Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ARTHRITIS
REUMATHOID DI PUKESMAS
PAHANDUT PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Istiyani Lotina Lilit (2017.C.09a.0892)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Istiyani Lotina Lilit
NIM : 2017.C.09a.0892
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis
Arthritis Reumathoid Di Pukesmas Pahandut Palangka
Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik

Ika Paskaria,S.Kep.,Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis Arthritis
Reumathoid Arthritis Di Pukesmas Pahandut Palangka Raya.”.
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep.,Ners.Selaku Koordinator PPK IV
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi
kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan
studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
KASUS .................................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah ...........................................................................................2
1.3 TujuanPenulisan .............................................................................................2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gerontik .............................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Penyakt ...................................................................................3
2.2.1 Definisi ...........................................................................................................3
2.2.2 Anatomi Fisiologi ..........................................................................................3
2.2.2 Etiologi ...........................................................................................................9
2.2.2 Klasifikasi ......................................................................................................9
2.1.2 Patofisiologi .................................................................................................10
2.2.6 Woc ..............................................................................................................13
2.2.7 ManisfestasiKlinis ........................................................................................14
2.2.8 Komplikasi ...................................................................................................14
2.2.9 PemeriksaanPenunjang ................................................................................14
2.2.10 Penatalaksanaan Keperawatan ....................................................................15
2.2.11Penatalaksanaan Medis ................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................16
2.3.1 Pengkajian ....................................................................................................16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................18
2.3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................19
2.3.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................26
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan ...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAM
SAP
LEAFLET

iii
KASUS

Ny.R umur 57 tahun, pendidikan terakhir SMP,pekerjaan sehari-hari hanya


sebagai ibu rumah tangga, pada tanggal 11 November 2020 pasien diantar anakna
ke Puskesmas Pahandut Palangka Raya dengan keluhan merasa nyeri pada
persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk diam, namun rasa nyeri hilang
saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada daerah persendian dengan
skala nyeri (4) sedang dan dirasa hilang timbul tidak pasti,lutut pasien tampak
bengkak tidak ada kemerahan dan di dapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

tekanan darah 120/80 mmhg nadi 86 x/menit suhu 36,5 C Pernapasan 21 x/menit,

keadaran composmentis E4,M6, V5,pada saat ditanya apakah klien mengetahui


penyakit yang dideritanya klien menjawab tidak tau dan baru pertamakali ini
terkena penyakit ini. Dari kasus yang ada buatlah Asuhan Keperawatan pada
Ny.R.

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan
dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan (Healthy People). Dari berbagai masalah
kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5%
setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health, Dept. Of Health). Dan berdasarkan survey WHO di
Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo). Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga meningkat. Tahun 1999,
jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan
Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa,
mungkin salah satu terbesar di dunia. Dibandingkan dengan jantung dan kanker,
rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia
yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot
dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes. Perubahan – perubahan

1
2

akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih
dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik.
Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya
dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan
suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri.
Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap
sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan
kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Reumathoid Arthritis di Pukesmas?
3

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umun penyusunan dan penulisan laporan studi kasus adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis di ruang Pukesmas.
1.3.2Tujuan khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.3.2.3 Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.3.2.3 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.3.2.6 Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis.
1.3.2.6 Mampu membuat dokumentasi tindakan pada klien dengan diagnosa
medis Reumathoid Arthritis.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan dasar manusia pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
4

1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2.3 Bagi Puskesmas
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien
dengan diagnosa medis Reumathoid Arthritis.
1.4.2.4 Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis Reumathoid Arthritis.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gerontik
2.1.1 Definisi

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah 2015).
Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization),
menggolongkan usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut
(elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi 2010, hal. 2).
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Maryam dkk 2014).

5
6

Menurut UU no. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan


sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur
55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Azizah
2015).
Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa lansia
merupakan suatu proses alami. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap kondisi ini menyebabkan tidak ada lagi
daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.
2.1.2 Batasan Usia Lanjut
1) Pra usia lanjut (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahapan masa
tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut
usian adalah sudah berumur atau tua.
3) Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasikan barang atau jasa.
5) Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
pada orang lain (Maryam dkk 2014).
2.1.3 Tipe Usia Lanjut
Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karaker, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonomi. Tipe tersebut antara lain :
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
7

2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerima dengan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dikerjakan.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dan acuh tak acuh :

1) Tipe optimis
2) Tipe konstruktif
3) Tipe dependen
4) Tipe defenvise (bertahan)
5) Tipe militan dan serius
6) Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu)
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai ari kemampuannya untuk
melaksanakan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para usia lanjut
dapat digolongkan menjadi tipe :
1) Usia lanjut mandiri sepenuhnya
2) Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3) Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung
4) Usia lanjut dengan bantuan badan sosial
5) Usia las diakui njut di panti Werdha
6) Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit
7) Usia lanjut dengan gangguan mental (Maryam dkk 2014)
8

2.1.4 Perubahan- Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexsual.
2.1.4.1 Sistem indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan
presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau
dekat berkurang, penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat
digunakan.
Sistem pendengaran presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Sistem integumen pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasean dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver sport.
Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain
angin dan matahari, terutama sinar ultra violet.
2.1.4.2 Sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskletal pada lansia antara lain sebagai berikut:
1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastis). Kolagen sebagai
pendukung utama pada kulit, tendon, tulang kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas padalanis sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri,
penurunan kemapuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan
dalam melakukan kegiatan sehari hari. Upaya fisioterapi untuk
mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga
mobilitas.
9

2) Kartilago jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami


granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering
terjadi pada persendian besar penumpukan berat badan. Akibatnya
perubahan itu sendi mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,
keterbatasan gerak, dan terganggunya aktifitas sehari-hari.
3) Tulang berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologis trabekula longitudnal menjadi tipis dan
trabekula transversal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangya
kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur. Latihan fiik dapat
diberikan sebagai cara untuk mencegah adanya osteoporosis.
4) Otot perubahan struktur otot pada penuaan sanagt berfarias,
penuaan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurunan
kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah perubahan
lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk mempertahankan mobilitas.
5) Sendi pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament dan jaringan
periarkular mengalami penurunan dayan lentur dan elastisitas. Terjadi
degenerasi, erosi, dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi
kehilangan fleksibilitanya sehingga terjadi penurunan luas dan gerak
sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa
bengkak, nyeri kekakuansendi, gangguan jalan dan aktifitas
keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain
dengan memberikan teknik perlindungan sendi dalam beraktifitas
10

2.1.4.3 Sistem kardiovaskuler


Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat
dan penumpukan hipofusi dan klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi pada tingakt maksimal bekurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan O²
maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
2.1.4.4 Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan
perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot
thoraks menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi dinding
thoraks selama respirasi berlangsung.
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri yang kehilangan
elastisitasnya. Hal ini dapt menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik
darah. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benar-benar merupakan
tanda penuaan yang normal. Di dalam sistem pernafasan, terjadi pendistribusian
ulang kalsium pada tulang iga yang kehilangan bnyak kalsium dan sebaliknya,
tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini berhubungan dengan
perubahan postural yang menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.
Berdasakan alasan ini, lansia mengalami salah satu hal terburuk yang dapat
ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lam. Perubahan
dalam sistem pernapasan membuat lansi lebih rentan terhadap komplikasi
pernapasan akibat istirahat total, seperti infeksi pernafasan akibat penurunan
ventilasi paru.
2.1.4.5 Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata. Kehilangan gigi penyebab utama
adalah periodendal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
11

lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera
pengecapan menurun adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, antropi indera
pengecapan (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit. Pada lambung, rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absobsi
melemah (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini secara normal, tidak
ada konsekuensi yang nyata, tetapi menimbulkan efek yang merugikan ketika
diobati. Pada usia lanjut, obat- obatan dimetabolisme dalam jumlah yang
sedikit. Pada lansia perlu diketahui kecenderungan terjadinya peningkatan efek
samping, overdosis, dan reaksi yang merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski
tidak seperti biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lanisa lebih kecil dari
dewasa.
2.1.4.6 Sistem Perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem perkemihan terjadi
perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan
memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia. Mereka kehilangan
kemampuan untuk mengeksresikan obat atau produk metabolisme obat. Pola
perkemihan tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari, sehingga
mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal ini
menunjukkan baha inkontinensia urin meningakat.
2.1.4.7 Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomis dan antrofi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan presepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan
penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada
lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Koordinasi keseimbangan, kekutan
otot, reflek, perubahan postur dan peningktan waktu reaksi. Hal ini dapat di cegah
12

dengan pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta latihan untuk


menjaga mobilitas dan postur.
2.1.4.8 Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari dan
uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih bisa memproduksi
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur- ansur. Dorongan
seksual menetap sampai usia 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu dengan
kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, dan reaksi
sifat menjadi alkali (Azizah 2015)

2.2 Konsep Dasar Penyakit


2.2.1 Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. (Kusharyadi, 2010)
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan
terutama menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
yang ada disekitarnya. (Kowalak, 2011).
13

2.2.2 Anatomi Fisiologi


Suatu artikulasi, atau persendian, terjadi saat permukaan dari dua tulang
bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.
Persendian dapat diklasifikasi menurut struktur dan menurut fungsi persendian.
2.2.2.1 Klasifikasi Struktural Persendian
1) Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan
jaringan ikat fibrosa.
2) Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan
jaringan kartilago.
3) Persendian sinovial memiliki rongga sendi dann diperkokoh dengan kapsul
dan ligamen artikular yang membungkusnnya.
2.2.2.2 Klasifikasi Fungsional Persendian
1) Sendi sinartrosis atau sendi mati.
(1) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura
adalah sutura sagital dan sutura parietal.
(2) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan
kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng epifisis
sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang seorang
anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka bagian tersebut
dinamakan sinostosis.
2) Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
(1) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan
diskus kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis
antara tulang-tulang pubis dan diskus intervertebralis antar badan
vertebra yang berdekatan.
(2) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh
sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak bersisian dan
14

dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada tulang radius


dan ulna, serts tibia dan fibula.
3) Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi
sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu
kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang
pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.

2.2.2.3 Klasifikasi Persendian Sinovial


1) Sendi sferoidal terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat
yang masuk dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang
lain. Memungkinkan rentang gerak yang lebih besar, menuju ke tiga arah.
Contoh sendi sferoidal adalah sendi panggul serta sendi bahu.
2) Sendi engsel. Sendi ini memungkinkan gerakan kesatu arah saja dan dikenal
sebagai sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada lutut dan siku.
3) Sendi kisar (pivot joint). Sendi ini merupakan sendi uniaksial yang
memungkinkan terjadinya rotasi disekitar aksial sentral, misalnya
persendian tempat tulang atlas berotasi di sekitar prosesus odontoid aksis.
4) Persendian kondiloid. Sendi ini merupakan sendi biaksial, yang
memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang. Contohnya
adalah sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
5) Sendi pelana. Persendian ini adalah sendi kondiloid yang termodifikasi
sehingga memungkinkan gerakan yang sama. Contohnya adalah persendian
antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.
6) Sendi peluru. Sedikit gerakan ke segala arah mungkin terjadi dalam batas
prosesus atau ligamen yang membungkus persendian. Persendian semacam
15

ini disebut sendi nonaksial; misalnya persendian invertebrata dan persendian


antar tulang-tulang karpal dan tulang-tulang tarsal.

