan paling darurat di dunia kesehatan,
masyarakat global paling terbesar di abad ke-21. World Health Organization (2016)
mengatakan data kejadian penderita Diabetes Mellitus di seluruh dunia mencapai 415 juta
jiwa, dan di perkirakan pada tahun 2040 jumlah penderita Diabetes Mellitus menjadi 642 juta
dunia yaitu dengan jumlah kasus sekiar 10,7 juta jiwa pada tahun 2019.(Internation Diabetes
Federation 2019).
terjadi pada penderita dengan usia muda. Diabetes mellitus tipe ini terjadi karena adanya
kerusakan sel beta pancreas akibat autoimun yang menyebabkan defesiensi insulin. Penderita
akan terus tetap bergantung pada pemberian insulin dari luar tubuh agar tetap bertahan hidup
diakibatkan oleh resistensi insulin dalam sel hati dan otot serta gangguan sekresi insulin. Pada
awal terjangkit,toleransi glukosa masih mendekati normal meskipun sudah terjadi resistensi
insulin. Ini diakibatkan karena sel beta pancreas melakukan kompensasi dengan
meningkatkan resistensi insulin. Apabila kondisi ini tetap berlanjut,sel beta pancreas menjadi
Diabetes ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada usia lebih lanjut lebih dari 30
tahun akan tetapi juga dapat menyerang siapapun dengan usia yang berbeda-beda.
3. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan suatu intoleransi glukosa yang terjadi untuk pertama
kalinya menyerang ibu hamil. Ini diakibatkan resistensi insulin fisiologis maupun kronik,
bahkan banyak wanita hamil dengan diabetes mellitus dengan gestasional mengalami
1. Diabetes tipe 1
Destruksi sel β pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin absolut yang dapat
2. Diabetes tipe 2
Disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
Defek genetic fungsi sel β pancreas, defek genetic kerja insulin, Penyakit eksokrin pancreas,
endokrinopati, paparan obat atau zat kimia, infeksi, imunologi yang jarang, sindrom genetik
Tanda dan gejala yang sering muncul pasien diabetes mellitus menurut. (Tipe,
a. Polyuria (peningkatan pengeluaran urin) Jika kadar gula darah meningkat maka
glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih dan jika kadar gula darahnya lebih tinggi
lagi maka ginjal akan mengkompensasi dengan membuang air untuk mengencerkan
b. Polydipsia (peningkatan rasa haus) Akibat volume urin yang dikeluarkan dalam
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) Terjadi oleh karena kalori yang telah
d. Rasa lelah dan kelemahan otot Akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
konsentrasi glukosa, disekresi mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran
candidiasis.
h. Kesemutan rasa baal Akibat terjadinya neuropati oleh karena regenerasi sel saraf
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari protein.
Akibatnya banyak sel saraf terutama bagian perifer yang mengalami kerusakan dan
oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
j. Proses penyembuhan luka yang sulitProtein merupakan bahan dasar untuk proses
kebutuhan energy sel sehingga protein yang digunakan untuk penggantian jaringan
yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka akan sulit sembuh karena terdapat
k. Mata kabur dapat disebabkan oleh katarak/gangguan refraksi akibat perubahan pada
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas
dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita. (Pencegahan and Indonesia 2015)
Penyebab diabetes melitus tidak diketahui secara umum. Keadaan ini merupakan
sindrom, bukan penyakit. Diabetes merupakan banyak penyakit yang akhirnya menyebabkan
sel beta rusak dan atau mengganggu ketahanan insulin perifer. (Pencegahan and Indonesia
2015) Faktor risiko yang dapat memicu dan memperbesar peluang terjadinya diabetes melitus
dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi
1. Ras dan Etnik Ras dan etnik adalah kebiasaan-kebiasaan yang termasuk didalamnya
resistensi tertentu. Usia juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga
15% bila salah satu orangtuanya menderita DM dan kemungkinan 75% jika kedua
orang tua menderita DM. Orang dengan ibu DM memiliki resiko 10-30% lebih besar
dari pada orang yang memiliki ayah DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen saat
dalam kandungan. Saudara kandung berisiko 10% jika saudaranya menderita DM dan
90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik.(Nasekhah et al. 2016).
