Anda di halaman 1dari 9

VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD SEBAGAI

PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK


Dewangga Hariyos Ardana
Prodi D III PBB/Penilai, Jurusan Pajak, Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat Korespondensi: dewanggaard@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Diterima Pertama Indonesia's abundant potential of natural wealth should be


[01 08 2020] used properly if it is able to be an asset of the nation's
economy. One of the natural resources utilized is forest
Dinyatakan Diterima products in the form of wood. The government has
[01 08 2020] implemented a collection system for timber forest products
through various instruments, both taxation instruments and
KATA KUNCI:
non-taxation schemes. However, the revenue obtained is
Environmental Valuation, Economics, resources, Market
not in accordance with the supposed management due to
based approach, Productivity Function Approach, Forest
suboptimal resulting in many violations both through
Park, KGPAA Mangkunagoro I, Tax, Non-Tax National
unscrupulous forest product managers and illegal logging.
Income
The valuation process is needed as a benchmark for
potential state revenues that should be received. This study
measures the potential of wood from the conservation area
of the Great Forest Park K.G, P.A.A Mangkunagoro I by
using a cost-based approach that produces an indication of
the potential value of wood of Rp7,127,930,631.00.

Potensi kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah


seharusnya apabila dimanfaatkan dengan benar mampu
menjadi aset perekonomian bangsa. Salah satu sumber daya
alam yang dimanfaatkan adalah hasil hutan berupa kayu.
Pemerintah telah melakukan sistem pemungutan atas hasil
hutan kayu melalui berbagai instrument baik instrument
perpajakan maupun skema non-perpajakan. Namun
penerimaan yang diperoleh tidak sesuai dengan seharusnya
diakibatkan pengelolaan yang belum optimal sehingga
memicu banyaknya pelanggaran baik melalui oknum
pengelola hasil hutan maupun penebangan secara illegal.
Proses valuasi diperlukan sebagai benchmark atas potensi
penerimaan negara yang seharusnya diterima. Penelitian ini
mengukur potensi kayu dari kawasan konservasi Taman
Hutan raya K.G,P.A.A Mangkunagoro I dengan menggunakan
pendekatan berbasis biaya yang menghasilkan indikasi nilai
potensi kayu sebesar Rp7.127.930.631,00.