2.2.3 Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2) Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan
sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan
bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
3) Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau
grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan
sendi penderita.
4) Metabolik
5) Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan
antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR4 dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4
memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
16

2.2.4 Klasifikasi
1) Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban ini.
2) Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3) Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu
dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar
50 tahun ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari
pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause.

2.2.5 Patofisologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid
terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen
penyebab artritis reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses
oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel
sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi
determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang
terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
17

trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang


dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
aktivasi sel CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan
mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang
diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada
permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi
sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap
berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga
mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor
b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage
colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi
antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan
membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang
akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a
merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular
juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke
arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan
bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada artritis reumatoid adalah peningkatan
permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan
pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease
neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi
dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi.
Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi.
18

Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat


merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-
b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab
dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya
destruksi persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh
terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi
terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis
reumatoid. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami
agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan
kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik
serta aktivasi jalur asam arakidonat. Masuknya sel radang ke dalam membran
sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus
yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis artritis
reumatoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas
yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan.
2.2.6 WOC ARTRITIS REUMATOID
19
Inflamasi non bacterial disebabkan oleh infesi
endokrin,autoimun,metabolic dan faktor genetik,serta
faktor lingkungan

ARTRITIS REUMATOID

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Inflamasi Lesi inflamasi pada Penekanan pada saraf Proteinuria Iritasi mukosa
miokard dan katub nervus lambung Tenosinovitis
Sinovili Kelainan pd
Nyeri tulang
Nekrosis Papilar
(Tenggorokan Menelan) Nyeri dada Neuropati ginjal Invasi
Erosi mukosa Hiperemia dan
pembengkakan kolagen Erosi tulang
& kerusakan
MK.Risiko Defisit Gangguan faal jantung Kelemahan Gangguan pd tulang
MK.Gangguan Ruptur
Nurisi otot lambung Nekrosis dan kerusakan
Eliminasi rawan
dalam ruang sendi tendon
Urine
secara
MK.Intoleransi persial
Aktivitas Parastesia MK.Risiko Defisit Instabilitas
MK.Nyeri Akut atau lokal
Nurisi dan
deformitas
Iskemia sendi
MK.Nyeri Akut
& Gangguan
MK.Gangguan mobilitas fisik Perubahan
Mobilitas Fisik bentuk
tubuh pada
tulang dan
sendi

MK.Gangguan
Identitas Diri &
Gangguan Citra
Tubuh
20

2.2.7 Manifestasi Klinis


Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap :
1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas
sendi.
3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan
gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara
radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4) Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin terjadi.
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok,
yaitu :
1) Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian
besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid yang
sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah
kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya
21

bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome karpal


tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison dosis
rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.

2.2.8 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid.

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang


Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
(1) Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
(2) Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
(3) LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat
(4) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
(5) SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
(6) JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
(7) Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
(8) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
(9) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
(10) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
22

(11) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih


besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
1) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association
(ARA) adalah:
(1) Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
(2) Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi.
(3) Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
(4) Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
(5) Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
(6) Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
(7) Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
(8) Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
(9) Pengendapan cairan musin yang jelek
(10) Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
(11) gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
(1) Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu
(2) Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
23

(3) Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung


sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

2.2.10 Penatalaksanaan Keperawatan


1) Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan
metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2) Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
3) Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan
sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini
paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan
dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh
adanya penyakit.

2.2.11 Penatalaksanaan Medis


2) Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
24

nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum


terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi,
OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. OAINS terutama
bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan
sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah hambatan enzim
lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi jelas bahwa
OAINS berkerja dengan cara:
(1) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
(2) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
(3) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
(4) Menghambat proliferasi seluler.
(5) Menetralisasi radikal oksigen.
(6) Menekan rasa nyeri
3) Penggunaan DMARD
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal
yang dimulai dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit.
Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih DMARD
secara simultan atau secara siklik seperti penggunaan obat obatan
imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan. digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk
pengobatan AR adalah:
(1) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
(2) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk
enteric coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari,
untuk kemudian ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai mencapai
25

dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis
diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk digunakan dalam
jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
(3) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau
Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari
kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250
sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300
mg/hari.
4) Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.7 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus
dilakukan secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat untuk klien. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis
kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan,
penanggung jawab/orang yang bisa dihubungi (nama, alamat,
hubungan dengan klien), cara masuk, alasan masuk, tanggal masuk,
diagnosa medic, dan lain sebagainya.
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
26

4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun


5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Nutrisi – Metabolic
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan
yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan
protein)
2) Riwayat gangguan metabolic
c. Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Tidur – Istirahat
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Kognitif-persepsi
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Persepsi diri – Konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
h. Peran – Hubungan
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Seksualitas dan Reproduksi
1) Adakah gangguan seksualitas?
j. Koping - Toleransi Stress
1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Nilai Kepercayaan
27

1) Agama yang dianut?


2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada
Tuhan
2.3.8 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5) Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
28

2.3.9 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, 1) Membantu menentukan kebutuhan
berhubungan dengan selama 2 x Kunjungan 1-2 diharapkan intensitas dan waktu. Catat faktor manajemen nyeri dan keefektifan program
pelepasan mediator skala nyeri berkurang dengan yang mempercepat dan tanda rasa
kimia (bradikinin). Kriteria Hasil : sakit nonverbal.
1) Skala nyeri berkurang 2) Pantau TTV pasien. 2) Mengetahui kondisi umum pasien
2) Pasien dapat beristirahat 3) Berikan posisi nyaman waktu 3) Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring
3) Ekspresi meringis (-) tidur/duduk di kursi. Tingkatkan diperlukan untuk membatasi nyeri atau
4) TTV dalam batas normal (TD : 120- istirahat di tempat tidur sesuai cedera sendi.
140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : indikasi.
16-24 x/menit, S: 36,5-37,5°C) 4) Pantau penggunaan bantal, karung 4) Mengistirahatkan sendi yang sakit dan
pasir, bebat, dan brace. mempertahankan posisi netral.
Catatan:penggunaan brace menurunkan
nyeri dan mengurangi kerusakan sendi.
5) Berikan masase yang lembut. 5) Meningkatkan relaksasi atau mengurangi
ketegangan otot.
6) Anjurkan mandi air hangat/pancuran 6) Panas meningkatkan relaksasi otot dan
pada waktu bangun. Sediakan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
waslap hangat untuk mengompres kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
sendi yang sakit beberapa kali panas dapat hilang dan luka dermal dapat
sehari. sembuh.
7) Kolaborasi pemberian Asetilsalisilat 7) ASA bekerja antiinflamasi dan efek
(aspirin) analgesik ringan mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
8) Kolaborasi pemberian D-penisilamin 8) Mengontrol efek sistemik reumatoid artritis
jika terapi lainnya tidak berhasil.
29

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Evaluasi pemantauan tingkat 1) Tingkat aktivitas atau latihan tergantung
fisik berhubungan selama 2 x Kunjungan 1-2 diharapkan inflamasi/rasa sakit pada sendi. dari perkembangan proses inflamasi.
dengan penurunan kekuatan otot pasien meningkat dengan
kekuatan otot. Kriteria Hasil : 2) Pertahankan tirah baring/duduk. 2) Istirahant sistemik dianjurkan selama
1) Mempertahankan fungsi posisi Jadwal aktivitas untuk memberikan eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
dengan pembatasan kontraktur. periode istirahat terus-menerus dan untuk mencegah kelelahan,
2) Mempertahankan atau meningkatkan tidur malam hari. mempertahankan kekuatan.
kekuatan dan fungsi dari dan/atau
kompensasi bagian tubuh.
3) Mendemostrasikan teknik/perilaku 3) Bantu rentang gerak aktif/pasif, 3) Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
yang memungkinkan melakukan latihan resistif dan isometrik. dan stamina
aktivitas
4) Dorong klien mempertahankan 4) Memaksimalkan fungsi sendi,
postur tegak dan duduk tinggi, mempertahankan mobilitas.
berdiri serta berjalan.

5) Berikan obat sesuai indikasi 5) Menekan inflamasi sistemik


(Steroid)

Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Dorong pengungkapan mengenai 1) Berikan kesempatan mengidentifiaksi rasa
tubuh berhubungan selama 2 x Kunjungan 1-2 diharapkan proses penyakit dan harapan masa takut/kesalahan konsep dan menhadapi
dengan deformitas pasien menerima perubahan tubuh depan. secara langsung.
sendi dengan 2) Bantu pasien mengekspresikan 2) Untuk mendapatkan dukungan proses
Kriteria Hasil : perasaan kehilangan. berkabung yang adaptif.
1) Mengungkapkan peningkatan rasa 3) Perhatikan perilaku menarik diri, 3) Menunjukkan emosional/metode koping
percaya diri dalam kemampuan untuk penggunaan menyangkal/terlalu maladaptif sehingga membutuhkan
menghadapi penyakit, perubahan memperhatikan tubuh. intervensi lebih lanjut/dukungan
gaya hidup dan kemungkinan psikologis.
30

keterbatasan. 4) Bantu dengan kebutuhan perawatan 4) Mempertahankan penampilan yang


2) Menerima perubahan tubuh dan yang diperlukan. meningkatkan citra diri.
mengintegrasikan ke dalam konsep 5) Berikan obat sesuai indikasi (misal 5) Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat
diri. antiansietas) sampai pasien dapat menggunakan
3) Mengembangkan keterampilan kemampuan koping efektif.
perawatan diri agar dapat berfungsi
dalam masyarakat
Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Lindungi klien dari kecelakaan 1) Karena klien rentan untuk mengalami
berhubungan dengan selama 2 x Kunjungan 1-2 pasien tidak jatuh. fraktur patologis bahkan oleh benturan
kontraktur sendi menderita cidera dengan ringan sekalipun. Bila klien mengalami
Kriteria Hasil : penurunan kesadaran pasanglah tirali
1) Pantau faktor resiko perilaku pribadi tempat tidurnya.
dan lingkungan 2) Hindarkan klien dari satu posisi 2) Perubahan posisi berguna untuk mencegah
2) Mengembangkan dan mengikuti yang menetap, ubah posisi klien terjadinya penekanan punggung dan
strategi pengendalian resiko dengan hati-hati. memperlancar aliran darah serta mencegah
3) Mempersiapkan lingkungan yang terjadinya dekubitus.
aman 3) Bantu klien memenuhi kebutuhan 3) Kelemahan yang dialami oleh pasien
4) Mengidentifikasikan yang dapat sehari-hari selama terjadi hiperparatiroid dapat mengganggu proses
meningkatkan reiko cedera kelemahan fisik. pemenuhan ADL pasien.
Menghindari cedera fisik 4) Atur aktivitas yang tidak 4) Aktivitas yang berlebihan dapat
melelahkan klien. memperparah penyakit pasien.
5) Ajarkan cara melindungi diri dari 5) Mencegah terjadinya cedera pada pasien
trauma fisik seperti cara mengubah
posisi tubuh, dan cara berjalan
serta menghindari perubahan posisi
yang tiba-tiba.
31

Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji respons emosional pasien 1) Perubahan kemampuan merawat diri dapat
diri berhubungan selama 2 x Kunjungan 1-2 pasien dapat terhadap kemampuan merawat diri membangkitkan perasaan cemas dan
dengan keterbatasan melaksanakan aktivitas perawatan diri yang menurun dan diberi dukungan frustasi, dimana dapat mengganggu
gerak. demgan emosional. kemampuan lebih lanjut.
Kriteria Hasil : 2) Pertahankan mobilitas, kontrol 2) Mendukung kemandirian fisik dan
1) Melaksanakan aktivitas perawatan terhadap nyeri dan program latihan. emosional.
diri pada tingkat yang konsisten 3) Kaji hambatan terhadap partisipasi 3) Meningkatkan kemandirian yang akan
dengan kemampuan individual. dalam perawatan diri. Identifikasi meningkatkan harga diri.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik modifikasi lingkungan.
atau gaya hidup untuk memenuhi 4) Beri dorongan agar berpartisipasi 4) Partisipasi pasien dalam merawat diri
kebutuhan perawatan diri. dalam merawat diri. Aktivitas yang meningkatkan harga diri dan menurunkan
3) Mengidentifikasikan sumber pribadi terjadwal memungkinkan waktu perasaan ketergantungan.
atau komunitas yang dapat memenuhi untuk merawat diri.
kebutuhan perawatan diri
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Identifikasi kesiapan dan 1) Agar penyampaian materi dapat diterima
berhubungan dengan selama 2 x Kunjungan 1-2 pasien dan kemampuan menerima informasi dengan baik
kurang terpapar keluarga menunjukkan pemahaman 2) Berikan informasi kesehatan 2) Agar materi dapat dipahami dengan cepat
informasi tentang kondisi dan perawatan dengan sesuai kebuyuhan
Kriteria Hasil 3) Berikan kesempatan untuk 3) Membantu pasien dalam pemahaman materi
1) Menunjukkan pemahaman tentang bertanya 4) Agar semangat pasien dan keluarga dalam
kondisi dan perawatan. 4) Berikan pujian dan dukungan penerimaan informasi lebih baik
2) Mengembangkan rencana untuk terhadap usaha positif dan
perawatan diri, termasuk modifikasi pencapaiannya
gaya hidup yang konsisten dengan 5) Diskusikan kebiasaan pasien 5) Tujuan kontrol penyakit adalah untuk
mobilitas atau pembatasan aktivitas. dalam penatalaksanaan proses menekan inflamasi atau jaringan lain untuk
sakit melalui diet, obat, latihan mempertahankan fungsi sendi dan
dan istirahat. mencegah deformitas
6) Ajarkan penentuan prilaku 6) Agar perilaku pasien dan keluarga dapat
32

spesifik yang akan diubah berubah sedikit demi sedikit


7) Ajarkan program kesehatan dalam 7) Agar pasien dan keluarga mampu
kehidupan sehari – hari menerapkan hidup sehat dikehidupan sehari
– hari
8) Ajarkan cara pemeliharaan 8) Agar pasien dan keluaga dapat memelihara
kesehatan kesehatannya dengan baik dan benar
33

2.3.10 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

2.3.11 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari
respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
34

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian: Rabu,11 November 2020


3.1 Data Biografi
Nama Ny.R Tempat & Tanggal Lahir Tumbang Tarusan 11 Februari 1963 golongan
darah B pendidikan terakhir SMP agama Kristen Protestan status perkawinan kawin
TB/BB 158 Cm 60 kg penampilan cukup rapi alamat Jl. Tugu no.12 orang terdekat yang
dihubungi Ny. B Telp 081649xxxxxx hubungan dengan lansia adalah anak alamat Jln.
Tugu no.12
3.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Hubungan
No Nama J/K Pendidikan Pekerjaan Keterangan
keluarga
1 Tn. A L Ayah SMA Swasta Hidup
2 Ny. R P Ibu SMP IRT Hidup
3 Tn. S L Anak SMA Swasta Hidup
4 Tn. G L Anak SMA Swasta Hidup
Genogram

Ket :
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki

Ny.R Mengatakan Bahwa dirinya memiliki 2 orang anak laki-laki

3.3 Riwayat Pekerjaan


35

Pekerjaan saat ini : Ny.R IRT (Ibu Rumah Tangga)


Alamat Pekerjaan : Jl.Tugu no.12
Berapa jarak dari rumah : 6 Km
Alat Transportasi : Motor
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Pendapatan dari anak
3.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal Ny.R Permanen Jumlah kamar 2 Kamar Kondisi tempat
tinggal Cukup bersih, Pencahayaan baik Ventilasi cukup dan tidak pengap Jumlah
orang yang tinggal 4 orang yang terdiri dari Tn. A (Suami) Ny. R (Istri) dan 2 orang
anak Tn. S dan Tn. G Tetangga terdekat Saudaranya dan anak-anaknya. Alamat Jln.
Tugu no.12.
3.5 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby berkebun, kegiatan Ny.R dirumah hanya
sebagai ibu rumah tangga.
3.6 Sistem Pendukung
Jarak dari Rumah sakit ke rumah Ny.R 4 km, Puskesmas Terdekat 2 Km.
3.7 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan di rumah selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
3.8 Status Kesehatan
1) Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan belum ada
masuk rumah sakit selama setahun yang lalu.
2) Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien mengatakan pernah
masuk rumah sakit karena terkena usus buntu (apendisitis).
Keluhan Utama:
Klien mengatakan nyeri pada persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk
diam, namun rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada
daerah persenduan dengan skala nyeri (4) sedang dan dirasa hilang timbul tidak pasti.
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Pasien mengatakan tidak tau
tentang penyakit yang dideritanya
36

STATUS IMUNISASI Tetanus, Difteri Tidak Ada Influensa Tidak Ada


Pneumothoraks Tidak Ada Alergi Obat-obatan Tidak ada Alergi Makanan Tidak ada
Alergi Faktor Lingungan Tidak ada Alergi Penyakit yang diderita Artritis Reumatoid.

3.9 Aktivitas Sehari-Hari


Indeks Katz Ny.R Adalah Indeks Katz : (Kemandirian dalam semua aktivitas
hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut) , berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi, Oksigenasi: Pernafasan normal RR 21x/menit, Cairan &
Elektrolit : Minum ±1,5- 2 Liter/hari, Nutrisi Eliminasi: Makan 3x/hari Aktivitas :
Aktivitas sehari-hari mandiri, Istirahat & Tidur : Istirahat cukup 6-7 jam/hari,
Personal Hygiene : Badan kurang bersih dan kurang rapi, Seksual : Normal, Rekreasi :
Tidak ada
3.10 Psikologis
Konsep Diri : Gambaran diri : Pasien mengenal dirinya, Ideal diri : pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang diderita, Identitas diri : Pasien adalah seorang perempuan,
Harga diri : Pasien sangat diperhatikan oleh keluarganya dan merasa dihargai. Peran :
Pasien Ibu rumah tangga, Emosi :Stabil, Adaptasi: Baik, Mekanisme Pertahanan Diri
:Meluapkan emosi dengan aktivitas seperti mencuci pakaian
3.11 Keadaan Umum
Composmenthis, pupil isokor GCS 4 (Spontan) 5 (Orientasi baik) 6 (Menurut
Perintah) Tanda-Tanda Vital TD 120/80 mmHg N 86 x/menit RR 21 x/menit S
36,5°C
Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah Klien 120/80 mmHg
Sistem Pernafasan : RR 21x/menit type pernapasan perut, irama
pernapasan teratur, tidak ada kesulitan bernafas tidak
ada usaha dengan menggunakan otot bantu
pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput dan warna kulit langsat
Sistem Perkemihan : 4x sehari
37

Sistem Muskuluskeletal : Kedua kaki dan tangan Ny. R tampak sejajar dan
sama besar dan panjang.Kemampuan mengubah
posisi baik, pergerakan kedua tangan dan kaik baik,
kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan dan persendian
klien sering merasa linu dan kesemutan. Ekstrimitas
atas 5/5 Ekstrimitas bawah 3/5
Masalah Keperawatan : Nyeri akut dan
Gangguan Mobilitas Fisik
Sistem Endokrin : Ny. R mengatakan tidak mempunyai penyakit gula
dan gondok.
Sistem Persyarafan : Tidak ada cidera kepala
Sistem Penglihatan : Klien tidak menggunakan kaca mata
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman : Dapat mencium bau minyak ayu putih dengan baik
3.12 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Baik Mini Mental State
Exam (MMSE) 29 Inventaris Depresi Beck 0 (Depresi tidak ada) APGAR keluarga 9
38

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Ny.R Tanggal : 11 Nov 2020


Jenis kelamin : P / 57 Tahun TB/BB :154 Cm/ 60 Kg.
Agama :Kristen Protestan Gol darah :B
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tugu no.12
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F
39

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama klien : Ny.R Tanggal : 11 Nov 2020
Jenis kelamin : P / 57 Tahun TB/BB :154 Cm/ 60 Kg.
Agama :Kristen Protestan Gol darah :B
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tugu no.12
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? 11 November 2020
2 Hari apa sekarang ini? Rabu
3 Apa nama tempat ini? Rumah Saya
- 4 Berapa nomor rumah anda? 16
5 Berapa umur anda? 57
6 Kapan anda lahir? 1963
7 Siapa presiden Indonesia Jokowi Dodo
sekarang?
- 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
9 Siapa nama kecil ibu anda? Siti
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
penggurangan 3 dari setiap
- 17, 14, 11, 8, 5 ,2
angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total : 3 Ringan
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2  Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4  Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7  Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10  Kerusakan intelektual berat
40

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 5 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti
eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total 29

KETERANGAN :
Composmenthis
41

INVENTARIS DEPRESI BECK


(Penilaian Tingkat Depresi Lansia Dari Beck Dan Decle, 1972)
Nama klien : Ny.R Tanggal : 11 Nov 2020
Jenis kelamin : P / 57 Tahun TB/BB :154 Cm/ 60 Kg.
Agama :Kristen Protestan Gol darah :B
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tugu no.12

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
42

2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun


1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
43

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
44

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya


0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
45

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Social
Lansia

Nama klien : Ny.R Tanggal : 11 Nov 2020


Jenis kelamin : P / 57 Tahun TB/BB :154 Cm/ 60 Kg.
Agama :Kristen Protestan Gol darah :B
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tugu no.12
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 2
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
46

Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
47

ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATA SUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No.
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1 DS : Sinovili Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri pada persendian
pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk
Hiperemia dan
diam, namun rasa nyeri hilang saat klien pembengkakan
beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada
daerah persendian dengan skala nyeri
Nekrosis dan kerusakan
sedang (4) dan dirasa hilang timbul tidak
dalam ruang sendi
pasti.

