Anda di halaman 1dari 6

Buatlah ringkasan atau resume mengenai :

1. Skrining (salah satu penyakit tidak menular)

2. Investigasi wabah (salah satu penyakit menular)

1.Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai
130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Cara Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah
diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali memompa darah.

HA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:

 Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.


 Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan >80 mmHg
untuk tekanan diastolik.
 Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
 Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi


Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa
kondisi yang dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:

 Kehamilan
 Kecanduan alkohol
 Penyalahgunaan NAPZA
 Gangguan ginjal
 Gangguan pernapasan saat tidur.

Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:

 Lanjut usia
 Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
 Memiliki kebiasaan merokok
 Jarang berolahraga.
Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi
Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

 Konsumsi makanan yang sehat.


 Menjaga berat badan ideal.
 Rutin berolahraga.
 Berhenti merokok.

Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah


seumur hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan
sedini mungkin, terutama bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.

Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain di dalam
tubuh. Jika dibiarkan tanpa penanganan, hipertensi hipertensi yang tidak terkontrol
bisa menimbulkan kondisi yang disebut hipertensi maligna. Kondisi ini bisa
menimbulkan penyakit-penyakit atau komplikasi serius, seperti:

 Aterosklerosis
 Kehilangan penglihatan
 Terbentuk aneurisma
 Gagal ginjal
2.Flu Babi
  

Flu babi adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza
H1N1. Flu babi dinamakan demikian karena pada awalnya terjadi pada
babi yang kemudian menginfeksi manusia. Penularan selanjutnya terjadi
antarmanusia dan menyebabkan pandemi di tahun 2009.
Flu babi dapat menular dengan cepat. Penyakit ini menular saat orang sehat
menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet) penderita saat bersin atau
batuk. Gejala baru akan dirasakan 1–4 hari setelah tertular virus flu babi. Flu babi
lebih mudah menular pada anak-anak, lansia, ibu hamil, serta orang dengan sistem
imun yang lemah.

Flu babi pernah menimbulkan pandemi pada tahun 2009 dan berakhir pada 2010.
Salah satu pencegahan flu babi yang efektif adalah dengan melakukan vaksinasi
secara rutin. Pada tahun 2020, beberapa peneliti menemukan bahwa virus flu babi
ini banyak yang bermutasi dan menghasilkan virus jenis baru. virus flu babi ini
memiliki potensi untuk menyebabkan pandemi.

Penyebab Flu Babi


Flu babi disebabkan oleh virus influenza H1N1. Sama seperti virus influenza lainnya,
virus tersebut akan menyerang sel-sel pada hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Perlu dicatat, virus ini tidak bisa menyebar melalui konsumsi daging babi.
Cara penularan virus H1N1 mirip dengan virus influenza lain, yaitu jika terhirup
droplet dari penderita yang bersin atau batuk. Penularan juga bisa terjadi jika droplet
yang mengandung virus menempel di mata, hidung, serta mulut seseorang yang
sehat.
Setelah WHO menyatakan pandemi infeksi H1N1 berakhir, virus H1N1 dianggap
sebagai flu musiman dan dianggap hampir mirip dengan flu biasa.
Saat menjadi pandemik, flu babi sering terjadi pada anak-anak, dan orang dewasa
muda. Selain itu, risiko tertular flu babi akan meningkat jika seseorang berada di
daerah wabah.
Pada beberapa orang, flu babi biasanya akan menimbulkan gejala yang ringan
hingga sedang. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi dan memberatnya gejala dan keluhan akibat flu babi, yaitu:

 Berusia di bawah 5 tahun atau di atas 65 tahun


 Sedang hamil
 Menderita penyakit kronis, seperti asma, penyakit jantung, atau diabetes
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS
 Menjalani pengobatan menggunakan aspirin jangka panjang, terutama jika berusia
dibawah 19 tahun
 Menderita obesitas

