Anda di halaman 1dari 1

Pada tanggal 9 september 2019 pasien masuk ke rs tamiang dengan keluhan sesak,

sebelumnya pasien sering mengalami riwayat penyakit sesak seperti ini. Pasien di rawat
dokter yanto spesialis paru dengan pneumocystis caringi pneumonia (pcp). Karena melihat
hasil rontgen dan berat badan pasien yang menurun drastis (5kg dalam 2 minggu) pasien di
konsulkan ke dr eko selaku tim infeksi menular di rs tamiang layang tersebut.

Pada tanggal 11 september 2019 pasien dinyatakan boleh pulang oleh dr yanto spesialis paru dan dr
eko tim infeksi menular. Pasien tetap di suruh konrol balik ke poli.

Pada tanggal 12 september 2019 pasien masuk igd rs tamiang layang dengan keluhan luka robek
pada daerah dagu dan kepala serta luka lecet di daerah lutut, tangan dan leher. Perdarahan aktif
pada luka robek nya. Td: 120/70, nadi: 123, nafas: 24, saturasi oksigen 95 persen, dan gcs: 4 5 5 dgn
diagnosis ckr gcs 14 dgn multiple VL dan VE. Pasien di hecting, infus, di berikan obat dan di rawat
inap. Saat di rawat inap keadaan pasien memburuk gcs: 12 atau 13 (somnolen) dan saturasi oksigen:
60 persen pasien di rujuk ke rs sari mulia banjarmasin tapi keluarga pasien meminta untuk di rujuk
ke rs pembalah batung amuntai.

Pada tanggal 12 september 2019 malam pasien di rujuk dari rs tamiang layang ke rs pembalah
batung amuntai. Sampai di rs pembalah batung amuntai keadaan pasien sudah memburuk gcs:
12(somnolen) dan saturasi oksigen: 60 persen tapi bantuan oksigen. Setelah di beri oksigen saturasi
naik menjadi 94 persen, karena melihat pasien ada di rawat dengan sakit paru pada rs tamiang
layang, dilakukan rontgen pada pasien. Dan hasil rontgen nya dokter jaga igd di rs amuntai
mendiagnosis pneumonia dd tb paru. Kemudian pasien di rujuk ke rs sari mulia banjarmasin dgn
diagnosis cks gcs 12 dgn multiple vl dan ve serta riwayat pcp.

Anda mungkin juga menyukai