DO : Nyeri akut
- Lutut kana pasien tampak bengkak
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang lutut bagian
kanan
- Skala nyeri sedang (4)
TTV
- TD :120/80 mmHg
- N : 86x/menit
- R : 21x/menit
- S :36,5◦C
Diagnosa medis : Arthritis Reumathoid

2 DS : Penekanan pada saraf Gangguan


nervus Mobilitas Fisik
Klien mengatakan nyeri pada persendian
pada lutut
DO :
Neuropati
- Lutut kanan pasien tampak bengkak
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang lutut bagian Kelemahan otot
kanan
- Pasien tampak dibantu saat berjalan
- Skla aktivitas 1 (dibantu orang lain)
48

- Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas bawah Parastesia


5/3
Diagnosa medis : Arthritis Reumathoid
Iskemia

Gangguan Mobilitas Fisik

3 DS : Kurang terpapar Defisit


informasi Pengetahuan
klien mengatakan tidak tau penyakit apa
yang didertanya dan baru pertamakali ini
terkena penyakit ini.
Ketidaktahuan
DO :
menentukan sumber
- Klien tampak bingung saat ditanya informasi
- Klien Pasien tampak kurang tepapar
informasi
- Ketidakmampuan menemukan sumber
informasi Defisit Pengetahuan
49

PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin) ditandai
dengan lutut kana pasien tampak bengkak,pasien tampak meringis,pasien
tampak memegang lutut bagian kanan, skala nyeri sedang (4)TD : 120/80
mmHg,N : 86x/menit,R :21x/menit,S :36,5◦c,diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan lutut kanan pasien tampak bengkak,pasien tampak
meringis,pasien tampak memegang lutut bagian kanan, Pasien tampak dibantu
saat berjalan,Skla aktivitas 1 (dibantu orang lain)
3. ekstrimitas atas 5/5 ekstrimitas bawah 5/3 diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan dengan klien tampak bingung saat ditanya,klien Pasien tampak kurang
tepapar informasi,ketidakmampuan menemukan sumber informasi
50

RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, 1) Membantu menentukan kebutuhan
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x intensitas dan waktu. Catat faktor manajemen nyeri dan keefektifan
pelepasan mediator Kunjungan 1-2 diharapkan yang mempercepat dan tanda rasa program
kimia (bradikinin). skala nyeri berkurang sakit nonverbal.
dengan 2) Pantau TTV pasien. 2) Mengetahui kondisi umum pasien
Kriteria Hasil : 3) Berikan posisi nyaman waktu 3) Penyakit berat/eksaserbasi, tirah
1) Skala nyeri tidur/duduk di kursi. Tingkatkan baring diperlukan untuk membatasi
berkurang istirahat di tempat tidur sesuai nyeri atau cedera sendi.
2) Pasien dapat indikasi.
beristirahat 4) Pantau penggunaan bantal, karung 4) Mengistirahatkan sendi yang sakit
3) Ekspresi meringis (-) pasir, bebat, dan brace. dan mempertahankan posisi netral.
4) TTV dalam batas Catatan:penggunaan brace
normal (TD : 120- menurunkan nyeri dan mengurangi
140/60-80 mmHg, N : kerusakan sendi.
60-100, RR : 16-24 5) Berikan masase yang lembut. 5) Meningkatkan relaksasi atau
x/menit, S: 36,5- mengurangi ketegangan otot.
37,5°C) 6) Anjurkan mandi air hangat/pancuran 6) Panas meningkatkan relaksasi otot
pada waktu bangun. Sediakan waslap dan mobilitas, menurunkan rasa
hangat untuk mengompres sendi sakit dan kekakuan di pagi hari.
yang sakit beberapa kali sehari. Sensitivitas pada panas dapat hilang
dan luka dermal dapat sembuh.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1) Evaluasi pemantauan tingkat 1) Tingkat aktivitas atau latihan
fisik berhubungan keperawatan selama 2 x inflamasi/rasa sakit pada sendi. tergantung dari perkembangan
dengan penurunan Kunjungan 1-2 diharapkan proses inflamasi.
kekuatan otot. kekuatan otot pasien 2) Pertahankan tirah baring/duduk. 2) Istirahant sistemik dianjurkan
meningkat dengan Jadwal aktivitas untuk memberikan selama eksaserbasi akut dan seluruh
Kriteria Hasil : periode istirahat terus-menerus dan fase penyakit untuk mencegah
51

1) Mempertahankan tidur malam hari. kelelahan, mempertahankan


fungsi posisi dengan kekuatan.
pembatasan
kontraktur. 3) Bantu rentang gerak aktif/pasif, 3) Meningkatkan fungsi sendi,
2) Mempertahankan atau latihan resistif dan isometrik. kekuatan otot dan stamina
meningkatkan
kekuatan dan fungsi 4) Dorong klien mempertahankan 4) Memaksimalkan fungsi sendi,
dari dan/atau postur tegak dan duduk tinggi, mempertahankan mobilitas.
kompensasi bagian berdiri serta berjalan.
tubuh.
3) Mendemostrasikan
teknik/perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas
3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi kesiapan dan 1) Agar penyampaian materi dapat
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x kemampuan menerima informasi diterima dengan baik
kurang terpapar kunjungan diharapkan 2) Berikan informasi kesehatan sesuai 2) Agar materi dapat dipahami
informasi pengetahuan pasien dan kebuyuhan dengan cepat
keluarga bertambah 3) Berikan kesempatan untuk bertanya 3) Membantu pasien dalam
dengan Kriteria Hasil: pemahaman materi
1) pasien sudah 4) Berikan pujian dan dukungan 4) Agar semangat pasien dan keluarga
mengetahui apa terhadap usaha positif dan dalam penerimaan informasi lebih
penyebab penyakitnya pencapaiannya baik
2) keluarga pasien 5) Jelaskan penanganan masalah 5) Agar pasien dan keluarga tahu
mengetahui cara kesehatan dalam penanganan masalah dengan
merawat keluarga yang tepat
menderita PPOK 6) Ajarkan penentuan prilaku spesifik 6) Agar perilaku pasien dan keluarga
Pasien dan Keluarga yang akan diubah dapat berubah sedikit demi sedikit
mulai memakai masker 7) Ajarkan program kesehatan dalam 7) Agar pasien dan keluarga mampu
untuk mencegah kehidupan sehari – hari menerapkan hidup sehat
terjadinya penularan dikehidupan sehari – hari
52

8) Ajarkan cara pemeliharaan 8) Agar pasien dan keluaga dapat


kesehatan memelihara kesehatannya dengan
baik dan benar
53

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD / Nama
Keperawatan
1 Nyeri akut 1) Mengkaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, S :
intensitas dan waktu. Catat faktor yang - Klien mengatakan nyeri pada
berhubungan dengan
mempercepat dan tanda rasa sakit non persendian pada lutut, nyeri dirasa
pelepasan mediator verbal. saat klien duduk diam, namun rasa
2) Memantau TTV pasien. nyeri hilang saat klien beraktifitas,
kimia (bradikinin).
3) Memberikan posisi nyaman waktu rasa nyeri seperti kaku pada daerah
tidur/duduk di kursi. Tingkatkan persendian dengan skala nyeri (4)
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. sedang dan dirasa hilang timbul tidak
4) Memantau penggunaan bantal, karung pasti. Istiyani Lotina Lilit
pasir, bebat, dan brace. O:
5) Memberikan masase yang lembut. - Lutut kana pasien tampak bengkak
6) Menganjurkan mandi air - Pasien tampak meringis
hangat/pancuran pada waktu bangun. - Pasien tampak memegang lutut
Sediakan waslap hangat untuk bagian kanan
mengompres sendi yang sakit beberapa TTV
kali sehari. - TD :120/80 mmHg
- N : 86x/menit
- R : 21x/menit
- S :36,5◦C
- Diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi kunjungan
kerumah 1,2,3,4,5,6
54

2 Gangguan mobilitas 1) Mengevaluasi pemantauan tingkat S : Klien mengatakan nyeri pada


inflamasi/rasa sakit pada sendi. persendian pada lutut
fisik berhubungan
2) Mempertahankan tirah baring/duduk. O :
dengan penurunan Jadwal aktivitas untuk memberikan - Lutut kanan pasien tampak bengkak
periode istirahat terus-menerus dan tidur - Pasien tampak meringis
kekuatan otot
malam hari. - Pasien tampak memegang lutut
3) Membantu rentang gerak aktif/pasif, bagian kanan Istiyani Lotina Lilit
latihan resistif dan isometrik. - Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas
4) Mendorong klien mempertahankan bawah 3/5
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri - Diagnosa medis : Arthritis
serta berjalan. Reumathoid
P : Lanjutkan intervensi kunjungan
kerumah 1,2,3,4
3 Defisit pengetahuan 1) Mengidentifikasi kesiapan dan S :
berhubungan dengan kemampuan menerima informasi - Klien mengatakan masih belum
kurang terpapar 2) Memberikan informasi kesehatan sesuai paham tentang penyakit yang
informasi kebuyuhan dideritanya
3) Memberikan kesempatan untuk bertanya O :
4) Memberikan pujian dan dukungan - Klien masih tampak bingung pada
terhadap usaha positif dan saat ditanya Istiyani Lotina Lilit
pencapaiannya
5) Menjelaskan penanganan masalah A : Masalah defisit pengetahuan belum
kesehatan teratasi
6) Mengajarkan penentuan prilaku spesifik P : Lanjutkan intervensi kunjungan
yang akan diubah kerumah 1,2,3,4,5,6,7,8
7) Mengajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari – hari
8) Mengajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
55

CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari / Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD / Nama
Keperawatan
1 Kunjungan ke Nyeri akut 1) Mengkaji keluhan nyeri, S:
rumah Klien kualitas, lokasi, intensitas dan- Klien mengatakan nyeri pada
berhubungan dengan
pada hari Kamis, waktu. Catat faktor yang persendian pada lututnya hilang
12 November pelepasan mediator mempercepat dan tanda rasa timbul,Skala nyeri 3 (ringan)
2020 jam 15.00 sakit non verbal. -O:
kimia (bradikinin).
WIB Sore 2) Memantau TTV pasien. - Lutut kana pasien tampak
3) Memberikan posisi nyaman bengkak
waktu tidur/duduk di kursi. - Pasien tidak meringis lagi
Tingkatkan istirahat di tempat - Pasien tampak memegang Istiyani Lotina Lilit
tidur sesuai indikasi. lutut bagian kanan
4) Memantau penggunaan bantal, - Pasien tampak melakukkan
karung pasir, bebat, dan brace. latihan gerak fleksi dan ektesi
5) Memberikan masase yang pada lututnya
lembut. TTV
6) Menganjurkan mandi air - TD :120/80 mmHg
hangat/pancuran pada waktu - N : 90x/menit
bangun. Sediakan waslap hangat - R : 21x/menit
untuk mengompres sendi yang - S :36,0◦C
sakit beberapa kali sehari. - Diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
kunjungan kerumah 1,2,3,4,5,6
2 Kunjungan ke Gangguan mobilitas 5) Mengevaluasi pemantauan S : Klien mengatakan nyeri pada
rumah Klien tingkat inflamasi/rasa sakit pada persendian pada lutut
fisik berhubungan
pada hari Kamis, sendi. O:
56

12 November dengan penurunan 6) Mempertahankan tirah - Lutut kanan pasien tampak


2020 jam 15.00 baring/duduk. Jadwal aktivitas bengkak
kekuatan otot
WIB Sore untuk memberikan periode - Pasien tampak memegang
istirahat terus-menerus dan tidur lutut bagian kanan
malam hari. - Ekstrimitas atas 5/5
7) Membantu rentang gerak Ekstrimitas bawah 5/3 Istiyani Lotina Lilit
aktif/pasif, latihan resistif dan - Diagnosa medis : Arthritis
isometrik. Reumathoid
8) Mendorong klien A : Masalah Gangguan mobilitas
mempertahankan postur tegak fisik belum teratasi
dan duduk tinggi, berdiri serta P : Lanjutkan intervensi
berjalan. kunjungan kerumah 1,2,3,4
3 Kunjungan ke Defisit pengetahuan 1) Mengidentifikasi kesiapan dan S : klien mengatakan sudah
rumah Klien berhubungan dengan kemampuan menerima informasi mulai paham tentang penyakit
pada hari Kamis, kurang terpapar 2) Memberikan informasi yang dideritanya
12 November informasi kesehatan sesuai kebuyuhan O : pada saat ditanya klien bisa
2020 jam 15.00 3) Memberikan kesempatan untuk menjawab dan mulai paham
WIB Sore bertanya tentang penyakit yang
4) Memberikan pujian dan dideritanya
dukungan terhadap usaha positif A : Masalah defisit pengetahuan Istiyani Lotina Lilit
dan pencapaiannya teratasi sebagian
5) Menjelaskan penanganan
masalah kesehatan P : Pertahankan intervensi
6) Mengajarkan penentuan prilaku
spesifik yang akan diubah
7) Mengajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari – hari
8) Mengajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
57

4 Kunjungan ke Nyeri akut 1) Mengkaji keluhan nyeri, S:


rumah Klien kualitas, lokasi, intensitas dan- Klien mengatakan nyeri pada
berhubungan dengan
pada hari Kamis, waktu. Catat faktor yang persendian pada lututnya hilang
13 November pelepasan mediator mempercepat dan tanda rasa timbul,Skala nyeri 3 (ringan)
2020 jam 15.00 sakit non verbal. - O:
kimia (bradikinin).
WIB Sore 2) Memantau TTV pasien. - Lutut kana pasien tampak
3) Memberikan posisi nyaman bengkak Istiyani Lotina Lilit
waktu tidur/duduk di kursi. - Pasien tidak meringis lagi
Tingkatkan istirahat di tempat - Pasien tampak memegang
tidur sesuai indikasi. lutut bagian kanan
4) Memantau penggunaan bantal, - Pasien tampak melakukkan
karung pasir, bebat, dan brace. latihan gerak fleksi dan ektesi
5) Memberikan masase yang pada lututnya
lembut. TTV
6) Menganjurkan mandi air - TD :120/70 mmHg
hangat/pancuran pada waktu - N : 90x/menit
bangun. Sediakan waslap hangat - R : 20x/menit
untuk mengompres sendi yang - S :36,0◦C
sakit beberapa kali sehari. - Diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
kunjungan kerumah 1,2,3,4,5,6

5 Kunjungan ke Gangguan mobilitas 1) Mengevaluasi pemantauan S:


rumah Klien tingkat inflamasi/rasa sakit pada Klien mengatakan nyeri pada
fisik berhubungan
pada hari Kamis, sendi. persendian pada lututnya hilang
13 November dengan penurunan 2) Mempertahankan tirah timbul,Skala nyeri 3 (ringan) Istiyani Lotina Lilit
2020 jam 15.00 baring/duduk. Jadwal aktivitas O:
kekuatan otot
WIB Sore untuk memberikan periode - Lutut kanan pasien tampak
58

istirahat terus-menerus dan tidur bengkak


malam hari. - Pasien tampak memegang
3) Membantu rentang gerak lutut bagian kanan
aktif/pasif, latihan resistif dan - Ekstrimitas atas 5/5
isometrik. Ekstrimitas bawah 5/4
4) Mendorong klien - Diagnosa medis : Arthritis
mempertahankan postur tegak Reumathoid
dan duduk tinggi, berdiri serta A : Masalah Gangguan mobilitas
berjalan. fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
kunjungan kerumah 1,2,3,4
6 Kunjungan ke Defisit pengetahuan 1) Mengidentifikasi kesiapan dan S:
rumah Klien berhubungan dengan kemampuan menerima informasi Klien mengatakan sudah mulai
pada hari Kamis, kurang terpapar 2) Memberikan informasi paham tentang penyakit yang
13 November informasi kesehatan sesuai kebuyuhan dideritanya
2020 jam 15.00 3) Memberikan kesempatan untuk O: Istiyani Lotina Lilit
WIB Sore bertanya
4) Memberikan pujian dan Pada saat ditanya klien bisa
dukungan terhadap usaha positif menjawab dan mulai paham
dan pencapaiannya tentang penyakit yang
5) Menjelaskan penanganan dideritanya
masalah kesehatan A : Masalah defisit pengetahuan
6) Mengajarkan penentuan prilaku teratasi sebagian
spesifik yang akan diubah P : Pertahankan intervensi
7) Mengajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari – hari
8) Mengajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
59

7 Kunjungan ke Nyeri akut 1) Mengkaji keluhan nyeri, S:


rumah Klien kualitas, lokasi, intensitas dan- Klien mengatakan nyeri pada
berhubungan dengan
pada hari Kamis, waktu. Catat faktor yang persendian pada lututnya hilang
14 November pelepasan mediator mempercepat dan tanda rasa timbul,Skala nyeri 3 (ringan)
2020 jam 15.00 sakit non verbal. - O:
kimia (bradikinin). Istiyani Lotina Lilit
WIB Sore 2) Memantau TTV pasien. - Lutut kana pasien tampak
3) Memberikan posisi nyaman bengkak
waktu tidur/duduk di kursi. - Pasien tidak meringis lagi
Tingkatkan istirahat di tempat - Pasien tampak memegang
tidur sesuai indikasi. lutut bagian kanan
4) Memantau penggunaan bantal, - Pasien tampak melakukkan
karung pasir, bebat, dan brace. latihan gerak fleksi dan ektesi
5) Memberikan masase yang pada lututnya
lembut. TTV
6) Menganjurkan mandi air - TD :120/80 mmHg
hangat/pancuran pada waktu - N : 90x/menit
bangun. Sediakan waslap hangat - R : 20x/menit
untuk mengompres sendi yang - S :36,0◦C
sakit beberapa kali sehari. - Diagnosa medis : Arthritis
Reumathoid
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
kunjungan kerumah 1,2,3,4,5,6

8 Kunjungan ke Gangguan mobilitas 1) Mengevaluasi pemantauan S:


rumah Klien tingkat inflamasi/rasa sakit pada Klien mengatakan nyeri pada
fisik berhubungan
pada hari Kamis, sendi. persendian pada lututnya hilang
14 November dengan penurunan 2) Mempertahankan tirah timbul,Skala nyeri 3 (ringan)
2020 jam 15.00 baring/duduk. Jadwal aktivitas O:
kekuatan otot
WIB Sore untuk memberikan periode - Lutut kanan pasien tampak
60

9istirahat terus-menerus dan bengkak


tidur malam hari. - Pasien tampak memegang
3) Membantu rentang gerak lutut bagian kanan
aktif/pasif, latihan resistif dan - Ekstrimitas atas 5/5
isometrik. Ekstrimitas bawah 5/4
4) Mendorong klien - Diagnosa medis : Arthritis
mempertahankan postur tegak Reumathoid
dan duduk tinggi, berdiri serta A : Masalah Gangguan mobilitas
berjalan. fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
kunjungan kerumah 1,2,3,4
9 Kunjungan ke Defisit pengetahuan 1) Mengidentifikasi kesiapan dan S:
rumah Klien berhubungan dengan kemampuan menerima informasi Klien mengatakan sudah mulai
pada hari Kamis, kurang terpapar 2) Memberikan informasi paham tentang penyakit yang
14 November informasi kesehatan sesuai kebuyuhan dideritanya
2020 jam 15.00 3) Memberikan kesempatan untuk O:
WIB Sore bertanya
4) Memberikan pujian dan Pada saat ditanya klien bisa
dukungan terhadap usaha positif menjawab dan mulai paham
dan pencapaiannya tentang penyakit yang
5) Menjelaskan penanganan dideritanya
masalah kesehatan A : Masalah defisit pengetahuan
6) Mengajarkan penentuan prilaku teratasi sebagian
spesifik yang akan diubah P : Pertahankan intervensi
7) Mengajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari – hari
8) Mengajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
61

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.

2011

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba

Medika. Jakarta. 2011

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari

Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2014

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta. 2011
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika :
Jakarta.
62
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Klien dan keluarga
2. Penyuluhan : Di Rumah Klien
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
selama 5 menit di harapkan ibu-ibu / bapak-bapak dapat
mengetahui dan memahami tentang Rematik
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Rematik
Mampu memahami faktor risiko Rematik
Mampu memahami tanda dan gejala Rematik
Mampu memahami akibat lanjut Rematik
Mampu melakukan pencegahan Rematik
D. Materi : Rematik
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Kamis, 19 November 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam
2. Memperkenalkan dosen pembimbing
3. Memperkenalkan anggota kelompok
4. Menjelaskan tujuan dari tujuan penyuluhan
5. Menyebutkan materi yang akan diberikan
6. Kontrak waktu penyampaian materi
2 Pelaksanaan : 3 Ceramah Ceramah
Menjelaskan tentang :
1) Mampu memahami pengertian Rematik
2) Mampu memahami faktor risiko Rematik
3) Mampu memahami tanda dan gejala
63

Rematik
4) Mampu memahami akibat lanjut Rematik
5) Mampu melakukan pencegahan Rematik
3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah
1. Mengevaluasai kembali materi yang sudah
dijelaskan dengan bertanya kepada peserta
penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Istiyani Lotina Lilit
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan membagikan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
64

2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa gambar atau
foto
H. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Fasilitator

I. RENCANA EVALUASI

a. Tujuan Evaluasi
 Mengetahui perubahan pengetahuan dan partisipasi yang hadir
b. Cara Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
 Sasaran sudah siap ditempat yang sudah ditentukan
 Media dan alat penyuluhan telah disetujui pembimbing
 Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah poster, leaflet
2) Evaluasi Proses
 Kesiapan penyuluhan sesuai dengan perencanaan
 Ketepatan waktu sesuai yang sudah direncanakan
65

 Peserta yang aktif dalam kegiatan penyuluhan


 Peserta yang tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3) Evaluasi Hasil
 Di adakan tanya jawab pretest dan postest seputar materi lisan, kemudian di
simpulkan bersama-sama
c. Observasi
 Respon/tingkah laku peserta saat diberikan pertanyaan, apakah diam/menjawab
 Peserta antusias/tidak
 Peserta mengajukan pertanyaan/tidak
d. Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi berupa pertanyaan ( tanya jawab )
66

REMATIK APA ITU REMATIK ?? 5. KEGEMUKAN.