1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang

1.1 Latar Belakang memiliki iklim tropis dimana hutan


VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

terbentang luas di seluruh penjuru pulau- menyebabkan penerimaan negara dari


pulaunya. Sumber daya alam yang hasil hutan tidak maksimal.
melimpah tersedia dan tumbuh pada Penerimaan negara dari hasil hutan
setiap jengkal tanahnya. Sebagaimana tersebut terjadi pada hasil hutan kayu tidak
sejarah yang telah mencatatkan bahwa hanya yang ilegal namun juga yang legal.
kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Pada tahun 2013 Transparency
Nusantara pada abad ke-16 International Indonesia melakukan
dilatarbelakangi oleh potensi kekayaan penelitian yang mennghasilkan perkiraan
alamnya yang belum terjamah dan produksi kayu ilegal di Indonesia adalah
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. sebesar 114 m3 atau mencapai 70% dari
Kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan total produksi kayu bulat Indonesia.
manusia mendorong para penjelajah Eropa Sedangkan produksi kayu legal adalah
untuk bertaruh nyawa dalam melakukan sebesar 30% dan yang masuk ke
eksplorasi ke seluruh dunia. pendapatan negara pun hanya sekitar
Potensi alam yang melimpah ruah separuhnya. Pengelolaan yang tepat sangat
merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh diperlukan dalam rangka pengelolaan dan
negara kita. Di setiap inci daratan, laut, dan maksimalisasi pendapatan negara.
udaranya mampu menghasilkan barang Pengelolaan pendapatan negara
dan jasa yang sangat bernilai bagi dari sumber daya alam dapat dimulai
kehidupan. Dengan total proporsi 50,1% dengan tahap valuasi. Valuasi diperlukan
daratannya yang merupakan hutan, sudah untuk mengetahui potensi sesungguhnya
dapat dibayangkan betapa banyaknya nilai dari sumber daya alam yang terkandung di
potensi ekonomi dari hutan yang Indonesia. Dengan mengidentifikasi atau
terkandung di dalamnya. Nilai potensi memperkirakan potensi tersebut
tersebut tidak hanya dilihat dari potensi diharapkan pengelolaan dan
nilai guna langsung seperti kayu dan hasil pemanfaatannya dapat berlangsung
hutan bukan kayu namun juga manfaat optimal sehingga kehilangan penerimaan
tidak langsung seperti penyerap karbon, negara dari pemanfaatan ilegal dapat
penghasil oksigen, dan penghasil air. dicegah dan dihindari. Kesadaran dari
Dengan potensi kekayaan alam yang aparat pengelola potensi sumber daya
ada, Pemerintah Republik Indonesia alam tersebut akan meningkat seiring
melalui Kementerian Keuangan dilakukannya pengelolaan yang sistematis.
memasukkan unsur potensi sumber daya Valuasi dapat dilakukan dengan
alam ke dalam PNBP (Pendapatan Nasional berbagai metode tergantung dari objek
Bukan Pajak) sebagai komponen anggaran yang akan dinilai. Secara umum ada tiga
yang menjadi bagian penerimaan atau pendekatan yang digunakan dalam proses
pendapatan negara. Namun perlu disadari penilaian yaitu penilaian dengan
bahwa pemanfaatan hasil hutan tersebut pendekatan data pasar, biaya, dan
tidak sepenuhnya menjadi bagian dari pendapatan. Pada tulisan ini penulis
PNBP. Masih banyak “kebocoran” yang menggunakan pendekatan berbasis biaya
(cost-based method) untuk menilai potensi
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

kayu yang terkandung pada objek hutan tergolong cukup bnayak dan rumit
penilaian. Penulis mengambil objek namun yang perlu disoroti adalah tidak
penilaian pada Taman Hutan Raya KGPAA semua pengutan tersebut dapat dengan

Mangkunagoro I yang terletak di Dusun “mulus” terselamatkan masuk ke kas

Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, negara. Banyaknya pungutan liar yang
dilakukan oleh oknum tak bertanggung
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa
jawab menyebabkan hilangnya potensi
Tengah.
pendapatan negara dari sektor hasil hutan
Penulis memilih objek penelitian
ini.
pada Taman Hutan Raya KGPAA
Selama ini pungutan terhadap hasil
Mangkunagoro I antara lain
hutan sering salah dipandang dan dianggap
dilatarbelakangi oleh dekatnya lokasi
semata-mata sebagai pajak atau bukan
dengan tempat tinggal penulis sehingga
pajak sehingga penerimaan negara
mudah untuk mendapatkan akses dan
meningkat daripada sebagai proxy bagi
memiliki gambaran lokasi yang baik.
nilai tegakan dari kayu yang ditebang (Gray
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28
1996). Nilai tegakan dari kayu yang
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
ditebang tersebut antara lain adalah biaya
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam,
penggantian atas menurunnya kualitas
Taman Hutan Raya (Tahura) adalah
lingkungan yang terjadi akibat
kawasan pelestarian alam yang berfungsi
berkurangnya pepohonan. Pemerintah
untuk koleksi tumbuhan dan atau satwa
seharusnya mampu untuk menentukan
alami atau tidak alami, jenis asli atau tidak
secara jabatan bahwa sebagian dari
asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan
penerimaan pungutan tersebut dapat
untuk kepentingan penelitian, ilmu
digunakan hanya untuk kebutuhan
pengetahuan, pendidikan, menunjang
reboisasi atau rehabilitasi lahan atau dapat
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
disebut sebagai kebijakan earmarking.
Menurut Permenhut Nomor P.14/Menhut-
2. KERANGKA TEORI DAN II/2011, pemasukan negara dari sumber
PENGEMBANGAN HIPOTESIS daya hutan dilambangkan dalam GRNT
2.1 Jenis Pungutan Kehutanan yang diformulasikan sebagai:
Menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 GRNT = HP – DR – PSDH – BP [1]
Pasal 35 Ayat 1–3 terdapat empat jenis keterangan:
pungutan di bidang kehutanan, yaitu iuran HP = harga patokan yang ditetapkan
izin usaha, Provisi Sumber Daya Hutan menteri perdagangan
(PSDH), Dana Reboisasi (DR), dan jaminan DR = dana reboisasi
kinerja. Selain itu dari segi perpajakan juga PSDH = provisi sumber daya hutan
terdapat pungutan yaitu Pajak Bumi dan BP = biaya produksi
Bangunan (PBB P5L) , pajak penghasilan 2.2 Klasifikasi Nilai
(PPh), dan pajak pertambahan nilai (PPN). Tidak semua sumber daya alam dan
Ada juga dana investasi yang berguna lingkungan merupakan marketed goods
sebagai biaya pelestarian hutan. Jika dilihat yang diperjualbelikan di pasar. Banyak
memang kebijakan pungutan atas hasil potensi sumber daya alam yang
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

