Putri Dewi Safitri
Putri Dewi Safitri
DISUSUN OLEH:
DAFTAR ISI
I
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..……………ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………....1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..………….1
C. TUJUAN……………………………………………………………………………....1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERSAINGAN USAHA…………………………….….2
B. BENTUK BENTUK PERSAINGAN USAHA…..………………………………...…3
C. PERBUATAN/PERSAINGAN MELAWAN HUKUM ………………………..……4
D. PEYELESAIAN SENGKETA DAN SANKSI……………………………….............5
II
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persaingan sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Dunia saat
sekarang ini adalah hasil dari persaingan manusia dalam berbagai aspek. Persaingan yang
dilakukan secara terus-menerus untuk saling mengungguli membawa manusia berhasil
menciptakan hal-hal baru dalam kehidupan yang berangsur-angsur menuju arah yang
semakin maju dari sebelumnya.
Untuk terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi semua pihak, persaingan yang
harus dilakukan adalah persaingan yang sehat. Kegiatan ekonomi dan bisnis pun tidak
luput dari sebuah persaingan, mengingat kegiatan ini dilakukan banyak pihak untuk
menunjang kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, hukum yang mengatur persaingan
usaha dalam kegiatan ekonomi dan bisnis sangat diperlukan semua pihak supaya tidak
ada pihak- pihak yang merasa dirugikan. Maka dari itu malakalah ini akan membahas
mengenai persaiangan usaha.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum persaingan usaha merupakan hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan persaingan usaha. Menurut Arie Siswanto, hukum persaingan usaha
(competition law) adalah instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana
persaingan itu harus dilakukan. Menurut Hermansyah hukum persaingan usaha adalah
seperangkat aturan hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan
dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal
yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Sedangkan kebijakan persaingan
(competition policy) merupakan kebijakan yang berkaitan dengan masalah-masalah di
bidang persaingan usaha yang harus dipedomani oleh pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya dan melindungi kepentingan konsumen.
Di Indonesia, pengaturan persaingan usaha baru terwujud pada tahun 1999 saat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
2
Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan. Kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tersebut ditunjang pula dengan tuntutan masyarakat akan reformasi total dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk penghapusan kegiatan monopoli
di segala sektor. Adapun falsafah yang melatarbelakangi kelahiran undang-undang
tersebut ada tiga hal, yaitu:
3. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan
kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari
kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh Negara Republik Indonesia terhadap
perjanjian-perjanjian internasional.
1. Persaingan Tradisional
Persaingan Tradisional adalah perusahaan lain yang memiliki produk yang sama.
Misalnya anda memiliki warung kopi maka pesaing anda adalah warung kopi lain,
atau bengkel mobil maka pesaing anda adalah bengkel mobil lain. Inilah yang pada
umumnya kita pahami sebagai bentuk persaingan usaha.
2. Pesaingan produk subtitusi
Persaingan Produk Substitusi adalah persaingan dengan menciptakan produk yang
sama manfaatnya namun berbeda bentuknya. Contohnya warung kopi, maka
pesaing produk subtitusi anda adalah warung teh. Kenapa? karena hampir bisa
dipastikan tidak ada orang yang mau minum teh dan kopi secara bersamaan. Dalam
hal ini anda bersaing dengan warung teh untuk merebut hati konsumen. Kopi atau
teh yang akan dipilih oleh konsumen.
3
3. Persaingan datang dari kekuatan perusahaan pemasok
Kalau anda berbisnis agen koran maka perusahaan penerbit koran merupakan
pesaing tidak langsung. Sewaktu-waktu perusahaan penerbit koran bisa membuat
kebijakan tertentu yang bisa merugikan bahkan mematikan perusahaan. Maka
sebuah perusahaan harus dengan cermat mengamati dan mengawasi kebijakan dari
perusahaan pemasok. Untuk kemudian menerapkan strategi bisnis yang tepat.
4. Persaingan secara tidak langsung datang dari kekuatan pembeli
Dengan cara memberikan pelyanan dan produk yang bermutu tinggi, yang
memberikan kepuasan konsumen yang tinggi di bandingkan dengan perusahaan
yang lainnya.
5. Persaingan datang dari pendatang baru
Semakin tinggi profibilitas sebuah usaha akan semakin menarik pemain baru untuk
masuk. Yang harus anda perhatikan bahwa pemain baru ini akan menyerang pasar
dengan harga sebagai senjatanya. Maka anda harus mempunyai kekuatan yang
cukup untuk menghadapinya. Salah satu bentuk kekuatan itu adalah kekuatan
finansial atau keuangan.
Keempat unsur tersebut harus terdapat dalam gugatan terhadap pesaing yang
tidak jujur dan dibuktikan dimuka Pengadilan Negeri. Apabila 4 (empat) unsur tadi
dipenuhi secara kumulatif, maka perbuatan persaingan itu dikatakan persaingan
melanggar hukum karena memenuhi kualifikasi Pasal 1365 BW tentang onrechtmatige
daad. Pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti kerugian akibat perbuatan pelanggar
hukum itu. Disamping itu, pihak yang dirugikan dapat pula menuntut supaya
4
persaingan melanggar hukum itu dihentikan dan menarik dari peredaran semua produk
saingan yang masih ada untuk dimusnahkan.