Rematik adalah penyakit yang
mengenai bagian dari tulang (sendi)

FAKTOR RESIKO TIMBULNYA


REMATIK :
1. UMUR TANDA DAN GEJALA
2. TRAUMA (JATUH, 1. NYERI SENDI.
TERBENTUR) 2. KEKAKUAN SENDI

Oleh :

Istiyani Lotina Lilit (2017.C.09a.0892) 3. KETURUNAN.


4. KELAINAN BAWAAN PADA 3. KEMERAHAN PADA SENDI.
TULANG. 4. BENGKAK PADA SENDI

YAYASAN EKA HARAP


PALANGKA RAYA SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI
SARJANA KEPERAWATAN
TA 2020/2021 5. KELEMAHAN PADA OTOT.
6. GANGGUAN GERAK.
67

AKIBAT LANJUT CARA MENGATUR


1. MUDAH JATUH. LINGKUNGAN
1. HINDARI LANTAI YANG LICIN.
2. PENERANGAN YANG CUKUP.
3. WC DIBUAT DUDUK.
4. TANGGA DIBERI PEGANGAN

2. PERUBAHAN BENTUK
TULANG.
6. HINDARI GERAKAN DENGAN
CARA PENANGANAN HENTAKAN YANG KERAS.
1. MENURUNKAN BERAT BADAN
BAGI YANG KEGEMUKAN YANG TIDAK BOLEH
2. HINDARI MAKAN JEROAN.
DILAKUKAN
1. KERJA BERAT.
2. OLAH RAGA YANG BERAT.

3. KOMPRES AIR HANGAT.


4. LATIHAN GERAK SENDI PADA
PAGI HARI.
5. ISTIRAHAT YANG CUKUP
PADA SIANG HARI.
3. GERAKAN DENGAN
HENTAKAN.
68

PEMBUATAN OBAT REMATIK DENGAN APA ITU KUNYIT ? MANFAAT LAIN KUNYIT
BAHAN TRADISIONAL (KUNYIT)
1) Jamu dan obat tradisional

2) Bumbu dan rempah-rempah


Oleh :

Istiyani Lotina Lilit


Berdasarkan warta penelitian dan
(2017.C.09a.0892)
pengembangan tanaman industri
volume 19 No.2 yang dikeluarkan
oleh Dinas Pertanian Republik
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA Indonesia (Sekarang Kementerian 3) Bahan pangan
Pertanian). Kunyit mengandung zat 4) Pengawet makanan
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU curcumin, yang sangat berfungsi
KESEHATAN PRODI SARJANA 5) Bahan Kosmetik
memusnahkan radikal bebas,serta
KEPERAWATAN lipid kolestrol. Selain itu, zat
TA 2020/2021 curcumin yang terdapat dalam
kunyit juga bisa memperbaiki
pembuluh darah, sehingga bisa
digunakan untuk mengobati rematik.
69

6) Bahan untuk upacara adat 4)Rebus kunyit (Tambahkan


madu)

CARA PEMBUATAN JAMU KUNYIT

1) Cuci kunyit
2) Buang kulit kunyit

5)Setelah matang saring


rebusan air kunyit dan
minum

3) Parut kunyit
Khasiat kunyit sebagai obattradisional dan manfaat lainnya
permukaannya licin, dan berwar- jingga, sampai jingga kemerahan
KHASIAT KUNYIT SEBAGAI OBAT na hijan pucat. Panjang daunnya yang kuat di bawah sinar ultra violet
TRADISIONAL DAN MANFAAT
LAINNYA sekitar 20 - 40 em dan lebamya seki- yang tidak stabil jika kcna sinar
Tanaman kunyit mempunyai ba- tar 15 - 30 em (Gambar 1). Bunga- matahari dan menjadi stabil apabila
nyak manfaat dan kcgunaan, ya- nya merupakan bunga majemuk dipanaskan. Kandungan minyak at-
itu sebagai jamu dan obat tradi- yang berbentuk kerucut yang mun- siri rimpang kunyit berkisar autara
sional untuk meningkatkan daya cui dari batang semunya. Panjang 2,5 - 6,0%, yang terdiri dari kom-
tahan tubuh, pencegahan, pera- bunga berkisar an tara 10 - 15 em, ponen arnuneron, alfa dan beta
watan, serta pengobatan berbagai
jenis peny(!'kit. SeJain itu juga berwarna putih sampai kuning muda tumeron, tumerol, alfa atlanton, beta
sering digfmakan sebagai bumbu, atau kemerahan. Setiap bunga mem- kariofilcn, linalol, 1,8 sineol, zingi-
rempah, bahan pangan, pengawet, punyai tiga lembar kelopak dan tiga beren, dd felandren, d-sabinen, dan
pewarna, kosmetik, dan bahan lembar taiuk (Gambar I). borneol. Selain kurkuminoid dan
baku cat. Kunyit mempunyai Bagian utama tanaman kunyit minyak atsiri rimpang kunyit juga
peranan yang sangat besar di
bidang kesehatan masyarakat, adalah rimpangnya yang rnerupakan mengandung senyawa lain seperti
karena khasiatnya sebagai jamu tempat rurnbuhnya tunas. Kulit pati, lemak, protein, kamfer, resin,
dan obat tradisional yang efektif, rirnpang berwarna kecokelatan dan damar, gom, kalsium, fosfor, dan zat
murah, dan aman, Kunyit telah bagian dalamnya berwarna laming besi.
dimjf'ukkan dalam daftar prio-
rita'S WHO sebagai tanaman obat tua, kuning jingga, atau kuning
yang paling banyak dipakai di jingga kemcrahan sampai kecokelat- Kunyit Sebagai Obat Tradisional
beberapa negara dan sering an. Rimpang utama berbentuk bulat
disebut dalam buku-bukn farmasi panjang seperti telur ayam yang me- Kunyit mempunyai khasiat se-
serta ditulis scbagai resep obat bagai jamu dan obar tradisional UD-
rupakan induk rimpang (buLb) yang
tradisional maupun resep rcsmi.
biasa disebut empu atau kunir lelaki. tuk berbagai jenis pcnyakit. Senya-
Rirnpang induk rnembentuk eabang wa yang terkandung dalam kunyit
yang letaknya lateral yang berbentuk (kurkumin dan minyak atsiri) mem-
anaman kunyit berasal dari seperti jari (fingers) yang lurus atau punyai pcranan sebagai antioksidan,

T Asia Tenggara, diduga dari


India dan Indo-Malaysia. Ta-
naman tersebut banyak ditanam di
melcngkung. lnduk rimpang rasanya
agak pahit, getir, kaya akan pigmen
dan resin, sedangkan anak rimpang
antitumor, antikanker, antimikroba,
antipikun,
tradisional
dan antiracun,
J...unyit
Secara
sering digunakan
Bangladesh, Cina, Filipina, India, rasanya agak manis dan berbau oleh masyarakat di berbagai negara
Indonesia, Jamaika, Sri Lanka, dan arornatis. untuk mengobati berbagai jenis
Taiwan. Lingkungan rumbuhnya penyakit, seperti pcnyakit yang di-
mulai dari dataran rendah sampai sebabkan oleh milcroba parasit, gi-
ketinggian sekitar 2.000 meter di Kandungan Senyawa Kimia Rim-
gitan serangga, penyakit mata, cacar,
atas permukaan air laut, baik pada pang Kunyit
sakit pcrut (diare, sembelit, kern-
tanah Iiat maupun berpasir. Pada Senyawa utama yang terkandung bung), gangguan penceroaan, gang-
umumnya kunyit ditanam sebagai dalam rimpang kunyit adalah kur-
tanaman monokultur maupun guan hati, asma, menghiLangkan
kuminoid dan minyak atsiri. Kan-
sebagai tanaman turnpang sari di gatal-gatal dan penyakit kulir lain,
dungan kurkuminoid berkisar antara
pekarangan, kebun, maupun butan. mengurangi rasa nyeri dan sakit
3,0 - 5,0%, yang terdiri dari kur-
Kunyit merupakan salah saru pada penderita rematik arthritis. Di
kumin dan turunannya yaitu deme-
jenis tanaman temu-temuan yang beberapa negara scperti di Madagas-
toksikurkumin dan bisdemetoksi-
termasuk dalam famili Zingibera- kar, Cina, India, dan Yunani, kunyit
kurkumin. Kurkuminoid berbentuk
ceae yang rnempunyai batang semu sering digunakan sebagai antiparasit,
kristal prisma atau batang pendek,
yang dibentuk dari pelepah daun- antiin fcksi, antiperiodik:, astringen,
membentuk emu lsi atau tidak Larnt
daunnya. Ketinggian tanamannya diuretik, perangsang, dan tonik. Se-
dalam air, dan mudah larut dalam
dapat mencapai 1,0 - 1,5 meter, lain itu juga sebagai obat luka, sakit
aseton, etaool, metanol, bensen, dan
tumbuh tegap dan membentuk rum-
khloroform. Senyawa tersebut mem- pernt, penyakit hati, dan gangguan
pun seperti semak yang bergerom-
berikan fluorcsensi warna kuning, saluran kencing.
boi. Daunoya tunggal dan bertang-
kai, berbentuk lancet yang lebar,
bertepi rata, ujung dan pangkalnya
meruncing, bertulang menyirip,

Warta Pellelitiall dall Pellgembang(tn Tanaman Industri, Volume 19 Nomor 2, Agustus 2013

Khasiat kunyil sebagai obal tradisional dan manfaal lainnya

Basil penelitian rnembuktikan


bahwa orang-orang yang rutin
mengkonsumsi makanan yang
menggunakan kunyit sebagai salah
satu bahan bumbu masaknya mem-
punyai resiko yang rendah tcrhadap
penyakit Alzheimer. Telah dilapor-
kan bahwa India merupakan negara
yang mempunyai jumlah teren-
dah pendcrita penyakit Alzheimer
di dunia. Hal ini disebabkan pen-
duduk India banyak mengonsum-
si scjcnis makanan yang bernama
curry yang menggunakan kunyit
scbagai bahan utama bumbu masak-
nya.
Penelitian tcrhadap 1.0 IO orang
yang bcrusia lanjut antara (60 - 93)
tahun, rncnunjukkan bahwa orang
yang scring rnengkonsumsi makanan
curry mempunyai daya ingat yang
Garnbar 1. Tanaman kunyit a) Rumpun (kiri) dan bunga (kanan) b). Rimpang lebih tinggi dibandingkan dengan
kunyit, cl) Simplisia, c2) Serbuk dan c3) Kapsul scrbuk dari orang yang jarang atau tidak rncng-
rirnpang kunyit konsumsinya.