merupakan non-marketed goods seperti generasi mendatang. Option value


fungsi hutan sebagai penyerap karbon atau berkaitan dengan research and
fungsi bakau sebagai pemecah ombak. development.
Non-marketed goods selalu berhubungan Sedangkan nilai non-guna bersifat pasif.
dengan willingness to pay dan willingness Artinya, nilai yang diberikan individu
to accept.(Kopp, Pommerehne, & Schwarz, terhadap SDAL yang tidak terkait dengan
1997) Seperti diketahui bahwa willingness penggunaan, baik saat ini maupun masa
to pay adalah jumlah maksimum uang yang depan. Yang terbagi menjadi dua jenis
bersedia dibayarkan untuk mendapatkan yaitu :
suatu barang dan jasa sedangkan a) Existence value : berkaitan
willingness to accept adalah jumlah dengan nilai intrinsik yang ada di
minimum yang bersedia diterima klasifikasi nilainya. Misalkan hutan, ada
seseorang untuk melepaskan suatu barang atau tidak adanya kita, hutan tersebut
dan jasa. (Mankiw, 2014) tetap akan melaksanakan fungsinya
Nilai ekonomi sumber daya alam seperti fotosintesis, penyedia unsur
diklasifikasikan menjadi dua yaitu use value hara, kemudian proses organik, dan
dan non-use value. Nilai guna merupakan penyerap karbon. Artinya hutan
active value yaitu nilai SDA baik yang tersebut memang tetap ada.
dimanfaatkan secara langsung maupun b) Bequest value : dapat diperoleh
tidak langung. Terdiri dari tiga jenis yaitu : dengan melihat tujuan dari komunitas
a) Direct value : diperoleh dari atau masyarakat terhadap nilai
ekstraksi secara langsung, baik untuk tersebut. (De Groot, 2002)
konsumsi maupun produksi. Contohnya 2.2 Productivity Function Approach
hasil hutan seperti kayu, tanaman obat- Productivity Function Approach
obatan, tourism, sarana edukasi dan adalah satu dari beberapa metode yang
penelitian. dapat digunakan dalam menilai barang
b) Indirect value : diperoleh secara dan jasa lingkungan berdasar pendekatan
tidak langsung dan tanpa ada ekstraksi, berbasis harga pasar (Market Based
sifatnya mendukung kegiatan konsumsi Approach). Productivity Function
maupun produksi. Contohnya hasil Approach yang selanjutnya disingkat PFA
produksi dari satu ekosistem itu sendiri, merupakan pendekatan yang berdasar
seperti hasil fotosintesis, fungsi pada perubahan kualitas lingkungan
absorpsi untuk cadangan air, dan sumber daya alam dan lingkungan.
pencegah erosi. Umumnya metode ini dapat digunakan
c) Option value : pilihan atas untuk kasus-kasus seperti pencemaran air,
ketidakpastian untuk penggunaan di erosi, deforestasi, dan lain-lain.
masa depan. Artinya apakah ada bagian PFA digunakan untuk
dari suatu SDAL yang belum diketahui memperkirakan nilai ekonomi dari produk
manfaatnya saat ini. sehingga bisa dan jasa ekosistem yang berkontribusi
diambil manfaatnya dalam beberapa terhadap produksi barang komersial.
tahun ke depan atau bahkan untuk Pendekatan ini banyak digunakan untuk
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