4. Riwayat lahir dengan berat badan <2500 gram bayi dengan BBLR dimungkinkan
fungsi dan kerja pancreas belum optimal sehingga kemampuan untuk memproduksi
insulin akan terganggu. Hal ini memungkinkan orang tersebut untuk menderita DM di
kemudian hari.
1. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap penyakit diabetes
melitus. Sel beta pankreas akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk memproduksi
insulin yang cukup untuk mengimbangi kelebihan masukan kalori yang dimiliki oleh orang
dengan obesitas. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi yang akhirnya menjadi DM.(Ba,
merupakan contoh penimbunan lemak tubuh yang berbahaya karena adiposit di daerah ini
sangat efisien dan lebih resisten terhadap efek insulin dibandingkan adiposit di daerah
aktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat berperan dalam mengontrol gula darah. Sejumlah
glukosa dalam darah akan diubah menjadi energi pada saat tubuh melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkatkan sehingga kadar gula dalam
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah perifer. Hal ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin dan kemudian
menjadi hiperinsulinemia. Keadaan ini mengakibatkan kerusakan sel beta dan terjadilah DM
Dislipidemia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan
rendahnya HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.(Nasekhah et al. 2016)
terjadi lipotoksisiti. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta yang mengakibatkan
terjadinya DM tipe 2. Kadar kolesterol total berisiko untuk diabetes jika hasilnya>190
mm/dL
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi Diabetes (DM) bersifat progresif dan hampir diakibatkan oleh paparan
kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh gangguan metabolism
Diabetes mellitus dan komplikasinya dengan cepat menjadi penyebab morbiditas dan
mortalitas paling signifikan di dunia. Pandemi Diabetes Melitus telah berkembang seiring
dengan pergerakan Negara maju dan Negara berkembang. Diabetes Melitus diperkirakan
akan mencapai proporsi epidemic dalam waktu dekat.(Sayin, Kara, and Pekel 2015).
Hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus yang sudah terjadi jauh sebelun diagnosis
ditegakkan, memicu terjadinya stress oksidatif dan menurunkan enzim antioksidan yang
2020).
a. Hiperglikemia
normal,asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan ditampung oleh insulin agar
dapat masuk kedalam sel tubuh. Glukosa tersebut akan diolah menjadi bahan energy di dalam
tubuh(Ba et al. 2013) inilah proses yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh penderita Diabetes
Melitus sehingga glukosa didalam tubuh penderita Diabetes Mellitus terjadi penumpukan ini
b. Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotic pada plasma sel karena
adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis merupakan tekanan yang
dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada penderita
darah (yang notabene komposisi terbanyak adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah
akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjaluntuk memfiltrasi dan reabsorbsi
c. Starvasi Selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa
sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi
tidak bisa dibawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi
2008)yaitu :
a. Makrovaskuler Komplikasi
berperan dan menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi jangka panjang, dan
peningkatan mortalitas. Pada Diabetes Milletus (DM) terjadi kerusakan pada lapisan endotel
arteri dan dapat disebabkan secara langsung oleh tingginya kadar glukosa darah, metabolit
glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien
diabetes. Akibat kerusakan tersebut, permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul
b. Mikrovaskuler
kecil. Penyebab penebalan tersebut tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar
penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan. Komplikasi mikrovaskuler dibagi menjadi
Penyakit saraf yang disebabkan diabetes mellitus disebut neuropati diabetic. Neuropati
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
1. Edukasi
dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien,
memberikan dukungan, nasehat yang positif, dan memberikan informasi secara bertahap.