Antioksidan kunyit bersifat iiotoksik yang dapat


Pcnurun kadar lemak dan kolesterol
menghambal proliferasi scl-sel kan-
Antioksidan adalah suatu sonya- dalam darah dan hati
kcr dan dapat mcngurangi dan
wa yang dapat menangkal scnyawa-
menghilangkan bau, rasa gatal dan l lasil pengujian secara in-vivo
scnyawa radikal bebas. Kunyit di-
nyeri. cairan eksudat yang keluar membuktikan bahwa aktivitas kur-
nyatakan dapat mencegah kerusakan dari luka, dan mengurangi ukuran
akibat scnyawa radikal bcbas tcr-
kuminoid sclain mcngurangi dan
luka dad kanker. Oleh karcna itu, menccgah tcrbcntuknya lemak pada
sebut. Secara in-vitro tclah dibukti- kunyit memungkinkan untuk di- scl-scl hati juga menurunkan kan-
kan bahwa kurkuminoid kunyit gunakan scbagai antiradang yang dungan kolcsterol serta rneningkat-
dapat mcnghambat proses peroksi- berguna dalam terapi pcngobatan kan sekresi kolesterol dari hati dan
dasi lcmak pada bati tikus. Kurku- tumor dan kanker. Kurkumin juga empedu,
min dilaporkan mcrupakan antiok- dapat berpotensi untuk diguna-
sidan yang kuat yang daya antiok- kan sebagai Cox-Z inhibitor sintetik
Antimikroba, antiseptik, dan anti-
sidannya dinyatakan 8 kali lebih karena dapat mengharnbat Cox-2
inflarnasi
kuat dibandingkan den gan vitamin enzymes, sehingga dapar digunakan
E. Daya antioksidan dari kurku- untuk mengobati penyakit kanker, Pcnclitian secara ill-vitro, in-
min mungkin sebagai penetral sc- rematik, arthritis, gout, dan infla- vivo, dan uj i klinis telah mem-
nyawa radikal bebas, penghambat masi. buktikan, bahwa kunyit bersifat
enzirn rcaksi oksidasi seperti sirok- antimikroba yang dapat rncngham-
rom P-450, menyetop tchelating An tipi kun bat pertumbuhan dan membunuh
atau disarming) proses oksidasi dari beberapa jenis jamur, bakteri, dan
ion logam seperti Fe, memadamkao Aktivitas kunyit sebagai Cox-Z virus. Senyawa kurkumin yang tor-
(quencing) oksigen, sehingga tidak inhibitor telah digunakan untuk studi kandung dalam rimpang kunyit juga
tersedia untuk reaksi oksidasi. mengenai penyakit Alzheimer. Kur- toksik terhadap beberapa jenis bak-
kumin diketahui dapat mengurangi teri seperti Staphyllococcus aureus,
inflamasi dan terjadinya kerusakan Microccocus pyogenes var, au reus,
Antitumor dan antikanker
sel-sel pada otak tikus, sehingga dan Microccocus pyogenes. Kunyit
Secara in-vitro, senyawa kurku- berpotensi untuk digunakan sebagai juga dilaporkan dapat menghambat
min yang terkandung dalam rimpang obat pencegah penyakit Alzheimir. rcplikasi dari virus Human immu-

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 19 Nomor 2, Agustus 2013
Khasiat kunyit sebagai obat lradisional dan manfaat lainnya

nodeficiency virus (HTV). Pada untuk obat luar biasanya berbentuk Manfaat Lain Dari Kunyit
pengujian secara in-vitro, ekstrak salop. Beberapa jenis terapi dan
Selain pemanfaatannya sebagai
kunyit dalam eter dan khloroform pengobatan penyakit secara tradisio- jamu dan obat tradisional, kunyit
dapat menghambat pertumbuhan naf yang rnenggunakan kunyit segar juga sering digunakan sebagai bum-
beberapa jamur dermatophytes. di antaranya adalah: bu dan rcmpah, bahan pangan,
Sementara ekstrak dalam alkohol pengawet makanan, pewarna alami,
1. Asap dari rimpang yang dibakar
dapat mengbambat produksi aflatok- kosmetik, dan bahan untuk upacara
jika dihisap dapat melegakan
sin dari jamur Aspergillus parasi- adat,
hidung yang tersumbat.
ticus. Oleh karena itu kunyit sering
digunakan sebagai antiseptik, obat 2. Pasta dari bunga dapat digunakan
Bumbu dan rernpah
luka, dan obat berbagai jenis penya- untuk obat cacing, penyakit kulit,
kit infeksi' seperti cacar. hepatitis, dan pcnyakit kelamin (gonor- Anak rimpang kunyit (finger)
sakit gigi, malaria, bronchitis, borok, rhea). rasanya agak manis dan berbau aro-
radang dan bcngkak, obat ginggivitis matis, sehingga sering digunakan
3. Ramuan jarnu kunyit asam yang
(pcmbengkakan selaput lendir mu- sebagai bahan utama bumbu dan
tnerupakan campuran rimpang
lut), serta penyakit kulit lainnya, rempah pemberi cita rasa dan aroma
kunyit dan asam jawa tTamarin-
Kurkumin juga dapat berperan pada makanan dan minuman. Rasa
dus indica L.) serta gula rnerah
sebagai antiinflamasi, yaitu dapat dan aroma tersebut disebabkan kare-
dapat digunakan untuk meng-
m~urangi kadar histamin dan na kandungan minyak aisirinya.
hilangkan bau keringat, rasa sakit
menaikkan kortison yang dipro- Kunyit sering digunakan sebagai
pada waktu menstruasi, dan rasa
duksi oleh kelenjar adrenal. Pem- salah satu bahan utarna bumbu pada
pegal-pcgal atau nyeri pada per-
berian kurkurnin secara oral efektif masakan ikan dan daging, karena
sendian tulang.
dapat mengurangi inflarnasi pada dapat menghilangkan bau anyir. Di
binatang percobaan. Kurkumin juga 4. Rebusan rimpang yang ditambah Sumatra Barat, daunnya sering di-
memungkinkan unruk digunakan dengan gula dan susu dapat di- gunakan sebagai bahan utama bum-
sebagai antiinflamasi unruk terapi gunakan sebagai pendingin dan bu untuk memasak daging rendang.
kanker. Selain kurkurnin, minyak obat penyakit kuniug. Di Amerika Scrikat dan lnggris,
atsiri kunyit juga berperanan se- 5. Rimpang yang dimasak bersama serbuknya biasa digunakan secara
bagai antiseptik dan antiin flamasi langsung sebagai bahan bumbu
jeringau, euka lunak, kuning te-
yang lebih kuat dari pada obat kirnia berbagai masakan. Di India, serbuk
lur, baik digunakan untuk mem-
kunyit sering digunakan sebagai
hydrocortisone yang biasa diguna- bersihkan setelah melahirkan dan
bahan dasar bumbu sejenis makanan
kan untuk mengobari penyakit ar- rnenyembuhkan ngilu pada wak-
thritis dan edema. yang disebut Curry. Sementara di
tu buang air keeil.
Maroko, sering digunakan untuk
Antiracun dan penetral zat yang
6. Rimpang yang diiris-iris yang bumbu sejenis makanan yang
tidak digunakan oleh tubuh dicampur dengan gambir' dan di- disebut Harira soup.
seduh dengan air rncndidih di-
Kunyit bersifat anti racun , se- gunakan untuk obat kurnur gusi
Pewarna alami
hingga sering digunakan untuk dan gigi yang membengkak.
mengobati keracunan arsenik, luka Rimpang kunyit terutama induk-
7. Parutan rimpang yang dicarnpnr
gigitan serangga, binatang berbisa, nya (bulb) banyak mengandung
dan lintah. Dilaporkan juga hahwa dengan asarn dan tawas, dapat
senyawa pigmen. Sebelum ditcmu-
kunyit dapat menetralisir zat-zat digunakan untuk mengobati luka.
kan bahan pewarna sintctis. kunyit
yang sudah tidak digunakan oleh 8. Rimpang yang digiling halus sering digunakan sebagai bahan
tubub. dapat digunakan untuk rneng- pewama alami untuk berbagai jenis
obati bengkak dan rernatik. makanan, kosmetik, obat, bahan-
Ramuan Jamu dan Obat Tradisio- 9. Air sari rimpang yang dimasak bahan tekstil dan batik, kertas,
nal Berbahan Kunyit anyaman tikar, dan bahan kerajinan
digunakan untuk komprcs dan
lainnya.
Bahan rimpang kunyit yang cuci mata dan untuk mcngurangi
rasa nyeri dan panas pada mata.
digunakan sebagai ramuan jamu atau
Bahan kosmetik
obat dapat bcrbentuk simplisia, ser- 10. Air perasan rimpang yang dicam-
buk, rimpang segar, kapsul ekstrak, pur madu digunakan untuk obat Kunyit bcrsifat mendinginkan,
kapsul serbuk, atau pil, sedangkan penyakit kuning. membersihkan, meoghilangkan bau