mengevaluasi dampak perubahan kualitas c. Menentukan besarnya


lingkungan (misalnya hujan asam atau output produksi dan harga output
polusi air) pada pertanian (Adams et al. produksi;
1986) dan perikanan (Kahn, 1991). Selain d. Nilai sumber daya alam
itu PFA juga digunakan untuk menilai diperoleh dengan cara mengurangkan
manfaat perlindungan yang diberikan oleh nilai penerimaan dengan biaya total
rawa-rawa pantai terhadap kerusakan faktor produksi;
yang ditimbulkan badai (Farber, 1987). e. Jika menggunakan
Kelebihan dari Productivity pendekatan yang berdasar waktu,
Function Approach adalah sebagai seperti per-tahun, per-dekade, dan
berikut : lain-lain, maka nilai sumber daya alam
a. Nilai yang dihasilkan dapat dikalikan berapa kali siklus
merupakan nilai gambaran pasar tanam per waktu serta dengan suku
sumber daya alam dan lingkungan; bunga.
b. Nilai yang dihasilkan 3. METODE PENELITIAN
pendekatan ini lebih diterima oleh 3.1 Lokasi
banyak orang; Penelitian dilaksanakan di Taman
c. Mudah diterapkan dan Hutan Raya K.G.P.A.A Mangkunagoro I
fleksibel yang berlokasi di Dusun Sukuh, Desa Berjo,
Kelemahan Productivity Function Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Approach adalah sebagai berikut : Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
a. Tidak semua sumber daya 3.2 Teknik Pengambilan Data
alam dan lingkungan memiliki nilai Jenis penelitian yang digunakan
pasar, sehingga pendekatan ini tidak dalam penelitian ini adalah penelitian
mungkin untuk diterapkan; lapangan dan studi pustaka. Menurut
b. Nilai pasar kadang jauh Arikunto (1995:58) penelitian lapangan
lebih rendah daripada nilai intrinsik (field research) adalah suatu bentuk
sumberdaya alam. penelitian yang dilakukan secara sistematis
Langkah-langkah dalam dengan menggunakan data yang diperoleh
menghitung economic value dari lapangan. Langkah-langkah metode
menggunakan Productivity Function penelitian lapangan yang penulis lakukan
Approach adalah sebagai berikut : adalah sebagai berikut:
a. Menentukan faktor-faktor
a. Persiapan, mengkaji bahan
produksi dari sumber daya alam yang
pustaka, dan memperluas fokus
akan dinilai.
perhatian;
b. Menentukan biaya dari
b. Mengkaji kuesioner yang
faktor-faktor produksi sumber daya
akan ditanyakan kepada narasumber;
alam yang akan dihitung dan
c. Melakukan wawancara
menjumlahkan biaya keseluruhan
dengan narasumber berdasarkan
faktor produksi;
kuesioner yang telah dibuat; dan
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