Gejala Flu Babi


Masa inkubasi virus flu babi (waktu dari terpapar virus sampai timbul gejala) adalah
sekitar 1–4 hari. Flu babi memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, sehingga
keduanya sulit dibedakan. Gejala yang bisa muncul pada flu babi adalah:

 Demam
 Kelelahan
 Pegal-pegal
 Sakit kepala
 Pilekdan hidung tersumbat
 Mata merah dan berair
 Sakit Tenggorokan
 Ruam pada kulit
 Diare
 Mual dan muntah
 Batuk
 Sesak napas

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan yang disebutkan di
atas, terutama jika keluhan semakin memberat dan jika Anda memiliki kondisi-
kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akibat flu babi, seperti
menderita penyakit kronis, sedang hamil, atau berusia lanjut usia.

Diagnosis Flu Babi


Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik terlebih dahulu. Setelah itu, dokter dapat menyarankan pasien menjalani
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui ada atau tidaknya virus flu babi yang
menyerang saluran pernapasan.
Pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan dokter adalah:

 Rapid test (tes cepat) yang dilakukan dengan alat khusus, untuk mendeteksi ada
tidaknya infeksi virus flu babi dengan cara yang lebih cepat namun dengan tingkat
akurasi yang lebih rendah.
 Kultur swab hidung dan tenggorokan yang akan diperiksa di laboratorium, untuk
mengetahui jenis virus.

Tidak semua penderita yang mengalami gejala dan keluhan flu diharuskan menjalani
pemeriksaan lanjutan. Beberapa kondisi yang mengharuskan penderita flu menjalani
tes tersebut adalah:

 Sudah menjalani rawat inap di rumah sakit


 Berisiko tinggi mengalami komplikasi akibat flu
 Tinggal bersama orang yang berisiko tinggi mengalami komplikasi flu

Pengobatan Flu Babi


Pengobatan flu babi akan disesuaikan dengan gejala dan kondisi yang dialami oleh
pasien. Riwayat penyakit serta ada tidaknya kondisi khusus, seperti kehamilan juga
menentukan jenis pengobatannya.
Pada umumnya, penderita flu babi yang gejalanya masih ringan dapat melakukan
beberapa langkah berikut untuk meredakan keluhan:

 Beristirahat dengan cukup


 Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi
 Mengonsumsi yang bisa meredakan demam atau rasa nyeri, seperti ibuprofen
dan paracetamol

Meski demikian, ada sebagian kasus flu babi yang membutuhkan penanganan di
rumah sakit, terutama jika penderita memiliki risiko tinggi untuk mengalami
komplikasi.  Dokter biasanya akan memberikan obat antivirus, seperti:

 Oseltamivir
 Zanamivir
 Peramivir
 Zaloxavir

Perlu diingat, dokter tidak akan memberikan antibiotik untuk mengobati flu. Hal ini
karena antibiotik tidak memiliki efek untuk membunuh virus. Meskipun demikian,
antibiotik dapat diberikan jika penderita mengalami infeksi bakteri yang terjadi
bersamaan dengan flu.

Komplikasi Flu Babi


Pada keadaan tertentu, flu babi bisa menimbukan komplikasi, seperti:

 Pneumonia
 Gagal napas
 Gangguan pada sistem saraf, seperti kejang dan gangguan kesadaran
 Penyakit kronis, seperti asma atau penyakit jantung yang semakin memburuk
Vaksinasi dan Pencegahan Flu Babi
Langkah utama untuk menghindari flu babi adalah dengan mendapatkan vaksin
influenza. Vaksin yang umumnya dianjurkan satu kali dalam setahun ini akan
membantu dalam membangun pertahanan tubuh terhadap virus H1N1.
Selain vaksin, ada beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan untuk mencegah
penularan dan penyebaran flu babi, di antaranya:

 Tetap tinggal di rumah jika sedang sakit.


 Tidak bepergian ke daerah yang sedang memiliki kasus flu babi.
 Rutin cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang memiliki
kandungan alkohol 70%.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk kemudian buanglah tisu
ke tempat sampah usai digunakan.
 Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi.

Anda mungkin juga menyukai