Suatu perbuatan dikatakan melanggara hukum apabila perbuatan itu dilarang oleh
undang-undang, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan ketertiban
umum, bertentangan dengan kepatutan, dan bertentangan dengan kejujuran dalam
kegiatan bisnis. Akibat perbuatan melanggara hukum adalah kerugian yang diderita
oleh pengusaha pesaing, baik kerugian materiil maupun kerugian immateriil. Kerugian
immateriil misalnya, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap produk perusahaan
pesaing dan hilangnya pelanggan atau relasi perusahaan pesaing.
5
1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak
memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/
kedua pihak, maka lobyingdapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang
ada sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih
terbuka.
2. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah
atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau
konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu
gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya
harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Prosedur Untuk Mediasi
1) Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
2) Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada
mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
3) Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha
mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
4) Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak
pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan.
3. Arbitrase
Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana
para pihak menyerahkan kewenangan kepada kepada pihak yang netral, yang
disebut arbiter, untuk memberikan putusan.
6
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti
“kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”.
Azas- Azas Arbitrase
1) Azas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang
atau beberapa oramg arbiter.
2) Azas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan
secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara
arbiter itu sendiri;
3) Azas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan
melalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak;
4) Azas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir
dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi
banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para
pihak dalam klausa atau perjanjian arbitrase;
Tujuan Arbitrase
Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah
untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan
adil, Tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang
menghambat penyelisihan perselisihan.
Lembaga yang diberi wewenang oleh negara untuk melakukan penegakan
hukum persaingan diatur secara berbeda dengan tindak pidana pada
umumnya, yang berdasarkan ketentuan UU No 5 Tahun 1999 yaitu Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang selanjutnya disingkat Komisi
Pengawas (Bab VI UU No. 5 Tahun 1999).
Dengan tugas dan wewenangnya diantaranya :
1) Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang telah dibuat oleh pelaku
usaha
2) Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau tindakan pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan usahanya
3) Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi
4) Memberikan saran dan pertimbangan kebijakan pemerintah terhadap
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
7
5) Menerima laporan dari masyarakat atau pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
6) Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha atau tindakan
pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat
7) Melakukan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan masyarakat
atau pelaku atau yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari
penelitiannya
8) Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
9) Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi
10) Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha
yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Dampak hukum yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha yang telah
melakukan pelanggaran terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat adalah berupa sanksi. Dimana sanksi tersebut dapat berupa :
1) Sanksi Administratif
Berdasarkan pasal 47 UU No 5 Tahun 1999, maka KPPU berhak untuk
menjatuhkan sanksi administratif bagi pelaku usaha yang telah terbukti
melakukan pelanggaran. Sanksi tersebut dapat berupa :
Penetapan pembatalan perjanjian yang telah dibuat oleh para pelaku
usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 sampai apsal 13, pasal 15
dan pasal 16.
Perintah kepada usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14; dan atau
Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan
atau
Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan
posisi dominan.
8
Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha
dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
miliar rupiah)
2) Sanksi Pidana
Selain sanksi administratif, Hukum antimonopoli juga menyediakan sanksi
pidana. Sanksi pidana pokok yang terdapat dalam pasal 48 UU No 5 Tahun
1999, yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 14, pasal 16 sampai dengan
pasal 19, pasal 25, pasal 27, dan pasal 28 diancam pidana serendah-
rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 100.000.000,00 (seratus miliar rupiah ), atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 5 sampai dengan pasal 8, pasal
15, pasal 20 sampai dengan pasal 24,dan pasal 26 Undang-undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00
( dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 5 (limi) bulan
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 41 Undang-undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3
(tiga) bulan
Indonesia, UU No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 48
3) Sanksi Pidana Tambahan yang terdapat dalam pasal 49 UU No 5 tahun
1999 yang berbunyi :
Pencabutan ijin usaha; atau
Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap Undang undang ini untuk menduduki jabatan
9
direksi atau komisaris sekurang kurangnya dua tahun dan selama
lamanya lima tahun
Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.
Sanksi pidana dalam KUHPidana. Selain sanksi pidana yang terdapat
didalam UU No 5 tahun 1999 , maka ada pula sanksi pidana yang diatur
dalam KUHP, yang terdapat dalam pasal 382 yang berbunyi : “ barang
siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil
perdagangan atau perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang
lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau
seorang tertentu, diancam karena persaingan curang, dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan denda paling banyak tiga belas ribu
lima ratus rupiah.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persaingan yang melanggar norma-norma sopan santun dalam lalu lintas sebuah
perusahaan, maka persaingan akan menjadi persaingan melawan hukum. Berdasarkan
ketentuan UU No 5 Tahun 1999 maka yang berhak untuk menyelesaikan suatu penyelasaian
sengketa yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang selanjutnya disingkat
Komisi Pengawas (Bab VI UU No. 5 Tahun 1999).
11
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29351/3/Chapter20II.pdf
http://dunia-angie.blogspot.com/2013/10/hukum-persainganusaha-di-susun-guna.html
http://bisnisupdates.blogspot.com/2009/04/persaingan-usaha-dan-bisnis-anda.html
http://gobagsodorpadhangnjingglang.blogspot.com/2012/06/persaingan-dalam-bisnis-ditinjau-
dari.html
http://myblogrezafauzi.blogspot.com/2012/06/penyelesaian-sengketa-ekonomi.html
12