d. Mengolah data yang jurnal atau karya ilmiah. Pada penelitian ini
didapat dan membuat laporan. data sekunder digunakan sebagai
Menurut M. Nazir (1988:111) studi pelengkap data primer.
pustaka adalah teknik mengumpulkan data 3.4 Teknik Analisa Data
dengan melakukan telaah terhadap buku, Pada penelitian ini penulis
literatur, catatan, dan laporan yang mengolah data yang diperoleh untuk
berhubungan dengan masalah yang akan mendapatkan nilai guna langsung dan nilai
dipecahkan. Langkah-langkah metode studi guna tidak langsung dari Tahura KGPAA
pustaka yang penulis lakukan adalah Mangkunagoro I. Menurut Fauzi (2004)
sebagai berikut: non-direct use value adalah manfaat yang
a. Mengumpulkan data yang dirasakan secara tidak langsung, baik
relevan dengan topik melalui sumber barang atau jasa atas adanya hutan.
literatur tepercaya seperti buku, jurnal Menurut Pearce (1992) Total Economic
daring, majalah daring, skripsi, dan Value (TEV) merupakan hasil penjumlahan
tesis; dari nilai guna langsung, nilai guna tidak
b. Memilih data yang relevan langsung dan nilai non guna, dengan
dengan topik yang akan diulas; formulasi sebagai berikut :
c. Mengutip sebagian atau TEV = DUV + NDV + OV + XV+ BV [2]
seluruh data yang diperoleh; Keterangan :
d. Menganalisis data; dan TEV = Total Economic Value
e. Menyusun karya tulis DUV = Direct Use Value
berlandaskan data yang telah dianalisis NDV = Non-Direct Use Value
sehingga diperoleh tujuan dan OV = Option value (Nilai
kesimpulan penelitian. Pilihan)
3.3 Jenis dan Sumber Data XV = Existence value (Nilai
Dalam melakukan analisis, penulis Keberadaan)
menggunakan data primer dan data BV = Bequest value (Nilai
sekunder. Menurut Suryosubroto (2003:39) Warisan)
Data primer adalah data yang dikumpulkan 4. HASIL PENELITIAN
secara langsung oleh peneliti dari Penelitian ini melihat dan
narasumber. Data primer yang digunakan menghitung nilai guna langsung Taman
berupa hasil wawancara tatap muka Hutan Raya Mangkunagoro I dengan
terhadap pengelola kawasan Tahura menggunakan pendekatan berbasis biaya
K.G.P.A.A Mangkunagoro I. yaitu dengan metode Productivity Function
Menurut Sugiyono (2008:137) data Approach.
sekunder adalah data yang diperoleh Kawasan Tahura KGPAA Mangkunagoro I
peneliti secara tidak langsung melalui merupakan kawasan konservasi dimana
media perantara (diperoleh dan dicatat memiliki potensi sumberdaya alam yang
pihak lain). Data sekunder yang digunakan sangat besar. Keanekaragaman hayati yang
diperoleh melalui hasil penelitian terdapat di Tahura merupakan ragam flora
berdasarkan sumber terpercaya seperti dan fauna yang sengaja untuk dikonservasi
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

dan dipertahankan keberadaannya. Luas Area


226,81
Meskipun begitu nilai dari potensi tersebut, Vegetasi
Rata-Rata
termasuk kayu, dapat dihitung secara
Jumlah Pohon 208,25
ekonomis sebagai tolok ukur bahwa
per hektare
kawasan tersebut memiliki stok potensi
Rata-Rata
kayu yang dapat dikuantitatifkan. Dari
Volume per 0,21
berbagai spesies tumbuhan yang ada di
Pohon
Tahura Mangkunagoro, diperoleh empat Etat Volume
9933,138
jenis tumbuhan penghasil kayu yaitu pinus, Siap Tebang (E)
akasia, suren, dan jati. Berdasarkan (pengolahan data primer)

wawancara yang dilakukan dengan Harga kayu per m3 diperoleh dari harga

pengelola Tahura KGPAA MAngkunagoro I patokan kayu yang diatur dalam Peraturan

diperoleh data sebagai berikut : Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tabel 4.1. Potensi Kayu Komersial No. P64/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2017