Warta Pellelitian dall Pengembangan Tana11tllll Industr;, Volume 19 Nomor 2, Agustus 2013
Khasiat kunyit sebagai obat tradisional dan manfaa! lainnya

yang tidak sedap, dan bersifat anti- kuning untuk upacara adat pada Hari ketebalan sekitar 5 - 6 nun. Irisan
bakteri. Oleh karena itu sering di- Raya Kuningan. Beras dan nasi yang rimpang kemudian dikeringkan
gunakan sebagai kosmetik tradisio- diberi warna kuning dengan kunyit langsung dengan sinar rnatahari
nal untuk perawatan kesehatan kulit akan mempunyai aroma yang khas pada tempat yang dialasi agar tidak
wajah dan tubuh. Produk kosmctik dan dipercaya dapat menghalau roh bersentuhan dengan tanah. Untuk
bcrbahan kunyit banyak digunakan jahat mencegah kontaminasi bisa meng-
untuk perawatan kesehatan kulit gunakan pengering buatan atau
antara lain lulur, -mangir, dan oven dengan kisaran suhu antara
Produk-Produk Olahan Rlmpang
ramuan rempah untuk mandi. 40 - 50°C
Kunyit
[/
Tanaman kunyit dapat digunakan Serbuk
Pengawet makanan
.-: langsung dalarn bcntuk daun dan
K unyit ' mengandung senyawa rimpang segar rnaupun dalam bentuk Bahan baku untuk pcmbuatan
yang bcrsi rat antibakteri kuat baik olahan lainnya. Bcbcrapa produk serbuk biasanya berasal dari anak
terhadap bakteri gram positif rnau- olahannya antara lain rim-pang ke- rirnpang (fillger) yang sudah di-
pun negatif, sehingga kunyit scring ring (geJondong), simplisia, scrbuk, keringkan, umbi belahan (splits) dan
digunakan sebagai pengawet makan- minyak atsiri, oleoresin, dan zar irisan rimpang keringnya. Syarat
warna kurkurninoid. utama dari rimpang kering yang
an. Penggunaannya sebagai bumbu
akan digunakan sebagai bahan baku
~k dan pewarna makanan mem-
Rimpang kcring (gelondong dan serb uk adalah yang kadar kurkumin-
punyai fungsi ganda, yaitu sclain
irisan) nya tingg] dan kadar air, kotoran,
membuat makanan mcnjadi Icbih
scrta rninyaknya rendah. Untuk
lczat, beraroma, berwama menarik, Rirnpang kunyit kering gelon- memperoleh serbuk, irisan rimpang
juga agar makanan menjadi ridak ce- dong biasa digunakan untuk rempah, kunyit kering digiling dengan ukur-
pal rusak dan busuk akibat rnikroba Rimpang ytlng disukai adalah yang an partikel tertentu. Untuk menghin-
pencemar rnakanan. kadar kurkurninnya tinggi yaitu dari hilangnya sebagian kornponcn
sekitar 5 - 6%, bcrwarna kuning tun aromatis minyak atsiri selama dalarn
Bahan pangan sampai ora nyc, bcrtckstur keras dan penggilingan, maka alat penggiling
tidak mudah patah. Bentuk olahan harus dilcngkapi dengan kipas pen-
Rimpang kunyit mengandung tersebut dapat berasal dari anak rim- dingin atau air pcndingin.
pati (karbohidrat) yang dapat di- pang tfingers). Untuk mernbuat
gunakan sebagai bahan pangan, olahan tersebut, rimpang kunyit cli- Minyak atsiri
yaitu bubur untuk makanan bayi pilih dan dibersihkan, kcmudian eli-
yang berumur 7 - 12 bulan. Di India keringkan dalam kcadaan bulat. Kunyit mcngandung minyak
dan di Jawa Barat, rimpang dan Rimpang yang telah kcring dikerik atsiri dcngan aroma yang spesifik,
daun mudanya sering dimakan men- kulitnya, kemudian disemir dengan sehingga scring digunakan untuk
tah sebagai lalap. Di lnggris, rim- pasta serbuk kunyit yang tclah di- rempah pcmberi aroma (flavour),
pangnya sering digunakan untuk campur dengan Nabisulfit. Produk produk-produk bumbu, parfum, dan
membuat rnakanan yang sangat po- akhirnya disernir kembali dcngan obat-obatan. Minyak atsiri dari rim-
puler, yaitu semacam acar (piccalil- serbuk kunyit. Muru jenis olahan ini pang kunyit dapar disuling dengan
li) yang biasa dirnakan dengan da- tergantung dari kandungan kurku- menggunakan alat penyuling. Me-
ging babi dan kalkun yang disajikan min, sifat organoleptik, penarnpak- tode penyulingan yang digunakan
pada waktu merayakan natal. an luar, wama, rasa, kekerasan, secara uap dan air atau uap lang-
hentuk dan uk'lu'an rimpangnya. sung. Penyulingan yang dilakukan
selama 8 - 10 jam dapat menghasil-
Bahan untuk upacara adal
Simplisia kan minyak kunyit sekit€lI 3 - 5%,
Secara tradisional kunyit sering sedangkan penyulingan a.ir dan uap
digunakan oleh masyarakat dalam Simplisia biasa diglillakan seba- pada tekanan I atmosfu dapal meng-
melaksanakan upacara adat. Di gai bahan baku jamu dan obat tra- basilkan minyak atsiri sekitar 2,5 -
Jawa, sering digunakan dalam upa- disional (Gambar L). Bahan yang 7,2%.
cara sunatan anak perempuan (tetes- digunakan dapat berupa induk dan
an), pemikahan (kacar-kucur dan anak rimpang. Untuk membuat jenis
Oleoresin
sawer), dan pemakaman jenazah. Di olahan t(.:rscbut, rimpang dibersihkan
Bali, digunakan untuk memberi terlebih dahulu, kl:Qludian dipotong- Oleoresin kunyit mengandung
wama beras dan membuat nasi potong menjadi irisan tipis dengan zat warna kurkumin, minyak atsiri,

III Warta Pellelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 19 NomoI' 2, Agustus 2013
Upaya peningkalan mutu tembakau rajangan dengan memperkecil

minyak lemak, resin. dan senyawa Penump resiko terhadap berbagai jenis pe-
ekstraktif Iainnya, berwarna mcrah Kunyit merupakan salah satu nyakit scpcrti rcmatik, janrung, tu-
jingga yang terdiri dari dua bagi- sumber bahan baku obat alami yang mor, kanker, Alzheimer, serta penya-
an, yaitu lapisan atas yang ber- kit-penyakit infeksi Jainnya. Narnun
berkhasiat untuk pcncegahan, pera-
minyak dan lapisan bawah yang watan, dan pengobatan berbagai demikian potensi kunyit sebagai
berbentuk kristal. Oleoresin ku- jenis penyakit. Khasiat kunyit sc- obat masih peril! digali dan dikaji
nyit dibuat dengan cara meng bagai obat, karena senyawa kurku- lebib mendalam, misalnya mengenai
okstrak serb uk kunyit dengan pe- minoid dan minyak atsirinya yang aktivitas, kccfcktifan, dosis, dan
larur organik sclarna 4 - 5 jam bersifar antioksidan, antitumor dan keamanannya, agar pcmanfaatannya
dengan cara rnaserasi atau dcngan antikanker, antipikun, an timikroba, sebagai obat tradisional dapat Icbih
sokhlet. ltendemen yang dihasil- antiseptik, dan antiinflamasi. anti- dioptimalkan tanpa efek samping
kan sekitar 7,9 - 10,4%. Pelarut racun, dan sebagainya. Mengkon- yang negatif
yang digunakan adalah etanol, eti- surnsi secara rutin makanan yang
len dikhlorida dan aceton. berbahan kunyit dapat rnenurunkan Sri Yuni Hartati, Balittro

UPAYA PENINGKATAN MUTU TEMBAKAU RAJANGAN


/DENGAN MEMPERKECIL KESALAHAN PENANGANAN
PANEN DAN PASCAPANENNYA

Pcningkatan mutu tembakau ra- uas areal tcmbakau di Indo-


jangan mclaJui panen dan pas-
capancn dapat dilakukan
dua cara, pertama
dengan
mengoptimal-
L nesia ±220.000 hektar.
kitar 72,81 % dari luas areal
tembakau di Indonesia
Se-

mcrupa-
basilnya kurang maksimal sehingga
menyebabkan masih
mutu tembakau rajaugan.
rcndahnya
Kondisi
tersebut diperburuk dengan adanya
kan penanganannya sesuai baku kan icmbakau rakyat yang diolah
tcknis; kedua mcmpcrkecil ke- kebiasaan-kcbiasaan yang di lakukan
menjadi rajangan dan sisanya
salahan-kesalahan dalam pena- secara rutin dan tidak disadari se-
adalah ternbakau kerosok .
nganannya. Meskipun saat ini bagai suatu kesalahan. Kcbiasaan
Tembakau termasuk komoditas
teknologi pen an gall an pancn dan tersebut antara lain pan en dcngan
fancy product sehingga mutu men-
pascapanen untuk sctiap ripe mcnarik daun ke bawah, mernanen
jadi tujuan utarna, Bahkan dari sisi
tembakau masih perlu discm- daun tidak sehat, mencampur antar
pabrik rokok, rnutu tembakau (Gra-
purnakan dengan tcknologi yang posisi daun, pema mpatan dan pe-
de Index) lebih penting dibanding
Ieblh lengkap, namun dengan numpukan hasil panen, mengabaikan
mengoptimalkan teknologi yang banyaknya jumlah pasokan, karcna sortasi dan perajangan terlalu awal.
sudah ada diharapkan dapat me- masalah kckurangan bahan baku
ningkatkan mutunya. Disamping dapar dipenuhi dengan mencari sub- Kesalabao-Kesalahan Cara Pancn
itu beberapa kcbiasaan petani stitusinya. Dari visi petani, pc- Daun Tembakau
yang salah juga harus dipcrkecil ningkaikan produktivitas dan mutu
1. Menarik daun ke bawah
agar mutu tcmbakau rajangan dapat meningkatkau indeks tanaman
yang dihasilkan mcningkat dan se- (Crops Indexy. Pemanenan daun tembakau yang
kaligus meningkatkan kesejahte- Penanganan panen dan pasca- benar dilakukan dengan cara me-
raan petani. Kesalahan-kesalahan panen (pengolahan) pada usaha tani mcgang pangkal tulang daun dianrara
tersebut pada umumnya tidak di- tcmbakau merupakan tahapan yang ibn jari dan keempat jari yang lain,
sadari karena dilakukan secara penting untuk mempertahankan kemudian diputar ke kiri dan kc
rutin. Karena itu, sosialisasi un- kanan 18°
potensi mutu tembakau di lapangan,
tuk memperkeciJ kesalahan-kc- Kesalahan dalaru penanganan pancn
Namun karena kebiasaan dan
salahan dalam penanganan pancn ingin praktis dalam pemancnan,
dan pascapanen menyebabkan penu-
dan pascapanen tembakau rajang- beberapa pctani melakukan pancn
an pad a berbagai media guna me- runan mutu tcmbakau, sehingga
dengan eara menarik pangkal ibu
ningkatan mutu tcmbakau rajaog- harga jualnya menjadi rendah tulang daun kc bawah. Menarik daun
an harus dilakukan lebih intensif, atau ke bawah dapat menyebabkan se-
Tulisan ini bertujuan untuk meng- bahkan tidak laku.
makin luasnya daerah pelukaan kulit
informasikan kcsalaban-kesalab- Optimalisasi penanganan panen batang di bagian bawah dudukan
an yang ter,jadi pada penanganan dan pascapanen melalui transfer
drulll karena lcrkclupas. Semakill
panen dan pascapanen tembakau teknologi agar pclani tembakau se- sering panen dilakukan pelukaan
rajangan. lalu mengacu pad a baku teknisnya menjadi semakin luas karena kadar
sudah sering dilakukan, namun

Anda mungkin juga menyukai