mempromosikan hidup sehat dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan yang
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada pasien yang menggunakan
obat penurun gula darah dan insulin.Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat sebesar 45-65% total asupan energy dan dianjurkan makan 3 kali sehari dan
dianjurkan untuk makan selingan seperti buah. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25%
kebutuhan kalori dan tidak diperkenankan >30% asupan energi, bahan makanan yang
perluu dibatasi adalahh daging berlemak dan susu full cream. Kebutuhan protein
3. Latihan Jasmani
dapat menurunkan kadar gula darah dan mengurangi risiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan pengambilan gula oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
4. Terapi Farmakologi
jasmani. Pada DM tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar gula darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
Gaya hidup adalah cara yang digunakan oleh orang, kelompok dan bangsa dan
dibentuk dalam teks geografis, ekonomi, politik, budaya dan agama tertentu. Gaya hidup
mengacu pada karakteristik penduduk suatu wilayah pada waktu dan tempat tertentu. Ini
mencakup perilaku sehari-hari dan fungsi individu dalam pekerjaan, aktivitas, kesenangan,
Saat ini, perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan semua orang. Gizi buruk, pola
makan tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba, stres dan
sebagainya, merupakan presentasi dari gaya hidup tidak sehat yang mereka gunakan sebagai
bentuk gaya hidup yang dominan. Selain itu, kehidupan warga negara menghadapi tantangan
baru. Misalnya, teknologi baru yang muncul dalam IT seperti internet dan jaringan
komunikasi virtual, membawa dunia kita ke tantangan besar yang mengancam kesehatan fisik
Beberapa factor gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan dapat dikategorikan
Diet adalah faktor terbesar dalam gaya hidup dan memiliki hubungan langsung dan
positif dengan kesehatan. Pola makan yang buruk dan konsekuensinya seperti obesitas
adalah masalah kesehatan yang umum di masyarakat perkotaan. Gaya hidup tidak
sehat bisa diukur dengan BMI. Gaya hidup perkotaan mengarah pada masalah nutrisi
seperti menggunakan makanan cepat saji dan makanan yang buruk, meningkatkan
2. Olahraga
Untuk mengatasi masalah kesehatan secara umum, olahraga termasuk dalam gaya
hidup. Latihan terus menerus bersama dengan diet sehat meningkatkan kesehatan.
kebahagiaan.
3. Tidur
Salah satu dasar hidup sehat adalah tidur. Tidur tidak bisa lepas dari kehidupan.
4. Perilaku seksual
Hubungan seks yang normal diperlukan dalam hidup sehat. Disfungsi hubungan seks
adalah masalah sebagian besar masyarakat dan berdampak signifikan pada kesehatan
mental dan fisik. Dapat dikatakan bahwa hubungan seks yang tidak berfungsi dapat
mengakibatkan berbagai masalah keluarga atau penyakit terkait seks seperti AIDS
5. Penyalahgunaan zat
Kecanduan dianggap sebagai gaya hidup yang tidak sehat. Merokok dan
asma, kanker, cedera otak. Menurut penelitian yang ditolak di Iran, 43% wanita dan
menunjukkan bahwa 30% orang berusia antara 18-65 tahun merokok secara
permanen.
6. Penyalahgunaan obat
Ini adalah bentuk penggunaan obat yang umum di Iran dan dianggap sebagai gaya
hidup yang tidak sehat. Perilaku tidak sehat dalam menggunakan pengobatan adalah
obatan tanpa resep, terlalu banyak meresepkan obat, meresepkan setiap obat dalam
jumlah besar, obat-obatan yang tidak perlu, tulisan tangan yang buruk dalam resep,
8. Rekreasi
Waktu luang lewat merupakan sub faktor gaya hidup. Mengabaikan waktu luang dapat
membawa konsekuensi negatif. Dengan perencanaan yang tidak teratur dan waktu luang yang
9. Belajar
Belajar adalah latihan jiwa. Menempatkan studi sebagai faktor gaya hidup dapat
penyakit Alzheimer lebih rendah pada orang yang berpendidikan. Belajar bisa
Gaya hidup memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur atau
analisis gaya hidup (lifestyle analysis), atau disebut juga psikografis pendapat (McCarthy,
1. Aktifias (Activities) Dimensi aktifitas meliputi apa yang dilakukan konsumen, apa
2. Minat (Interest) Dimensi minat meliputi bagaimana konsumen memilih sesuatu yang
dianggap penting (prefensi dan prioritas) baginya dan hal ini berkaitan dengan
motivasi.
terhadap dirinya atau orang lain serta terhada dunia sekitarnya yang dapat
dihubungkan dengan persepsi. Persepsi disii meliputi proses dari individu mangatur
pendapatan, pekerjaan latar belakang budaya, struktur dalam keluarga, serta geografis
dari konsumen.
