Anda di halaman 1dari 15

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH - A

“ Sampah Medis “

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

1. Adhellia Sekar N (P21335119002)


2. Muhammad Ivan E (P23133117025)
3. Reffah Holis A (P21335119037)
4. Shepia maulidia P (P21335119040)

KELAS 2D4

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan
apapun.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Penyehatan Tanah dan
Pengelolaan Sampah-A” yang diberikan oleh dosen pengampu.
Ucapan terima kasih saya sampaikan untuk keluarga dan rekan-rekan sekalian yang
telah memberikan dorongan kepada kami, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Meskipun demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Jakarta, 2 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan


pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitar. Rumah
sakit menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini
mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah
sakit

1.2 Rumusan Masalah

1). Apa pengertian sampah medis ?


2). Sebutkan jenis sampah medis !
3). Sebutkan sumber sampah medis !
4). Jelaskan tempat pewadahan sampah medis !
5). Bagaimana teknik pengelolaan sampah medis ?
6). Jelaskan teknik pengolahan medis !

1.3 Tujuan

1). Mengetahui pengertian sampah medis.


2). Mengetahui jenis sampah medis.
3). Mengetahui sumber sampah medis.
4). Mengetahui tempat pewadahahan sampah medis.
5). Mengetahui teknik pengolahan sampah medis.
6). Mengetahui teknik pengolahan medis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah Medis

Pengertian (Menurut SK Menkes RI No. 1204/MENKES/SK/IX/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit)

- Limbah rumah sakit adalah semua limbah RS yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.

- Lembah padat rumah sakit adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat
kegitan RS yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis

- Limban non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, halaman, yang dapat dimanfaatkan
kembali.

- Limbah medis padat adalah adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksin, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekenan, dan limbah yang mengandung logam berat yang
tinggi

- Limbah cair adalah semua air buangan termaksud tinja yang berasal kegitan rumah sakit
yang memungkinkan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktof
yang berbahaya bagi kesehatan.

- Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik.

2.2 Sumber Sampah Medis


- Unit pelayanan kesehatan dasar
- Unit pelayanan kesehatan rujukan
- Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
- Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )

2.3 Jenis Sampah Medis


a. Limbah benda tajam, adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, Seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pegahan gelas, pisau bedah dan
lain-lain
b. Limbah Infeksius, mencakup beberapa pengertian:
a. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dan poliklinik dan ruang perawatan / isolasi penyakit infeksius.
c. Limbah Jaringan tubuh, meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh
biasanya dihasilkan pada saat pembedahaan atau autopsi.
d. Limbha Sitotoksik adalah bahan yang terkontaminisais atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan, atau tindakan terapi
sitotoksik.
e. Limbah Farmasi, berasal dari:
a. Obat-obatan yang kadarluwarsa
b. Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi
atau kemasan yang terkontaminasi.
c. Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat.
d. Obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan.
e. Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan
f. Limbah Kimia, dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, veterinary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
g. Limbah Radioaktif, adalah bahan yang terkontaminsasi dengan radiosotip yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleid. Radioimmunoassay, dan
bakteriologis dapat berbentuk padat, cair, dan gas.
2.4 Teknik Pengelolaan Sampah Medis
Persyaratan limbah medis padat:
a. Minimasi Limbah
a. Rumah Sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber
b. Rumah Sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun
c. Rumah Sakit harus melakukan pengelolaan stock bahan kimia dan farmasi
d. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak berwewenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali & Daur Ulang
a. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah
b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali
c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
d. Jarum & syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakaan kembali
e. Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalu proses
sterilisasi.
f. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Jika
Rumah Sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah
jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui suatu proses
g. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah
h. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh Rumah Sakit, kecuali untuk pemulihan
perak yang dihasilkan dalam proses film sinar X
i. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan dibeli
label.

2.5 Tempat Pewadahan Sampah Medis

Warna
No
Kategori Kontainer/ Keterangan
.
Kantong Plastik
Kantong box timbal dengan simbol
1 Radioaktif Merah
radioaktif
Kontainer plastik kuat, anti bocor, atau
2 Sangat infeksius kuning kontainer yang dapat disterilisasi dengan
autilisasi dengan autoclave
3 Limbah infeksius kuning Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor

Limbah kimia dan


5 Coklat Kantong plastik atau kontainer
farmasi

2.6 Teknik Pengolahan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda


antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu
yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari
berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong
dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah
ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk
limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.


Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta
dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas
pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di


luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung
pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang
berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan
sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

 Incinerasi

 Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu
121C)

 Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)

 Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia


sebagai desinfektan)

 Inaktivasi suhu tinggi

 Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60

 Microwave treatment

 Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

 Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang


terbentuk
Gambar Tempat Sampah Medis

e. Tempat Pewadahan Sampah Medis

Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :

1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
2) Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah non-medis.
3) Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah.
4) Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
5) Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol, jeregen atau karton yang aman.
6) Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi.

Label dan Wadah Limbah Medis

Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label pada
wadah limbah medis sebagai berikut :

Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk
memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di
tempat sumbernya :

Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini :


1) Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah
medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2) Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3) Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai
limbah non-medis.
4) Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
medis dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis
sebagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

 INCINERATOR

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit
antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang
akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara,
penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks
rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari
bahaya kebakaran.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat


membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius
menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak
tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.

Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama
sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak
dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap
debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun
dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui
sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.

Pada umumnya 10 - 15% limbah yang dihasilkan oleh sarana pelayan kesehatan, adalah
limbah medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan
bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya.
Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi
limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah
medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan
secara khusus.

Beberapa teknik pengelolaan limbah medis padat yaitu:

1. INCINERASI
a) Incinerator bilik ganda pirolitik (suhu tinggi), khusus untuk limbah layanan
kesehatan
b) Incinerator tungku bilik tunggal dengan penyaring statis, digunakan jika
pirolitik tidak terjangkau harganya.
c) Incinerator tungku berputar (rotary klin)
2. DESINFEKSI KIMIA
a) Penambahan bahan kimia (gol. Aldehid, senyawa klor, garam amonium, dan
senyawa fenolat) ke dalam limbah untuk membunuh atau menonaktifkan
patogen yang ada didalamnya.
b) Limbah dipotong keci-kecil utuk memperluas permukaan yang kontak dengan
bahan kimia tersebut.
3. PENGOLAHAN TERMAL BASAH DAN KERING
a) Desinfeksi termal basah – atau uap – didasarkan pada proses pemajanan
cabikan limbah infeksius pada uap bersuhu dan bertekanan tingii dan
prosesnya serupa dengan sterilisasi otoklaf(autoclaving)
b) Desinfeksi termal kering tanpa pembakaran - screw feed/auger – dipanaskan
dengan suhu 110 – 1400C
4. IRADIASI MICROWAVE
a) Mikrowave berfrekuensi 2.450 MHz dan panjang gelombang 12,24 cm,
selama 20 menit, dapat menghancurkan sebagaian besar mikroorganisme
b) Setelah diradiasi limbah dipadatkan dan dibuang dengan limbah perkotaan
5. PEMENDAMAN / PIT
a) Dinding lubang dilapisi dengan materi yang permeabilitasnya redah
b) Bagian dasar lubang minimal 1.5 meter dari muka air tanah
c) Akses menuju lokasi harus dibatasi untuk pihak yang berkepentingan saja.
6. INERTISASI
a) Pencampuran 65% limbah (khususnya farmsai dan abu incinerasi) dengan
15% semen, 15% batu kapur, dan 5% air.
b) Perlu mesin penggiling limbah dan pengaduk semen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Limbah medis padat adalah adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksin, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekenan, dan limbah yang mengandung logam berat
yang tinggi.

Teknik Pengolahan Sampah Medis :

- Penimbulan
- Penampungan
- Pengangkutan
- Pengolahan
- Pembuangan

Beberapa teknik pengelolaan limbah medis padat yaitu:

- INCINERASI
- DESINFEKSI KIMIA
- PENGOLAHAN TERMAL BASAH DAN KERING
- IRADIASI MICROWAVE
- PEMENDAMAN / PIT
- INERTISASI
Daftar Pustaka

SK Menkes RI No. 1204/MENKES/SK/IX/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit

Catur Puspawati, dkk, 2012, Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat (A),
Poltekkes Jakarta II, Jakarta.

Pristiyanto, Djuni. 2000. Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Beracun Berbahaya.

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan
pencemaran/245-pengelolaan-limbah-medis

http://bushido02.wordpress.com/2007/11/08/sampah-medis-dan-pengelolaannya/

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/penanggulangan_dampak_lingkungan
_rs.pdf

http://scholar.unand.ac.id/12820/2/BAB%201%20%28Pendahuluan%29.pdf

Anda mungkin juga menyukai