Tahura KGPAA Mangkunagoro I tentang Penetapan Harga Patokan Hasil


Hutan untuk Perhitungan Provisi Sumber
Jenis Keliling Volume Harga/m3
Kategori Jumlah/Ha
Pohon (cm) (m3) (Rp) Daya Hutan dan Ganti Rugi Tegakan.
Pinus A III 107.17 68,69 0,1952 200.000 Sedangkan untuk biaya tebang diambil dari
Akasia A III 32,73 106,76 0,316 200.000 penelitian Yulian, Syaufina, dan Putri pada
Suren A III 21,52 84,713 0,247 180.000
jurnal berjudul “Valuasi Ekonomi
Jati A III 46,83 53,38 0,083 3.500.000
Sumberdaya Alam Taman Hutan Raya Bukit
Rata-Rata 208,25 78,386 0,21 1.020.000
Soeharto di Provinsi Kalimantan Timur”
(Hasil pengolahan data primer)
yaitu sebesar Rp302.409/m3 yang terdiri
Berdasarkan persamaan :
dari biaya tebang, biaya angkut, dan
NKL = E x HKL [3]
retribusi PSDH. Sehingga dengan
Dimana :
memasukkan variabel ke persamaan (3)
NKL = Nilai Total Kayu Log
akan diperoleh
(Rp/tahun)
NKL = E x HKL
E = Etat volume tebang
NKL = 9933,138 x (1.020.000-302.409)
lestari kayu jenis (m3 /tahun)
NKL = 7.127.930.631
HKL = Harga kayu log per kubik
5. KESIMPULAN DAN SARAN
setelah dikurang biaya (Rp/m3 )
5.1 Kesimpulan
maka nilai guna kayu dapat dihitung
Potensi hutan di Indonesia yang
dengan cara mengalikan etat volume
begitu besar mampu menghasilkan
tebang dengan harga kayu log per kubik.
pendapatan dari penerimaan negara
Etat volume tebang adalah volume tebang
berupa PNBP dan juga pendapatan dari
total yang diperoleh dengan mengalikan
bidang perpajakan. Hal tersebut membuat
volume siap tebang dengan jumlah pohon
pengelolaan atas sumber daya alam
per hektar dan luas total area vegetasi
khususnya hutan perlu dilakukan dengan
dengan perhitungan sebagaimana berikut :
efisien dan optimal agar penerimaan
Tabel 4.2. Etat Volume Tebang
negara dapat terpenuhi tanpa ada
Variabel Jumlah
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

“kebocoran” di sana sini. Pemerintah penulis untuk melakukan survey lapangan


sebagai pemegang dan pembuat kebijakan secara langsung dan hanya mengandalkan
selain mengeluarkan peraturan yang data primer melalui wawancara online
menguntungkan negra adari segi ekonomis melalui video conference dengan pengelola
juga perlu untuk menerapkan sistem Tahura K.G.P.A.A Mangkunagoro I. Oleh
pengelolaan pemasukan negara. karena itu data yang diperoleh didukung
Dengan menggunakan pendekatan dengan data sekunder karena data primer
berbasis biaya melalui metode Productivity yang diperoleh hanya merupakan sampling
Function Approach diperoleh nilai ekonomi dan bukan kondisi yang sebenarnya. Nilai
sumber daya hasil hutan kayu pada ekonomi yang ter-capture dalam karya tulis
kawasan Taman Hutan Raya K.G.P.A.A ini hanyalah potensi sumber daya alam
Mangkunagoro I dengan luas area vegetasi yang dapat dinilai dengan pendekatan
seluas 226,81 ha diperoleh nilai sebesar Production Function Approach dan
Rp7.127.930.631,00 dengan hasil produksi Replacement Cost Method. Karena fungsi
kayu bervolume tebang optimal sebesar utama Tahura adalah sebagai kawasan
9933,138m3 atau 43,795 m3 per hektare. konservasi dan budidaya maka nilai yang
Nilai tersebut adalah nilai produksi atas dihasilkan dalam penelitian ini belum
harga jual kayu saja dan belum termasuk mencerminkan nilai sebenarnya dimana
nilai lain yang dapat diterima oleh negara nilai yang terkandung atas keberaadaan
karena masih ada penerimaan dari PSDH, sumber daya alam di kawasan tersebut
Biaya Reboisasi, retribusi, dan perpajakan lebih tinggi dari nilai pemanfaatannya.
lainnya yang sudah termasuk dalam biaya Objek penelitian di Taman Hutan Raya yang
tebang yang sudah dikurangkan dengan menjadi kawasan konservasi juga
pendapatan. memungkinkan mengimplikasikan nilai
5.2 Saran yang berbeda apabila penilaian dilakukan
Untuk memperoleh nilai yang pada hutan produksi yang memamng
sebenarnya dari potensi hutan Indonesia seb=ngaja ditanami dengan komoditas
perlu untuk dilakukan penelitian dan untuk dipanen hasilnya.
penilaian yang komprehensif sehingga
mampu menghasilkan indikasi nilai yang
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
sesungguhnya. Potensi hasil hutan yang
Arikunto, S. (1995). Dasar-Dasar Research. Bandung :
berbeda beda di setiap wilayah
Tarsoto.
memerlukan studi pendalaman yang lebih
In-text reference: (Arikunto : 1995)
lanjut dengan metode yang beragam agar
Balai Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunagoro I.
hasilnya dapat dievaluasi untuk
(2020, May 4). Pengertian Umum Tahura.
menunjukkan nilai yang mendekati
Diambil dari Data Informasi
kewajaran.
website:http://tahuramangkunagoro.co.id
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN In-text reference: (Balai Tahura, 2020)
Keterbatasan yang dialami penulis De Groot, R. S., Wilson, M. A., & Boumans, R. M.
adalah dengan adanya pandemi COVID-19 (2002). A typology for the classification,
yang terjadi sehingga tidak memungkinkan description and valuation of ecosystem
VALUASI EKONOMI HUTAN DENGAN METODE COST-BASED METHOD
Jurnal Pajak Indonesia Vol.1, No.1, (2017),
SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN NASIONAL BUKAN PAJAK

JUDUL KARYA TULIS BARIS 2 DST [CALIBRI, 8, UPPERCASE]

functions, goods and services. Ecological of contingent valuation methods (Vol. 10).


economics, 41(3), 393-408. Springer Science & Business Media.
In-text reference: (De Groot, 2002) In-text reference: (Kopp,
Farber, S. (1987). The value of coastal wetlands for Pommerehne,Schwarz, 2020)
protection of property against hurricane Mankiw, N. G. (2014). Principles of economics.
wind damage. Journal of Environmental Cengage Learning.
Economics and Management, 14(2), 143- In-text reference: (Mankiw, 2002)
151. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
In-text reference: (Farber : 1987) Indonesia.
In-text reference: (Nazir : 1988)
Gray, J. A. (1996). Underpricing and overexploitation Pearce, D. (1992). Green economics. Environmental
of tropical forests: forest pricing in the Values, 1(1), 3-13.
management, conservation, and In-text reference: (Pearce : 1992)
preservation of tropical forests. Journal of Soedomo, S. (2012). Jenis pungutan kehutanan dari
Sustainable Forestry, 4(1-2), 75-97. perspektif ekonomi sumber daya
Kopp, R. J., Pommerehne, W. W., & Schwarz, N. alam. Jurnal Manajemen Hutan
(Eds.). (1997). Determining the value of Tropika, 18(1), 60-67.
non-marketed goods: Economic, In-text reference: (Soedomo, 2012)
psychological, and policy relevant aspects

Anda mungkin juga menyukai