Tujuan dari alat pengkajian dan analisisnya dirancang untuk membantu menemukan
Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II) dikembangkan oleh Walker et al, yang telah banyak
digunakan dalam menguji model promosi kesehatan. Alat ini digunakan untuk mengukur
promosi gaya hidup sehat yang difokuskan dengan tindakan pribadi seseorang yang berbagai
macam pola (multidimensi) dan persepsi tentang pelayanan atau mempertahan kan derajat
Masing-masing item pada HPLP telah dikembangkan dari 100 item yang pilihannya
ya/tidak pada lembar checklist dan sebagai instrument keperawatan klinik. Beberapa item
yang focus dengan pencegahan dan deteksi dari beberapa penyakit spesifik telah dihapus
karena tidak valid. Hasil validitas harusmenghilangkan beberapa item tentang perilaku sehat
(Frank, 2009). Health Promoting Lifestyle (promosi gaya hidup sehat ) umumnya diterima
bahwa cara untuk mencapai kesehatan yang optimal dan mencegah penyakit yaitu untuk
mempertahankan gaya hidup sehat. “Promosi Kesehatan” (health promotion) dimotivasi oleh
manusia. HPLP II yang telah direvisi terdiri dari 30 item tingkat kebiasaan yang dijumlahkan
menggunakan format 4 respon point ordinal untuk mengukur frekuensi dari kebiasaan
promosi kesehatan idividu. Rentang respons dari 1 (tidak pernah) sampai 4 (selalu). HPLP II
memiliki jumlah skala total dan 6 sub skala atau domain setiap domain terdiri dari 8 atau 9
item sebagai ukuran dari gaya hidup sehat (Frank, 2009). Dalam buku (Frank, 2009)
2.Aktifitas Fisik
3.Nutrisi
4.Kondisi spiritual
5.Hubungan interpersonal
6.Menajemen stress
Sedangkan menurut (Farhud 2015) ada 9 domain factor kunci membentuk gaya
2. Olahraga
3. Tidur
4. Perilaku seksual
5. Penyalahgunaan zat
6. Penyalahgunaan obat
8. Rekreasi
9. Belajar
Berkaitan dengan gambaran karakteristik satu set data dengan skala pengukuran
numerik, dapat menggunakan dua parameter yang lazim digunakan, yaitu parameter ukuran
pemusatan dan parameter ukuran penyebaran. Parameter untuk ukuran pemusatan yaitu
mean, median, dan modus. Untuk parameter ukuran penyebaran dapat digunakan standart
deviasi, varians, koefisien varians, interkuartil, range, dan minimum maksimum pendapat
(Dahlan, 2009). Jika data mempunyai distribusi normal , dianjurkan untuk memilih mean
sebagai ukuran pemusatan dan standart deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran (Dahlan,
2009). Jika distribusi data tidak normal, dianjurkan untuk memilih median sebagai ukuran
2. Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak
Kormogorov-Smirnov digunakan sampel yang ukurannya lebih besar (lebih dari 50)
sedangkan uji Shapiro-Wilk digunakan untuk sampel yang lebih kecil (kurang dari 50).
Untuk menguji normalitas data uji Kormogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk dapat melalui
program SPSS. Dalam menarik kesimpulan uji Kormogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk dari
SPSS yaitu d nean melihat nilai ρ (Sig.) dan α. Jika ρ > α maka kesimpulan distribusi data
adalah “normal” sedangakan jika ρ < α maka kesimpulan distribusi data adalah“tidak normal”
(Dahlan, 2009).
hidup paling berbahaya dari komplikasi Diabetes Melitus lainnya. Karena komplikasi ini
menyebabkan kehilangan sensorik, nyeri, gangguan gaya berjalan, cedera dan ulkus pada
muncul paling awal setelah timbulnya diabetes. Neuropati diabetes menunjukkan berbagai
gejala klinis dari kepala hingga kaki (dan telapak kaki) sekitar 20-30% pasien dengan
neuropati peripheral menderita nyeri neuropatik dan secara signifikan meningkatkan biaya
kesehatan secara substansial yang terkait dengan Diabetes Peripheral Neuropati.(Uchida and
Nakamura 2018)
dari kondisi ini adalah sekitar 2.400 (2 · 4%) per 100.000 penduduk, tetapi pada orang yang
lebih tua dari 55 tahun, prevalensinya meningkat menjadi sekitar 8000 (8%) per 100.000.
