Bhs Indo
Bhs Indo
Laporan
-pengertian Ejaan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat
aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan
adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan caramenuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas
yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai
bahasa dengan ejaan.
Ejaan ini merupakan pengembangan ejaan bahasa Melayu dengan menggunakan huruf latin yang
dilakukan oleh Prof. Charles van Ophuijsen ahli bahasa berkebangsaan Belanda dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Ejaan ini menjadi panduan bagi pemakai
bahasa Melayu di Indonesia.
a) Huruf “I” untuk membedakan antara huruf I sebagai akhiran dan karenanya harus dengan
diftong seperti mulai dengan ramai, juga digunakan untuk huruf “y” soerabaia.
b) Huruf “j” untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang dan sebagainya. Huruf “oe” untuk
menuliskan kata-kata goeroe, itoe,oemoer, dan sebagainya.
c) Tanda diakritik seperti koma, ain dan tanda , untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’,
pa’, dan sebagainya.
a) Huruf “oe” diganti dengan “u” pada kata-kata guru, itu, umur, dan sebagainya.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k” pada kata-kata tak, pak, rakjat, dan
sebagainya.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya
Ejaan Melindo sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan
Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Akan tetapi karena terjadi masalah politik antara
Indonesia dan Malaysia selama bertahun-tahun akhirnya peresmian ejaan ini tidak dilaksanakan.
Ciri-ciri Ejaan Melindo
a) gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta
b) juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih
baru
Pada tahun 1967 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat Bahasa)
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK) sebagai pengembangan ejaan Melindo yang tidak ada
kepastian. Pada ejaan ini sudah banyak perubahan ejaan yang disempurnakan, hampir tidak ada
perbedaan antara ejaan Baru dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidahnya.
6. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan – EYD (1972 – 2015)
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1972 berdasarkan putusan presiden No. 57 tahun
1972 oleh presiden Republik Indonesia Suharto, untuk menggantikan ejaan Republik (ejaan
Suwandi). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972,
No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas.
Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun
2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46.
Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan untuk mengganti Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan – EYD. Meskipun belum ada keputusan Presiden tentang adanya penggunaan
ejaan baru untuk bahasa Indonesia, namun Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menerbitkan edisi keempat tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) di Jakarta, Maret 2016.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 yang diterbitkan pada
tanggal 26 November 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, serta untuk
menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD)
A) Pengenalan huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf
abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf
disertakan disebelahnya.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh,
ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
B) Penulisan huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar,
dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
yaitu :
1.Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu : .Imbuhan semuanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
4.Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada
umumnya ditulis terpisah.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan
kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering
begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai
bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang
terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan
istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan,
diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada
unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap
sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda
anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio”
dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak
mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian,
yaitu :
1.Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun
ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.
2.Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik
pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor,
material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi
4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu
petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
a) Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
b) Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
c) Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
4. Simpulan
1. Pengertian Ejaan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat
aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini
merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
b) Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan
Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan
dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia.
a) Pemakaian Kata
b) Penulisan Huruf
c) Penulisan Kata
Puji syukur kita hantarkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang mana atas berkat dan pertolongan-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam
pengetahuan dan pemahaman mengenai EJAAN dengan harapan agar para mahasiswa bias lebih
memperdalam pengetahuan tentang EJAAN. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan
upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya.