Anda di halaman 1dari 2

Siklus Hidup dan Proses infeksi Taenia solium

Manusia merupakan definitivehost cacing pita dewasa, sedangkan larva cacing (cisticercus
cellulosae) terdapat dalam bentuk kista di dalam jaringan organ tubuh babi (hospes perantara).
Cacing dewasa akan melepaskan segmen gravidnya dan akan pecah di dalam usus, sehingga telur
dapat di temukan dalam tinja penderita dan dapat bertahan beberapa bulan di lingkungan. Telur
yang keluar bersama tinja jika termakan oleh babi, di dalam usus babi tersubut telur akan pecah
dan onskofer akan terlepas. Onskofer memiliki kait sehingga dapat menembus dinding usus dan
masuk ke dalam sirkulasi darah. Onskofer menyebar ke jaringan dan organ tubuh babi yaitu pada
lidah, otot leher, otot jantung, dan otot gerak. Kemudian dalam waktu 60-70 hari onskofer akan
berubah menjadi larva sistiserkus.

Infeksi pada manusia terjadi karena mengkomsumsi daging babi mentah atau kurang
matang yang mengandung larva sistiserkus. Di saluran pencernaan skoleks mengalami
eksvaginasi dan melekatkan diri dengan alat isap di dinding usus. Skoleks akan tumbuh menjadi
cacing dewasa dan kemudian membentuk strobila. Dalam waktu 2-3 bulan telah tumbuh menjadi
cacing dewasa yang mampu menghasilkan telur untuk meneruskan daur hidupnya. Taenia
solium  dewasa dapat menghasilkan 1.000 proglotid yang berisi sekitar 50.000 telur tiap proglotid
gravid4 dan telurnya keluar melalui celah robekan4 kemudian keluar bersama feses melalui anus
(rata-rata 6 telur perhari)

Referensi :
Sandi, S. (2014). Kajian aspek epidemiologi taeniasis dan sistiserkosis di Papua. Jurnal Penyakit
Bersumber Binatang, 1(2), 1-14.
Susanty, E. (2019). Taeniasis Solium dan Sistiserkosis pada Manusia. Jurnal Ilmu
Kedokteran, 12(1), 1-6.

Siklus hidup T. sagnata


Di dalam usus manusia yang menderita Taeniasis (T. saginata) terdapat proglotid yang
sudah masak (mengandung embrio). Apabila telur tersebut keluar bersama feses dan termakan
oleh sapi, maka di dalam usus sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi onkoster (telur yang
mengandung larva). Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau
pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot/daging dan membentuk kista yang disebut C.
bovis (larva cacing T. saginata). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut
sistiserkus. Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah
matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel
pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa yang tubuhnya
bersegmen disebut proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar
bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya, telur yang berisi embrio dalam usus
sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang
mengikuti siklus hidup seperti di atas. Siklus hidup T. solium pada dasarnya sama dengan siklus
hidup T. saginata.

Seseorang bisa terkena infeksi cacing pita ini melalui makanan dengan memakan daging
yang mengandung kista yang terdapat pada daging sapi mentah atau daging sapi yang belum
masak betul.. T. saginata menjadi dewasa dalam waktu 10 – 12 minggu dan T. solium dewasa
dalam waktu 5 – 12 minggu.

Estuningsih, S. E. (2009). Taeniasis dan sistiserkosis merupakan penyakit zoonosis


parasiter. Wartazoa, 1(19), 84-92.

Setiyani, S. 2011. Taenia saginata. Balaba. 7(2), 57-58.

Anda mungkin juga menyukai