Karena angka-angka ini tidak termasuk cedera saraf tepi traumatis, beban total neuropati
perifer pada masyarakat menjadi lebih besar. Meskipun cedera saraf traumatis penting, cedera
tersebut tidak tercakup dalam ulasan ini karena diagnosis dan manajemennya sangat
terspesialisasi. Cakupan komprehensif dari cedera saraf tepi tersedia di tempat lain. Di negara
maju, penyebab paling umum dari neuropati perifer adalah diabetes mellitus. Karena
prevalensi diabetes mellitus yang didiagnosis meningkat pada populasi umum di AS,
AS dan Eropa, neuritis kusta masih sangat umum di Asia Tenggara, India, Afrika, dan
Amerika Tengah dan Selatan.Dalam istilah global, kusta merupakan penyebab utama
neuropati yang terus berlanjut. Penyebab sistemik umum lainnya dari neuropati perifer
meliputi serangkaian gangguan metabolisme, agen infeksi, vaskulitis, toksin, dan obat-
terdiri dari keluarga sindrom neurologis yang mempengaruhi daerah tertentu dari sistem
saraf, terjadi pada diabetes mellitus Tipe 1 dan Tipe 2 dan juga pada diabetes yang didapat.
Neuropati diabetik (DN) didefinisikan sebagai kerusakan neurologis pada pasien DM,
setelah menyingkirkan penyebab lain. Ini adalah komplikasi kronis paling umum yang
mempengaruhi 30% - 50% pasien diabetes. Neuropati diabetik dapat mempengaruhi sistem
saraf perifer, otonom, dan pusat, sehingga menunjukkan beberapa gejala klinis . Namun,
simetris distal, yang bertanggung jawab untuk kasus nyeri kronis, kualitas tidur yang
terganggu, 15x peningkatan risiko jatuh terkait dengan kelemahan dan ataksia, dan 15-40x
Menurut Tanenberg 2009 dalam (Reza 2019) Faktor risiko neuropati diabetik terbagi
menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi untuk komplikasi mikrovaskular dari diabetes
termasuk usia tua, genetik (polimorfisme dari gen aldose reductase), peningkatan durasi
diabetes, dan tinggi badan. Penderita diabetes yang lebih tinggi lebih rentan untuk mengalami
neuropati diabetik karena memiliki saraf perifer yang lebih panjang. Karena laki - laki
umumnya lebih tinggi daripada wanita, maka lebih banyak laki - laki yang mengalami
neuropati diabetik dibandingkan dengan perempuan. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
peminum alkohol. Penelitian multisenter yang dilakukan oleh kelompok studi The European
sangat berhubungan dengan durasi diabetes dan level dari HbA1c. Faktor risiko potensial
lainnya yang secara statistik signifikan dilaporkan adalah konsentrasi atau jumlah dari
kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) kolesterol, dan trigliserida; body mass index;
kadar glukosa dengan baik, perlu juga dilakukan pemantauan kadar kolesterol dan
Neuropati yang berkembang pada penderita diabetes memiliki gejala yang heterogen,
baik pola dari keterlibatan sistem saraf yang terkait, perjalanan penyakit, faktor risiko,
perubahan patologi, dan mekanisme yang mendasarinya (Boulton 2005) dalam (Reza 2019)
membedakan neuropati diabetik menjadi kelompok generalisata, fokal, dan multifokal seperti
Dikutip dari: Callaghan, B.C., Cheng, H.T., Stables C.L. , Smith, A.L. , and Feldman, E.L.
2012. Diabetic neuropathy: clinical manifestations andcurrent treatments. Lancet Neurol. 11:
521 – 534
Bentuk yang paling umum dari neuropati diabetik kelompok generalisata adalah distal
kelompok fokal dan multifokal yang berhubungan dengan diabetes melitus dapat secara luas
dibagi menjadi neuropati yang berulang, ringan, dimana disebabkan oleh trauma mekanik,
kompresi, atau jebakan dan kemungkinan lainnya terkait dengan proses peradangan dengan
atau tanpa keterlibatan dari proses iskemik. Kelompok atau bentuk neuropati diabetik fokal
antara lain neuropati pada saraf medianus pada pergelangan tangan, neuropati ulnaris pada
daerah siku, dan peroneal neuropati pada daerah lutut. Sedangkan yang termasuk kelompok
neuropati diabetik multifokal adalah mononeuropati seperti neuropati saraf kranialis ketiga,
multiple mononeuropati, neuropati pada radiks atau pleksus baik pada segmen servikal,
torakal, maupun lumbosakral seperti yang terlihat pada gambar 1 b dan c. Kelompok
neuropati diabetik lainnya adalah neuropati otonom dengan gejala dapat berupa disfungsi
ereksi, konstipasi, dan retensio urin seperti yang terlihat pada gambar 1 d(Tesfaye et al.
2010a)
Kelompok generalisata lebih lanjut dapat dibedakan lagi menjadi dua pembagian
utama yaitu neuropati diabetik tipikal dan atipikal. Neuropati diabetik tipikal atau diabetic
merupakan bentuk yang paling umum dari neuropati diabetic (Tesfaye et al. 2010b) dalam
(Reza 2019) melanjutkan bahwa Penderita dengan DSPN biasanya memiliki satu atau lebih
dari keluhan seperti kesemutan, baal, nyeri atau kelemahan. Keluhan ini mulai dirasakan dari
bagian kaki dan menjalar secara proksimal sepanjang distribusi persarafannya seperti
membentuk kaos kaki dan sarung tangan (maka itu dikenal sebagai distribusi stoking dan
glove. Gejala yang muncul bersifat simetris dengan gejala sensorik yang lebih dominan
daripada gejala motorik. Gejala yang muncul bervariasi dari satu penderita dengan penderita
yang lainnya.
Neuropati atipikal berbeda dari DSPN berdasarkan beberapa hal penting seperti onset,
Hal tersebut bervariasi, berkembang pada setiap waktu selama perjalanan penyakit
diabetesnya. Onset dari gejala dapat bersifat akut, sub akut, atau kronik, tetapi perjalanan
penyakit biasanya monofasik atau berfluktuasi sesuai waktu. Gejala nyeri dan gangguan
otonom merupakan gejala khas dan berhubungan dengan perubahan imunitas.(Tesfaye et al.
2010a).
kerusakan sel .(Karla et al. 2017). Keadaan kekurangan insulin yang terkait dengan DM juga
mendukung perkembangan DN, karena insulin memiliki efek neurotropik yang memengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup neuron.(Karla et al. 2017). Faktor-faktor seperti durasi
DM yang lama, iskemia saraf perifer, variabilitas glikemik, dan kontrol glikemik yang buruk,
Sehubungan dengan DM dampak dari kontrol glikemik intensif yang terisolasi dalam
penelitian terbaru, mungkin karena paparan hiperglikemia yang lebih lama sebelum diagnosis
dan hubungan penting dengan faktor risiko metabolik lainnya, terutama dislipidemia.Faktor
tambahan yang mungkin juga terlibat dalam patogenesis DN adalah dislipidemia, usia,
hipertensi arteri sistemik (SAH), obesitas, dan merokok. (Karla et al. 2017)
Gambar 2. Patogenesis neuropati diabetes.
PKC = protein kinase C; ROS = spesies oksigen reaktif; NO = oksida nitrat; BP = tekanan
darah; BMI = indeks massa tubuh; NCV = kecepatan konduksi saraf; DAG = diasilgliserol.
menjadi 2 yaitu:
a. Penilaian Nyeri
cermat dan pemeriksaan neurologis, difokuskan pada deteksi organ tertentu yang terkena
diabetes.Konferensi Akademi Neurologi Amerika tahun 1992 dan Konferensi San Antonio
tentang Neuropati Diabetik yang diadakan pada tahun 1998 merekomendasikan penilaian
setidaknya satu parameter dari lima kategori berikut, untuk mengklasifikasikan DN: Profil
gejala; pemeriksaan neurologis; QST (Pengujian Sensorik Kuantitatif); konduksi saraf, dan
dengan intensitas terkontrol. Parameter ini mampu mengevaluasi fenomena positif, seperti
alodinia dan hiperalgesia.Alat lain yang berguna dalam skrining neuropati adalah Michigan
Neuropathy Screening Instrument (MNSI), sebuah kuesioner yang terdiri dari 15 item, yang
dalam evaluasi dan pemantauan nyeri adalah skala analog visual (VAS) dan skala numerik
Likert. Pengurangan 50% - 70% dari tingkat nyeri dianggap sangat baik, karena pereda nyeri
tidak selalu memungkinkan. Penting juga untuk memperhatikan kualitas tidur dan dampak
b. Penilaian Neurologis
refleks, dan kekuatan otot. Skrining tahunan DN harus dilakukan mulai dari saat diagnosis,
untuk DM, dan setelah 5 tahun untuk kasus DM. Penting untuk dicatat bahwa DN adalah
diagnosis eksklusi dan, oleh karena itu, penyebab perifer lainnya harus disingkirkan.
taktil (protopatik), yang memungkinkan penilaian risiko ulserasi. Tes ini berbiaya rendah,
mudah diterapkan, dan memiliki sensitivitas tinggi. Namun demikian, uji SWM normal tidak
Sensitivitas getaran dapat diuji secara kualitatif dengan garpu tala 128 Hz. Tes ini
dianggap tidak normal ketika persepsi intensitas getaran di tungkai bawah berkurang relatif
terhadap keunggulan lainnya. Ini dibandingkan dengan persepsi waktu penguji sambil
25 volt.Sensitivitas terhadap dingin atau panas dapat dinilai dengan kabel garpu tala itu
sendiri (pemanasan dengan air panas atau pendinginan dengan alkohol atau air dingin) di kaki
Demikian pula, ketidakmampuan untuk merasakan cedera akibat jarum suntik dan
tidak adanya refleks Achilles dikaitkan dengan peningkatan risiko ulserasi. Evaluasi kekuatan
otot juga sangat penting, meski dinilai pada stadium penyakit yang lebih lanjut. Kekuatan
kelompok peroneal dan tibialis anterior dapat dievaluasi dengan mengamati pasien berjalan,
pertama berjinjit, dan kemudian pada tumit. Meskipun batasan berjalan dengan tumit
Dengan demikian, tidak ada prosedur diagnostik lain yang diperlukan pada pasien
dengan tingkat disfungsi motorik ini. Atrofi otot interoseus kaki, menyebabkan tumpang
tindih kaki (hammertoes) dan pemendekan tendon Achilles (kaki kuda), juga mungkin
merupakan manifestasi DN. Dalam kasus penyakit lanjut, dengan denervasi sensorik dan
Menurut (Tesfaye et al. 2010b) Dalam (Reza 2019) Pada pasien yang menderita DM,
tidak cukup hanya dilakukan identifikasi bahwa pasien juga menderita neuropati diabetik,
namun perlu juga ditentukan tingkat keparahan dari neuropati diabetik tersebut. Penilaian
adanya gangguan pada hantaran saraf dapat dijadikan sebagai kriteria minimal untuk
neuropati diabetik, ketika penilaian hantaran saraf tidak dilakukan maka diagnosis pasti dari
neuropati diabetik tidak dapat di tegakkan, karena tingkat keparahan neuropati diabetik
1a : tidak terdapat tanda dan gejala, namun KHS atau tes otonom abnormal
neuropati yang diakibatkan oleh Diabetes melitus tipe 1 atau pun 2 dibagi berdasarkan
manifestasi klinis yang muncul, pilihan terapi tersebut dijelaskan pada tabel dibawah ini.
● Edukasi pasien
, pregabalin)
nyeri kronis)
Neuropati dengan ● Perawatan kaki
● Fisioterapi
Diabetic amyotrophy ● Rujukan ke spesialis saraf untuk diagnosis
pasti
● Fisioterapi
akut)
Komplikasi jangka panjang Rujuk ke bagian Spesialis Saraf, Ortopedi dan
menyajikan konsep atau teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Pembuatan kerangka
konsep penelitian mengacu pada masalah-masalah yang akan diteliti atau berhubungan
dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2010). Kerangka konseptual
2. Olahraga
3. Tidur
4. Perilaku seksual
5. Penyalahgunaan zat
6. Penyalahgunaan obat
8. Rekreasi
9. Belajar
(Notoatmodjo, 2010).
Ha : ada hubungan antara gaya hidup dengan Tingkat keparahan Diabetic Peripheral
Neuropathy.